Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) pada Lahan Sawah di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

(1)

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN NILAI

EKONOMI LAHAN (

LAND RENT

) PADA LAHAN SAWAH

DI KECAMATAN CAMPAKA, KABUPATEN CIANJUR,

JAWA BARAT

AKHMAD FAISAL AMRI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) pada Lahan Sawah di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2011

Akhmad Faisal Amri H44062114


(3)

RINGKASAN

AKHMAD FAISAL AMRI. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) pada Lahan Sawah di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dibimbing Oleh NINDYANTORO

Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten sentra produksi padi di Jawa Barat. Rata-rata produksi padi sawah per kecamatan di Kabupaten Cianjur dari tahun 2005 hingga 2009 mengalami peningkatan, termasuk di Kecamatan Campaka. Namun peningkatan produksi ini lebih dikarenakan peningkatan produktivitas, sedangkan luas lahan sawah di Kecamatan Campaka terus mengalami perubahan penggunaan lahan.

Penggunaan lahan di Kecamatan Campaka sebagian besar berupa lahan sawah irigasi dan sisanya lahan sawah tadah hujan. Namun penggunaan lahan sawah ini dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Hal ini disebabkan konversi lahan baik penggunaan untuk kegiatan pertanian lainnya maupun penggunaan untuk sektor non pertanian Konversi lahan sawah untuk sektor non pertanian, terjadi karena kedua sektor ini dinilai memiliki manfaat ekonomi tinggi. Sedangkan lahan sawah dinilai memiliki manfaat ekonomiyangrendah.

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi di Kecamatan Campaka. Selain itu mengestimasi nilai ekonomi lahan (land rent) pada dua tipologi penggunaan lahan sawah yang berbeda yakni lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan. Kemudian menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pada kedua tipologi lahan sawah yang berbeda tersebut. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga April 2011.

Data yang digunakan dalam menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah berupa data sekunder dengan membandingkan luas penggunaan lahan pada tahun 2006 dengan 2010. Sedangkan dalam menganalisis land rent dan faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan data primer hasil wawancara kepada petani secara purposive sampling sebanyak 60 responden. Data primer diperoleh dengan mengambil kasus di Desa Sukajadi, Desa Girimukti dan Desa Susukan karena mewakili karakteristik penggunaan tipologi lahan sawah yang berbeda.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir yakni dari tahun 2006 hingga 2010 luas penggunaan lahan sawah di kecamatan Campaka mengalami penurunan sebesar 188,24 hektar. Selama kurun waktu tersebut persentase laju degradasi lahan sawah adalah sekitar 11,62 persen atau sekitar 2,32 persen per tahun. Laju konversi ini semakin meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk.

Dalam perhitungan land rent pada dua tipologi lahan sawah yang berbeda diperoleh rata-rata land rent sawah irigasi sebesar Rp 839,69 /m2/tahun sedangkan rata-rata land rent sawah tadah hujan sebesar Rp 832,41 /m2/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sawah irigasi lebih efisien atau menguntungkan dibandingkan sawah tadah hujan. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diketahui faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap land rent sawah irigasi adalah biaya tetap, produktivitas, biaya variabel dan jarak lahan ke pasar. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap land rent sawah tadah hujan adalah biaya tetap, produktivitas dan biaya variabel.


(4)

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN NILAI

EKONOMI LAHAN (

LAND RENT

) PADA LAHAN SAWAH

DI KECAMATAN CAMPAKA, KABUPATEN CIANJUR,

JAWA BARAT

AKHMAD FAISAL AMRI H44062114

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(5)

Judul Skripsi : Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Nilai Ekonomi Lahan ...(Land Rent) pada Lahan Sawah di Kecamatan Campaka, ...Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

Nama : .Akhmad Faisal Amri NIM : .H44062114

Disetujui

Ir. Nindyantoro, MSP Pembimbing

Diketahui

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, petunjuk dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dan semoga kita termasuk pengikut beliau yang mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orangtua penulis yaitu Bachtiar dan Euis Suhaeni, serta kakak-kakak (Khairul Ikhsan, S.T., Fajar Fadillah, Husna Meisarah dan Ahmad Rafli Anhar) yang senantiasa selalu mengingatkan dan memberikan dukungan baik material maupun spiritual yang tulus dan ikhlas.

2. Ir. Nindyantoro, MSP, sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan bimbingan dan nasehat serta meluangkan waktunya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Adi Hadianto, S.P., M.Si, sebagai dosen penguji utama dan Novindra, S.P., sebagai dosen penguji wakil departemen atas kritik dan saran yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan nasehat selama penulis menjalani masa perkuliahan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 5. Bapak Aris Haryanto, AP. Msi, (Camat Campaka), Bapak Wawan

Ridwanudin (Kepala Desa Sukajadi), Bapak Daman (Kepala Desa Girimukti), dan Bapak Taryana (Kepala Desa Susukan) yang telah memberikan izin kepada penulis dalam melakukan penelitian di wilayahnya. 6. Segenap perangkat Desa Sukajadi, Desa Girimukti, Desa Susukan, KCD

Pertanian, PPL, Kecamatan Campaka, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, serta masyarakat Campaka yang telah menerima penulis dengan baik dan memberikan infomasi yang dibutuhkan.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, petunjuk dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN CAMPAKA, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT”. Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Dalam penelitian ini penulis berupaya menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi di Kecamatan Campaka. Selain itu penulis juga mengestimasi nilai ekonomi lahan (land rent) pada dua tipologi penggunaan lahan sawah yaitu sawah irigasi dan sawah tadah hujan dengan mengambil kasus di Desa Sukajadi, Desa Girimukti dan Desa Susukan, Kecamatan Campaka. Kemudian dilakukan analisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent) pada kedua tipologi lahan tersebut.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Sehingga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi. Semoga Allah SWT selalu memberikan petunjukNya kepada kita semua. Amin.

Bogor, Mei 2011


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.5 Batasan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Usahatani Padi ... 12

2.2 Lahan ... 13

2.3 Penggunaan Lahan (Land Use) ... 13

2.4 Alih Fungsi Lahan (Konversi Lahan) ... 14

2.5 Lahan Sawah ... 15

2.6 Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent) ... 16

2.7 Penelitian Terdahulu ... 17

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 20

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 20

.3.1.1 Teori Ricardo (Ricardian Rent) ... 20

3.1.2 Teori Von Thunen (Locational rent) ... 21

.3.1.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 22

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 24

IV. METODE PENELITIAN ... 28

4.1 Lokasi dan Waktu ... 28

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 28

4.3 Penentuan Jumlah Responden/Sampel ... 29

4.4 Pengumpulan Data ... 30


(9)

4.5.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sawah ... 31

4.5.2 Analisis Land Rent ... 32

4.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda Terhadap Land Rent ... 34

4.5.4 Uji Kesesuaian Model ....... 35

4.5.4.1 Kriteria Ekonomi ... 36

4.5.4.2 Kriteria Statistik... 36

4.5.4.3 Kriteria Ekonometrika... 39

4.5.5 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Land Rent... 40

4.5.6 Analisis Deskriptif ... 42

V. GAMBARAN UMUM ... 43

5.1 Kondisi Geografis ... 43

5.2 Kondisi Kependudukan ... 45

5.3 Kondisi Perekonomian ... 47

5.4 Kondisi Pertanian ... 49

5.5 Karakteristik Responden ... 50

5.5.1 Jenis Kelamin, Tingkat Usia dan Pengalaman Bertani ... 51

5.5.2 Tingkat Pendidikan ... 52

5.5.3 Tipologi Lahan dan Luas Lahan yang Diusahakan ... 52

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

6.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sawah ... 55

6.2 Analisis Land Rent ... 59

6.3 Analisis Regresi Linear Berganda Terhadap Land Rent... 61

6.4 Uji Kesesuaian Model...... 63

6.4.1 Kriteria Ekonomi ... 63

6.4.2 Kriteria Statistik ... 64

6.4.3 Kriteria Ekonometrika ... 66

6.5 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Land Rent.... 68

6.5.1 Faktor Biaya Variabel (X1) ... 70

6.5.2 Faktor Biaya Tetap (X2) ... 71

6.5.3 Faktor Luas Lahan (X3)... 72

6.5.4 Faktor Produktivitas (X4)... 73


(10)

6.5.6 Faktor Jarak Lahan ke Jalan Desa (X6)... 75

VII. SIMPULAN DAN SARAN... 76

7.1 Simpulan... 76

7.2 Saran... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Nasional (2000-2010)... 3 2 Jenis dan Sumber Data serta Metode Analisis yang Digunakan... 29 3 Variabel Bebas (X) dan Variabel Tak Bebas (Y) yang Digunakan

.Dalam Model...

24 34 4 Banyaknya Dusun, RW, RT, Luas Wilayah dan Ketinggian Dari

Permukaan Air Laut Tiap Desa di Kecamatan Campaka ...

24 43 5 Jarak (Orbitasi) dari Tiap Desa ke Ibu Kota Kecamatan, Ibu Kota

Kabupaten, dan Ibu Kota Provinsi ... 44 6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Banyaknya Rumah Tangga

dan Kepadatannya Tiap Desa Tahun 2010... 45 7 Angka Kelahiran, Kematian dan Migrasi Penduduk Tiap Desa Tahun

2009 ... 46 8 Banyaknya Fasilitas Perekonomian Menurut Jenis Usaha di Tiap ..Desa

Tahun 2009 ... 48 9 Luas Wilayah Menurut Penggunaannya Tiap Desa Tahun 2009... 49 10 Data Kelembagaan Petani Tahun 2009 ... 50 11 Perubahan Luas Lahan Sawah di Kecamatan Campaka Pada .Tahun

2006-2010 ... 57 12 Perbandingan Land Rent pada Lahan Sawah Irigasi dan Lahan Sawah

Tadah Hujan ... 60 13 Hasil Perbandingan Analisis Regresi Linear Berganda Land Rent

Sawah Irigasi dan Land Rent Sawah Tadah Hujan ... 62 14 Nilai Koefesien Regresi, Koefesien Baku, dan Elastisitas Pada


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Cianjur per Kecamatan dari Tahun 2000-2010 ...

6 2 Rata - rata Produksi Padi Sawah per Kecamatan di Kabupaten Cianjur

dalam GKG dari Tahun 2005-2009 ...

7 3 Perubahan Penggunaan Lahan SawahTiap Desa di Kecamatan Campaka

Tahun 2006-2010 ... 9

4 Perbedaan Land Rent Karena Perbedaan Tingkat Kesuburan Lahan ... 20

5 Pengaruh Jarak terhadap Biaya Transportasi dan Land Rent ... 22

6 Alur Kerangka Pemikiran ... 27

7 Sebaran Penduduk Angkatan Kerja Menurut Jenis Pekerjaan ... 47

8 (a) Karakteristik Tingkat Usia dan (b) Pengalaman Bertani ... 51

9 Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden ... 52

10 Persentase Luas Lahan yang Diusahakan ... 53  

                     


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Kuesioner Penelitian Untuk Responden ... 83

2 Laporan Penggunaan Lahan ... 87

3 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Cianjur ... 88

4 Data Responden Petani Sawah Irigasi ... 89

5 Data Responden Petani Sawah Tadah Hujan ... 90

6 Hasil Uji Pearson Correlation pada Model Regresi Land Rent Sawah Irigasi... 91

7 Hasil Uji Pearson Correlation pada Model Regresi Land Rent Sawah Tadah Hujan ... 91

8 Hasil Estimasi Model Regresi Land Rent Sawah Irigasi Menggunakan SPSS 16.0 ... 92

9 Hasil Estimasi Model Regresi Land Rent Sawah Irigasi Menggunakan Minitab 14 ... 95

10 Hasil Regresi Nilai Absolut Residual [RESI1] Terhadap Variabel Bebas pada Model Land Rent Sawah Irigasi(Uji Glesjer) ... 96

11 Hasil Estimasi Model Regresi Land Rent Sawah Tadah Hujan Menggunakan SPSS 16.0 ... 97 12 Hasil Estimasi Model Regresi Land Rent Sawah Tadah Hujan Menggunakan Minitab 14 ... 100 13 Hasil Regresi Nilai Absolut Residual [RESI1] dengan Variabel Bebas pada Model Land Rent Sawah Tadah Hujan(Uji Glesjer) ... 101 14 Hasil Pengujian Hipotesis dan Selang Kepercayaan bagi Nilai Tengah Dua Populasi ……….. ……….. 102

15 Dokumentasi Lokasi Penelitian ... 103  

   


(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi besar pada sektor pertanian, hal ini dapat dilihat dari kekayaan alam yang dimiliki seperti kondisi geografis, iklim dan cuaca yang mendukung untuk berbagai macam tanaman serta ketersediaan lahan yang luas dan subur. Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris, dimana sektor pertanian merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi, karena sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan melakukan kegiatannya di sektor pertanian. Sehingga peran sektor pertanian menjadi sangat penting dan perlu untuk terus dikembangkan.

Pengembangan sektor pertanian, pada umumnya lebih menekankan pada peningkatan output (produksi) dan maksimalisasi produktivitas dari faktor-faktor produksi utama, seperti tanah, tenaga kerja, modal dan manajemen atau pengelolaan (skill). Menurut Daniel (2004), terutama untuk faktor produksi tanah, terdiri dari beberapa faktor alam lainnya seperti air, udara, temperatur, sinar matahari dan lainnya. Semuanya secara bersama menentukan jenis tanaman yang dapat diusahakan atau sebaliknya, dalam hal ini yang dibahas adalah jenis tanaman padi. Dalam usahatani padi, selain mutlak memerlukan faktor produksi juga memerlukan sarana produksi seperti lahan sawah, karena lahan sawah ini merupakan bagian dari faktor produksi tanah sehingga lahan sawah juga memiliki peran penting dalam proses produksi dimana peningkatan luas lahan atau luas panen sangat mempengaruhi hasil panen yang diperoleh. Hal tersebut tentunya harus didukung dengan penerapan teknologi yang efektif dan efisien untuk meningkatkan produktivitas dari usahatani padi.


(15)

Salah satu bentuk teknologi yang diterapkan oleh petani yaitu dengan menggunakan sistem pengairan. Pada umumnya usahatani padi di Indonesia menggunakan dua macam pengairan, yaitu lahan sawah irigasi (teknis, setengah teknis, sederhana dan desa/non PU) dan lahan sawah non irigasi (tadah hujan, pasang surut, lebak, polder dan sawah lainnya). Produksi usahatani padi tidak hanya dapat dihasilkan dari lahan sawah tetapi juga dapat dihasilkan dari lahan non sawah seperti (kebun, ladang, pekarangan, dan lainnya). Sehingga peningkatan luas lahan sawah maupun lahan non sawah tentunya berpengaruh terhadap peningkatan luas panen, produksi dan produktivitas padi.

Data BPS tentang luas panen, produksi dan produktivitas padi nasional untuk periode 2000-2010 (Tabel 1), menunjukkan bahwa luas panen dalam hektar secara umum mengalami peningkatan dari 11.793.475 hektar menjadi 13.244.184 hektar, walaupun sempat terjadi fluktuasi pada tahun 2001 sampai dengan 2006 namun setelah itu terus mengalami peningkatan. Tidak berbeda dengan jumlah produksi padi (Gabah Kering Giling atau GKG) dalam ton yang secara umum mengalami peningkatan dari 51.898.852 ton menjadi 64.398.890 ton, sedangkan produktivitas dalam ton per hektar lahan panen rata-rata per tahun meningkat dari 4,40 hingga 4,99. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah produksi lebih dipengaruhi oleh peningkatan produktivitas dari suatu usahatani, karena jumlah produksi relatif terus meningkat walaupun terjadi penurunan luas panen, sebagai contoh pada tahun 2005 sampai 2006 yang menunjukkan bahwa luas panen mengalami penurunan, akan tetapi jumlah produksi pada tahun tersebut justru mengalami peningkatan.


(16)

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Nasional (2000-2010)

Tahun Luas Panen

(hektar) Produksi (ton)

Produktivitas (ton/hektar)

2000 11.793.475 51.898.852 4,40

2001 11.499.997 50.460.782 4,39

2002 11.521.166 51.489.694 4,47

2003 11.488.034 52.137.604 4,54

2004 11.922.974 54.088.468 4,54

2005 11.839.060 54.151.097 4,57

2006 11.786.430 54.454.937 4,62

2007 12.147.637 57.157.435 4,71

2008 12.327.425 60.325.925 4,89

2009 12.883.576 64.398.890 4,99

2010* 13.244.184 66.411.469 5,01

Ket. : * angka sementara

Sumber : BPS Tahun 2010 (diolah)

Pada kondisi dimana produktivitas usahatani padi semakin sulit ditingkatkan, peningkatan luas panen merupakan upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi padi nasional (Irawan, 2005). Namun dalam upaya peningkatan luas panen terbentur dengan masalah ketersediaan lahan yang terbatas. Di lain pihak kebutuhan atau permintaan (demand) terhadap beras dan sumberdaya lahan yang terus meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk. Walaupun terjadi peningkatan luas panen, namun hal ini terjadi di luar pulau Jawa dengan pencetakan sawah baru, sedangkan di pulau Jawa yang justru memiliki lahan yang subur mengalami penurunan luas panen akibat terjadinya alih fungsi lahan atau konversi lahan.

Oleh karena itu, perencanaan penggunaan lahan menjadi sangat diperlukan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan (land use) tersebut. Menurut Dewi (2006), perencanaan penggunaan lahan pertanian merupakan bagian dari perencanaan pembangunan nasional. Dalam perencanaan penggunaan lahan perlu dipertimbangkan berbagai faktor seperti sifat fisik lingkungan dan sosial ekonomi. Sifat fisik lingkungan ini dapat dilihat dengan melakukan evaluasi kesesuaian


(17)

lahan. Sedangkan sosial ekonomi dapat dilihat dari nilai ekonomi lahan (land rent) yang diperoleh dari kegiatan usahatani, dalam hal ini usahatani padi.

Dalam Undang-Undang No. 26/2007 tentang penataan ruang disebutkan bahwa perencanaan penggunaan lahan merupakan bagian dari perencanaan tata ruang, karena lahan merupakan bagian dari ruang yang berupa daratan.1 Penyelenggara penataan ruang pada tingkat provinsi wewenang berada pada Gubernur dan untuk tingkat kabupaten/kota wewenang berada pada Bupati/Walikota. Pada tingkat kabupaten/kota disebut dengan istilah Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RTRW), untuk wilayah Kabupaten Cianjur sendiri penataan ruang lebih difungsikan sebagai daerah pengembangan kegiatan pertanian khususnya bidang tanaman pangan.

Kabupaten Cianjur sebagai daerah agraris yang pembangunannya bertumpu pada sektor pertanian dan merupakan salah satu daerah swasembada padi nasional, dengan memiliki areal seluas 350.148 hektar dari 32 kecamatan, Selain itu sektor pertanian juga merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dengan kontribusi sebesar 42,80 persen. Produksi padi per tahun sekitar 625.000 ton GKG dan dari jumlah sebesar itu telah dikurangi dengan kebutuhan konsumsi lokal dan benih, masih memperoleh surplus padi sekitar 40 persen.2

Realisasi produksi padi Kabupaten Cianjur hingga Juni 2010 sudah lebih dari 75 persen. Dari target produksi tahun 2010 sebesar 761.187 ton, realisasi produksi sudah mencapai angka 627.980 ton.3 Hal ini dapat dicapai karena

1

http://www.penataanruang.net/taru/upload/running_text/UU_No26_2007_Tentang_Penataan_Ruangpdf. diakses pada tanggal 15 September 2010.

2

http://cianjurkab.go.id/Content_Nomor_Menu_15_3.html, diakses pada tanggal 11 September 2010.

3


(18)

berbagai upaya telah dilakukan pemerintah kabupaten Cianjur bersamaan dengan gerakan tanam padi, di antaranya bantuan stimulan dengan memberikan benih berlabel kualitas bagus kepada petani, sehingga mampu meningkatkan produksi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, 2010). Namun peningkatan produksi padi tersebut terjadi karena peningkatan produktivitas, sedangkan luas areal sawah secara keseluruhan mengalami penurunan akibat terjadinya konversi lahan.

Konversi lahan ini dapat berupa perubahan penggunaan lahan sawah menjadi bentuk penggunaan lahan untuk komoditas pertanian lainnya maupun penggunaan lahan untuk non pertanian, seperti pemukiman dan industri yang dipandang memiliki manfaat ekonomi tinggi. Khusus konversi lahan menjadi pemukiman dapat dikatakan sulit dicegah dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk. Laju konversi lahan sawah di Kabupaten Cianjur sendiri mengalami peningkatan dan berbanding lurus dengan laju pertumbuhan penduduk.

Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk kabupaten Cianjur sementara adalah 2.168.514 orang, yang terdiri 1.120.550 laki-laki dan 1.047.964 perempuan. Dengan luas wilayah sekitar 3.501,48 kilo meter persegi, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk mencapai 127 orang per kilo meter persegi. Laju pertumbuhan penduduk kabupaten Cianjur per tahun selama 10 tahun terakhir yakni sebesar 1,09 persen. Kecamatan Cilaku merupakan kecamatan dengan laju pertumbuhan tertinggi sebesar 1,75 persen, sedangkan Kecamatan Leles merupakan kecamatan dengan laju pertumbuhan terendah yakni menurun 0,22 persen. Kecamatan Campaka sendiri memiliki laju pertumbuhan sebesar 0,45 persen (Gambar 1).


(19)

-0.5 0 0.5 1 1.5 2 Le le s C a m pak a M u ly a Ci ja ti Pa s ir Ku d a Ca m p a k a T a ng ge un g Pa g e la ra n Ag ra b in ta T a ko ka k N ar ingg ul K a du pa nd ak C ib ino ng C ibe be r K a ra ng T e ng ah Ci k a d u W a ru ng K o nd an g Bo jo n g Pi c u n g K a bu pa ten C ian jur Ci a n ju r Su k a re s m i Su k a lu y u S uk a na ga ra S ind an g B ar an g C ik a lo n g K u lo n C ida un C u ge na ng Ha u rwa n g i Ci ra n ja n g Pa c e t C ipa na s Ge k b ro n g Ma n d e C ila k u Kecamatan L a ju P e rt um b uh a n P e nd ud uk ( % )

Campaka Kabupaten Cianjur

Sumber : BPS Kabupaten Cianjur 2010

Gambar 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Cianjur per Kecamatan dari Tahun 2000-2010

Dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi tersebut dan mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan titik berat pada sektor pertanian dan pariwisata. Terutama untuk daerah pengembangan Kabupaten Cianjur Bagian Tengah atau Wilayah Pengembangan Tengah (WPT) dengan pusat utama Kota Sukanagara, yang meliputi Kecamatan Campaka, Takokak, Kadupandak, Sukanagara, Tanggeung dan Pagelaran. Berdasarkan pola dasar pembangunan di Kabupaten Cianjur, secara keseluruhan daerah WPT termasuk kecamatan Campaka merupakan jangkauan kota jenjang V yang berfungsi sebagai pusat produksi dan kegiatan pemukiman dalam lingkup pelayanan lokal.4 Sehingga dalam perencanaan pengembangan wilayah lebih difokuskan dalam peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman padi, sedangkan kegiatan pemukiman hanya untuk kepentingan lokal atau tidak dalam skala yang besar.

4

Prospek Kawasan Jabar Selatan Memasuki Millenium Baru Studi Kasus Cianjur Selatan. Laporan Hasil-Hasil Penelitian Puslitbang Geoteknologi-LIPI, 1998


(20)

Peningkatan produksi padi di kabupaten Cianjur terjadi hampir di seluruh wilayah, termasuk di kecamatan Campaka. Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur tahun 2010 (Gambar 2), menunjukkan bahwa rata-rata produksi padi khususnya padi sawah per kecamatan di Kabupaten Cianjur dari tahun 2005 hingga 2009 secara umum mengalami peningkatan yakni dari angka 21.607 ton GKG meningkat menjadi 23.780 ton GKG. Sedangkan peningkatan produksi padi sawah di Kecamatan Campaka masih berada di bawah angka rata-rata produksi padi per kecamatan di Kabupaten Cianjur, yakni hanya mengalami peningkatan dari sebesar 13.220 ton GKG meningkat menjadi 16.517 ton GKG, hal ini dikarenakan wilayah kecamatan Campaka yang merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian topografi rata-rata di atas 500 mdpl (meter dari permukaan laut) sehingga penggunaan lahan secara keseluruhan lebih dominan kepada penggunaan non sawah.

23780 23235 21532 21268 21607 16517 15042 13442 12801 13220 0 5000 10000 15000 20000 25000

2005 2006 2007 2008 2009

Tahun To ta l P rodu k s i P a d i S a w a h G K G (t on)

Produksi Rata-rata Kab. Cianjur Produksi Kec. Campaka

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Cianjur Tahun 2010 (diolah)

Gambar 2. Rata-rata Produksi Padi Sawah per Kecamatan di Kabupaten Cianjur


(21)

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mencoba melakukan analisis mengenai perubahan penggunaan lahan sawah. Selain itu juga menghitung nilai ekonomi lahan (land rent) berdasarkan tipologi penggunaan lahan sawah yang berbeda yakni lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan. Kemudian menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent) pada kedua tipologi lahan sawah tersebut di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

1.2 Perumusan Masalah

Lahan adalah konsep yang dinamis, dimana penggunaan lahan (land use) terjadi sebagai akibat dari tekanan yang dialami lahan secara terus menerus. Perubahan penggunaan lahan bukanlah semata-mata fenomena fisik berkurangnya luas lahan tertentu dan meningkatnya penggunaan lahan yang lain, melainkan mempunyai kaitan yang erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat. Dari segi pendekatan ekonomi, akan menentukan sikap, tingkah laku dan pengambilan keputusan seseorang dalam penggunaan sumber daya lahan. Pada kondisi ini persaingan dan pergeseran penggunaan lahan akan sesuai dengan kaidah nilai ekonomi lahan (land rent) yang dapat diberikan oleh tiap-tiap penggunaan lahan (Wafda, 2004).

Perencanaan penggunaan lahan itu sendiri merupakan bagian dari perencanaan tata ruang. Dalam Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Cianjur sebagian besar wilayah difungsikan untuk sektor pertanian, khususnya bidang tanaman pangan. Sejalan dengan fokus program pembangunan pertanian di Kabupaten Cianjur yang bertumpu pada ketahanan pangan dan


(22)

pengembangan agribisnis, terutama usahatani padi.5 Pengembangan usahatani padi tidak terkecuali meliputi wilayah Kecamatan Campaka yang merupakan salah satu wilayah dengan luas lahan sawah yang cukup luas.

Luas lahan sawah di Kecamatan Campaka sebagian besar adalah lahan sawah irigasi dan sisanya lahan sawah tadah hujan. Namun penggunaan lahan sawah ini dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Pada tahun 2006, luas lahan sawah di kecamatan Campaka berjumlah 1.620,24 hektar dengan perbandingan luas lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan adalah 1.016,51 hektar dan 603,73 hektar. Sedangkan pada tahun 2010 luas lahan sawah adalah sebesar 1432 hektar dengan perbandingan luas lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan adalah 1.172 hektar dan 260 hektar.

390 80 150 30.12 199.05 135.15 253.65 40.46 164.52 61.99 115.3 27 215 70 150 169 116 253 35 164 128 105 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 C ida da p Ci m e n ten g S u su ka n Su k a ja d i S u k a da na Ma rg a lu y u Ka ry amu kt i Ca mp a k a Gi ri m u k ti Wa ng un ja y a M e ka rj ay a Desa Lu a s La ha n S a wa h ( ha )

Lahan Sawah Irigasi 2006 Lahan Sawah Irigasi 2010 Lahan Sawah Tadah Hujan 2006 Lahan Sawah Tadah Hujan 2010 Total Lahan Sawah 2006 Total Luas Lahan Sawah 2010

Sumber : Data Umum Kec. Campaka dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. .Cianjur Tahun 2010 (diolah)

Gambar.3..Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Tiap Desa di Kecamatan Campaka Tahun 2006-2010

5


(23)

Perubahan penggunaan lahan sawah dapat disebabkan karena konversi lahan baik penggunaan untuk kegiatan pertanian lainnya maupun penggunaan untuk sektor non pertanian. Konversi lahan sawah untuk non pertanian, seperti pemukiman dan industri terjadi karena kedua sektor ini dinilai memiliki manfaat ekonomi tinggi. Sedangkan lahan sawah dinilai memiliki manfaat atau nilai ekonomi lahan (land rent) yang rendah. Berdasarkan latar belakang dan penjelasan sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi di Kecamatan Campaka?

2. Berapakah nilai ekonomi lahan (land rent) pada dua tipologi penggunaan lahan sawah yang berbeda di Kecamatan Campaka?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent) pada kedua tipologi lahan sawah tersebut di Kecamatan Campaka?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi di Kecamatan Campaka.

2. Mengestimasi nilai ekonomi lahan (land rent) pada dua tipologi penggunaan lahan sawah yang berbeda di Kecamatan Campaka.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent) pada kedua tipologi lahan sawah di Kecamatan Campaka.


(24)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam berbagai hal, antara lain bagi :

1. Akademisi dan peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap khasanah keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan, terutama dalam konteks ekonomi sumberdaya lahan.

2. Pemerintah daerah, sebagai bahan masukan dalam perencanaan penggunaan lahan dan juga sebagai masukan dalam penerapan kebijakan pertanian khususnya bidang tanaman pangan seperti padi.

3. Masyarakat setempat terutama bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam mengelola usahatani padi agar lebih optimal.

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa batasan dalam hal ruang lingkup yang dibahas atau dianalisis, yaitu seperti hal-hal sebagai berikut :

1. Sumberdaya lahan yang menjadi objek penelitian adalah lahan sawah terutama pada dua tipologi lahan sawah yaitu lahan sawah irigasi (dalam hal ini sawah irigasi setengah teknis dan pedesaan) dan lahan sawah tadah hujan.

2. Perubahan penggunaan lahan dilhat dari besaran alih fungsi lahan atau konversi lahan sawah yang terjadi dengan membandingkan luasan lahan sawah saat ini dengan tahun-tahun sebelumnya dan besaran dampak yang ditimbulkannya.

3.

Konsep nilai ekonomi lahan atau land rent yang digunakan adalah konsep keuntungan usaha (economic rent) yang merupakan surplus pendapatan setelah dikurangi total biaya produksi.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usahatani Padi

Usahatani adalah kegiatan mengorganisasi atau mengelola aset dan cara dalam pertanian. Kegiatan tersebut mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian. Usahatani lebih diartikan untuk kegiatan usaha di bidang pertanian berskala kecil, seperti usahatani padi (Daniel, 2004). Sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani padi merupakan suatu bentuk usaha dalam memproduksi padi, dimana dibutuhkan suatu input (benih, pupuk, pestisida, dan lain-lain) untuk menghasilkan output berupa padi atau biasanya digunakan istilah Gabah Kering Giling (GKG) atau juga Gabah Kering Panen (GKP). Untuk memperoleh input atau faktor produksi tersebut dibutuhkan suatu korbanan yang biasa disebut dengan biaya.

Menurut Soekartawi et al. (1986), menyebutkan bahwa biaya atau pengeluaran usahatani adalah semua nilai input yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Terdapat dua macam biaya usahatani, yaitu biaya investasi dan biaya produksi. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk investasi usaha, seperti pembelian peralatan produksi. Biaya produksi dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah pengeluaran yang tidak tergantung pada besarnya produksi. Sedangkan biaya variabel adalah pengeluaran untuk produksi yang jumlahnya berubah sebanding dengan besarnya produksi.


(26)

2.2 Lahan

Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), lahan adalah ruang daratan meliputi permukaan bumi yang dalam penggunaannya termasuk tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya. Bersama dengan sumber daya fisik wilayah yang lain seperti iklim, topografi, geologi dan lain-lain, sifat lahan sangat menentukan potensinya untuk berbagai jenis penggunaan.

Suparmoko dalam Pambudi (2008), menjelaskan bahwa lahan juga merupakan faktor produksi yang sangat menentukan bagi proses pembangunan ekonomi suatu negara. Negara yang memiliki lahan yang subur sangatlah mungkin memiliki tingkat produktivitas pertanian yang tinggi pada tahap awal dari pertumbuhan ekonomi. Peningkatan produktivitas pertanian akan sangat mempengaruhi perkembangan sektor-sektor lain seperti sektor industri dan jasa pada tahap perkembangan ekonomi lebih lanjut.

2.3 Penggunaan Lahan (Land Use)

Penggunaan lahan (land use) adalah wujud kegiatan atau usaha memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Penggunaan lahan dapat dibedakan menjadi penggunaan lahan pedesaan (rural land use) yang menitikberatkan pada produksi pertanian dan penggunaan lahan perkotaan (urban

land use) yang menitikberatkan pada tujuan untuk pemukiman. Sasaran

penggunaan lahan untuk pedesaan menurut Badan Pertanahan Nasional dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) adalah agar lahan dapat digunakan secara lestari, optimal, serasi dan seimbang.

Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan atas sifat-sifat yang


(27)

merupakan penghambat bagi penggunaannya. Hal tersebut seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi (Suparmoko dalam Pambudi, 2008).

2.4 Alih Fungsi Lahan (Konversi Lahan)

Utomo, et al (1992), mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan tersebut. Konversi lahan disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Konversi lahan pada umumnya dipengaruhi oleh transformasi struktur ekonomi yang semula bertumpu pada sektor pertanian beralih ke sektor ekonomi yang lebih bersifat industrial.

Proses transformasi ekonomi tersebut selanjutnya mendorong terjadinya migrasi penduduk ke daerah-daerah pusat kegiatan bisnis sehingga lahan pertanian yang lokasinya mendekati pusat kegiatan bisnis dikonversi untuk pembangunan perumahan. Secara umum, pergeseran atau transformasi struktur ekonomi merupakan ciri dari suatu daerah atau negara yang sedang berkembang. Berdasarkan hal tersebut maka konversi lahan pertanian dapat dikatakan sebagai suatu fenomena pembangunan yang pasti terjadi selama proses pembangunan masih berlangsung. Begitu pula selama jumlah penduduk terus mengalami peningkatan dan tekanan penduduk terhadap lahan terus meningkat maka konversi lahan pertanian sangat sulit dihindari (Kustiawan dalam Sadikin, 2009).


(28)

Pada tingkat mikro, proses konversi lahan pertanian terutama lahan sawah dapat dilakukan oleh petani sendiri atau dilakukan oleh pihak lain. Secara umum konversi lahan yang dilakukan oleh pihak lain memiliki dampak yang lebih besar terhadap penurunan kapasitas produksi pangan karena proses konversi lahan sawah tersebut biasanya mencakup hamparan lahan sawah yang cukup luas, terutama ditujukan untuk pembangunan kawasan perumahan atau pemukiman (Irawan dan Friyatno, 2002). Namun penurunan produksi pangan akibat konversi yang ditujukan untuk kegiatan non pertanian ini bersifat permanen, karena sekali lahan sawah berubah fungsi maka tidak dapat menjadi sawah kembali. Selain berdampak terhadap penurunan kapasitas produksi pangan, konversi lahan sawah juga berdampak terhadap penurunan pendapatan pertanian dan meningkatkan kemiskinan serta pemubadziran investasi.

2.5 Lahan Sawah

Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan atau menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memperhatikan dari mana diperolehnya atau status lahan tersebut (BPS: Luas Lahan Menurut Penggunaannya, 2008). Lahan sawah dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan jenis pengairannya, yaitu lahan sawah irigasi (teknis, setengah teknis, sederhana, dan desa/non PU) dan lahan sawah non irigasi (tadah hujan, pasang surut, lebak, polder dan sawah lainnya).

Lahan sawah irigasi teknis adalah lahan sawah yang mempunyai jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Lahan sawah irigasi setengah teknis adalah lahan sawah


(29)

yang memperoleh irigasi dari irigasi setengah teknis. Lahan sawah irigasi sederhana adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari irigasi sederhana yang sebagian jaringannya dibangun oleh PU. Lahan sawah irigasi desa/non PU adalah lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem pengairan yang dikelola sendiri oleh masyarakat (BPS: Luas Lahan Menurut Penggunaannya, 2008).

2.6 Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent)

Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), menjelaskan bahwa lahan sekurang-kurangnya mepunyai tiga jenis rent yaitu ricardian rent (mencakup sifat kualitas dari tanah atau tingkat kesuburan), locational rent (mencakup lokasi relatif dari lahan) dan environmental rent (mencakup sifat lahan sebagai suatu komponen utama dari ekosistem). Umumnya land rent yang merupakan cermin dari mekanisme pasar hanya mencakup ricardian rent dan locational rent saja, sedangkan environmental rent tidak sepenuhnya terjangkau dalam mekanisme pasar.

Menurut Barlowe dalam Sadikin (2009), menjelaskan bahwa nilai ekonomi lahan dibedakan menjadi dua, yaitu sewa lahan (contract rent) dan keuntungan usaha (economic rent atau land rent). Sewa lahan (contract rent) sebagai pembayaran aktual dari penyewa kepada pemilik dimana pemilik melakukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan keuntungan usaha (economic rent atau land rent) merupakan surplus pendapatan di atas biaya produksi atau harga input lahan yang memungkinkan faktor produksi lahan dapat dimanfaatkan dalam proses produksi.


(30)

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep keuntungan usaha (land rent) yang dilakukan pada suatu lahan pertanian tertentu, khususnya lahan sawah. Land rent adalah residu surplus ekonomi atau porsi nilai produksi total dan total penerimaan setelah pembayaran terhadap biaya total dilakukan. Menurut Mubyarto (1989), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai ekonomi lahan (land rent), yaitu perbedaan kesuburan tanah, perbedaan jarak dari pasar, perbedaan biaya produksi, dan perbedaan lahan yang terbatas (scarcity of land) sehubungan dengan kondisi lingkungan lahan tersebut.

2.7 Penelitian Terdahulu

Dewi (2006) melakukan penelitian tentang analisis kesesuaian penggunaan lahan serta land rent komoditi sayuran dan teh di Desa Ciguha, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur. Hasil analisis kesesuaian lahan menunjukkan bahwa seluruh lahan existing untuk budidaya sayuran dan tanaman teh tergolong sesuai (S). Kelas kesesuaian lahan existing yang digunakan berkisar dari Cukup Sesuai (S2) sampai dengan Sesuai Marginal (S3). Hasil analisis land rent menunjukkan urutan nilai land rent dari yang tertinggi sampai yang terendah pada lahan dengan kelas kesesuaian lahan S2 adalah : 1) cabai rawit Rp 6.660,-/m2; 2) sawi Rp 2.715,-/m2; 3) teh Rp 2.334,-/m2; dan 4) tomat Rp 2.059,-/m2. Sedangkan urutan nilai land rent pada lahan dengan kelas kesesuaian lahan S3 adalah : 1) cabai rawit Rp 4.370,-/m2; 2) sawi Rp 1.364,-/m2; dan 3) tomat Rp 979,-/m2 .

Pambudi (2008) melakukan penelitian nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian dan pemukiman di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan land rent pemukiman lebih


(31)

besar 79 kali dibandingkan dengan land rent pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pertanian adalah status lahan, total penerimaan dan total biaya operasional sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pemukiman adalah luas lahan, kondisi rumah, total penerimaan dan jarak lahan ke jalan utama.

Rumiris (2008) melakukan penelitian tentang analisis perubahan penggunaan lahan dan land rent antara pertanian dan non pertanian di Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan lahan di Kecamatan Darmaga yang dominan pada tahun 2000 dan 2005 adalah kebun campuran, ruang terbangun dan sawah. Land rent lahan pertanian dan non pertanian di Kecamatan Darmaga menunjukkan nilai land rent lahan pertanian yaitu sawah berkisar antara Rp44,12 hingga Rp 1.070,44/m2/tahun, kebun campuran berkisar antara Rp 51,33 hingga Rp1.493,56/m2/tahun. Sementara itu land rent non pertanian (pemukiman) berkisar antara Rp 208,33 hingga Rp 35.069,44/m2/tahun.

Sadikin (2009) melakukan penelitian tentang analisis dampak konversi lahan pertanian terhadap produksi padi dan land rent (kasus perumahan Pakuan Regency, Bogor Barat, Kota Bogor). Hasil penelitian menunjukkan konversi lahan pertanian menjadi perumahan Pakuan Regency menyebabkan hilangnya akses irigasi bagi lahan pertanian di bagian hilir aliran irigasi, hilangnya poduksi padi, hilangnya pemasukan dari usahatani padi dan menyebabkan terjadinya perubahan nilai land rent. Total produksi padi yang hilang adalah sebanyak 414,4 ton Gabah Kering Giling. Hilangnya produksi padi pada lahan terkonversi dan adanya selisih pemasukan usahatani pada lahan yang terganggu aliran air irigasinya merupakan


(32)

dampak konversi terhadap pemasukan petani. Total pemasukan usahatani yang hilang sebesar Rp 1.141.760.000,-/tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi land rent pertanian di kawasan perumahan Pakuan Regency adalah luas lahan, penerimaan dan biaya operasional. Masing-masing variabel berpengaruh sebesar -0,00000076; 1,00001 dan -1,0000.


(33)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Teori Ricardo (Ricardian Rent)

Menurut Ricardo nilai ekonomi lahan (land rent) merupakan surplus ekonomi yang didapat atas dasar produksi dari suatu lahan setelah dikurangi biaya. Adanya perbedaan surplus ekonomi dikarenakan perbedaan tingkat kesuburan pada lahan tersebut. Hanya lahan paling subur yang digarap dan tidak ada pembayaran rent dikenakan terhadapnya. Rent timbul karena ada peningkatan jumlah penduduk sehingga lahan kurang subur digarap. Konsep perbedaan kesuburan itu dapat dijelaskan dengan konsep biaya dan penerimaan (Gambar 4).

(a) lahan sangat subur (b) lahan subur (c) lahan tidak subur Gambar 4. Perbedaan Land Rent Karena Perbedaan Tingkat Kesuburan Lahan Keterangan gambar :

P : harga produksi (Rp) C1.. C3: biaya produksi (Rp) X1.. X3: tingkat produksi (ton) AC : biaya rata-rata (Rp) MC : biaya marginal (Rp)


(34)

Menurut teori ini, karena terdapat perbedaan kesuburan lahan, maka pada tingkat harga yang sama akan diperoleh surplus yang berbeda (Pambudi, 2008). Dimana pada tanah atau lahan yang sangat subur memiliki land rent paling tinggi yaitu pada daerah P – C1, pada lahan subur hanya memiliki land rent sebesar daerah P – C2 atau masih di bawah land rent pada lahan yang sangat subur, sedangkan pada lahan tidak subur tidak memiliki land rent. Hal tersebut terjadi karena terdapat perbedaan pada tingkat biaya rata-rata.

3.1.2 Teori Von Thunen (Locational Rent)

Berdasarkan teori Von Thunen (Suparmoko dalam Pambudi, 2008) menjelaskan bahwa surplus ekonomi suatu lahan banyak ditentukan oleh lokasi ekonomi. Biaya transportasi dari lokasi suatu lahan ke kota atau pasar merupakan input produksi yang penting, semakin dekat lokasi suatu lahan ke pasar maka akan semakin tinggi aksesibilitasnya atau biaya transportasi semakin rendah. Oleh karena itu, biaya sewa lahan akan semakin mahal dan berbanding terbalik dengan jarak. Semakin jauh jarak ke pasar maka biaya transportasi semakin mahal sehingga land rent semakin turun sejalan dengan meningkatnya biaya transportasi. Hal ini dapat diilustrasikan seperti pada gambar 5, misalkan pada jarak 0 km (tepat di lokasi pasar) biaya transportasi tidak ada, maka biaya total produksi sebesar OC (land rent tinggi). Kemudian pada jarak OM biaya transportasi meningkat menjadi BA sehingga biaya total produksi menjadi MA, sehingga land rent menjadi lebih rendah. Pada jarak OK biaya transportasi sebesar UT, sehingga biaya total produksi sebesar KT, pada kondisi demikian tidak mendapatkan surplus. Oleh karena itu, land rent berbanding terbalik dengan jarak, semakin besar jarak maka land rent akan semakin kecil.


(35)

Gambar 5. Pengaruh Jarak Terhadap Biaya Transportasi dan Land Rent Keterangan gambar :

O : pusat pasar (km) P : harga produk (Rp) C : biaya produksi (Rp) M,K,L : jarak (km)

3.1.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Juanda (2009), pada model regresi berganda (multiple regression model) dengan asumsi bahwa variabel tak bebas (dependent variable) Y merupakan fungsi linier dari beberapa variabel bebas (independent variable) X1, X2, ... , Xk dan komponen sisaan ε (error). Model ini sebenarnya merupakan pengembangan model regresi sederhana dengan satu variabel bebas sehingga asumsi mengenai sisaan ε, variabel bebas X dan variabel tak bebas Y juga sama. Persamaan model regresi linear berganda secara umum (model populasi) adalah sebagai berikut :

Yi = β0 X0i + β1 X1i + β2 X2i + ... + βk Xki + εi ...(3.1) Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data populasi atau sampai n untuk data contoh (sample). Xki merupakan pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk. Koefesien β0 merupakan intersep model regresi linear berganda, jika semua pengamatan X0i bernilai 1 sehingga model (3.1) menjadi :


(36)

Yi = β0 + β1 X1i + β2 X2i + ... + βk Xki + εi ...(3.2) Untuk mendapatkan koefesien regresi parsial digunakan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Metode OLS dilakukan dengan pemilihan parameter yang tidak diketahui sehingga jumlah kuadrat kesalahan pengganggu atau Residual Sum of Square (RSS) yaitu ∑ei2 = minimum (terkecil). Pemilihan metode OLS didasarkan dengan pertimbangan metode ini mempunyai sifat-sifat karakteristik yang optimal, sederhana dalam perhitungan dan umum digunakan. Menurut Firdaus (2004), asumsi utama yang mendasari model regresi linear berganda dengan metode OLS adalah sebagai berikut :

1. Nilai yang diharapkan bersyarat (Conditional Expected Value) dari εi tergantung pada Xi tertentu adalah nol.

2. Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi (non autokorelasi) artinya dengan Xi tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rata-ratanya tidak menunjukkan adanya korelasi, baik korelasi positif maupun negatif.

3. Varians bersyarat dari € adalah konstan, asumsi ini dikenal dengan asumsi homoskedastisitas atau ragam sisaan homogen.

4. Variabel bebas adalah non stokastik yaitu tetap dalam penyampelan berulang jika stokastik maka didistribusikan secara independen dari gangguan €.

5. Tidak ada multikolinearitas antara variabel bebas satu dengan yang lainnya.

6. € didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang diberikan oleh asumsi 1 dan 2.


(37)

Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan metode OLS dari koefesien regresi adalah penduga tak bias linier terbaik (best linier unbiased estimator atau BLUE). Sebaliknya jika ada asumsi dalam model regresi yang tidak terpenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran pendugaan model tersebut atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan dapat diragukan. Penyimpangan asumsi 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius sedangkan penyimpangan asumsi 1, 4, dan 6 tidak terlalu serius.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Sumberdaya lahan sebagai salah satu sumberdaya yang bersifat tidak dapat diperbaharui (non renewable) dengan jumlah yang relatif terbatas sehingga dalam pemanfaatan atau penggunaanya harus dilakukan seoptimal mungkin. Mengingat pentingnya sumberdaya lahan dalam kehidupan manusia, karena lahan merupakan input yang diperlukan untuk setiap bentuk aktivitas manusia seperti pertanian, industri, pemukiman, transportasi, rekreasi dan lain-lain. Khususnya untuk pertanian, lahan merupakan faktor produksi yang sangat penting dimana lahan yang subur sangat menentukan tingkat produksi dan produktivitas dari suatu usahatani. Lahan termasuk didalamnya lahan sawah, dalam kegiatan produksi merupakan salah satu faktor produksi tetap.

Penggunaan lahan (land use) untuk lahan sawah difokuskan di wilayah pedesaan (rural) atau daerah penyangga kota (sub urban) terutama yang berada di pulau Jawa karena memiliki lahan yang subur. Hal ini merupakan bagian dari tujuan pembangunan nasional dalam menciptakan ketahanan pangan, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan di wilayah pedesaan itu sendiri maupun wilayah


(38)

lainnya termasuk wilayah perkotaan (urban). Pada kenyataannya pembangunan yang dilakukan tidak hanya fokus pada sektor pertanian tetapi juga sektor lainnya seperti kegiatan industri. Sebagai konsekuensi pembangunan di segala bidang yang cenderung terpusat di pulau Jawa ini, sehingga terjadi peningkatan jumlah penduduk dan juga perubahan struktur ekonomi yang mendorong perubahan penggunaan lahan sawah menjadi bentuk lain yang memberikan manfaat ekonomi tinggi, hal ini tidak hanya terjadi pada daerah perkotaan (urban) tetapi juga banyak terjadi di daerah pedesaan (rural).

Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan resultante dari berbagai faktor. Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan mendorong perubahan yang meningkat pada permintaan lahan untuk berbagai kebutuhan, seperti pertanian, industri, jasa dan kegiatan lainnya. Perubahan penggunaan lahan sawah tidak terlepas dari situasi ekonomi secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan beberapa sektor ekonomi tumbuh dengan cepat. Pertumbuhan sektor tersebut akan membutuhkan lahan yang lebih luas. Apabila lahan sawah letaknya lebih dekat dengan sumber ekonomi maka akan menggeser penggunaannya ke bentuk lain seperti pemukiman, industri manufaktur maupun untuk pembangunan infrastruktur.

Perubahan struktur penggunaan lahan sawah tersebut, selain mengurangi luasan lahan sawah yang berdampak pada penurunan jumlah produksi padi juga berpengaruh terhadap penurunan kualitas lahan sawah itu sendiri karena lahan sawah yang berubah fungsi tidak mungkin dapat digunakan kembali seperti semula. Dalam konteks penelitian yang dilakukan di Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur ini, lebih melihat perubahan penggunaan lahan sawah terhadap


(39)

luasan lahan sawah tersebut dengan membandingkan luasan lahan sawah pada tahun 2006 dengan 2010. Kemudian menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi, seberapa besar luasan lahan sawah yang beralih fungsi selama kurun waktu lima tahun terakhir.

Terjadinya perubahan penggunaan lahan sawah ini secara garis besar dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor alam (lingkungan) dan faktor manusia. Faktor alam dapat berupa kondisi geografis yang kurang sesuai maupun akibat bencana alam yang terjadi. Kecamatan Campaka merupakan salah satu daerah yang berada di dataran tinggi bahkan sempat terjadi bencana tanah longsor dan banjir. Sedangkan faktor manusia dapat bersifat per individu yaitu berupa perubahan struktur ekonomi masyarakat pedesaan maupun manusia sebagai kelompok dalam hal pembuat kebijakan (pemerintah) sangat mempengaruhi perubahan penggunaan lahan atau konversi lahan sawah.

Perubahan struktur ekonomi tersebut membuat masyarakat menilai lahan sawah memiliki nilai ekonomi lahan (land rent) yang rendah atau di bawah nilai sebenarnya (undervalue). Dalam penelitian ini hanya mencakup faktor-faktor seperti biaya variabel (biaya benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja), biaya tetap (biaya sewa traktor, sewa lahan, dan IPAIR), luas lahan, produktivitas, jarak lahan ke pasar, dan jarak lahan ke jalan. Kemudian faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan model regresi linear berganda. Hasil yang diperoleh kemudian dilakukan uji kesesuaian model yang mencakup kriteria ekonomi, kriteria statistik maupun kriteria ekonometrika. Nilai parameter dari masing-masing variabel diinterpretasikan dan dijadikan sebagai nilai pengaruh dari faktor-faktor land rent.


(40)

Ket. : ruang lingkup penelitian Gambar 6. Alur Kerangka Pemikiran

Peningkatan Kebutuhan Perumahan

Konversi Lahan Sawah

Perubahan Penggunaan Lahan Sawah

Berkurangnnya Areal Lahan Sawah

Pertumbuhan Penduduk

Nilai Produksi Padi yang Hilang Dampak Lingkungan

Penurunan Produksi Padi

Perubahan Struktur Ekonomi Masyarakat

Berkurangnya Penerimaan Petani Analisis Perubahan

Penggunaan Lahan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Land Rent

Analisis Regresi Linear Berganda

Saran dan Implikasi Kebijakan

Land Rent

Analisis Land Rent dan Analisis Deskriptif


(41)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil kasus di tiga desa yakni Desa Sukajadi, Desa Girimukti dan Desa Susukan, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan kondisi penggunaan lahan sawah. Beberapa dasar pertimbangannya adalah, (1) Kecamatan Campaka merupakan salah satu kecamatan yang memiliki lahan sawah dataran rendah maupun dataran tinggi yang cukup berimbang, selain itu sebagai daerah rural kecamatan Campaka juga mengalami perubahan penggunaan lahan sawah. (2) Desa Susukan merepresentasikan sebagai daerah dataran rendah dengan lahan sawah irigasi, Desa Girimukti merupakan daerah dengan luasan dataran rendah dan dataran tinggi yang berimbang, sedangkan Desa Sukajadi merepresentasikan daerah dataran tinggi dengan mayoritas adalah lahan sawah tadah hujan. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Februari hingga April 2011.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer digunakan untuk melakukan analisis land rent pada lahan sawah yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada responden baik petani pemilik maupun petani penyewa atau penggarap pada kedua tipologi lahan sawah yang berbeda dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data sekunder digunakan dalam menganalisis perubahan penggunaan lahan sawah yang terjadi serta untuk melengkapi data yang tidak dapat dijelaskan oleh data primer. Data ini diperoleh dari berbagai instansi pemerintah seperti Badan Pusat Statistik


(42)

Kabupaten Cianjur, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kabupaten Cianjur, Kantor Kecamatan Campaka, KCD Pertanian Kecamatan Campaka dan instansi-instansi terkait lainnya serta beberapa studi literatur.

Tabel 2. Jenis dan Sumber Data serta Metode Analisis yang Digunakan

Tujuan Data Metode Analisis

Jenis Data Sumber Data

Menganalisis

perubahan penggunaan lahan sawah di Kecamatan Campaka

Data Sekunder 1. Kantor Kecamatan Campaka

2. KCD Pertanian Kec. Campaka

3. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Cianjur 4. BPS Kab. Cianjur

1. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan

Menghitung nilai ekonomi lahan (land rent) pada dua tipologi penggunaan lahan sawah yang berbeda yakni lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan

Data Primer dan Data Sekunder

1. Wawancara dengan kuesioner terhadap petani pada dua tipologi lahan yang berbeda

2. KCD Pertanian Kec. Campaka

1. Analisis Land Rent

Menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi nilai

ekonomi lahan (land

rent) pada kedua

tipologi lahan sawah

Data Primer dan Data Sekunder

1. Wawancara dengan kuesioner terhadap petani pada dua tipologi lahan yang berbeda

2. Data Statistik

1. Analisis Inferensia dengan Regresi Linear Berganda 2. Analisis Deskriptif Sumber : Dikumpulkan Oleh Penulis (2011)

4.3 Penentuan Jumlah Responden/Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, menurut Mardalis (2004) penggunaan teknik sampel ini mempunyai suatu tujuan atau dilakukan dengan sengaja. Cara penggunaan sampel ini berada di antara populasi sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal


(43)

sebelumnya. Penelitian ini juga dilakukan berdasarkan pada lokasi dimana terdapat lahan sawah dengan dua tipologi yang berbeda yaitu lahan sawah irigasi (setengah teknis dan pedesaan) maupun lahan sawah tadah hujan serta terjadi perubahan penggunaan lahan sawah. Pada masing-masing desa yaitu Desa Sukajadi, Desa Girimukti dan Desa Susukan juga memiliki karakteristik penggunaan tipologi lahan sawah yang berbeda.

4.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner kepada petani pemilik lahan dan petani penyewa atau penggarap. Menurut Juanda (2007), teknik wawancara adalah pengumpulan data dengan bertanya jawab langsung antara peneliti dengan responden. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dalam mengestimasi nilai ekonomi lahan (land rent) dengan karakteristik yang dimilikinya di Kecamatan Campaka.

Responden adalah para petani padi, baik pemilik lahan sawah maupun penyewa atau penggarap lahan sawah yang mengusahakan pada lahan sawah irigasi dan lahan sawah tadah hujan dengan mengambil sampel berjumlah 60 orang responden. Agar proporsional, maka diambil sampel untuk responden yang mengusahakan pada lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan masing-masing adalah 30 responden. Hal ini sesuai dengan batas minimum pengambilan jumlah sampel untuk data penelitian sosial ekonomi. Selain itu dengan pertimbangan bahwa responden pada masing-masing tipologi penggunaan lahan sawah tersebut adalah homogen.


(44)

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara bertahap mulai dari analisis perubahan penggunaan lahan sawah, analisis nilai ekonomi lahan (land rent), dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi land rent tersebut. Dalam analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan membandingkan perubahan yang terjadi selama lima tahun terakhir yakni dari tahun 2006-2010. Sedangkan dalam analisis land rent menggunakan rumus fungsi penerimaan dan dalam analisis faktor-faktor yang mempengaruhi land rent dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif serta diolah baik secara manual maupun dengan menggunakan program komputer seperti Microsoft Office Excel 2007, SPSS 16.0 dan Minitab 14.0.

4.5.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sawah

Analisis perubahan penggunaan lahan digunakan untuk melihat seberapa besar perubahan yang terjadi, apakah mengalami pertambahan atau pengurangan penggunaan luas lahan sawah di Kecamatan Campaka pada tahun 2006-2010. Lahan sawah yang mengalami pertambahan berarti luas lahan sawah tersebut bertambah, sedangkan apabila mengalami pengurangan berarti luas lahan sawah tersebut berkurang. Menurut Pambudi (2008), persamaan yang digunakan untuk menghitung laju perubahan penggunaan lahan sawah adalah sebagai berikut :

t t

r P

P )

100 1 (

0 +

= ...(4.1) Keterangan :

Pt = luas penggunaan lahan sawah tahun 2006 (ha) P0 = luas penggunaan lahan sawah tahun 2010 (ha) r = koefisien laju pertumbuhan (%/tahun)


(45)

4.5.2 Analisis Land Rent

Land rent adalah nilai ekonomi yang diperoleh pada suatu bidang lahan, apabila lahan tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi. Land rent yang diperoleh merupakan manfaat bersih (net benefit) atau selisih dari penerimaan total (total benefit) dengan biaya total (total cost). Penerimaan total adalah seluruh penerimaan yang diterima oleh responden atas pemanfaatan lahan sawah dalam melakukan usahatani padi selama satu tahun, sedangkan biaya total adalah seluruh pengeluaran dalam usahatani padi tersebut selama satu tahun. Data yang digunakan merupakan hasil wawancara terhadap 60 responden.

Untuk mendapatkan nilai land rent dapat digunakan persamaan atau fungsi penerimaan yang dirumuskan sebagai berikut :

πi = TR - TC = PQ - ∑ Ci

= [P(S*H)] - ∑ Ci ...(4.2) Sedangkan untuk menghitung nilai land rent dari keseluruhan lahan dapat digunakan metode nilai rata-rata dari land rent yang diperoleh dari masing-masing responden. Land rent rata-rata merupakan penjumlahan dari nilai land rent yang diperoleh dari seluruh responden petani dibagi dengan jumlah responden. Rumus yang digunakan untuk menghitung land rent rata-rata adalah sebagai berikut :

n

f π i

π = Σ ...(4.3) Keterangan :

πf = land rent rata-rata (Rp /m2/tahun)

πi = land rent dari responden ke-i (Rp /m2/tahun) P = harga jual padi dalam GKP (Rp)


(46)

Q = produksi padi selama satu tahun (kg) S = luas tanam atau luas panen (m2) H = produktivitas lahan (kg /m2)

Ci = seluruh biaya yang dikeluarkan selama satu tahun (Rp /m2/tahun) n = jumlah responden (jiwa)

Karena terdapat dua nilai rata-rata land rent yang berbeda, maka dilakukan suatu pengujian hipotesis dan pendugaan parameter melalui selang kepercayaan bagi nilai tengah untuk dua populasi. Hal ini diperlukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua nilai rata-rata land rent tersebut. Pada umumnya ragam populasi tidak pernah diketahui, sehingga dilakukan pengujian terhadap dua sampel. Sebelumnya jika tidak ada informasi mengenai kehomogenan ragam antar populasi, dapat juga melakukan pengujian apakah ragam populasi land rent irigasi sama dengan ragam populasi land rent tadah hujan. Atau hipotesis nol (H0) dalam pengujian adalah σ2i = σ2t, subskrip i untuk land rent irigasi dan subskrip t untuk land rent tadah hujan.

Statistik uji yang digunakan adalah uji-F (uji bartllet), karena data berasal dari sebaran yang menyebar normal. Kriteria penolakan H0 adalah jika nilai-p untuk statistik ujinya < α (taraf nyata) yang telah ditetapkan. Setelah memperoleh kesimpulan bahwa kedua ragam populasi bernilai sama atau tidak, maka langkah selanjutnya adalah menggunakan perintah dua sampel.

Hipotesis Æ H0 : μi−μt =0 H1 : μi−μt ≠0 Keterangan :

σ2

= ragam atau varianspopulasi µ = nilai tengah (median)


(47)

4.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda Terhadap Land Rent

Pada regresi linear berganda (multiple regression model) dengan asumsi bahwa variabel tak bebas (dependent variable) Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas (independent variable) X1, X2, ... , Xk dan komponen sisaan ε (error). Pendugaan parameter regresi dalam model dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil atau yang lebih dikenal dengan metode OLS (ordinary least square). Variabel-variabel yang digunakan untuk menduga model regresi linear berganda tersebut dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Variabel Bebas (X) dan Variabel Tak Bebas (Y) yang Digunakan .Dalam Model

Variabel Satuan Keterangan

YI YT X1 X2 X3 X4 X5 X6

Rp /m2 /tahun Rp /m2 /tahun Rp /m2 /tahun Rp /m2 /tahun m2

kg / m2 m m

Land Rent Sawah Irigasi per Tahun Land Rent Sawah Tadah Hujan per Tahun Biaya Variabel per Tahun

Biaya Tetap per Tahun Luas Lahan

Produktivitas

Jarak Lahan ke Pasar Jarak Lahan ke Jalan Desa

Dalam penelitian ini dilakukan dua jenis analisis regresi, yaitu analisis regresi linear berganda land rent sawah irigasi dan analisis regresi linear berganda land rent sawah tadah hujan. Sehingga model persamaan regresinya dibedakan menjadi dua jenis. Untuk model regresi linear berganda land rent sawah irigasi adalah sebagai berikut :

YI= β0 + β1 X1i + β2 X2i + β3 X3i + β4 X4i + β5 X5i + β6 X6i + εi...(4.4) Sedangkan untuk model regresi linear berganda land rent sawah tadah hujan adalah sebagai berikut :


(48)

Keterangan :

YI = variabel tak bebas land rent sawah irigasi YT = variabel tak bebas land rent sawah tadah hujan

β0 = intersep model regresi

β1...β7 = parameter peubah atau koefesien model regresi X1...X7= variabel bebas

ε = unsur galat

Dalam pendugaan model persamaan regresi land rent sawah irigasi dan model persamaan regresi land rent sawah tadah hujan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Namun sebelum melakukan analisis regresi linear berganda tersebut, terlebih dahulu dilakukan analisis koefesien korelasi sederhana (pearson correlation coefficient) antara variabel bebas atau independent variable yang dimasukkan dalam model. Hal ini dilakukan untuk melihat seberapa besar hubungan di antara variabel bebas dalam model.

4.5.4 Uji Kesesuaian Model

Untuk menentukan bahwa model regresi tersebut adalah baik dan dapat digunakan atau valid, maka harus dilakukan suatu uji kesesuaian model. Dalam uji kesesuaian model terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi, yaitu kriteria ekonomi (theoritically meaningful), kriteriastatistik dan kriteria ekonometrika. Model regresi dapat dikatakan baik jika telah memenuhi kriteria ekonomi, sedangkan suatu model regresi dapat digunakan atau valid jika memenuhi kriteria statistika maupun ekonometrika5.

5


(49)

4.5.4.1 Kriteria Ekonomi

Model yang diuji berdasarkan kriteria ekonomi dapat dilakukan dengan melihat tanda dan besaran tiap koefesien regresi yang diperoleh. Kriteria ekonomi mensyaratkan tanda dan besaran dalam tiap koefesien regresi dugaan harus sesuai dengan teori ekonomi yang ada. Apabila model tersebut memenuhi kriteria ekonomi, maka dapat dikatakan bahwa dugaan model persamaan regresi linear berganda dalam penelitian yang dilakukan adalah baik secara ekonomi.

4.5.4.2 Kriteria Statistik

Pengujian terhadap kriteria statistik dapat dilihat dari suatu derajat ketepatan (goodness of fit) yang dikenal dengan uji koefisien determinasi R-Sq maupun uji koefesien determinasi yang disesuaikan R-Sq (adj). Uji koefisien determinasi ini digunakan untuk melihat sejauh mana variabel bebas X menerangkan keragaman variabel tak bebas Y. Nilai R-Sq tersebut mengukur tingkat keberhasilan model regresi yang digunakan dalam memprediksi nilai variabelnya. Menurut Gujarati (1978) terdapat dua sifat R-Sq, yaitu :

1. Merupakan besaran non negatif

2. Batasnya adalah antara 0 dan 1. Jika R-Sq bernilai 1 berarti suatu kecocokan sempurna, sedangkan jika R-Sq bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel tak bebas Y dengan variabel bebas X.

2 2 2

2 2

1 1

1

y i

i

S y

TSS RSS TSS

ESS

R = = − = − ε = − σ

...(4.6)

Keterangan :

ESS = jumlah kuadrat yang dijelaskan (Explained Sum Squared) TSS = jumlah kuadrat total (Total Sum Squared)

σ2

= ragam atau varians residual Sy2 = ragam atau varians sampel dari Y


(50)

Salah satu masalah jika menggunakan ukuran R-Sq untuk menilai baik buruknya suatu model adalah mendapatkan nilai yang terus naik seiring dengan penambahan variabel bebas ke dalam model sehingga digunakan ukuran alternatif yaitu adjusted R-squared atau R-Sq (adj). R-Sq (adj) secara umum memberikan hukuman terhadap penambahan variabel bebas yang tidak mampu menambah daya prediksi suatu model. Nilai Sq (adj) tidak akan pernah melebihi nilai Sq, bahkan bisa turun jika ditambahkan variabel bebas yang tidak perlu. Nilai R-Sq (adj) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

) (

) ( 1

2 2

2

K n

y K n R

i i

− − − =

ε

, ... ...(4.7)

Keterangan :

K = banyaknya parameter dalam model termasuk parameter intersep Selain melakukan uji kriteria statistik dengan koefesien determinasi R-Sq maupun R-Sq (adj) tersebut, digunakan juga penghitungan statistik uji. Statistik uji berikutnya adalah uji-F (keseluruhan) dan statistik uji-t (parsial). Uji-F ini dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel bebas X secara bersama-sama berpengaruh nyata pada variabel tak bebas Y. Apabila uji-F diterima atau lebih kecil dari taraf nyata α, hal ini menandakan bahwa ada minimal satu variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan atau berpengaruh nyata pada keragaman variabel tak bebasnya pada taraf nyata α.

Mekanisme untuk menguji hipotesis dari parameter dugaan secara keseluruhan atau uji-F adalah sebagai berikut :


(51)

1. Apabila nilai Fhit > Ftabel, maka tolak H0. Maksudnya adalah terdapat minimal satu parameter tidak nol dan berpengaruh nyata terhadap keragaman variabel tak bebas.

2. Apabila nilai Fhit < Ftabel, maka terima H0. Hal ini berarti bahwa secara bersamaan variabel yang digunakan tidak bisa menjelaskan secara nyata keragaman dari variabel tak bebas.

Sedangkan statistik uji-t dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel bebas X secara parsial berpengaruh pada variabel tak bebas Y. Selain itu, uji-t dilakukan untuk melihat keabsahan dari hipotesis dan membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model secara statistik signifikan atau tidak. Kemudian cari nilai t hit dengan rumus sebagai berikut:

b hit

S b

t = −β , ...(4.8)

Keterangan :

b = koefisien regresi parsial sampel

β = koefisien regresi parsial populasi Sb = simpangan baku koefisien dugaan Hipotesis Æ H0 : βi = 0

H1 : βi 0

Kemudian hasil thit dibandingkan dengan ttabel (ttabel = tα/2(n-k)).

Terdapat dua kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji-t. Pertama, apabila nilai t hit > ttabel maka tolak H0 yang berarti bahwa variabel-variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya. Kedua, apabila nilai t hit < ttabel maka terima H0 yang berarti bahwa variabel-variabel yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya.


(52)

4.5.4.3 Kriteria Ekonometrika

Hasil pengolahan data pada model persamaan regresi linear berganda tersebut belum dapat digunakan, sebelum memenuhi beberapa asumsi atau pengujian dengan menggunakan kriteria ekonometrika. Pengujian tersebut didasarkan pada pelanggaran asumsi yang digunakan dalam metode OLS. Karena jika terjadi penyimpangan terhadap asumsi tersebut, maka akan diperoleh estimasi atau dugaan yang tidak valid. Hal-hal yang dilihat dalam kriteria ekonometrika antara lain adalah multikolinearitas (multicollinearity), heteroskedastisitas (heteroscedasticity) dan kenormalan data atau sisaan menyebar normal.

Analisis regresi berganda mengisyaratkan bahwa antar variabel bebas tidak boleh ada hubungan linear atau tidak ada masalah multikolinearitas yang mengakibatkan adanya ragam yang besar. Efek dari adanya ragam yang besar antara lain adalah nilai dugaan bagi koefesien regresi βi seringkali menjadi aneh dan dalam pengujian berpengaruh, beberapa variabel bebas akan dinyatakan tidak ada pengaruhnya walaupun dari bidang penerapan regresi tersebut dan data yang didapatkan mengindikasikan hal yang sebaliknya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan uji marquardt dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari hasil estimasi analisis regresi berganda.

Asumsi kehomogenan atau kesamaan ragam (homoscedasticity) memainkan peranan yang sangat penting di dalam pendugaan dengan metode kuadrat terkecil (OLS). Asumsi ini berimplikasi bahwa setiap pengamatan pada variabel tak bebas mengandung informasi yang sama penting. Konsekuensinya, semua pengamatan di dalam OLS mendapatkan bobot yang sama besar. Dengan kata lain, ketidakhomogenan ragam atau heteroskedastisitas (heteroscedasticity)


(53)

mengakibatkan beberapa pengamatan mengandung informasi yang lebih dibandingkan yang lain. Dengan demikian, pengamatan ini seharusnya mendapatkan bobot yang lebih besar dibandingkan pengamatan yang lain.

Pengaruh dari tidak dipenuhinya asumsi ini adalah presisi atau kecermatan dari penduga OLS menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan penduga yang mengakomodir ketidakhomogenan ragam tersebut. Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketidakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS, tetapi penaksiran tadi tidak lagi efisien, bahkan tidak lagi asimtotik terutama untuk sampel yang besar. Ketidakefisienan ini membuat prosedur pengujian hipotesis yang biasa, nilainya diragukan.

Asumsi bahwa sisaan menyebar normal tidak terlalu penting dalam pendugaan parameter regresi dan pemisahan total keragaman. Penduga dengan metode kuadrat terkecil (OLS) tetap merupakan penduga tak bias terbaik apabila asumsi lain terpenuhi. Kenormalan data hanya diperlukan pada waktu pengujian hipotesis dan penyusunan selang kepercayaan bagi parameter. Secara umum, pengaruh ketidaknormalan sisaan terhadap pengujian dan penyusunan selang kepercayaan adalah bahwa taraf nyata yang berkaitan dengan dua hal tersebut tidak lagi sesuai dengan yang ditentukan. Nilai residual berdistribusi normal merupakan suatu kurva berbentuk lonceng (bell-shaped curve) yang kedua sisinya melebar sampai titik tak terhingga. Distribusi data tidak normal, karena terdapat nilai ekstrem dalam data yang diambil.

4.5.5 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Land Rent

Untuk melihat faktor mana saja yang berpengaruh nyata terhadap model regresi linear berganda pada kedua tipologi lahan tersebut adalah dengan melihat


(1)

Lampiran 12.Hasil Estimasi Model Regresi

Land Rent

Sawah Tadah Hujan (Y

T

) Menggunakan

Minitab 14.0

Regression Analysis: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6

The regression equation is

Y = - 57 - 0.751X1 - 0.892X2 + 0.0111X3 + 2983X4 + 0.0053X5 - 0.076X6 Source DF Seq SS

X1 1 1095129 X2 1 1969941 X3 1 41141 X4 1 2247011 X5 1 159 X6 1 7146

Obs X1 Y Fit SE Fit Residual St Resid 1 338 786.7 936.2 39.4 -149.5 -1.35 2 272 561.7 442.1 47.3 119.6 1.11 3 219 731.3 811.0 49.5 -79.8 -0.75 4 251 211.3 308.4 45.4 -97.2 -0.90 5 540 1620.0 1360.9 59.4 259.1 2.55R 6 300 256.3 146.6 75.6 109.6 1.22 7 306 494.0 609.7 58.5 -115.7 -1.13 8 337 1695.2 1703.6 77.5 -8.4 -0.10 9 445 1385.5 1466.2 59.0 -80.7 -0.79 10 306 1574.3 1357.4 42.4 216.9 1.98 11 443 1195.0 1374.4 50.2 -179.4 -1.69 12 463 1217.5 1307.3 45.7 -89.8 -0.83 13 244 896.3 931.5 46.4 -35.2 -0.33 14 283 491.7 397.1 45.7 94.6 0.87 15 216 479.8 352.8 35.4 127.0 1.13 16 196 1345.4 1299.0 64.5 46.4 0.47 17 252 928.6 975.1 54.0 -46.6 -0.45 18 485 835.0 830.1 63.4 4.9 0.05 19 203 336.8 341.0 47.6 -4.2 -0.04 20 155 945.0 931.1 82.8 13.9 0.17 21 278 222.0 377.5 80.3 -155.5 -1.81 22 300 400.0 439.5 38.6 -39.5 -0.36 23 480 1160.0 1146.6 58.9 13.4 0.13 24 183 1307.2 1248.3 68.5 58.9 0.62 25 151 468.8 502.8 51.8 -34.1 -0.32 26 243 819.0 698.1 53.7 120.9 1.16 27 139 529.0 542.4 55.4 -13.4 -0.13 28 253 1142.0 1196.1 58.8 -54.1 -0.53 29 204 407.2 400.3 54.3 6.9 0.07 30 330 530.0 538.9 56.0 -8.9 -0.09


(2)

Residual Plots for [Y]

Residual P e r c e n t 200 100 0 - 100 - 200 99 90 50 10 1 Fitted Value R e s id u a l 1600 1200 800 400 0 200 100 0 - 100 - 200 Residual F r e q u e n c y 200 100 0 - 100 - 200 8 6 4 2 0

Obser vation Or der

R e s id u a l 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 200 100 0 - 100 - 200

Normal Probabilit y Plot of t he Residuals Residuals Versus t he Fit t ed Values

Hist ogram of t he Residuals Residuals Versus t he Order of t he Dat a

Residual Plots for Y

Standar dized Residual

P e r c e n t 2 1 0 - 1 - 2 99 90 50 10 1 Fitted Value S ta n d a r d iz e d R e s id u a l 1600 1200 800 400 0 2 1 0 - 1 - 2

Standar dized Residual

F r e q u e n c y 2 1 0 - 1 - 2 8 6 4 2 0

Obser vation Or der

S ta n d a r d iz e d R e s id u a l 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 2 1 0 - 1 - 2

Normal Probabilit y Plot of t he Residuals Residuals Versus t he Fit t ed Values

Hist ogram of t he Residuals Residuals Versus t he Order of t he Dat a


(3)

Lampiran 13. Hasil Regresi Nilai Absolut Residual [RESI1] dengan Variabel Bebas pada Model

Land Rent

Sawah Tadah Hujan

(Uji Glesjer)

Regression Analysis: [RESI1] versus X1, X2, X3, X4, X5, X6

The regression equation is

[RESI1] = - 95.9 + 0.361 X1 + 0.0128 X2 + 0.0226 X3 - 59 X4 + 0.0114 X5 + 0.0572 X6

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant -95.88 94.61 -1.01 0.321 X1 0.3607 0.1776 2.03 0.054 2.7 X2 0.01275 0.03597 0.35 0.726 1.6 X3 0.02263 0.01426 1.59 0.126 1.9 X4 -59.1 128.4 -0.46 0.650 1.3 X5 0.011353 0.009423 1.20 0.241 1.1 X6 0.05720 0.05619 1.02 0.319 1.3

S = 62.4410 R-Sq = 30.3% R-Sq(adj) = 12.1% PRESS = 164851 R-Sq(pred) = 0.00%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 6 39017 6503 1.67 0.174 Residual Error 23 89674 3899

Total 29 128692

Residual Plots for [RESI1]

Standar dized Residual

P e r c e n t 2 1 0 - 1 - 2 99 90 50 10 1 Fitted Value S ta n d a r d iz e d R e s id u a l 160 120 80 40 0 2 1 0 - 1 - 2

Standar dized Residual

F r e q u e n c y 2 1 0 - 1 - 2 10.0 7.5 5.0 2.5 0.0

Obser vation Or der

S ta n d a r d iz e d R e s id u a l 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 2 1 0 - 1 - 2

Normal Probabilit y Plot of t he Residuals Residuals Versus t he Fit t ed Values

Hist ogram of t he Residuals Residuals Versus t he Order of t he Dat a

Residual Plots for [ RESI 1 ]


(4)

Lampiran 14. Hasil Pengujian Hipotesis dan Selang Kepercayaan bagi Nilai Tengah Dua Populasi

1. Pengujian ragam dua populasi dengan uji-F(uji bartllet)

Test for Equal Variances

95% Bonferroni confidence intervals for standard deviations Sample N Lower StDev Upper

1 30 356.824 462.277 650.217 2 30 341.553 442.493 622.390 F-Test (normal distribution)

Test statistic = 1.09, p-value = 0.815

95% Bonferroni Confidence I nt ervals for St Devs 2

1

650 600 550 500 450 400 350 300

F- Test Test Statistic 1.09

P- Valu e 0.815

Test for Equal Variances

2.

Pengujian hipotesis dan selang kepercayaan dari dua populasi (uji-t)

Two-Sample T-Test and CI: YI, YT

SE N Mean StDev Mean YI 30 840 462 84 YT 30 832 443 81 Difference = mu (YI) - mu (YT) Estimate for difference: 7.28100

95% CI for difference: (-226.60119, 241.16319)

T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0.06 P-Value = 0.951 DF = 58 Both use Pooled StDev = 452.5223

D

a

ta

YT YI

2000

1500

1000

500

0

I ndividual Value Plot of YI , YT

D

a

ta

YT YI

2000

1500

1000

500

0


(5)

Lampiran 15. Dokumentasi Lokasi Penelitian

1. Lahan Sawah Irigasi

2. Lahan Sawah Tadah Hujan

3. Kondisi Pengairan

4. Bencana Longsor

5. Saat Panen

6. Menjemur Padi


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Akhmad Faisal Amri yang merupakan putra

kelima dari lima bersaudara pasangan Bachtiar dan Euis Suhaeni yang lahir di

Jakarta, pada tanggal 24 September 1988. Penulis memulai jenjang pendidikan di

SDI Miftahul Fallah, kemudian melanjutkan ke SMPN 142 Jakarta dan SMAN

101 Jakarta hingga lulus. Penulis kemudian berkesempatan melanjutkan

pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006.

Tingkat pertama di IPB penulis masuk dalam program TPB (Tingkat

Persiapan Bersama), kemudian pada tingkat kedua penulis terdaftar sebagai

mahasiswa di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL). Penulis

selama menjadi mahasiswa IPB yakni dari tahun 2008 hingga 2010 mendapatkan

beasiswa BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa). Selain itu, selama kuliah penulis

aktif dalam berbagai organisasi dan kegiatan mahasiswa lainnya.

Pengalaman organisasi yang pernah dijalani yaitu diantaranya pada tingkat

kedua penulis aktif sebagai pengurus divisi CSR himpunan mahasiswa

Resource

and Environmental Economics Student Association

Institut Pertanian Bogor

(REESA IPB). Selain itu pada tingkat kedua penulis juga aktif dalam organisasi

kepecintaalaman sebagai anggota muda Keluarga Ekonomi dan Manajemen

Pecinta Alam Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

(KAREMATA FEM IPB). Pada tingkat ketiga penulis menjabat sebagai Ketua

Umum KAREMATA FEM IPB periode 2008-2009. Prestasi yang pernah diraih

penulis adalah sebagai juara I turnamen futsal antar Lembaga Kemahasiswaan

(LK) FEM IPB pada tahun 2010.