3. Fermentasi
Fermentasi  adalah  perubahan  kimia  dalam  bahan  pangan  yang disebabkan  oleh  enzim.  Enzim  yang  berperan  dapat  dihasilkan  oleh
mikroorganisme atau telah ada dalam bahan pangan tersebut Buckle  et al., 2007.  Fermentasi  merupakan  istilah  umum  yang  menunjukkan  degradasi
glukosa atau bahan organik secara anaerob Lehninger, 1982. Produk  pangan  fermentasi  dihasilkan  dengan  melibatkan  aktivitas
mikroba dalam produksinya. Selama fermentasi terjadi aktivitas pemecahan komponen  pangan  karena  aktivitas  enzimatis  mikroba  terutama  enzim
amilase,  protease  dan  lipase  yang  menghidrolisis  polisakarida,  protein  dan lemak  menjadi  komponen-komponen  sederhana  seperti  asam,  alkohol,
karbondioksida,  peptide,  asam  amino,  asam  lemak  dan  komponen- komponen  lainnya.  Secara  bersama-sama  komponen-komponen  tersebut
menyebabkan  modifikasi  tekstur,  aroma  dan  rasa  sehingga  dihasilkan karakteristik  produk  yang  unik  dan  berbeda  dengan  produk  asalnya
Syamsir, 2010. Proses  fermentasi  ini  dapat  dijelaskan  dari  beberapa  faktor;  a  Sebagai
bakteri  yang  bersifat  fakultatif  anaerob  BAL  dapat  membangun  proses fermentasi,  dimana  oksigen  masih  terdapat  pada  media,  dengan  laju
pertumbuhan  BAL  yang  cepat  dengan  banyak  terdapatnya  gula-gula  yang dapat  difermentasi  sukrosa,  glukosa,  dan  fruktosa,  fermentasi  tersebut
dapat mendukung tumbuhnya flora lainnya; b BAL memproduksi sejumlah besar  asam  laktat  sehingga  menurunkan  pH  dengan  cepat  sekitar  pH  4.5,
dengan  demikian  lingkungan  pertumbuhannya  menjadi  bersifat  selektif terhadap  mikroorganisme  yang  tidak  bersifat  toleran  terhaap  asam
Loebis, 2012. Terdapat  dua  macam  fermentasi,  yaitu  fermentasi  spontan  alami  dan
fermentasi  tidak  spontan.  Fermentasi  spontan  adalah  fermentasi  yang berjalan  secara  alami  tanpa  adanya  penambahan  starter.  Sedangkan
fermentasi  tidak  spontan  adalah  fermentasi  yang  berlangsung  dengan penambahan  starter  atau  ragi.  Kekurangan  dari  fermentasi  spontan  adalah
memerlukan  waktu  yang  lama  dan  dan  resiko  gagal  yang  tinggi.  Gagalnya fermentasi  dapat  menyebabkan  hasil  jadi  busuk  dan  atau  tumbuhnya
mikrobia  pathogen  dan  beresiko  terhadap  kesehatan  Huch  et  al,  2008. Dengan adanya penambahan starter pada media fermentasi membuat proses
fermentasi menjadi lebih terkontrol daripada fermentasi alami Giraud et al, 1994.  Proses  fermentasi  dalam  pembuatan  tepung  modifikasi  ubi  kayu
bertujuan  untuk  meningatkan  nilai  gizi  dan  memperbaiki  sifat  fisikokimia yang  terkandung  di  dalam  tepung  modifikasi  ubi  kayu  Darmawan  dkk,
2013. Fermentasi  ubi  kayu  melalui  proses  perendaman  retting  dapat
mereduksi  toksin  cyanogen  yang  terdapat  secara  indigenus  pada  berbagai konsentrasi  300  hingga  500  ppm,  dan  meningkatkan  palatibilitas  umbi
tersebut  untuk  proses  lebih  jauh.  Dengan  proses  fermentasi,  umbi  menjadi lunak,  cyanigenik  glikosida  indigenus  linamarin  dan  lotaustralin  akan
terdegradasi  Ayarnor,  1985,  dan  akan  terbangun  karakteristik  flavor Ampe et al dan Oyewole, 1990.
Menurut  Tester  dan  Karkalas  1996  dalam    Nur  Richana  dan  Suarni 2010  pada  proses  gelantinisasi  terjadi  pengrusakan  ikatan  hidrogen
intramolekuler.  Ikatan  hidrogen  berperan  mempertahankan  struktur integritas  granula.  Terdapat  gugus  hidroksil  bebas  akan  menyerap  air,
sehingga  terjadi  pembengkakan  granula  pati.  Dengan  demikian,  semakin banyak  jumlah  gugus  hidroksil  dari  molekul  pati  semakin  tinggi
kemampuannya menyerap air.
4. Bakteri Asam Laktat