Teori Praktik Sosial Landasan Teori

31 pertunjukan gandrung tradisi ini merupakan kelompok yang termaginal dan tersisihkan di masyarakat.

2.3.2 Teori Praktik Sosial

Teori praktik sosial Bordieu menjelaskan penekanan keterlibatan subjek masyarakat pelaku budaya di dalam proses konstruksi budaya bertalian erat dengan habitus, modal, dan ranah. Teori praktik sosial Bourdieu ini merupakan produk dari relasi antara habitus sebagai pemahaman persepsi, modal sebagai kekuatan pendukung dari seni pertunjukan gandrung tradisi, tempat, dan arena aktivitas kegiatan sebagai ranah medan sosial. Secara ringkas Bourdieu menyatakan rumus generatif, yaitu menerangkan praktik sosial dengan persamaan Habitus x Modal + Ranah = Praktik Takwin, 2006:9. Rumus ini digunakan untuk menganalisis bagaimana marginalisasi seni pertunjukan gandrung tradisi Lombok, Nusa Tenggara Barat. Konsep Bourdieu, yaitu habitus, modal, dan ranah sebagai kreativitas memengaruhi sumber daya dan komunitas pendukung seni pertunjukan gandrung tradisi tersebut. Pemikiran Bourdieu yang telah diperinci lebih detail oleh Plummer 2011:229 memberikan penjelasan yang tidak kalah pentingnya dalam konteks perebutan berbagai modal atau sumber daya pada suatu medan sosial. Adapun modal atau sumber daya yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1. Sumber daya ekonomi: berapa banyak pendapatan, kekayaan, aset keuangan, dan warisan yang anda miliki? Berapa pekerjaan yang mampu menyediakan kebutuhan Anda? 32 2. Sumber daya sosial: berapa banyak dukungan yang Anda miliki dari keluarga, komunitas, teman, dan jaringan? 3. Sumber daya budaya: berapa banyak akses informasi, pengetahuan, keterampilan, pendidikan yang Anda miliki? dari waktu ke waktu, “keterampilan” seperti itu dapat menjadi bagian yang sangat berarti bagi seseorang, “dalam tubuh mereka” melalui kualifikasi mereka dan harga diri. 4. Sumber daya simbolik: berapa banyak akses yang Anda miliki kepada orang-orang untuk memberikan legitimasi, pengakuan, dan mengutamakan kehidupan Anda atas yang lain? 5. Sumber daya politik: berapa banyak otonomi yang Anda miliki dalam hidup Anda? Apakah Anda dapat mengendalikan banyak hal hari Anda atau melakukan kontrol lainnya untuk Anda? 6. Sumber daya tubuh dan emosional: dengan cara apa tubuh Anda terasa sepertinya membatasi atau mengendalikan kehidupan Anda? Seberapa jauh Anda diatur tubuh Anda? 7. Sumber daya pribadi: berapa banyak keunikan dalam diri Anda sendiri dan bagaimana sejarah kehidupan membantu Anda menghasilkan keterampilan pribadi bagi Anda untuk bergerak dengan mudah di dunia? Dengan berpegang pada gagasan Plummer, maka dapat dikemukakan bahwa manusia sebagai agen, tidak saja membutuhkan tiga jenis modal, yakni modal ekonomi, modal sosial, dan modal simbolik kultural, tetapi juga modal- 33 modal lainnya. Seluruhnya berjumlah tujuh jenis modal agar agen bisa bermain secara optimal dalam suatu ranah. Jika seseorang miskin akan modal-modal ini, maka yang bersangkutan tidak saja kalah dalam persaingan, tetapi sekaligus juga menduduki posisi terbawah, bahkan bisa pula termarginalisasi. Dalam hal ini ketika penganut Islam wetu telu memiliki modal yang kuat, maka seni pertunjukan gandrung tradisi dapat dipastikan tidak saja bisa bertahan, tetapi juga bisa diterima oleh kelompok lain yang bukan penganut Islam wetu telu. Akan tetapi, ketika penganutnya berkurang seperti sekarang ini seni pertunjukan gandrung tradisi akan terdesak dan terpinggirkan. Sebuah kekuasaan akan bisa direalisasikan jika modal-modal yang dibutuhkan tersedia. Teori praktik sosial digunakan untuk membedah permasalahan kedua yaitu apa yang melatarbelakangi seni pertunjukan gandrung tradisi Lombok, Nusa Tenggara Barat mengalami marginalisasi. Artinya, mengapa seni pertunjukan gandrung yang merupakan kesenian tradisi yang telah ada sejak dahulu mengalami marginalisasi dalam masyarakat pendukungnya.

2.3.3 Teori Dekonstruksi