15 resmi, sikap bahasa para penuturnya, dan konsekuensi jangka panjang dari kontak
bahasa. Definisi globalisasi mungkin berbeda untuk para sarjana yang berbeda. Menurut Cheng 2000, istilah globalisasi digunakan untuk merujuk pada
pentranseferan, adaptasi, dan pengembangan nilai-nilai, pengetahuan, teknologi, dan norma-norma secara lintas negara dan masyarakat di dunia. Cheng lebih
lanjut mencatat bahwa fenomena khas dan karakteristik dari globalisasi adalah yang berhubungan dengan pertumbuhan jaringan global, pengalihan teknologi,
sentuhan dan persaingan ekonomi, sosial, politik, budaya, dan juga terjadinya aliansi internasional, kerjasama internasional dan pertukaran budaya, timbulnya
desa global, kemultikulturan, serta penggunaan standar internasional dan
bench- marking
.
4.2.1 Penggunaan Bahasa dan Fungsinnya dalam
Perspective Linguistic Langscape
Manusia bukanlah mahluk yang diciptakan sendirian. Manusia ada di dunia bersama-sama dengan mahluk lain dan benda-benda lainya. Manusia
menjadi semakin berarti kalau mereka ada di tengah alam dan lingkungannya. Untuk melangsungkan kehidupannya, manusia tidak bisa lepas dari lingkungan
mereka, sedangkan lingkungan bisa menunjukkan gejala yang berbeda dan rumit. Dalam kaitannya dengan alam dan lingkungannya, manusia menata alam dan
lingkungannya agar menjadi tata kehidupan yang selaras. Oleh karena itu, dalam perjalanan hidupnya manusia mengatur dirinya dan lingkungannya dalam sistem
sosio-kultural.
16 Sistem sosio-kultural yang dikembangkan berfungsi sebagai kontrol sosial
bagi manusia. Sistem ini mereka kembangkan sebagai cara mereka untuk beradaptasi terhadap lingkungan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Pengembangan sistem sosio-kultural suatu masyarakat biasanya terbangun berdasarkan pengalaman mereka. Unsur-unsur sistem sosio-kultural yang mereka
anggap bermanfaat terus dipelihara, dikembangkan, dan diwariskan sehingga mewujudkan pola-pola yang melembaga dalam pengelolaan lingkungan.
Lingkungan bisa bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan tatanan kehidupan manusia itu sendiri. Penggunaan bahasa dalam
out-door signs
dapat dibedakan
menjadi empat kelompok yaitu 1 Bahasa Indonesia, 2 Bahasa Inggris, 3 Bahasa Bali, dan 4 Kombinasi Bahasa.
Bahasa-bahasa yang dominan digunakan adalah bahasa Inggris dan Indonesia. Hanya dua
out-door signs
yang dalam bahasa Bali . Dari perspektif linguistik lansdscape , bahasa yang digunakan dalam
out-door signs
dapat dimaknai memiliki dua fungsi : fungsi informasi dan fungsi simbolik . Yang paling dasar dari fungsi informasi adalah bahwa fungsi ini sebagai penanda
khas dari wilayah geografis yang dihuni oleh masyarakat bahasa tertentu. LL berfungsi untuk menginformasikan baik ke dalam kelompok atau keluar
kelompok mengenai batas wilayah dan batas-batas bahasa yang mereka gunakan. Fungsi ini tidak relevan dengan lokasi penelitian. Informasi fungsional yang
relevan dengan ketersediaan
out-door sign
s yang ditemukan di daerah Kuta adalah untuk menginformasikan kepada pembaca bahwa komunikasi dan layanan dapat
dilakukan dengan menggunakan bahasa yang digunakan dalam
out-door signs
tersebut. Bahasa yang digunakan dalam ini
out-door signs
menunjukkan situasi
17 diglosik, bahasa dengan status yang tinggi lebih banyak digunakan dalam tanda-
tanda umum dibandingkan dengan bahasa status yang lebih rendah . Ini menunjukkan keuntungan dari bahasa yang dominan. Bahasa lokal adalah
identitas lokal. Penggunaan bahasa pada
out-door signs
dari masyarakat tertentu dapat memberikan perasaan yang baik dari penutur bahasa sebagai simbol
identitas mereka. Simbol identitas itu adalah fungsi simbolik dari satu bahasa. Dari hasil klasifikasi bahasa yang digunakan tergambar dengan jelas adalah
masing-masing bahasa menjalankan fungsinya masing-masing. Bahasa Inggris adalah bahasa internasional, bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa
Bali adalah bahasa lokaldaerah. Jka penggunaan bahsa dalam outdoor signs ini dilihat sebagai teks atau wacana, harus juga dijelaskan ideologi apa yang ada
dibalik penggunaan bahasa tersebut. Pengungkapan makna seperti itu dapat didasarkan kepada pendekatan semiotika.
Wacana dapat didefinisikan sebagai cara tertentu untuk membicarakan dan memahami dunia atau aspek dunia ini.
Membicarakan dan memahami dunia tentu saja tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan bahasa, sehingga sebagaimana dikatakan oleh Aminuddin
2002:29 sebagai berikut. ”wacana sebagai sasaran kajian secara konkret merujuk pada
realitas penggunaan bahasa yang disebut ‟teks‟. Teks sebagai
perwujudan konkret wacana terbentuk oleh untaian kalimat yang mempunyai komposisi, urutan, dan ciri distribusi tertentu”.
Sebagaimana diketahui, bahasa merupakan salah satu aspek kebudayaan, dan ciri-ciri yang ada dalam bahasa dapat ditemukan pula pada aspek-aspek
lainnya dalam kebudayaan Masinambow, 1985:174. Oleh karena itu, kajian
18 tentang wacana bukan hanya menelusuri realitas atas dasar unsur-unsur
linguistik, melainkan juga atas dasar unsur-unsur nonlinguistik. Berkenaan dengan hal ini, teori semiotika memandang bahwa semua yang hadir dalam
kehidupan kita, termasuk pemakaian kata-kata atau kalimat, istilah, foto, gambar dan lain-lain merupakan tanda, yaitu sesuatu yang harus kita beri makna. Dalam
rangka analisis wacana secara kritis, dapat dibedakan menjadi dua pengetian, yaitu konsep wacana ‟kecil‟ dan wacana ‟besar‟. Wacana kecil merupakan sebagai
perhatian para ahli bahasa yang atas dasar-dasar linguistik melihat bagaimana bahasa digunakan pada tempatnya untuk memerankan kegiatan, pandangan, dan
identitas sedangkan wacana besar adalah analisis yang merangkaikan unsur linguistik tadi bersama unsur-unsur nonlinguistik cara beraksi, interaksi,
perasaan, kepercayaan, penilaian untuk mengenali atau mengakui diri sendiri dan orang lain yang bermakna dan penuh arti dengan cara-cara tertentu. Jika
dilihat dari sisi ini, maka penggunaan bahsa
dalam out-door signs
sebgai wacana besar membawa makna ideologis. Pemakaian bahasa ini ideologi dalam praktik;
tidak ada ideologi tanpa wacana dan tidak ada wacana tanpa ideologi. Ini berarti bahwa dengan mencermati wacana dapat diketahui ideologi yang terkait dengan
wacana tersebut. Ideologi merupakan hasil hubungan kekuasaan antar bahasa yang digunakan. Berdasarkan paparan tentang teori semiotika di atas dapatlah
diduga bahwa penggunaan bahasa dalam
out-door signs
terkati dengan status bahasa masing-masing dan pengaruh ideologi pasar. Bila dilihat dari sudut
pandang ideologi pasar ini bahasa Bali hanya memerankan diri sebagai bahasa lokal dan ada kecendrungan terpinggirkan.
19
4.2.2 Bahasa Bali: Termarginalkan dan Upaya Revitalisasi