PERSEPSI GURU MTs. N PERINGSEWU TERHADAP DIMASUKKANNYA PENDIDIKAN KARAKTER DIKURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN 2011-2012

(1)

DIMASUKKANNYA PENDIDIKAN KARAKTER DIKURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN 2011-2012

Oleh MASUNI

Pendidikan adalah suatu lembaga yang bertujuan menyelenggarakan proses pembelajaran secara terencana dan sistematis dan terarah pada suatu tujuan tertentu. Pendidikan disekolah bertujuan untuk mengarahkan manusia agar memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai luhur dalam pembentukan pribadi yang bermoral pancasila.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi dari guru di MTs. Negeri Pringsewu terhadap dimasukkanya Pendidikan Karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan, dan hasil penelitian ini sebagai sampel untuk mengetahui informasi baik bagi peneliti, sekolah dan dinas pendidikan terhadap diterapkannya Pendidikan Karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan. Penelitian ini adalah penelitian deskriftif dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket. Setelah diadakan penghitungan berdasarkan hasil yang diproleh melalui penyebaran angket maka terdapat hasil sebagai berikut: Indikator aspek pengamatan, yang mendominasi 25 responden atau sebesar (54,34%) menyatakan bahwa penerapan Pendidikan Karakter masuk dalam kategori baik. Responden beranggapan bahwa Pendidikan Karakter sangat baik diterapkan oleh pemerintah untuk membantu pertumbuhan sikap dan karakteristik siswa. Indikator aspek pengalaman dan pelaksanaan, yang mendominasi 20 (43,47%) responden yang menyatakan baik. Responden beranggapan bahwa Pendidikan Karakter sangat baik diterapkan oleh pemerintah guna membantu pertumbuhan sikap dan karakter siswa. Indikator aspek pengetahuan dan sikap, 20 responden (43,47%) menyatakan kategori baik. Responden beranggapan bahwa Pendidikan Karakter sangat baik diterapkan oleh pemerintah guna membantu perkembangan sikap dan karakter siswa untuk membangun generasi muda yang lebih baik.


(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dari segi istilah kita dapat merujuk kepada berbagai sumber yang diberikan para ahli pendidikan. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (pasal 1 UU RI No. 20 th. 2003) dinyatakan bahwa pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian yang baik, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan”.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk menerapkan itu semua diperlukan perantara yang tepat dan professional dalam dalam bidang pendidikan dan dalam proses penyampaiannya, maka diperlukanlah guru sebagai perantara dalam pengaplikasiannya.


(3)

Menurut Djamarah (2002: 37), ”guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik”. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran kedalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Djamarah berpendapat bahwa baik mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional. Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi.

Sejak beberapa tahun yang lalu penyelenggaraan pendidikan baik sekolah negeri maupun swasta, menyelenggarakan pendidikan karakter. Pendidikan ini berkembang karena para pakar pendidikan di Indonesia mengakui bahwa sistem pendidikan yang telah ada, khususnya dalam bidang kepribadian (karakter) telah gagal dilakukan. Gagalnya pendidikan di Indonesia menghasilkan manusia yang kurang berkarakter masih bisa diperdebatkan. Tetapi kegagalan ini setidaknya diperkuat oleh pendapat I Ketut Sumarta, seorang yang telah lama bergelut dalam dunia pendidikan. Dalam bukunya yang berjudul Pendidikan yang Memekarkan Rasa, ia mengatakan: “Pendidikan nasional kita cenderung hanya menonjolkan pembentukan kecerdasan berpikir dan menepikan penempatan kecerdasan rasa, kecerdasan budi, bahkan kecerdasan batin”.


(4)

Pendidikan Karakter adalah suatu upaya untuk membentuk manusia menjadi pribadi yang baik dalam kehidupan ditengah tengah masyarakat, dikarnakan pendidikan karakter ini masih baru penerapannya maka saya bermaksud untuk mengungkap bagaimana persepsi dan tanggapan guru, khususnya guru di MTs. Negeri Pringsewu tentang dimasukkannya pendidikan karakter ini dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan oleh pemerintah.

Menurut pendapat di atas maka lahirlah manusia yang berotak pintar, manusia berprestasi secara kuantitatif akademik, namun tidak berbudi sekaligus sangat berketergantungan, tidak merdeka dan mandiri. Kegagalan membentuk manusia dewasa dan berwatak mandiri ini kemudian diatasi atau diperkecil dengan melakukan program pendidikan karakter. Kurang berhasilnya sistem pendidikan membentuk sumber daya manusia dengan karakter yang tangguh, berbudi pekerti luhur, bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri, terjadi hampir di semua lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta. Lebih jauh upaya nation character building sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia terkesan tidak berjalan seperti yang diinginkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana persepsi guru terhadap dimasukkannya pendidikan nilai karakter dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, khususnya para guru di MTs. Negeri Pringsewu yang menjadi objek dari penelitian ini. Jadi dari banyak pengertian tentang pendidikan menurut para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses yang ditujukan untuk membina kualitas manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan sehari hari dimasyarakat secara


(5)

fungsional dan optimal. Atau pada intinya pendidikan adalah bertujuan untuk menolong kehidupan di tengah tengah manusia, dalam hal ini khususnya tentang karakter dan sikap dari seseorang.

Berdasarkan hasil wawancara tentang pendidikan karakter dengan guru di MTs. Negeri Pringsewu, dan dapat diambil kesimpulan bahwa dengan diterapkannya pendidikan karakter di sekolah diharapkan dapat mengurangi sikap sikap yang tidak sesuai dengan nilai-nilai etika dalam kehidupan seperti masih sering terjadi siwa yang bolos sekolah dan lain-lain, terlebih lagi dalam dunia pendidikan. Mengingat seringnya terjadi aksi aksi anarkis dikalangan masyarakat dan pelajar seperti sering terjadi tawuran, kekerasan dan lain-lain, semoga semenjak diterapkannya pendidikan karakter ini Masa depan generasi penerus ini terhindar dari hal hal dan sikap kasar yang bisa memicu timbulnya perselisihan dan perpecahan dan hal ini sesuai dengan MISI pendidikan di Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Persepsi guru MTs. Negeri Pringsewu terhadap dimasukkannya pendidikan karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan

2. Pentingnya pendidikan karakter bagi generasi muda/anak usia dini. 3. Persiapan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter pada masa


(6)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalah dibatasi pada Persepsi guru MTs. Negeri Pringsewu terhadap dimasukkannya pendidikan karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan tahun ajaran 2011-2012.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah persepsi guru MTs. Negeri Pringsewu terhadap dimasukkannya pendidikan karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan pada semester ganjil tahun ajaran 2011-2012.

E. Tujuan dan kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru di MTs. Negeri Pringsewu terhadap dimasukkannya pendidikan karakter di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan pada semester ganjil tahun ajaran 2011-2012.

2. Kegunaan penelitian a. Kegunaan teoritis

Secara teoritis kegunaan penelitian ini adalah untuk mengungkap persepsi dan pendapat guru di MTs. Negeri Pringsewu tentang


(7)

dimasukkannya pendidikan karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan nasional.

b. Kegunaan Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi guru dan dinas pendidikan untuk mengembangkan pentingnya pendidikan karakter pada siswa.

2. Sebagai calon guru hasil penelitian ini bisa menjadi kajian kedepannya.

3. Mencari informasi tentang perkembangan pendidikan karakter pada diri siswa

4. Tahu lebih dalam tentang fungsi dari pendidikan karakter pada anak siswa MTs. Pringsewu

F. Ruanglingkup Penelitian 1. Ruang lingkup ilmu Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan, dengan kajian Pendidikan karakter, terkait dengan pembentukan sikap dan nilai nilai karakter yang sesuai dengan norma norma pancasila.

2. Ruang lingkup objek penelitian

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah persepsi guru MTs. Negeri Pringsewu terhadap dimasukkannya pendidikan karakter dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.


(8)

3. Ruang Lingkup subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah para guru di MTs. Negeri Pringsewu

4. Ruang lingkup tempat

Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Negeri Pringsewu, Kabupaten pringsewu, Lampung

5. Ruang lingkup waktu penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai sejak dikeluarkannya surat izin Penelitian Pendahuluan pada Oktober 2011 oleh Dekan FKIP Universitas Lampung, sampai dengan dikeluarkannya surat bahwa penulis benar telah melakukan penelitian di MTs. Negeri Pringsewu pada tanggal 2 november 2011.


(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

Deskripsi teori dalam proposal ini adalah berdasarkan panduan dari berbagai pendapat para ahli untuk mengungkap persepsi guru terhadap pengaplikasian Pendidikan Karakter yang baru diterapkan oleh pemerintah dan dinas pendidikan.

1. Pengertian persepsi

Menurut Rahmat (1991: 519) mengemukakan bahwa “persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan”.

Mar’at (1984: 2) “persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari pengamatan kongnisi, persepsi itu dipengaruhi oleh faktor faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan”. Faktor pengalaman, Proses belajar atau sosialisasi memberi bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat sedangkan pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek psikologis tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa persepsi terhadap suatu objek akan berbeda pada masing masing individu tergantung pada pengalaman, proses belajar, sosialisasi cakrawala dan pengetahuannya tentang


(10)

objek tersebut.menurut Sarlito (1983: 43) pebedaan persepsi individu yang satu dengan yang lain berbeda beda, dan ini disebabkan oleh beberapa hal:

1. Perhatian: biasanya kita tidak menangkap seluruh ransangan yang ada disekitar kita sekali gus, tapi kita memfokuskan pada satu objek saja, perbedaan pokus antara satu dengan yang lainnya akan menyebabkan pebedaan persepsi

2. Set: harapan seseorang akan ransangan yang akan timbul, perbedaan set ini dapat menyebabkan perbedaan persepsi

3. Kebutuhan: kebutuhan kebutuhan sesaat atau menetap pada diri seseorangakan mempengaruhi persepsi orang tesebut, dengan demikian kebutuhab kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan pula perbedaan persepsi

4. Sistem nilai: sistem nilai yang berlaku dimasyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi

5. Ciri keperibadian

6. Gangguan kejiwaan, pengaruh ini sering disebut dengan halusinasi

Syarat syarat persepsi

David Krech dan Richard. S dalam Djalaluddin Rahmat (1999-59)

Menjelaskan bahwa ada dua hal yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu:

1. Faktor fungsional

Faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal lain yang termasuk dalam faktor personal yang menentukan persepsi bukan jenis atau stimulan tapi karakteristik seseorang yang memberikan respon pada stimulan itu, faktor ini terdiri atas :

a.Kebutuhan, kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada seseorang akan mempengaruhi atau menentukan persepsi


(11)

seseorang, dengan demikian perbedaan kebutuhan akan menimbulkan perbedaan persepsi

b. Kesiapan mental

c. Suasana emosi seperti pada saat senang, sedih, gelisah, marah akan mempengaruhi persepsi

d. Latar belakang budaya

2. Faktor struktural, faktor ini berasal dari sifat stimulasi fisik dan sistem syaraf individu, yang meliputi:

a. Kemampuan berpikir b. Daya tangkap duniawi

c. Saluran daya tangkap yang ada pada manusia

Berdasarkan faktor faktor diatas maka pada umumnya persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu cara belajar, latar belakang budaya, pendidikan, pengalaman masa lalu dan latar belakang dimana orang tersebut berada sehingga akan menghasilkan persepsi yang bermacam macam seperti setuju, netral, tidak setuju terhadap objek yang diteliti.

2. Pengertian Guru

Menurut Moh. Uzer Usman (2007: 37) “guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru”. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat tertentu, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra-jabatan.


(12)

Guru adalah sebagai perantara untuk menyampaikan pesan dan mendidik serta membimbing kehidupan manusia, Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai

pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri.

Menurut Djamarah “mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional”. Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonsesia, definisi guru adalah “orang yang pekerjaan, mata pencaharian atau profesinya mengajar”.Guru merupakan sosok yang mengemban tugas mengajar, mendidik dan membimbing. Jika ketiga sifat tersebut tidak melekat pada seorang guru, maka ia tidak dapat dipandang sebagai guru.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kualifikasi adalah “keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu”. Jadi, kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki suatu keahlian atau kecakapan khusus. Pelaksanaan sistem pendidikan selalu mengacu pada landasan pedagogik diktaktik. Untuk melihat kualifikasi profesional guru dalam kesatuan paket yakni pendidik, pengajar dan pelatih sebagai satu


(13)

kesatuan operasional yang tidak dapat terpecah-pecah. Kualifikasi guru dapat dipandang sebagai pekerjaan yang membutuhkan kemampuan yang mumpuni. Bahkan, kualifikasi terkadang dapat dilihat dari segi derajat lulusannya. Seperti dalam UU Sisdiknas 2003, ditetapkan bahwa guru Sekolah Dasar (SD) saja harus lulusan Strara S-1, apalagi bagi guru yang mengajar pada tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU).

Menurut Anwar Jasin ( 1998: 56) untuk mengukur kemampuan kualifikasi guru dapat ditilik dari tiga hal. Pertama, memiliki kemampuan dasar sebagai pendidik. Kualitas seperti ini tercermin dari diri pendidik. Adapun persyaratan yang harus dimiliki oleh jiwa pendidik antara lain :

a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Berwawasan ideologi Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 c. Berkepribadian dewasa, terutama dalam melaksanakan

fungsinya,sebagai orangtua kedua, in loco parentis, bagi siswa-siswanya

d. Mandiri(independen judgement), terutama dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

e. Penuh rasa tanggungjawab, mengetahui fungsi, tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik guru dan pelatih, serta mampu memutuskan sesuatu dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi, tugas dan tanggungjawabnya tidak menyalahkan pihak orang lain dalam memikul konsekuensi dari keputusannya terutama yang berkaitan dengan pembelajaran dan pengelolaan kelas.


(14)

3. Fungsi Guru

Menurut paparan yang diungkapkan oleh Muhibbin Syah (2005: 250-252), pada dasarnya fungsi atau peranan penting guru dalam proses belajar mengajar ialah sebagai “director of learning (direktur belajar)”. Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan proses belajar mengajar. Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa peranan guru dalam dunia pendidikan modern seperti sekarang ini semakin meningkat dari sekedar pengajar menjadi direktur belajar. Konsekuensinya, tugas dan tanggung jawab guru menjadi lebih kompleks dan berat.

Perluasan tugas dan tanggung jawab guru tersebut membawa konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian integral (menyatu) dalam kompetensi profesionalisme keguruan yang disandang oleh para guru. Menurut Gagne, setiap guru berfungsi sebagai:

1. Designer of instruction(perancang pengajaran) 2. Manager of instruction(pengelola pengajaran)

3. Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa). 4. Guru sebagaiDesigner of Instruction

Fungsi guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran) menghendaki guru untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar mengajar yang berhasil dan berdayaguna.


(15)

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000: 43-48),”fungsi guru meliputi sebagai insiator, korektor, inspirator, informator, mediator, demonstrator, motivator, pembimbing, fasilitator, organisator, evaluator, pengelola kelas, dan supervisor”.

a. Insiator, yaitu guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar mengajar dan ide-ide tersebut merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.

b. Korektor, yaitu guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk.

c. Inspirator, yaitu guru harus bisa memberikan ilham yang baik bagi kemajuan anak didik.

d. Informator, yaitu guru sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum

e. Mediator, yaitu guru dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.

f. Demonstrator, yaitu dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat dipahami oleh anak didik. Apalagi anak didik yang mempunyai intelegensi yang sedang atau rendah. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami tersebut, maka guru harus berupaya membantunya dengan cara memperagakan apa yang diajarkan.

g. Motivator, yaitu peranan guru sebagai pemberi dorongan kepada siswa dalam meningkatkan kualitas belajarnya.


(16)

h. Pembimbing, yaitu jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dicita-citakan.

i. Fasilitator, yaitu guru memberikan fasilitas (kemudahan) dalam proses belajar mengajar, sehingga interaksi belajar mengajar berlangsung secara komunikatif, aktif, dan efektif.

j. Organisator,yaitu guru mempunyai kemampuan mengorganisasi komponen-jomponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar. Semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.

k. Evaluator, yaitu ada kecenderungan bahwa peranan evaluator guru mempunyai otoritas untuk menilai prestai belajar siswa, baik dalam bidang akademik maupun nonakademik, tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

l. Pengelola kelas, yaitu guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah termpat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru.

m.Supervisor, yaitu guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses belajar mengajar. Untuk itu kelebihan yang dimiliki supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi juga karena pengalamannya.


(17)

4. Persepsi Guru terhadap Pendidikan Karakter

Mar’at (1984: 2) “persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari pengamatan kongnisi, persepsi itu dipengaruhi oleh faktor faktor prngalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan” Persepsi guru adalah kemampuan guru untuk membeda bedakan objek yang satu dengan objek yang lain dalam proses tersebut didahului dengan adanya pandangan, pengamatan yang berasal dari komponen koneksi sehingga seseorang akan mempunyai gambaran yang dapat dinyatakan dalam tindakan terhadap objek tertentu.

1. Persepsi itu relatif bukannya absolut

Dalam hubungan dengan kerelatifan persepsi ini dampak pertama dari suatu perubahan ransangan yang jarang yang kemudian berdasarkan pertanyaan bahwa persepsi itu relatif, gru apat meramalkan dengan baik persepsipada siswany untuk pelajaran berikutrnya karena guru lebih mengetahui dahulu persepsi yang dimiliki siswa pada pelajaran sebelumnya.

2. Persepsi itu selektif

Dalam memberikan pelajaran seorang guru harus dapat memilih bagian pelajaran yang perlu diberitekanan agar mendapat perhatian dari siswa dan sementara itu harus dapt menetukan bagian pelajaran yang tidak penting sehinga dapat dihilangkan perhatiannya.


(18)

3. Persepsi itu mempunyai tatanan Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterprestasi dalampelajaran

4. Persepsi seorang atau sekolompok dapat jauh berbeda dengan persepsi dari pihak lain

5. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.


(19)

Hamid Hasan (1998: 46) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:

1. kurikulum sebagai suatu ide; yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan. 2. kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari

kurikulum sebagai suatu ide; yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.

3. kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis; dalam bentuk praktek pembelajaran.

4. kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.

a. Landasan Kurikulum

Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.

Syaodih Sukmadinata (1997: 20) mengemukakan empat landasan utama dalam pengembangan kurikulum, yaitu:

1. Filosofis 2. Psikologis 3. sosial-budaya


(20)

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

b. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP .


(21)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan “kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)”. Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005. Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian :

1. Panduan Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL.Termasuk dalam ketentuan umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005 serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP. 2. Model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan

KTSP dengan mengacu pada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yang dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan hendaknya digunakan sebagai referensi.


(22)

6. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Ratna Megawangi dalam makalahnya yang berjudul Kecerdasan Plus Karakter,Pendidikan Karakter adalah “ pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action)”. Dengan pendidikan karakter, seorang anak tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas secara emosi dan spiritual. Dengan kecerdasan emosi seseorang akan bisa mengelola emosinya sehingga dia akan berhasil menghadapi segala macam tantangan yang mungkin dihadapinya dan kecerdasan spiritual akan membimbingnya menjadi manusia yang bervisi jauh ke depan.

a. Pendidikan Karakter

“Pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-spiritual dalam proses pembentukan pribadi ialah pedagogi Jerman FW Foerster (1869-1966)”. Lebih dari itu, pedagogi puerocentris lewat perayaan atas spontanitas anak-anak (Edouard Claparède, Ovide Decroly, Maria Montessori) yang mewarnai Eropa dan Amerika Serikat awal abad ke-19 kian dianggap tak mencukupi lagi bagi formasi intelektual dan kultural seorang pribadi.

Polemik anti-positivis dan anti-naturalis di Eropa awal abad ke-19 merupakan gerakan pembebasan dari determinisme natural menuju dimensi spiritual, bergerak dari formasi personal dengan pendekatan psiko-sosial menuju cita-cita humanisme yang lebih integral. Tujuan


(23)

pendidikan karakter adalah pembentukan karakter yang terujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan prilaku dan sikap hidup yang dimilikinya

Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan,

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran


(24)

atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.

Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau


(25)

nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.

Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.

Menurut Mochtar Buchori (2007: 45), “pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata”. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu ikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah.

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian


(26)

pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.

Menurut Foerster ( 2004: 28 ) ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter yaitu :

a. Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.

b. Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang.

c. Otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain.

d. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.


(27)

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Brooks dan Gooble dalam menjalankan pendidikan karakter terdapat elemen yang penting untuk diperhatikan, yaitu “prinsip, dan proses dan prakteknya dalam pengajaran”. Untuk itu maka diperlukan pendekatan optimal untuk mengajarkan karakter secara efektif yang menurut Brooks dan Goobleharus diterapkan diseluruh sekolah. Ratna Megawangi menjelaskan tentang tujuan dari pendidikankarakter yang menjadi misi utama pendidikan karakter. Tujuan-tujuan tersebut bermaksud untuk membentuk anak-anak dengan karakteristiksebagai berikut:

1. Membangun dan membentuk karakter anak yang mempunyai intelektualitas dan kematangan emosi yang dibingkai dengan nilai nilai ruhiyah.

2. Membantu anak mengembangkan kecerdasan yang optimal dalamaspek kognitif, emosional dan spiritual (multiple intelligences).

3. Membantu anak mencapai keseimbangan fungsionalisasi otak kiri danotak kanan yang dibingkai dengan nilai-nilai ruhiyah.

4. MenguasaiLife Skill(kecakapan hidup):problem solver, komunikator yang efektif, mudah beradaptasi, mampu menghadapi tantangan,berani


(28)

Ada 3 cara mendidik karakter anak:

1. Ubah Lingkungannya, melakukan pendidikan karakter dengan cara menata peraturan serta konsekuensi di sekolah dan dirumah. 2. Berikan pengetahuan, memberikan pengetahuan bagaimana

melakukan perilaku yang diharapakan untuk muncul dalam kesehariannya serta diaplikasikan.

3. Kondisikan emosinya, emosi manusia adalah kendali 88% dalam kehidupan manusia. Jika mampu menyentuh emosinya dan memberikan informasi yang tepat maka informasi tersebut akan menetap dalam hidupnya.

B. Kerangka Pikir

Menyelesaikan masalah baik kecil maupun besar sudah tentu melihat terlebih dahulu masalah tersebut dari beberapa segi, agar masalah tersebut dapat diselesaikan dengan mudah. Begitupun halnya penelitian ini memerlukan kerangka pikir sehingga dapat menjadi acuan dalam pembahasan nantinya

Menurut Soerjono Soekanto ( 1984; 24) kerangka pikir adalah “konsep yang memerlukan abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya berdimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti”.


(29)

Berdasarkan penjabaran diatas, maka dapat ditarik suatu kerangka pikir sebagai berikut :

Variabel ( X ) Variabel ( Y )

Persepsi guru : 1. Pengamatan 2. Pengalaman dan

pelaksanaan

Pendidikan Karakter

Meliputi aspek pengetahuan dan sikap


(30)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode dekriftif dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket, karena dalam penelitian ini meminta persepsi guru terhadap dimasukkannya pendidikan karakter dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Menurut winarno (1984: 138) “metode deskriptif merupakan penyelidikan yang menuturkan , menganalisi, mengklasipikasikan , penyelidikan dengan survei, dengan teknik interview, studi komperatif, studi gerak danwaktu”

Berdasarkan pendapat diatas maka penggunaan metode deskriptif sangat cocok dalam penelitian inikarena sesuai dengan kajian dari penelitian ini berupa persepsi guruterhadap dimasukkannya pendidikan karakter dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan di MTs. Negeri pringsewu.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah “ keseluruhan obyek penelitian “ (Suharsimi Arikunto, 1997: 108) sedangkan Muhammad Ali (1993: 100)mengatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan obyek penelitian ini berupa manusia, benda, peristiwa, atau berbagai gejala yang terjadi karena itu merupakan variabel


(31)

yang diperlukan untuk memecahkan masalah atau penunjang keberhasilan dalam penelitian”.

Berdasarkan pengertian tersebut yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah para guru yang ada di MTs. Negeri Pringsewu. Berikut ini adalah tabel daftar nama nama guru yang ada di MTs. Negeri Pringsewu.

Tabel. 1.Populasi jumlah guru yang mengajar di MTs. Negeri Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Lampung.

No Mata pelajaran Banyaknya

guru

jumlah

1 Pendidikan kewarganegaraan 3 orang

2 Pendidikan IPS 3 orang

3 Pendidikan TINKOM 3 orang

4 Pendidikan piqih 3 orang

5 Pendidikan IPA 3 orang

6 Pendidikan SKI 3 orang

7 Pendidikan matematika 3 orang

8 Pendidikan bahasa inggris 3 orang

9 Pendidikan bahasa indonesia 3 orang

10 Pendidikan bahasa Arab 2 orang

11 Pendidikan akidah akhlak 3 orang

12 Pendidikan SPK 3 orang

13 Pendidikan bahasa daerah 3 orang

14 Pendidikan BK 2 orang

15 Pendidikan penjaskes 2 orang

16 Pendidikankhotil Qur’an 3 orang

17 PendidikanQur’an dan Hadist 3 orang

Jumlah guru 46 orang

Sumber : Staf Tata Usaha MTs Negeri Pringsewu 2011-2012

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah keseluruhan guru di MTs. Negeri Pringsewu adalah 46 orang


(32)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti selanjutnya “bila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya sehingga merupakan penelitian populasi”, (Suharsimi Arikunto, 1997: 109). Kareana dalam penelitian ini populasi hanya berjumlah 46 orang maka sesuai dengan pendapat diatas maka penelitian ini menggunakan penelitian populasi, jadi tidak ada penarikan sampel.

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah

1. Variabel bebas yaitu Persepsi guru (X) 2. Variabel Terikat yaitu pendidikan karakter (Y)

1. Persepsi Guru ( X )

Persepsi guru adalah kemampuan seorang untuk membeda bedakan antara objek yang satu dengan yang lainnya dalam proses tersebut didahului dengan adanya pengetahuan , pengalaman yang berasal dari komponen kongnisi sehingga seorang guru akan mempunyai gambaran yang akan dinyatakan dalam tindakannya terhadap objek tertentu. Secara operasional variabel dalam penelitian ini adalah persepsi guru terhadap dimasukkannya pendidikan nilai karakter dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Indikatornya meliputi :


(33)

1. Aspek pengamatan, meliputi pengamatan guru MTs. Negeri Pringsewu terhadap diterapkannya pendidikan karakter disekolah

2. Aspek pengalaman dan pelaksanaan, meliputi hal-hal yang terjadi dalam proses plaksanaan dalam penerapan Pendidikan Karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan disekolah.

3. Aspek pengetahuan dan sikap, meliputi pengetahuan siswa dan perubahan sikap yang diperoleh peserta didik sejak mendapatkan Pendidikan Karakter disekolah.

a. Pengamatan

Pengamatan adalah Observasi secara teliti dan berulang-ulang selama masa tertentu yang ditetapkan, untuk menemukan organisme

pengganggu tumbuhan berbahaya pada bibit/benih tanaman yang dikenakan tindakan pengasingan. Observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi/interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan interaksi kelompok. Tipe–tipe

pengamatan yaitu, pengamatan berstruktur (dengan pedoman), pengamatan tidak berstruktur (tidak menggunakan pedoman).

b. Pengalaman dan Pelaksanaan

Seiring dengan kecanggihan teknology maka manusiapun berusaha sekuat tenaga untuk mengimbangi kemajuan teknology, segala daya dan upaya terus kita lakukan dengan belajar secara formal maupun informal bahkan otodidak. Belajar memang tanpa batas, karena ilmu


(34)

pengetahuan terus berkembang sangat cepat, apabila kita tidak berusaha mempelajarinya maka diri kita akan terasing dengan dunia kita sendiri. Pengalaman adalah guru terbaik karena kita adalah aktornya, Pepatah mengatakan ” Hanya keledai yang terperosok kedua kalinya di lobang yang sama” Rasanya pepatah ini perlu kita renungkan lebih dalam lagi, dan mari kita belajar dari pengalaman yang telah kita alami dan rasakan. Diri kita tidak akan pernah pandai kalau ternyata sebuah pengalaman pahit tidak bisa menjadi sebuah pelajaran.

2. Pendidikan Karakter ( Y )

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan dan tindakan untuk melaksanakan nilai nilai tersebut. tujuan pendidikan karakter adalah pembentukan yang terujud dalam kesatuan esensial sisubyek dengan prilaku dan sikap hidup yang dimilikinya.

Pengetahuan dan Sikap

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui


(35)

pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.

D. Rancangan Pengukuran

Yang diukur dalam Variabel ini adalah besarnya tingkat persepsi yang meliputi pengetahuan, pengalaman, pengamatan, pelaksanaan.

Untuk mengukur dalam penelitian ini dengan menggunakan alat ukur berupa skoring yang berisikan besaran tingkat persepsi guru :

1. Baik

2. Kurang baik 3. Tidak baik

E. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu cara dalam mlengkapi penelitian ini, dengan menggunakan teknik pengumpulan data , hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap yang nantinya dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian ini.

1. Teknik Angket

Angaket dalam penelitian ini disebarkan pada guru yang mengajar di MTs. Negeri Pringsewu untuk meminta persepsi mereka terhadap


(36)

dimasukkannya pendidikan karakter dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan tahun ajaran 2011-2012, dengan teknik pengambilan nilai :

1. Untuk jawaban yang sesuai dengan harapa diberi skor 3

2. Untuk jawaban yang kurang sesuai dengan harapa diberi skor 2 3. Untuk jawaban yang tidak sesuai dengan harapa diberi skor 1

Untuk mengolah nilai dalam tiap Variabel maka akan diadakan pengkategorian nilai yaitu baik, kurang baik, dan tidak baik.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik ini dilaksanakan dengan mencatat data tertulis tentang jumlah guru yang mengajar di MTs. Negeri pringsewu, sumber data adalah dokumentasi MTs. Negeri pringsewu

3. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data langsung dari responden serta untuk melengkapi data yang belum lengkap atau belum terjawab melalui angket.

F. Validasi dan Uji Reliabilitasi 1. Uji Validasi

Menurut Suharsimi Arikunto (1997: 160) validasi adalah “ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen”, dengan demikian untuk menentukan validitas item penulis menggunakan contruck validity melalui konrol langsung terhadap teori teori yang melahirkan indikator indikator dengan cara berkonsultasi dengan para pembimbing.


(37)

2. Uji Reliabilitas

Melakukan suatu penelitian yang menggunakan uji coba angket diperlukan suatu alat pengumpul data yaitu reabilitas. Metode yang digunakan untuk mengukur reabilitas, alat ukur dapat dipakai atau tidak diadakan uji coba angket dengan menggunakan metode belah dua dengan item genap dan ganjil dengan lagkah langkah yang ditempuh sebagai berikut :

1. Menyebar angket untuk uji coba kepada 10 orang diluar responden 2. Untuk menguji reabilitas soal angket digunakan angket belah dua

atau ganjil genap

3. Kemudian mengkolerasikan klompok ganjil dan genap dengan kolerasi produk moment, yaitu :

rxy

  

 

 

                  

N y y N x N y x xy 2 2 2 2 x Keterangan :

Rxy = hubungan variable x dan y x =Variable bebas

y = Variable terikat n = jumlah responden


(38)

4. Kemudian dicari reliabilitas dengan menggunakan rumus Spearman Brown (Sutrisno Hadi, 1986: 37) agar diketahui koofesien seluruh item itu

rxy =

 

 

rgg rgg

1 2

Keterangan :

rxy = koofesien reabilitas seluruh item = koofesien item ganjil genap

Adapun kreteria reabilitas (Manase Malio, 1986: 139) adalah sebagai berikut:

0,90- 1,00 = reliabilitas tinggi 0,50- 0,89 = reliabilitas sedang 0,00-0,49 = reliabilitas rendah

3. Teknis Analisis Data

Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan suatu analisis data kualitatif yaitu dengan menguraikan kata kata dalam kalimat serta angka secara sistematis selanjutnya menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi yaitu:

I= NT- NR K Keterangan


(39)

NT = nilai tertinggi NR = nilai terendah K = kategori

Kemudian untuk mengetahui tingkat presentase Muhammad Ali ( 1984: 184 ) digunakan rumus sebagai berikut.

P = F x 100% N

Keterangan

P = Besarnya presentase

F = Jumlah alternativ seluruh item

N = Jumlah perkalian antara item dengan responden

Untuk menafsirkan banyaknya presentase ( Suharsimi Arikunto, 1997: 196) yang diperoleh dengan kreteria sebnagai berikut : 76%-100% baik

56%-75% cukup 40%55% tidak baik


(40)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian terhadap persepsi guru MTs. Negeri Pringsewu dengan dimasukkannya Pendidikan Karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan Tahun 2011-2012 maka kesimpulannya adalah sebagai berikut :

1. Indikator aspek pengamatan

Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat dilihat bahwa dari 46 responden, diantaranya 4 (8,69 %), menyatakan bahwa dimasukkannya Pendidikan Karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan kurang baik responden beranggapan bahwa dengan titerapkannya Pendidikan Karakter di sekolah tidak akan berpengaru pada pembentukan sikap dan karaktristik siswa. Selanjutnya 17 responden (36,95 %) menyatakan bahwa dimasukkannya Pendidikan Karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan cukup baik, maksudnya adalah responden beranggapan bahwa dengan titerapkannya Pendidikan Karakter di sekolah cukup baik untuk membantu pembentukan sikap dan karaktristik siswa. Kemudian 25 responden (54,34%) menyatakan bahwa dimasukkannya Pendidikan Karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan adalah baik. responden beranggapan bahwa


(41)

dengan titerapkannya Pendidikan Karakter di sekolah sangat baik untuk membantu pembentukan sikap dan karaktristik siswa.

2. Indikator aspek pengalaman dan pelaksanaan

Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat dilihat bahwa dari 46 responden diantaranya 7 (15,21%), menyatakan bahwa dimasukkannya Pendidikan Karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan berkategori kurang baik, responden beranggapan bahwa dengan diterapkannya Pendidikan Karakter disekolah kurang membantu dalam perubahan dan karakteristik siswa, selanjutnya 19 responden (41,30%) menyatakan bahwa dimasukkannya Pendidikan Karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan berkategori cukup baik, responden beranggapan bahwa dengan diterapkannya Pendidikan Karakter disekolah cukup membantu dalam perubahan dan karakteristik siswa,

kemudian 20 responden (43, 47 %) menyatakan bahwa dimasukkannya Pendidikan Karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan masuk kedalam kategori baik, responden beranggapan bahwa dengan diterapkannya Pendidikan Karakter disekolah sangat membantu dalam perubahan dan karakteristik siswa.

3. Indikator aspek pengetahuan dan sikap

Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat dilihat bahwa dari 46 responden 12 (26,08%), dari aspek Pengetahuan dan Sikap responden menyatakan bahwa Pendidikan Karakter kurang baik, maksudnya adalah mereka


(42)

beranggapan bahwa pendidikan karakter kurang baik untuk diterapakan dikurikulum tingkat satuan pendidikan karena tidak berpengaruh dalam pembentukan sikap dan karakteristik siswa. Selanjutnya 14 responden (30,43%) menyatakan bahwa Pendidikan Karakter cukup baik, maksudnya adalah dari aspek Pengetahuan dan Sikap mereka menganggap bahwa Pendidikan Karakter cukup baik untuk diterapakan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan karena cukup membantu pertumbuhan dan pembentukan sikap dan karakteristik pada siswa. Kemudian 20 responden (43,47%) menyatakan bahwa Pendidikan Karakter baik, maksudnya adalah dari aspek Pengetahuan dan Sikap mereka menganggap bahwa Pendidikan Karakter sangat baik dalam membantu pertumbuhan dan pembentukan sikap dan karakteristik pada siswa .


(43)

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisis data dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis ingin memberikan saran :

1. Kepada guru diharapkan dapat meningkatkan dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan pendidikan siswa. Bentuk-bentuk perhatian tersebut dapat berupa pemenuhan kebutuhan ilmu pengetahuan atau materi pembelajaran untuk belajar ataupun pemberian dorongan atau semangat kepada siswa. Disamping itu juga guru hendaknya lebih terbuka dan bersedia bekerja sama demi kemajuan siswa.

2. Kepada kepala sekolah agar lebih memperhatikan hal-hal yang membantu kegiatan pembelajaran dengan baik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Seperti melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran, memperhatikan kenyamanan kelas dan lingkungan belajar untuk lebih meningkatkan kualitas dari hasil belajar.

3. Kepada Dinas Pendidikan semoga hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan kedepannya untuk lebih meningkatkan mutu dari penerapan Pendidikan Karakter tersebut. Semoga hal penting yang tercantum dalam skripsi ini dapat dijadikan acuan dan pertimbangan agar kualitas Pendidikan Karakter kedepannya bisa menjadi lebih baik.


(44)

( Skripsi )

Oleh MASUNI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2011


(45)

HALAMANABSTARK …...……….. i

HALAMAN JUDUL ...………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ……… iii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iv

HALAMANRIWAYAT HIDUP ……… v

HALAMAN MOTTO ……….. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ………... viii

HALAMAN DAFTAR ISI ……….. ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….……… 1

B. Identifikasi Masalah………... 4

C. Pembatasan Masalah……….……. 5

D. Perumusan Masalah………... 5

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian..……….………... 5

1. Tujuan penelitian ……….... 5

2. Kegunaan penelitian ………..… 5

F. Ruang Lingkup Penelitian……….….. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis ……….. 8

1. Pengertian persepsi ……….….…… 8

2. Pengertian guru ……….…….. 10

3. Fungsi guru ………. 13

4. Persepsi guru terhadap pendidikan karakter……….. 16

5. KTSP (kurikulumtingkat satuan pendidikan) ……..…….. 17

a. Landasan kurikulum ………..….… 18

b. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ………. 19

6. Pengertian pendidikan karakter ……….…….. 21

a. Pendidikan karakter ……… 21

b. Tujuan pendidikan karakter ……….……..……. 26


(46)

1. Populasi ……….…….. 29

2. Sampel ……….…… 31

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Penelitian………… 31

1. Persepsi Guru ( X ) ……….…... 31

a. Pengamatan ……….……… 32

b. Pengalaman dan Pelaksanaan……….… 32

2. Pendidikan Karakter ( Y ) ………...… 33

Pengetahuan dan sikap ……….…… 33

D. Rancangan Pengukuran ……….……….………… 34

E. Teknik Pengumpulan Data ……….…...….... 34

1. Teknik Angket ……….………… 33

2. Teknik Dokumentasi ……….………….……. 35

3. Wawancara ………..…… 35

F. Validasi dan Uji Reliabilitasi ……….…….……….. 35

1. Uji Validasi ……….…… 35

2. Uji Reliabilitas ……….………. 36

3. Teknis analisis data ……….… 37

IV. HASIL PENELITIAN A. Langkah-langkah penelitian……….…….….…….. 39

1. Persiapan penelitian ……….……….. 39

2. Penelitian pendahuluan ……….…. 39

3. Pengajuan rencana penelitian ……….…………... 40

B. Pelaksanaan penelitian ……… 41

C. Gambaran umum lokasi penelitian ……….………. 46

1. Sejarah singkat MTs. Negeri Pringsewu ……… 46

2. Situasi dan kondisi sekolah ……… 47

3. Data guru dan staf TU tahun 2010/ 2011 ………... 48

D. Deskripsi data……… 49

1. Pengumpulan data ……….. 49

2. Penyajian data ……… 49

E. Pembahasan ………. 62

A. Indikator persepsi guru ( Y ) ……….. 62

1. Aspek pengalaman ………..………. 62

2. Aspek pengalaman dan pelaksanaan ..………. 63

B. Indikator Pendidikan Karakter ( Y )…….……… 64


(47)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(48)

Ady Padoe, 2002.Dasar-dasar kemandirian.http://www.ady

padoe.com/pdf/Pengaruh sikap–mandiri-siswa.html.(20 april 2011)

akhmadsudrajat.konsep-pendidikan-karakterhttp:// wordpress.com /2011/08/15 Aksay.kurikulum_ktsp. http://multiply.com 10/ 08/2011

Arlyn J. Melcher, 1995.Struktur dan proses organisasi, Rineka Cipta, Jakarat Citra Rineka Bandung.

Departemen pendidikan dan perpustakaan. 2003.System pendidikan nasional. Direktorat pendidikan, 1987.Tentang pendidikan menengah kejuruan.

Drikarya, N., 1991.Drikaryatentang pendidikan. Yogyakarta: kanisius

Elmubarok zaim. 2008.Membumikan pendidikan nilai. (pasal 1 UU RI No. 20 Elmubarok zaim. 2008.Membumikan pendidikan nilai. Bandung. Alfabeta

Lictona, T 1987. Character development in the family. Dlm. Riyan, K.& Mclean, G.F.Character development in school and beyond: 253-273.

New york: Praeger

Manase mallo. 1986.Metode penelitian social.kurnia.jakarta. Megawangi, R. 2004.Pendidikan karakter, Jakarta IHF.

Muhammad Ali. 1987. Penelitian kependidikan prosedur dan strategi. Bina Angkasa. Bandung. Rineka Cipta. Jakarta.

Soeparman, M, 1980.pedoman pramuka.http:/ budayageblog wordpress.com 2009/08/15/pramuka-praja-muda-karana.(20 April 2001


(49)

Tim Penyusun, 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa. Jakarta. Tim penyusun.Kamus besar bahasa indonesia. Balai Pustaka

Undang undang RI No 20 2003. Sinar Gra Ika. Jakarta. Pasal 36

Unila, 2007.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Unila. Bandar Lampung Walgito Bimo, 2003.Pengantar Sikap, Bina Cipta. Bandung


(50)

SANWACANA

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan proposal ini.

Proposal ini disusun untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Universitas Lampung dalam menyelesaikan studi. Dalam proposal ini penulis berusaha memperoleh dan menyampaikan informasi dari guru di MTs. Negeri Pringsewu atas dasar fakta dan dukungan data yang valid, terhadap persepsi mereka dengan dimasukkannya pendidikan karakter dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Proses penulisan proposal ini tidak terlepas dari hambatan oleh karena keterbatasan kemampuan dan semua itu dapat saya hadapi hungga penulisan proposal ini selesai berkat bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si. selaku pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung


(51)

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H. selaku pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

5. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H. selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

6. Bapak Drs. Holilullah, M.Si. selaku ketua Program Studi PPKn jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

7. Bapak Drs. Berchah Pitoewas, M.H. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing dan telah memotivasi saya dalam menulis proposal ini.

8. Ibu Yuniska Nurmalisa, S.Pd. M.Pd. selaku pembimbing pembantu yang telah membimbing dan telah memotivasi saya dalam menulis proposal ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PPKn khususnya, dan para pendidik di Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis.

10. Teristimewa kedua orang tua saya tercinta yang telah membesarkan dan memberikan segala galanya untuk masa depan anak anaknya dengan ketulusan hati.

11. Kedua adikku tersayang yang telah memberi semangat kepada saya.

12. Semua keluarga besar penulis yang juga turut memberikan motivasi dalam proses perkuliahan saya.


(52)

13. Bapak Rijali, S.Pd.I. selaku kepala MTs. Negeri Pringsewu, Kabupaten Pringsewu.

14. Teman temanku semua yang selama ini senantiasa bersama semoga kita semua diberikan kemudahan dalam menggapai apa yang kita rencanakan, amin.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan informasi yang ada pada diri penulis, sehingga dalam penulisan ini sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari penyampaian, maupun kelengkapan dalam penulisan. Segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan demi kebaikan penulis dimasa mendatang. Semoga saja apa yang tersaji dalam karya yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, September 2011 Penulis


(53)

Selalu menjadikan kesalahan sebagai

guru yang paling baik


(54)

Judul Skripsi : Persepsi guru MTs. Negeri Pringsewu

terhadap dimasukkannya pendidikan karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan tahun pelajaran 2011-2012

Nama Mahasiswa : Masuni

No. Pokok Mahasiswa : 0743032024

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Berchah Pitoewas, M.H. Yunischa Nurmalisa, S.Pd. M.Pd.

NIP 196112141993031001 NIP 198706022008122001

Mengetahui,

Ketua Program Studi PPKn

Drs. Holilulloh, M.Si. NIP 19610711198703 1 003


(55)

(56)

Dengan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang

Maha Esa, Kupersembahkan karya tulis ini sebagai

tanda bukti cinta kasihku kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, ibu dan bapak yang

senantiasa berusaha dan be

rdo’a dalam

membimbing anandanya tercinta untuk

menggapai segala harapan yang ananda

inginkan.

2. Kedua adik tersayang Eva Tia Aprida Dan

Herpy Adi Nasma yang selama ini merupakan

bagian dalam saya.

3. Para bapak/ibu pendidik yang saya hormati, dan

almamater tercinta Universitas Lampung.


(57)

Tanggamus, Lampung pada 06 Juni 1985. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan suami isteri Bapak Marihan dan Ibu Rohani.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah :

1. Sekolah Dasar Negeri 1 kota agung‘ TanggamusTamat Tahun 2000

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Kota Agung, Tanggamus, Tamat Tahun 2003

3. Sekolah Menengah Kejuruan Budi Utama Pringsewu, Kabupaten Pringsewu. Tamat Tahun 2006

4. Tahun 2007 penulis melanjut kan pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung pada jurusan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.


(1)

iii

13. Bapak Rijali, S.Pd.I. selaku kepala MTs. Negeri Pringsewu, Kabupaten Pringsewu.

14. Teman temanku semua yang selama ini senantiasa bersama semoga kita semua diberikan kemudahan dalam menggapai apa yang kita rencanakan, amin.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan informasi yang ada pada diri penulis, sehingga dalam penulisan ini sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari penyampaian, maupun kelengkapan dalam penulisan. Segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan demi kebaikan penulis dimasa mendatang. Semoga saja apa yang tersaji dalam karya yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, September 2011 Penulis


(2)

MOTTO

Selalu menjadikan kesalahan sebagai

guru yang paling baik


(3)

PENGESAHAN

Judul Skripsi : Persepsi guru MTs. Negeri Pringsewu

terhadap dimasukkannya pendidikan karakter dikurikulum tingkat satuan pendidikan tahun pelajaran 2011-2012

Nama Mahasiswa : Masuni No. Pokok Mahasiswa : 0743032024

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Berchah Pitoewas, M.H. Yunischa Nurmalisa, S.Pd. M.Pd. NIP 196112141993031001 NIP 198706022008122001

Mengetahui,

Ketua Program Studi PPKn

Drs. Holilulloh, M.Si. NIP 19610711198703 1 003


(4)

(5)

PERSEMBAHAN

Dengan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang

Maha Esa, Kupersembahkan karya tulis ini sebagai

tanda bukti cinta kasihku kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, ibu dan bapak yang

senantiasa berusaha dan be

rdo’a dalam

membimbing anandanya tercinta untuk

menggapai segala harapan yang ananda

inginkan.

2. Kedua adik tersayang Eva Tia Aprida Dan

Herpy Adi Nasma yang selama ini merupakan

bagian dalam saya.

3. Para bapak/ibu pendidik yang saya hormati, dan

almamater tercinta Universitas Lampung.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gisting, Kabupaten Tanggamus, Lampung pada 06 Juni 1985. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan suami isteri Bapak Marihan dan Ibu Rohani.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah :

1. Sekolah Dasar Negeri 1 kota agung‘ TanggamusTamat Tahun 2000 2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Kota Agung, Tanggamus,

Tamat Tahun 2003

3. Sekolah Menengah Kejuruan Budi Utama Pringsewu, Kabupaten

Pringsewu. Tamat Tahun 2006

4. Tahun 2007 penulis melanjut kan pendidikan di Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung pada jurusan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.


Dokumen yang terkait

PERSEPSI GURU TENTANG PEMBELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SD Persepsi Guru Tentang Pembelajaran pada Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta.

0 1 20

PERSEPSI GURU TENTANG PEMBELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SD Persepsi Guru Tentang Pembelajaran pada Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SD Muhammadiyah 24 Gajahan Surakarta.

0 3 17

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan jenjang pendidikan : studi kasus guru-guru SD, SMP, SMA Pangudiluhur Kotamadya Yogyakarta.

1 9 161

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja, jenjang pendidikan, status guru dan golongan jabatan guru.

0 4 181

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN 2012

0 0 45

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja, jenjang pendidikan, status guru dan golongan jabatan guru - USD Repository

0 0 179

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

0 0 184

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

0 0 208

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

0 0 201

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI PENGALAMAN MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN DAN JENJANG PENDIDIKAN

0 1 159