Keterkaitan nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng, jarak terhadap jalan dan sungai di Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang

KETERKAITAN NILAI LAND RENT LAHAN SAWAH
DENGAN KEMIRINGAN LERENG, JARAK TERHADAP
JALAN, DAN SUNGAI DI KECAMATAN PADARINCANG
KABUPATEN SERANG

AIDA RATNA JUWITA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keterkaitan nilai land
rent lahan sawah dengan kemiringan lereng, jarak terhadap jalan, dan sungai di
Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Aida Ratna Juwita
NIM A14080061

ABSTRAK
AIDA RATNA JUWITA. Keterkaitan Nilai Land rent Lahan Sawah dengan
Kemiringan Lereng, Jarak terhadap Jalan, dan Sungai di Kecamatan Padarincang
Kabupaten Serang. Dibimbing oleh ASDAR ISWATI dan KHURSATUL
MUNIBAH.
Kecamatan Padarincang merupakan salah satu kecamatan yang memiliki
lahan sawah terluas di Kabupaten Serang yaitu seluas 3709,22 ha. Pada umumnya
nilai ekonomi dari lahan sawah lebih rendah jika dibandingkan dengan lahan
terbangun, sehingga akan mempercepat terjadinya alih fungsi lahan sawah.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi nilai land rent lahan sawah
berdasarkan kemiringan lereng, jarak terhadap jalan, dan sungai, (2) Menganalisis
keterkaitan nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng, jarak terhadap
jalan, dan sungai, dan (3) menganalisis tingkat pemenuhan kebutuhan hidup

petani dari hasil usahataninya. Pelaksanaan penelitian meliputi: (1) pemetaan
penggunaan lahan sawah, (2) analisis nilai land rent dan pemenuhan kebutuhan
hidup petani, (3) analisis keterkaitan nilai land rent dengan kemiringan lereng,
jarak jalan, dan sungai.
Nilai land rent lahan sawah di Kecamatan Padarincang yang tertinggi
terdapat pada lahan sawah yang terletak dikemiringan datar (0-3 %), berjarak 0500 m dari jalan, dan berjarak 200-400 m dari sungai dengan nilai sebesar Rp
1.148,49 /m2/th. Sedangkan nilai land rent terendah terdapat pada lahan sawah
yang terletak dikemiringan landai (>8-15 %), berjarak 1000-1500 m dari jalan,
berjarak 1400-1600 m dari sungai dengan nilai sebesar Rp 385,60 /m2/th.
Keterkaitan nilai land rent lahan sawah yang berada di Kecamatan Padarincang
dengan kemiringan lereng lahan sawah memiliki keterkaitan yang kuat, sehingga
kemiringan lereng sangat mempengaruhi nilai land rent lahan sawah. Hubungan
antara pemasukan dan pengeluaran untuk petani pemilik maupun penggarap tidak
nyata dengan R2 masing-masing 0,358 dan 0,038. Hal ini ditunjukkan bahwa nilai
pemasukan lebih kecil dari pengeluaran (defisit). Pada petani pemilik 60 % defisit,
sedangkan petani penggarap seluruh responden 100 % defisit.
Kata kunci: Land rent, kemiringan lereng, jalan, dan sungai

ABSTRACT
AIDA RATNA JUWITA. Linkage Value Land rent paddy fields with Slopes,

Distance to the Road, and the River in Padarincang District Serang. Supervised by
ASDAR ISWATI and KHURSATUL MUNIBAH
Subdistrict Padarincang is one of the districts that have the largest paddy
fields area in Serang is 3.709,22 ha. In general, the economic value of paddy
fields is lower when compared to undeveloped land,so which will accelerate the
transfer of paddy fields. This study aims to (1) identify the land rent value of
paddy fields based on slope, distance to roads, and rivers, (2) analyze the
relationship paddy fields land rent value with slope, distance to roads, and rivers,
and (3) analyze the subsistence farmers level from farming results.
Implementation of the research include: (1) mapping of paddy fields use, (2)
analysis of the value of land rent and subsistence farmers, (3) analysis of land rent
rate link with slope, distance roads, and rivers.
Value of the land rent in District Padarincang paddy fields which is highest
in paddy fields at slope located (0-3 %), is 0-500 m from the road, and within 200400 m from the river with a value of Rp 1.148,49 /m2/yr. While the land rent
value was lowest for the wetland area located ramps slope (>8-15 %), within
1.000-1.500 m from the road, is 1.400 to 1.600 m from the river with a value of
Rp 385,60 /m2/yr. The Linkage land rent value paddy fields located in
Padarincang district with slope paddy fields has a strong relationship, so that the
slope greatly affect the value of the land rent paddy fields. The relationship
between income and expenditure for the owner or tenant farmers unreal with R2

respectively 0,358 and 0,038. It is shown that the value is smaller income than
expenses (deficit). At the farmer owners of 60 % deficit, while sharecroppers all
respondents 100 % deficit.
Keywords: Land rent, slope, road, dan river

KETERKAITAN NILAI LAND RENT LAHAN SAWAH
DENGAN KEMIRINGAN LERENG, JARAK TERHADAP
JALAN, DAN SUNGAI DI KECAMATAN PADARINCANG
KABUPATEN SERANG

AIDA RATNA JUWITA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPERTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya,
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 sampai Juni 2013 ini
adalah Land Rent dengan judul Keterkaitan Nilai Land Rent Lahan Sawah dengan
Kemiringan Lereng, Jarak terhadap Jalan, dan Sungai di Kecamatan Padarincang
Kabupaten Serang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Asdar Iswati dan Ibu Dr.
Khursatul Munibah, MSc selaku pembimbing, serta Ibu Ir. Dyah Retno Panuju,
MSi dan Bapak Dr. Ir. Baba Barus, MSc selaku penguji luar komisi, atas saransarannya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala serta
staf dari Bappeda Kabupaten Serang, Kepala dan staf dari Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Serang yang telah memberikan Citra Quickbird, Kepala
dan staf dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang dan Bapak Camat beserta
staf Kecamatan Padarincang yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak M. Sani Yusuf
(ayahanda), Ibu Robiatul Adawiyah (Ibunda), Anjar Hafidhun serta seluruh

keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015

Aida Ratna Juwita

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Nilai Ekonomi Lahan ( Land rent )
Lahan Sawah
Kemiringan Lereng
Jalan
Sungai

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Bahan dan Alat
Pelaksanaan Penelitian
Tahap Persiapan
Pemetaan Penggunaan Lahan Sawah
Penentuan Titik/Lokasi Pengumpulan Data Land rent
Pengumpulan Data Land rent dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup
Petani
Analisis Nilai Land rent dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Petani
Analisis Keterkaitan Nilai Land rent dengan Kemiringan Lereng,
Jarak terhadap Jalan dan Sungai
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Iklim
Tanah
Topografi
Sosial Ekonomi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai Land rent Lahan Sawah berdasarkan Kemiringan Lereng
Nilai Land rent Lahan Sawah berdasarkan Jarak ke Jalan

Nilai Land rent Lahan Sawah berdasarkan Jarak ke Sungai
Keterkaitan Nilai Land rent Lahan Sawah dengan Kemiringan Lereng,
Jarak terhadap Jalan, dan Sungai
Keterkaitan Pengeluaran dan Pemasukan Petani dari Hasil Usahatani
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
vii
vii
1
1
2
2
2
3

4
4
4
5
5
6
6
6
7
9
10
10
11
12
12
12
13
13
13
13

16
19
22
23
27
27
28
28
30
54

DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi letak lahan sawah terhadap jalan, sungai, kemiringan lereng dan
Jumlah lokasi pengumpulan data land rent dan kebutuhan hidup petani
2 Faktor yang mempengaruhi keragaman nilai land rent lahan sawah terhadap
kemiringan lereng

9

3 Nilai land rent lahan sawah berdasarkan kelas kemiringan lereng


14
15

4 Faktor yang mempengaruhi keragaman nilai land rent lahan sawah terhadap
jarak ke jalan
5 Nilai land rent lahan sawah berdasarkan jarak terhadp jalan

17
18

6 Faktor yang mempengaruhi keragaman nilai land rent lahan sawah terhadap
jarak ke sungai
7 Nilai land rent lahan sawah berdasarkan jarak terhadap jalan
8 Korelasi dan regresi nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng,
jarak terhadap jalan, dan sungai

20
21
22

DAFTAR GAMBAR
1 Pengaruh dari nilai dan kurva biaya untuk ilustrasi konsep land rent yang
merupakan surplus ekonomi setelah pembayaran biaya produksi
2 Peta administrasi lokasi penelitian

3

3 Bagan alir penelitian

8

5

4 Sebaran lokasi pengambilan data land rent lahan sawah dan kebutuhan hidup
petani di Kecamatan Padarincang
5 Boxplot nilai land rent lahan sawah pada berbagai kemiringan lereng

10
14

6 Hubungan nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng

16

7 Boxplot nilai land rent lahan sawah berdasarkan jarak ke jalan
8 Hubungan nilai land rent lahan sawah dengan jarak terhadap jalan

16
19

9 Boxplot nilai land rent lahan sawah berdasarkan jarak ke sungai

19

10 Hubungan nilai land rent lahan sawah dengan jarak terhadap sungai

22

11 Pemasukan, pengeluaran dan defisit petai penggarap

24

12 Hubungan pengeluaran dan pemasukan petani penggarap

25

13 Pemasukan, pengeluaran dan defisit/surplus petai pemilik

26

14 Hubungan pengeluaran dan pemasukan petani pemilik

27

DAFTAR LAMPIRAN
1 Koordinat GPS lokasi pengecekan lapang dan pengambilan data land
rent lahan sawah di Kecamatan Padarincang
2 Form pengumpulan data land rent dan kebutuhan hidup petani

30
33

3 Data input dan output Lahan Sawah

36

4 Data Nilai land rent Lahan Sawah

41

5 Data petani berdasarkan kemiringan lereng, jarak jalan, dan sungai

46

6 Data biaya kebutuhan hidup dan tingkat pemenuhan kebutuhan hidup
pada petani pemilik
7 Data biaya kebutuhan hidup dan tingkat pemenuhan kebutuhan hidup
pada petani penggarap

49
50

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Padarincang pada tahun 20102011 sebesar 6.271 jiwa (BPS 2011). Peningkatan jumlah penduduk tersebut
berdampak pada peningkatan kebutuhan lahan dan aktivitas ekonomi, sehingga
terjadi perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian. Salah satu
bentuk lahan pertanian yang sering terjadi perubahan penggunaannya adalah lahan
sawah.
Nilai ekonomi merupakan sisa surplus ekonomi sebagai bagian dari nilai
produksi total atau pendapatan total yang ada setelah pembayaran dilakukan untuk
semua faktor biaya total (Barlowe 1978). Land rent dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kualitas fisik lahan, lokasi dan sistem lingkungan di sekitarnya.
Semakin besar nilai output yang dihasilkan dari suatu lahan, maka land rent yang
diperoleh juga semakin tinggi.
Provinsi Banten merupakan provinsi yang memiliki luas lahan sawah
197.165 Ha yang berada pada urutan ke 12 dari seluruh Indonesia. Salah satu
kabupaten di Provinsi Banten yang memiliki luasan lahan sawah yang luas yaitu
Kabupaten serang dengan luasan 49.811,24 Ha, yang menempati urutan ke tiga
setelah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak (BPS 2013). Kecamatan
yang memiliki sumbangsi yang besar salah satunya Kecamatan Padarincang
seluas 3.709,22 Ha atau sekitar 7,45 % dari luas lahan sawah di Kabupaten
Serang. Selain itu, pada kecamatan ini penggunaan lahan yang dominan yaitu
penggunaan lahan sawah sektar 37,45 % dari luas kecamatan (Dinas pertanian dan
perkebunan Kab. Serang 2012).
Jarak memiliki pengaruh terhadap nilai land rent seperti penelitian Sobari
(2003), lahan tambak yang memiliki jarak terhadap pasar 21 Km nilai land rent
lahan tersebut Rp 1.571.237 /Ha/th lebih besar dibandingkan dengan lahan tambak
yang berada pada jarak 39 Km dari pasar dengan nilai land rent Rp
513.000/Ha/th.
Menurut penelitian Jamal (2001), di Kabupaten Karawang Jawa Barat, harga
lahan yang diterima petani jika terjadi alih fungsi lahan secara signifikan
dipengaruhi oleh status lahan, jumlah tenaga kerja yang diserap di lahan tersebut,
jarak dari saluran tersier, jarak dari jalan, dan jarak dari kawasan industri atau
pemukiman, sedangkan produktivitas lahan, jenis irigasi, dan perubahan lain tidak
berpengaruh nyata.
Berdasarkan penelitian tersebut untuk mengetahui nilai land rent lahan sawah
maka perlu dilakukan penelitian yang mengkaji nilai land rent lahan sawah
terhadap beberapa aspek lahan diantaranya berdasarkan kemiringan lereng, jarak
terhadap jalan dan sungai, serta keterkaitannya terhadap pemenuhan kebutuhan
hidup petani dari hasil usahatani.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
1. Mengidentifikasi nilai land rent lahan sawah berdasarkan kemiringan lereng,
jarak terhadap jalan, dan sungai
2. Menganalisis keterkaitan nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng,
jarak terhadap jalan, dan sungai
3. Menganalisis tingkat pemenuhan kebutuhan hidup petani dari hasil
usahataninya

TINJAUAN PUSTAKA
Nilai Ekonomi Lahan ( Land rent )
Land rent adalah sisa surplus ekonomi sebagai bagian dari nilai produksi
total atau pendapatan total yang ada setelah pembayaran dilakukan untuk semua
faktor biaya total (Barlowe 1978). Surplus ekonomi dari sumberdaya lahan dapat
dilihat dari kesuburan tanah dan lokasi (Sitorus 2004).
Economic rent adalah surplus pendapatan yang diperoleh atas penggunaan
sebidang lahan yang nilainya ditentukan oleh kemampuan lahan pada lokasi
tertentu untuk menghasilkan penerimaan dan menutupi biaya produksi. Economic
rent sebidang lahan dibedakan menjadi : (i) ricardian rent nilai intrinsik yang
terkandung dalam sebidang lahan, seperti kesuburan dan topografinya sehingga
mempunyai keunggulan produktivitas lahan; dan (ii) locational rent nilai yang
disebabkan oleh perbedaan lokasi. Ricardian rent adalah surplus sebagai akibat
dari kualitas dan daya dukung fisik lahan. Nilai tanah adalah nilai sekarang
sebagai nilai diskonto dari total rante tanah (land rent) yang diharapkan diperoleh
pada masa yang akan datang. Artinya nilai tanah berkaitan erat dengan akumulasi
rente tanah dalam suatu periode tertentu.
Locational rent adalah surplus yang timbul sebagai akibat lokasi/jarak suatu
lahan terhadap suatu kegiatan tertentu. Jika locational rent dipertimbangkan,
maka kesesuaian penggunaan lahan tidak hanya dilihat/ditentukan oleh ricardian
rent saja tetapi juga aspek locational rent-nya, sebagaimana ditentukan oleh: (1)
lima faktor transportation cost (intrinsik, volume, sifat berat jenis, daya
tahan/kadalursa dan kebahayaan), (2) jarak, dan (3) kemudahan transportasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi land rent adalah perbedaan kesuburan
tanah, jarak dari pasar, biaya produksi, dan lahan yang terbatas (scarsity of land)
sehubungan dengan kondisi lingkungan lahan tersebut (Mubyarto 1985).
Menurut Suparmoko (dalam Sobari 2006) menunjukkan penggunaan nilai produk
dan kurva biaya untuk ilustrasi land rent yang merupakan surplus ekonomi setelah
pembayaran biaya produksi seperti yang tampak pada Gambar 1. Berdasarkan
Gambar 1, total nilai produksi yang dihasilkan digambarkan oleh segi empat
LNSP dengan total biaya dari variabel input yang ditunjukkan oleh segi empat
MNSR dan menghasilkan land rent atau ecological rent seluas LMRP. Marginal

3
Cost (MC) atau biaya marginal maksimum tercapai pada saat harga tertinggi,
sedangkan Average Cost (AC) atau biaya rata-rata maksimum tercapai pada saat
harga rata-rata.

Gambar 1. Pengaruh dari Nilai dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep Land rent
yang Merupakan Surplus Ekonomi Setelah Pembayaran Biaya
Produksi
Dalam kenyataannya nilai dan fungsi lahan tidak hanya ditentukan oleh dua
faktor tersebut tetapi juga ditentukan oleh faktor sosial yang kemudian dikenal
sebagai sociocultural rent dan manfaat ekologi atau disebut juga ecological rent
dan banyak faktor yang belum diketahui. Dengan demikian pemanfaatan lahan
harus memenuhi persyaratan kesesuaian secara fisik dan biologi, secara ekonomi
menguntungkan dan secara kelembagaan dapat diterima oleh masyarakat.

Lahan Sawah
Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak yang dibatasi oleh
pematang, saluran untuk menyalurkan air, yang biasanya ditanami oleh padi
sawah tanpa memandang darimana diperolehnya lahan tersebut (Deptan, 2000).
Lahan sawah adalah lahan yang dikelola untuk budidaya tanaman padi yang
digenangi selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi. Yang membedakan
lahan ini dengan lahan rawa adalah masa penggenangan airnya, pada lahan sawah
penggenangan tidak terjadi terus-menerus tetapi mengalami masa pengeringan.
Berdasarkan pengairan lahan sawah dibedakan menjadi dua yaitu lahan
sawah berpengairan (irigasi) dan lahan sawah tidak berpengairan (non irigasi).
Lahan sawah berpengairan (irigasi) yaitu lahan sawah yang memperoleh
pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dari jaringanjaringannya yang diatur dan dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri
oleh masyarakat. Lahan sawah irigasi terdiri atas : lahan sawah irigasi teknis,
lahan sawah irigasi setengah teknis, lahan sawah irigasi sederhana, dan lahan

4
sawah irigasi non PU. Sedangkan lahan sawah tak berpengairan (non irigasi) yaitu
lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem irigasi tetapi
tergantung pada air alam seperti air hujan, pasang surut air sungai/laut, dan air
rembesan. Lahan sawah non irigasi meliputi: lahan sawah tadah hujan, lahan
sawah pasang surut, dan lahan sawah lainnya (lebak, rembesan, lahan rawa yang
dapat ditanami padi dan lain-lain).

Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng adalah kemiringan permukaan lahan terhadap suatu
garis horisontal dan besarnya kemiringan dinyatakan dalam derajat atau persen.
Dua titik yang berjarak 100 meter dan mempunyai selisih tinggi 100 meter akan
membentuk lereng 100 % atau sama dengan suatu kecuraman lereng sebesar 45 o.
Lereng yang curam seperti ini dapat memperbesar jumlah aliran permukaan,
apabila terjadi hujan sehingga semakin besar nilai lereng maka akan dapat
memperbesar energi angkut aliran permukaan. Akibat dari kondisi seperti itu
maka dapat meningkatkan daya erosi terhadap tanah. Jika lereng permukaan tanah
menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi persatuan luas juga menjadi
2,0 sampai 2,5 kali lebih besar (Arsyad 2000).

Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalulintas, yang berada di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/
atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel ( Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).
Jarak jalan merupakan panjang lintasan jalan yang dilalui oleh suatu benda.
Dalam ilmu ekonomi jarak dari tempat memproduksi barang atau jasa ke tempat
pemasaran sangat tergantung pada biaya transportasi. Biaya transportasi
merupakan biaya untuk memindahkan produk antar dua tempat. Biaya transportasi
umumnya merupakan fungsi dari jarak, semakin jauh jarak daerah suplai dengan
daerah demand maka biayanya semakin tinggi. Biaya transportasi juga kadang
berbeda untuk produk bahan baku untuk produk yang sudah diproses.
Harga input angkut adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha
untuk memindahkan satu satuan berat (kg) barang sejauh satu satuan jarak (m).
Harga yang ditentukan produsen didasarkan atas biaya produksi dan kondisi
permintaan yang dihadapi pada berbagai tempat. Kondisi permintaan ini
mencakup elastisitas permintaan dan biaya angkutan untuk menyerahkan barang
yang akan dijual. Perbedaan biaya antara daerah yang satu dengan daerah yang
lain (Djojodipuro 1991).

Sungai
Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran
air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta

5
sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Sungai juga bisa diartikan sebagai
bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan
menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa atau sungai
yang lainnya (PP RI No. 35 tahun 1991).
Aliran air sangat tergantung oleh kondisi tata guna lahan di permukaan
bumi. Bila tidak ada daerah yang dapat menyerap (DAM/ bendungan) yang bisa
menahan laju aliran pada waktu musim penghujan air akan mengalir langsung ke
laut. Pada waktu musim kemarau karena tidak ada lagi hujan maka keberadaan air
disuatu tempat tergantung dari kuantitas dan kualitas resapan dari penahan air
pada waktu musim penghujan. Salah satu fungsi sungai diantaranya sebagai
sumber air pertanian diantaranya untuk memenuhi kebutuhan air bagi lahan sawah.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang
Provinsi Banten. Secara geografis lokasi penelitian terletak pada 105°54'0"106°2'0" LU dan 6°10'0"-6°16'0" LS (Gambar 2). Kecamatan Padarincang
memiliki luas wilayah ± 9.903,99 ha yang terdiri dari 14 desa diantaranya Desa
Ciomas, Barugbug, Cisaat, Cipayung, Curuggoong, Batukuwung, Citasuk,
Padarincang, Kalumpang, Kadukempong, Bugel, Kramatlaban, Kadubeureum,
dan Cibojong.

Gambar 2 Peta administrasi lokasi penelitian

6
Kecamatan Padarincang secara geografis mempunyai batas-batas wilayah sebagai
berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mancak dan Kecamatan
Gunungsari,
b. Sebelah timur dengan Kecamatan Pabuaran,
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciomas dan Kabupaten
Pandeglang, dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cinangka dan Kabupaten
Pandeglang (BPS dan Bappeda Kab. Serang 2011).
Analisis data dilakukan di Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah,
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan September tahun 2012
sampai Juni 2013.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Quickbird
Kabupaten Serang tahun 2011, peta administrasi Kecamatan Padarincang tahun
2011 skala 1:25.000, peta lereng Kabupaten Serang tahun 2011 skala 1:225.000,
peta jalan Kecamatan Padarincang tahun 2011 skala 1:25.000, peta sungai
Kabupaten Serang 2011, dan peta RTRW Kebupaten Serang tahun 2011 skala
1:225.000.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning
System (GPS), perangkat keras computer, kamera, dan abney level, serta
perangkat lunak berupa Arc Gis versi 9.3, SPSS dan Microsoft Office.

Pelaksanaan Penelitian
Bagan alir penelitian disajikan pada Gambar 3. Pelaksanaan penelitian
terdiri dari enam tahapan kegiatan, yaitu: (1) persiapan, (2) pemetaan penggunaan
lahan, (3) penentuan lokasi pengumpulan data land rent dan pengeluaran petani
untuk kebutuhan hidup, (4) pengumpulan data land rent dan pengeluaran petani
untuk kebutuhan hidup, (5) analisis nilai land rent dan pemenuhan kebutuhan
hidup petani, (6) analisis keterkaitan nilai land rent lahan sawah dengan
kemiringan lereng, jarak terhadap jalan dan sungai.

Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan pengumpulan data dan koreksi geometri.
Data yang dikumpulkan berupa citra Quickbird Kabupaten Serang tahun 2011,
peta administrasi Kecamatan Padarincang tahun 2011, peta lereng Kecamatan
Padarincang tahun 2011, peta jalan Kecamatan Padarincang tahun 2011, peta
sungai Kecamatan Padarincang 2011, dan peta RTRW Kebupaten Serang tahun
2011. Citra Quickbird Kecamatan Padarincang tahun 2011 diperoleh dari Dinas

7
Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Serang, dan peta-peta lainnya diperoleh dari
Bappeda Kabupaten Serang. Koreksi geometri dilakukan pada citra Quickbird dan
peta-peta lainnya. Koreksi geometri dilakukan untuk menghilangkan distorsi
geometri pada citra dan mendapatkan hubungan antara sistem koordinat citra
(baris, kolom) dengan proyeksi peta. Sistem koordinat yang digunakan yaitu WGS
1984 UTM Zone 48S, dikarenakan proyeksi Universal Transverse Mercator
(UTM) Indonesia masuk dalam zona 46-54 (Prasetyo 2011) dan Kecamatan
Padarincang berada pada zona 48 S.

Pemetaan Penggunaan Lahan Sawah
Interpretasi penggunaan lahan sawah di Kecamatan Padarincang dari citra
Quickbird yang dilakukan secara visual pada layar monitor dengan pendekatan
unsur-unsur interpretasi kemudian dilakukan pengecekan lapang. Unsur
interpretasi tersebut adalah rona, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan, situs,
dan asosiasi (Sutanto 1986) :
1. Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan suatu objek pada citra. Objek
yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga ke arah sensor
menimbulkan rona yang cerah. Sebaliknya objek yang banyak menyerap tenaga
atau sedikit memantulkan tenaga menimbulkan rona yang gelap.
2. Bentuk adalah konfigurasi atau kerangka suatu objek, misalnya sungai yang
dapat dikenali dari bentuknya yang panjang dan berkelok – kelok, serta seluruh
bentuk khas yang terlihat di citra.
3. Ukuran erat kaitannya dengan skala pada citra. Ukuran suatu objek meliputi
dimensi jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume.
4. Tekstur adalah perubahan rona pada citra fotografi. Tekstur merupakan hasil
gabungan dari bentuk, ukuran, pola, bayangan, dan ronanya.
5. Pola ialah hubungan spasial objek. Pola memberikan suatu pengulangan bentuk
umum tertentu atau hubungan karakteristik suatu objek, misalnya suatu
kompleks perumahan dengan pola yang teratur dan ukuran yang seragam.
6. Bayangan objek yang tidak tertembus cahaya akan menyebabkan terdapatnya
suatu daerah yang tidak terkena sinar secara langsung yang disebut dengan
bayangan. Bayangan dapat menyembunyikan objek yang terdapat di suatu
daerah, namun ada juga objek – objek tertentu yang justru tampak lebih jelas,
misalnya cerobong asap atau tembok stadion.
7. Situs adalah letak suatu objek. Umumnya sawah mempunyai situs di dekat
aliran sungai / air.
8. Asosiasi adalah keterkaitan antara objek satu dengan objek lainnya. Bandara
dapat karena terdapat lapangan sebagai tempat parkir pesawat.

8

Citra Quickbird

Peta administrasi, peta lerang,
peta jalan, dan peta sungai

Koreksi Geometri

Peta-peta terkoreksi: peta
lereng,peta jalan, dan peta
sungai

Interpretasi penggunaan
lahan sawah
Buffering peta jalan
dan peta sungai

Peta kelas lereng (0-3%,
>3-8 %, dan >8-15%)

Pengecekan lapang
peta jalan dan peta
sungai telah di Buffer

Peta penggunaan lahan
sawah

Intersect

Peta Penggunaan lahan sawah berdasarkan
kemiringan lereng, jarak terhadap jalan
dan sungai
Lokasi Pengumpulan data land
rent & kebutuhan hidup petani

Data pengeluaran
responden untuk
kebutuhan hidup

Input (lahan sawah)

Output (lahan sawah)

Analisis land rent
Data pemenuhan
kebutuhan hidup
petani

Nilai land rent lahan sawah berdasarkan
kemiringan lereng, jarak terhadap jalan,
dan sungai

- Analisis Regresi
- Analisis Korelasi

Keterkaitan nilai land rent lahan sawah
berdasarkan kemiringan lereng, jarak
terhadap jalan, dan sungai

Gambar 3 Bagan Alir Penelitian

9
Penentuan Titik / Lokasi Pengumpulan Data Land Rent
Titik/lokasi pengumpulan data land rent ditentukan dengan cara
menumpang tindihkan antara (1) peta penggunaan lahan sawah dengan peta
kemiringan lereng, (2) peta penggunaan lahan sawah dengan peta buffer jalan, dan
(3) peta penggunaan lahan sawah dengan peta buffer sungai. Peta kemiringan
lereng terdiri dari tiga klas lereng yaitu lereng 0-2 %, >2-8 %, dan >8-15 %.
Buffer pada peta jalan dibuat dengan selang 1.000 m, sehingga jarak jalan ke
sawah dikelompokkan menjadi 0-1.000 m, 1.000-2.000 m, 2.000-3.000 m, 3.0004.000 m. Buffer pada peta sungai dengan selang 500 m sehingga jarak sungai ke
sawah dikelompokkan menjadi 0-500 m, 500-1.000 m, 1.000-1.500 m, 1.5002.000 m. Setelah peta jalan dan sungai selesai di buffer kemudian ditumpang
tindihkan dengan peta kemiringan lereng dan penggunaan lahan sawah.
Berdasarkan hasil tumpang tindih tersebut ditentukan lokasi pengumpulan data
untuk analisis land rent dan kebutuhan hidup petani dengan cara
mengklasifikasikan letak lahan sawah terhadap jalan, sungai, dan kemiringan
lereng. Klasifikasi lahan sawah dan lokasi pengumpulan data land rent dan
kebutuhan hidup petani disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi letak lahan sawah terhadap jalan, sungai, kemiringan lereng
dan jumlah lokasi pengumpulan data land rent dan kebutuhan hidup
petani
Klas

Jalan (m)

Sungai (m)

Lereng
(%)

Jumlah
Titik

1

0-1000

0-500

0-2

13

2

0-1000

0-500

>2-8

3

0-1000

0-500

4

0-1000

5

Klas

Jalan (m)

Sungai (m)

Lereng
(%)

Jumlah
Titik

16

1000-2000

500-1000

>2-8

8

17

1000-2000

500-1000

>8-15

3
1

>8-15

5

18

1000-2000

1000-1500

0-2

3

500-1000

0-2

8

19

1000-2000

1000-1500

>8-15

1

0-1000

500-1000

>2-8

3

20

1000-2000

1500-2000

>2-8

1

6

0-1000

500-1000

>8-15

3

21

1000-2000

1500-2000

>8-15

1

7

0-1000

1000-1500

0-2

4

22

2000-3000

0-500

0-2

3

8

0-1000

1000-1500

>2-8

2

23

2000-3000

0-500

>2-8

1

9

0-1000

1000-1500

>8-15

4

24

2000-3000

500-1000

0-2

5

10

0-1000

1500-2000

>2-8

1

25

2000-3000

500-1000

>2-8

1

11

0-1000

1500-2000

>8-15

1

26

2000-3000

1000-1500

0-2

5

12

1000-2000

0-500

0-2

4

27

2000-3000

1000-1500

>2-8

1

13

1000-2000

0-500

>2-8

4

28

3000-4000

0-500

0-2

2

14

1000-2000

0-500

>8-15

3

29

3000-4000

500-1000

0-2

1

15

1000-2000

500-1000

0-2

5

30

3000-4000

1500-2000

0-2

1

Jumlah

Jumlah titik/lokasi pengumpulan data ditentukan berdasarkan luasan
poligon. Jumlah lokasi pengumpulan data land rent di setiap poligon 1 titik untuk
luasan yang sempit, selanjutnya untuk luasan yang besar 2-5 titik. Total responden
yang diwawancarai sebanyak 98. Peta sebaran lokasi pengumpulan data land rent

98

10
lahan sawah dan kebutuhan hidup petani disajikan pada Gambar 4. Setelah
ditentukan lokasi responden kemudian ditentukan koordinatnya. Koordinat GPS
lokasi pengumpulan data disajikan pada Lampiran 1. Responden yang
diwawancarai adalah anggota gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) yang ada
di Kecamatan Padarincang.

Pengumpulan Data Land Rent dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Petani
Pengumpulan data land rent dilakukan dengan teknik wawancara dengan
alat bantu kuesioner pada Lampiran 2. Jenis data yang dikumpulkan untuk
perhitungan land rent penggunaan lahan sawah meliputi : varietas, biaya tetap,
modal (input), produksi, harga jual, pendapatan, dan biaya variabel. Selain itu,
juga dikumpulkan data yang kebutuhan hidup keluarga responden yang dengan
cara menanyakan biaya pengeluaran rata-rata tiap bulannya, yang meliputi biaya
makan, ongkos dan jajan anak sekolah, iuran sekolah anak, biaya kesehatan, biaya
sewa rumah, rekening listrik, rekening air, biaya rokok, dan biaya untuk
kondangan tiap bulannya.

Gambar 4 Sebaran lokasi pengumpulan data land rent lahan sawah dan kebutuhan
hidup petani di Kecamatan Padarincang

Analisis Nilai Land Rent dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Petani
Nilai land rent merupakan keuntungan yang diperoleh dengan melakukan
aktivitas suatau luasan lahan selama kurun waktu satu tahun. Manfaat ekonomi
dari suatu lahan umumnya dapat dinilai dari pendapatan bersih per m2 lahan per
tahun penggunaan tertentu. Dalam penelitian ini nilai land rent lahan sawah
dihitung dengan rumus :

11
LR = Y (m-c) – Y.t.d
dengan :
LR
= land rent (Rp/m2/th)
Y
= output per unit lahan (Kg/m2)
m
= harga satuan output (Rp/kg)
c
= biaya produksi per satuan output (Rp/kg)
t
= biaya transportasi per satuan output (Rp/kg/km)
d
= jarak antara lokasi produksi dengan pusat pasar (Km)
Output lahan sawah adalah hasil produksi dari total luas yang dimanfaatkan
dikalikan dengan harga jual hasil produksi. Input yang digunakan untuk lahan
sawah berupa biaya untuk pupuk, pestisida, bibit, tenaga kerja, dan transportasi.
Pemenuhan kebutuhan hidup petani (PKp) dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Output – Input

PKp =

x 100%
Kebutuhan Hidup Petani

Analisis Keterkaitan Nilai Land Rent dengan Kemiringan Lereng, Jarak
terhadap Jalan dan Sungai
Untuk mengetahui gambaran keragaman data nilai land rent di wilayah
penelitian dianalisis dengan boxplot. Di dalam boxplot disajikan informasi tentang
nilai observasi terkecil, kuartil terendah atau kuartil pertama (q1) yang memotong
25 % dari data terendah, median (q2) atau nilai pertengahan, kuartil (q3) yang
memotong 25 % dari data tertinggi, dan nilai observasi terbesar Boxplot dapat
memberikan informasi tentang berbagai data, pemutusan dan penyebaran data dari
nilai tengahnya, nilai ekstrim atau outliernya, dan beberapa pengukuran lainnya
(Junaidi 2009).
Untuk mengetahui hubungan antara nilai land rent dengan kemiringan
lereng, nilai land rent dengan jarak jalan, dan nilai land rent dengan jarak sungai
dilakukan analisis regresi sederhana dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + βX
Dengan Y
a
β
X

= Nilai land rent
= Konstanta
= Koefisien
= Kemiringan lereng/Jarak jalan/Jarak sungai

Untuk mengetahui keterkaitan antara nilai land rent dengan kemiringan
lereng, jarak jalan, dan jarak sungai dianalisis menggunakan regresi berganda
dengan rumus sebagai berikut :
Y = B + β1X1 + β2X2 + β3X3
Dimana Y
Β

= Nilai land rent
= Konstanta

12
X1
X2
X3

= Kemiringan lereng
= Jarak terhadap jalan
= Jarak terhadap sungai

Analisis korelasi mengadopsi pendekatan simetris, sehingga tidak ada
perbedaan antara variabel independent dan variabel dependent (Aczel 1996).
analisis korelasi merupakan pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang
dinyatakan dengan derajat keeratan atau tingkat hubungan antar variabel. Dalam
penelitian ini analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara
nilai land rent dengan kemiringan lereng, jarak jalan, dan jarak sungai. Hasil
analisis korelasi memiliki nilai r bertanda positif dan negatif, jika nilai r positif
menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi searah dan tanda negatif
menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi berlawanan arah. Secara diskriptif
nilai rs dapat dikategorikan menjadi lima kategori sebagai berikut : (1) jika nilai
03-8 %
karenanya letak lahan sawah yang relatif sama sehingga hasil produksi tidak
berbeda yaitu yang pada umumnya terletak pada lereng 6 % dan 8 %, sehingga
nilai land rent tidak terlalu berbeda.

14
1200

Median
Outliers

1100

25%-75%
Extremes

Non-Outlier Range

Nilai Land rent (Rp/m2/th)

1000

900

800

700

600

500

400

300
0-3 %

>3-8 %

>8-15 %

Kemiringan Lereng

Gambar 5 Boxplot nilai land rent lahan sawah pada berbagai kemiringan lereng
Keragaman nilai land rent sawah terbesar terdapat pada kelas kemiringan
lereng >8-15 %. Besarnya keragaman selain faktor-faktor yang telah disebutkan
diatas, faktor selang kelas kemiringan lereng yang besar sehingga letak lahan
sawah yang berbeda-beda misalkan lahan sawah berkemiringan lereng 9 %, 10 %,
11 %, 12 % dan 13 % sehingga memiliki nilai yang berbeda-beda pula dan
menyebabkan keragamannya menjadi besar.
Sedangkan keberagaman terkecil terdapat pada lahan sawah berkemiringan
0-3 %. Hal tersebut disebabkan oleh faktor biaya tenaga kerja, biaya saprotan,
produksi sawah dan biaya transportasi, selain itu faktor selang kelas kemiringan
yang kecil hanya tiga kemiringan lereng yaitu lahan sawah pada kemiringan
lereng 1 %, 2 % dan 3 % sehingga nilai land rent lahan sawah tersebut hampir
homogen dan menyebabkan keragaman nilai menjadi kecil.
Tabel 2 Faktor yang mempengaruhi keragaman nilai land rent lahan sawah
terhadap kemiringan lereng
Kelas
Kemiringan
Lereng (%)
0-3
>3-8
>8-15

Produksi
sawah
(kg/m2)

Biaya
Saprotan
(Rp/m2)

Biaya
Transportasi
(Rp/kg)

Biaya
Tenaga
Kerja
(Rp/m2)
















15
Nilai land rent lahan sawah maksimum, minimum dan rata-rata pada tiap
kelas kemiringan lereng terdapat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa ratarata nilai land rent sawah semakin tinggi kemiringan lereng nilai land rent
semakin kecil. Hal tersebut salah satunya dikarenakan pada lahan sawah
berkemiringan lereng 0-3 % yang relatif datar memiliki tingkat pengelolaan lahan
sawah yang lebih mudah sehingga biaya yang dikeluarkan petani untuk
pengelolaan lahan sawah lebih murah jika dibandingakan dengan lahan sawah
berkemiringan lereng yang lebih besar.
Nilai land rent lahan sawah maksimum pada kemiringan 0-3 % letaknya
berada di kemiringan lereng 2 %, berjarak 105,54 m dari jalan dan 290,37 m dari
sungai dengan luas lahan sawah 7.000 m2, sedangkan nilai land rent minimum
terletak pada kemiringan lereng 2 %, berjarak 149,38 m dari jalan dan 718,53 m
dari sungai dengan luas lahan sawah 3.000 m2. Nilai land rent maksimum pada
kelas kemiringan lereng >3-8 % berada pada kemiringan lereng 7 %, berjarak
28,14 m dari jalan dan 157,32 dari sungai dengan luas sawah 5.000 m2, sedangkan
nilai minimum terdapat pada kemiringan lereng 8 %, berjarak 941,48 m dari jalan
dan 532,18 m dari sungai dengan luasan 5.000 m2. Selanjutnya nilai land rent
maksimum pada kelas kemiringan lereng >8-15 % berada pada kemirngan lereng
9 %, berjarak 554,36 dari jalan dan 379,91 m dari sungai dengan luas sawah 5.000
m2, sedangkan nilai minimum terletak pada kemiringan lereng 12 %, berjarak
1.179,43 m dari jalan dan 1.599,23 m dari sungai dengan luas sawah 5.000 m2.
Tabel 3 Nilai land rent lahan sawah berdasarkan kelas kemiringan lereng
Kelas
Kemiringan
Lereng (%)

Maksimum
(Rp/m2/th)

Minimum
(Rp/m2/th)

Rata-rata
(Rp/m2/th)

1.148,49

718,53

906,47

>3-8

983,80

424,80

823,00

>8-15

988,20

385,60

623,82

0-3

Gambar 6 menunjukkan hasil analisis regresi sederhana tentang hubungan
nilai land rent dengan kemiringan lereng. Dari hasil analisis tersebut diperoleh
nilai R2 sebesar 0,845 yang menunjukkan bahwa kemiringan lereng merupakan
faktor yang mempengaruhi nilai land rent lahan sawah. Hubungan keduanya
bersifat negatif dengan koefisien sebesar 39,81, artinya setiap penambahan satu
satuan kemiringan lereng menurunkan nilai land rent sebesar Rp 39,81 /m2/th.
Dengan demikian, semakin tinggi kemiringan lereng maka nilai land rent semakin
rendah. Hasil fenomena di lapang, dijumpai bahwa semakin curam kemiringan
lereng, maka semakin sempit luas lahannya yang berpengaruh terhadap nilai land
rent yang semakin rendah.

16
y = -39,81x + 1046.
R² = 0,845

1100,00
1003,90
1000,00
Nilai Land rent (Rp/m2/th)

Linear (Series1)
900,00

900,60

846,99

905,11

800,00

824,32

834,50

812,11

694,96

700,00

669,55

600,00

662,95
535,28

500,00
399,15

400,00
300,00
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12 13

Kemiringan lereng (%)

Gambar 6 Hubungan nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng

Nilai Land rent Lahan Sawah berdasarkan Jarak ke Jalan
Hasil analisis Boxplot nilai land rent lahan sawah berdasarkan jaraknya ke
jalan disajikan pada Gambar 7. Gambar 7 menunjukkan bahwa setiap jarak ke
jalan memiliki keragaman nilai land rent lahan sawah yang berbeda-beda.
1200

Median
Outliers

1100

25%-75%
Extremes

Non-Outlier Range

Nilai Land rent (Rp/m2/th)

1000

900

800

700

600

500

400

300
0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

Jarak Jalan (m)

Gambar 7 Boxplot nilai land rent lahan sawah berdasarkan jarak ke jalan

17
Jika dilihat dari faktor yang mempengaruhi keragaman nilai land rent lahan sawah
seperti biaya tenaga kerja, biaya saprotan, biaya transportasi dan produksi sawah
(Tabel 3) pada setiap jarak terhadap jalan memiliki faktor yang berbeda-beda.
Pada umumnya biaya tenaga kerja mempengaruhi keragaman nilai land rent lahan
sawah pada seluruh jarak terhadap jalan kecuali pada lahan sawah yang berjarak
1.500-2.000 m. Hal ini disebabkan karena lahan sawah pada jarak tersebut
tersebut biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani hampir sama sehingga
biaya tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap keragaman nilai land rent
lahan sawah yang berjarak 1.500-2.000 m dari jalan, akan tetapi faktor yang
mempengaruhi pada jarak ini yaitu variasi biaya saprotan dan biaya transportasi
yang digunakan petani.
Keragaman nilai land rent terbesar pada sawah yang berjarak 500-1.000 m
dari jalan. Keragaman ini disebabkan oleh variasi produksi walaupun biaya
saprotan yang dikeluarkan untuk pengelolaan relatif sama akan tetapi kendala
yang terdapat pada lahan sawah beranekaragam dan biaya tenaga kerja yang
berbeda-beda, selain itu banyaknya lahan sawah yang terdapat pada selang jarak
jalan ini juga mempengaruhi keragaman. Sedangkan keragaman nilai land rent
terkecil pada jarak 3.000-3.500 m dari jalan. Rendahnya keragaman ini
disebabkan oleh variasi biaya saprotan yang dikeluarkan petani untuk lahan sawah
seperti biaya untuk melakukan pembajakan atau pengolahan dan biaya tenaga
kerja sesuai kesepakatan petani sedikitnya lahan sawah yang berada pada selang
jarak jalan ini dan ada yang memiliki nilai land rent yang sama sehingga
menyebabkan keragamannya menjadi kecil.
Tabel 4 Faktor yang mempengaruhi keragaman nilai land rent lahan sawah
terhadap jarak jalan
Produksi
sawah
(kg/m2)

Biaya
Saprotan
(Rp/m2)

Biaya
Transportasi
(Rp/kg)

Biaya
Tenaga
Kerja
(Rp/m2)

0-500

-



-



500-1.000



-

-



1.000-1.500



-





1.500-2.000

-





-

2.000-2.500

-

-

-



2.500-3.000

-



-



3.000-3.500

-



-



Jarak Jalan
(m)

Nilai land rent lahan sawah maksimum, minimum dan rata-rata pada
berbagai jarak terhadap jalan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa
rata-rata nilai land rent lahan sawah semakin jauh dari jalan maka nilai land rent
relatif semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh letak lahan sawah yang datar, hasil
produksi sawah yang tinggi (Lampiran 3) walaupun biaya transportasi menuju

18
lokasi sawah membutuhkan biaya lebih besar akan tetapi dari hasil produksi masih
dapat menutupi biaya produksi.
Nilai land rent maksimum pada jarak 0-500 m dari jalan sama seperti pada
kemiringan lereng 0-3 %, sedangkan nilai minimum terdapat pada kemiringan
lereng 12 %, berjarak 291,13 m dari jalan dan 1.398,60 m dari sungai dengan luas
5.000 m2. Nilai land rent maksimum yang terdapat pada jarak 500-1.000 m dari
jalan sama seperti nilai maksimum yang terdapat pada kelas kemiringan lereng
>8-15 %, sedangkan nilai land rent minimum sama seperti nilai minimum pada
kelas kemiringan lereng >3-8 %. Nilai maksimum pada jarak 1.000-1.500 m dari
jalan berada pada kemiringan lereng 8 %, berjarak 1.284,75 m dari jalan dan
702,76 m dari sungai dengan luas 7.000 m2, sedangkan nilai minimum sama
seperti dengan nilai minimum pada kelas kemiringan lereng >8-15 %.
Nilai maksimum pada jarak 1.500-2.000 m dari jalan terdapat di kemiringan
lereng 2 %, berjarak 1.527,32 m dari jalan dan 1.426, 69 m dari sungai dengan
luas 10.000 m2, sedangkan nilai minimum terdapat pada lahan sawah
berkemiringan 2 %, berjarak 1.713,96 m dari jalan dan 675,82 m dari sungai
dengan luasan 12.000 m2. Nilai maksimum pada jarak 2.000-2.500 m dari jalan
terletak dikemiringan lereng 2 %, 2.035,96 m dari jalan dan 1.330,13 m dari
sungai dengan luasan 5.000 m2, sedangkan nilai land rent minimum terdapat di
lahan sawah berkemiringan 2 %, berjarak 2.283,44 m dari jalan dan 583,84 m dari
sungai dengan luas sawah 10.000 m2.
Nilai land rent maksimum pada jarak 2.500-3.000 m berada di kemiringan
2 %, berjarak 2.829,07 m dan 1.142,60 m dengan luas 5.000 m2, sedangkan nilai
minimum berada di lahan sawah berkemiringan 2 %, berjarak 2.546,41 m dari
jalan dan 1.233,77 m dari sungai dengan luasan 15.000 m2. Nilai land rent lahan
sawah pada jarak 3.000-3.500 m berada di kemiringan 2 %, berjarak 3.327,21 m
dari jalan dan 820,31 m dari sungai dengan luasan 5.000 m2, sedangkan nilai land
rent minimum terdapat di lahan sawah berkemiringan 2 %, berjarak 3.378,11 m
dari jalan dan 1.019,30 m dari sungai dengan luasan 10.000 m2.
Tabel 5 Nilai land rent lahan sawah berdasarkan jarak terhadap jalan
Jarak Jalan
(m)
0-500
500-1.000
1.000-1.500
1.500-2.000
2.000-2.500
2.500-3.000
3.000-3.500

Maksimum Minimum
(Rp/m2/th) (Rp/m2/th)

1.148,49
988,20
925,89
911,60
949,50
949,50
907,40

412,70
424,80
385,60
872,43
814,50
831,67
887,40

Rata-rata
(Rp/m2/th)

867,40
786,19
771,96
895,50
895,25
896,40
900,73

Gambar 8 menunjukkan hasil analisis regresi sederhana hubungan antara
nilai land rent lahan sawah dengan jarak terhadap jalan memiliki nilai R2 yang
kecil 0,374, artinya bahwa jarak jalan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai land
rent. Hal ini, kemungkinan disebabkan oleh jenis jalan yang digunakan untuk

19
analisis adalah jalan kabupaten yang tidak langsung sampai ke lokasi sawah atau
tidak digunakan secara intensif untuk aktivitas petani.

920,00

Nilai Land rent (Rp/m2/th)

896,40

895,88

900,00

900,73

895,25

880,00
867,40

860,00
840,00

y = 0,031x + 795,7
R² = 0,374

820,00

Linear (Series1)

800,00
786,19

780,00

771,96

760,00
0

500

1000

1500
2000
Jarak (m)

2500

3000

3500

Gambar 8 Hubungan nilai land rent lahan sawah dengan jarak terhadap jalan

Nilai Land rent Lahan Sawah berdasarkan jarak ke Sungai
Hasil analisis Boxplot lahan sawah berdasarkan jarak ke sungai disajikan
pada Gambar 9. Gambar 9 menunjukkan bahwa nilai land rent lahan sawah ke
sungai memiliki keragaman yang berbeda-beda.
1200

Median
Outliers

1100

25%-75%
Extremes

Non-Outlier Range

Nilai Land rent (Rp/m2/th)

1000
900
800
700
600
500
400
300
0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

2000

Jarak Sungai (m)

Gambar 9 Boxplot nilai land rent lahan sawah berdasarkan jarak ke sungai

20
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagaman nilai land rent diantaranya
biaya saprotan, biaya tenaga kerja, produksi sawah, dan biaya transportasi (Tabel
6) disetiap jarak terhadap sungai memiliki faktor yang berbeda-beda. Pada
umumnya biaya tenaga kerja mempengaruhi keberagaman pada seluruh jarak
lahan sawah ke sungai kecuali pada lahan sawah yang berjarak 1.600-1.800 m dari
sungai karena biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk biaya tenaga kerja hampir
sama sesuai dengan kesepakatan petani. Selain itu, keragaman pada jarak tersebut
juga dipengaruhi oleh biaya saprotan seperti biaya untuk pengelolaan dan
pembelian atau perawatan peralatan yang digunakan pada lahan sawah dan biaya
tenaga kerja yang berbeda-beda di setiap lahan sawah yang terdapat pada jarak
tersebut.
Keragaman nilai land rent terbesar dapat dijumpai pada jarak 1.400-1.600 m
dari sungai. Besarnya ker