PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADASISWA KELAS IV SDN BERNUNG PESAWARAN TP. 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD PADASISWA KELAS IV SDN BERNUNG PESAWARAN TP. 2012/2013

Oleh

JUWITA WAHYUNI

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa, terbukti hanya 6 dari 20 siswa (30%) yang mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sekolah, yaitu 65. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Bernung pada mata pelajaran sains dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), yang

dilaksanakan melalui dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data kegiatan tersebut dikumpulkan melalui lembar observasi dan hasil tes pada setiap akhir siklus. Analisis data menggunakan kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran sains dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 52,4% (kategori cukup), pada siklus II meningkat menjadi 69,2% (kategori baik). Sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II yang meperoleh nilai ≥ 65 sebanyak 15 dari 20 siswa (75%).


(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan manusia tidak dapat hidup berkembang sejalan dengan cita-cita untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No. 20 Tahun 2003).

Berdasarkan fungsi pendidikan nasional di atas, maka peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah, selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan kegiatan di kelas. Pendidikan dapat dilaksanakan secara baik, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efesien metode atau cara-cara pelaksanaannya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh.


(3)

Oleh karena itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya.

Proses pembelajaran di sekolah dasar, harus dapat memberikan peluang kepada anak untuk mengembangkan berbagai kemampuannya secara optimal, seperti kemampuan berpikir, bereksplorasi dan bereksperimen demikian juga mampu untuk bertanya dan berpendapat.

Untuk dapat mengembangkan kemampuan anak secara optimal, seperti kemampuan berpikir, bereksplorasi dan bereksperimen, mata pelajaran Sains adalah sarana yang yang paling tepat.

Sains pada sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fenomena-fenomena alam dan yang terjadi di alam. Secara umum istilah Sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sestematis. Secara khusus Sains dimaknai Ilmu Pengetahuan Alam atau Natural Science. Demi menunjang tercapainya tujuan pendidikan pengetahuan Sains tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif.

Pengertian tersebut bermakna bahwa inti pembelajaran adalah terjadinya proses interaksi timbal balik antara guru dengan peserta didik melalui sumber belajar, dengan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered learning). Sehingga peserta didik diposisikan


(4)

sebagai subjek. Karena proses pembelajaran harus dikemas dengan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). Apabila dalam proses belajar mengajar guru tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat, maka siswa sulit untuk menyerap konsep-konsep pelajaran yang disampaikan guru sehingga berdampak kurangnya tingkat prestasi siswa dalam belajar.

Agar belajar dan pembelajaran dapat menarik minat, perhatian, dan motivasi siswa maka guru harus mempunyai kemauan dan kemampuan dalam memilih dan menentukan metode pembelajaran apakah yang akan digunakan dalam proses belajar dan pembelajaran. Apabila guru mampu memilih model pembelajaran secara tepat maka aktivitas dan hasil belajar siswa bukan tidak mungkin dapat meningkat. Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kompetensi dan ketepatan guru dalam menggunakan metode pembelajaran tersebut. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pengamatan dan diskusi PTK dilaksanakan di kelas IV SDN Bernung Kabupaten Pesawaran semester genap, tahun pelajaran 2012/2013, hasil belajar mata pelajaran Sains masih rendah dan dalam proses pembelajarannya guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional seperti ceramah dan memberi tugas, guru kurang mampu merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.


(5)

Hal ini tampak dari masih banyaknya siswa yang tidak mendengarkan guru saat menjelaskan, asik bermain dengan siswa lainnya di dalam kelas. Indikasi lain bahwa pola pembelajarannya makin bersifat guru-sentris (teacher centered ), siswa kurang berani bertanya dan mengemukakan pendapat.

Kecenderungan pembelajaran demikian, mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar yang dicapai masih rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Terbukti hanya 6 siswa (30%) yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari jumlah siswa 20 siswa, sedang yang 14 siswa (70%) belum mencapai (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah, yaitu 65. Observasi mengenai hasil belajar Sains kelas IV SDN Bernung Kec. Gedong Tataan Kab. Pesawaran diperoleh nilai sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Nilai Sains Kelas IV SDN Bernung Semester I Tahun Pelajaran 2012-2013

NO Nilai Frekuensi Presentase Keterangan

1. 45-50 6 30% Belum Tuntas

2. 51-59 8 40% Belum Tuntas

3. 60-65 2 10% Tuntas

4. 66-70 2 10% Tuntas

5. 71-76 2 10% Tuntas

Total 20 100%

Sumber : Rekapitulasi Dokumen Hasil Belajar Ulangan Harian Sains Kelas IV SDN Bernung Kec. Gedong Tataan Kab. Pesawaran


(6)

Sesuai dengan permasalahan di atas diperlukan adanya suatu metode pembelajaran yang mampu menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif, kreatif, mendorong pengembangan potensi dan kemampuan yang dimiliki, serta menemukan makna yang dalam, dari apa yang dipelajarinya.

Peneliti mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran Sains guna meningkatkakn aktivitas dan hasil belajar siswa.

Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Bernung Pesawaran semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

1.2 Identifikasi Masalah

Berangkat dari masalah faktual yang terjadi di kelas IV SDN Bernung Kabupaten Pesawaran pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013, yaitu:

1. Pembelajaran Sains menitik beratkan pada model pembelajaran konvesional.

2. Pola pembelajaran Sains bersifat guru sentris.

3. Siswa kurang berani bertanya dan mengemukakan pendapat. 4. Siswa tidak mendengarkan guru saat menjelaskan.

5. Siswa asik bermain dengan siswa lainnya didalam kelas. 6. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran rendah.


(7)

1.3 Perumusan Masalah

Pokok permasalahan lebih lanjut penulis rinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar Sains dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV semester genap SDN Bernung Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2012/2013?

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar Sains dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV semester genap SDN Bernung Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2012/2013?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk:

1. Untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam mata pelajaran Sains di kelas IV SDN Bernung Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2012/2013 .

2. Untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam


(8)

mata pelajaran Sains di kelas IV SDN Bernung Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2012/2013 .

1.5 Manfaat / Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menemukan teori / pengetahuan baru tentang aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran demontrasi

b. Sebagai dasar untuk meneliti bidang lain yang berkaitan dengan bidang penelitian ini

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat PTK bagi siswa:

1. Dengan adanya PTK kesalahan dalam proses pembelajaran akan cepat dianalisis dan diperbaiki. Jika kesalahan dapat diperbaiki aktivitas dan prestasi belajar siswa diharapkan akan meningkat.

2. PTK yang dilaksanakan disamping dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, juga dapat menjadi modal bagi siswa.

3. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran. b. Manfaat PTK bagi guru:

1. PTK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran.


(9)

2. Dengan melakukan PTK guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

3. PTK membuat guru lebih percaya diri.

4. Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru.

c. Manfaat PTK bagi sekolah:

1. Sekolah yang berhasil mendorong terjadinya inovasi pada diri para guru telah berhasil pula meningkatkan kualitas pendidikan untuk para siswa.

2. PTK memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar siswa, serta kondusifnya iklim pendidikan disekolah tersebut.


(10)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem belajar kelompok yang di dalamnya siswa di bentuk ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5orang secara heterogen.

Menurut Ibrahim (2000: 10) model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana diterapkan dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang yang bersifat heterogen, guru yang menggunakan STAD mengacu kepada belajar kelompok yang menyajikan informasi akademik baru kepada siswa menggunakan presentasi verbal atau teks. Beedasarkan pendapat tersebut peneliti berpendapat bahwa dalam hal ini model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model yang paling sederhana untuk diterapkkan pada siswa.

Sementara menurut (Slavin, 2008: 188) mengemukakan bahwa pembagian kelompok yang memperhatikan keragaman siswa dimaksudkan supaya siswa dapat menciptakan kerja sama yang baik, sebagai proses


(11)

menciptakan saling percaya dan saling mendukung. Keragaman siswa dalam kelompok mempertimbangkan latar belakang siswa berdasarkan prestasi akademis, jenis kelamin, dan suku.

Syarat lain dari model belajar kooperatif tipe STAD adalah jumlah anggota pada setiap kelompok sebaiknya terdiri dari 4-5 orang. Jumlah anggota yang sedikit dalam setiap kelompok memudahkan siswa berkomunikasi dengan teman sekelompok. Pentingnya pembagian kelompok seperti ini didasarkan pada pemikiran bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika masalah itu dipelajari bersama.

Berdasarkan pendapat diatas peneliti berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa, melalui segala macam kegiatan yang dilakukan oleh secara langsung oleh siswa didalam kelompoknya masing-masing.

2.1.1 Keunggulan dan Kekurangan Model Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan (Slavin, 1997: 17) :

a. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

b. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan

keberhasilan kelompok.

d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Selain keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki kekurangan, diantaranya adalah :

a. Membutuhkan waktu yang lebih lama bagi siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.


(12)

b. Membutuhkan waktu yang lebih lama bagi guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

c. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

d. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama . Dari penjelasan tersebut penulis berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama dalam suatu tim atau kelompok demi tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada proses pembelajaran itu sendiri. 2.1.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Slavin (2008: 188) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran STAD adalah :

1. Sajian materi oleh guru

2. Siswa bergabung dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Sebaiknya kelompok dibagi secara heterogen yang terdiri atas siswa dengan beragam latar belakang, misalnya dari segi: prestasi, jenis kelamin, suku dll.

3. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk mengerjakan latihan / membahas suatu topik lanjutan bersama-sama. Disini anggota kelompok harus bekerja sama.

4. Tes / kuis atau silang tanya antar kelompok. Skor kuis / tes tersebut untuk menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan skor kelompok.

5. Penguatan dari guru .

2.2 Belajar dan Pembelajaran

Menurut Hamalik (2001: 28), belajar adalah “suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek


(13)

tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresisi.

Berdasarkan uraian tersebut penulis berpendapat bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu setelah melakukan interaksi lingkungan.

Selanjutnya Sardiman (2010: 155) menjelaskan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Berdasarkan uraian diatas penulis berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang diharapkan melalui perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Perubahan tingkah laku terjadi karena usaha individu yang bersangkutan, dan pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan guru, sumber belajar termasuk di dalamnya lingkungan yang kesemuanya menimbulkan perubahan prilaku sesuai dengan yang diinginkan individunya.

2.2.1 Aktivitas Belajar

Menurut Mulyono (2001: 26), aktivitas artinya “kegiatan atau aktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan yang terjadi secara fisik maupun non fisik, merupakan suatu aktivitas.

Penulis berpendapat bahwa aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan baik secara fisik maupun non fisik.


(14)

Sedangkan Sanjaya (2007: 101) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif. Berdasarkan uraian tersebut penulis berpendapat bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa), dalam rangka menciptakan tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah semua kegiatan proses interaksi timbal balik antara guru dan siswa selama belajar mengajar berlangsung. Sehingga mencapai indikator yang akan dicapai. Aktivitas belajar juga merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.

2.2.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil dari siswa setelah melakukan serangkaian kegiatan belajar yang kemudian dievaluasi dengan ujian. Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa berupa nilai.


(15)

Menurut Sardiman A.M (2001: 46) “hasil belajar adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar”.

Sedangkan menurut Sudjana (2001: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan mengetahui prestasi belajar siswa, seorang guru dapat menentukan kedudukannnya dalam kelas, apakah siswa tersebut termasuk kedalam kategori siswa yang pandai, sedang atau kurang. Agar dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individu maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

Biasanya penilaian atau hasil belajar dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kalimat.

Dapat dipahami bahwa penilaian dalam arti komplek mencakup segala aspek psikologis siswa, sedangkan dalam ari sempit sebagai bentuk untuk mengukur keberhasilan siswa yang terformat dalam bentuk evaluasi. Berdasarkan uraian diatas penulis berpendapat bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah seseorang belajar berupa keterampilan, pengetahuan dan sikap. Dalam hal ini menekankan kepada aspek kognitif yang diperoleh melalui hasil tes.


(16)

2.3 Karakteristik Pembelajaran Sains

Pendidikan Sains merupakan ilmu yang mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Sulistyorini (2007: 39) berpendapat bahwa Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam sekitar secara sistematis, sehingga Sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengertian berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Sains merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang kejadian bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi, eksperimen dan induksi, Iskandar (2001: 17).

Dari beberapa pengertian diatas penulis bependapat bahwa Sains adalah kegiatan manusia yang bersifat aktif untuk mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Pada umumnya Sains didasarkan atas dasar observasi, eksperimen dan induksi.

Apabila dalam proses belajar mengajar guru tidak menggunakan model pembelajaran, maka sulit siswa untuk menyerap konsep-konsep pelajaran yang disampaikan guru sehingga berdampak rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam belajar.


(17)

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

“Jika pembelajaran Sains menggunakan model kooperatif tipe STAD dan dilaksanakan dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Sains siswa kelas IV SDN Bernung Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013”.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penlitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terfokus pada situasi kelas, atau disebut dengan Classroom Action Research (CAR). Wardani (2004: 14) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa meningkat. Menurut Arikunto (2006: 91) tujuan penelitian tindakan yang dilakukan di dalam kelas adalah untuk memperbaiki/ meningkatkan mutu praktik pembelajaran.

Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Tahapan penelitian tindakan pada satu siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.


(19)

3.2 Setting Penelitian

a. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2013 s/d Maret 2013. b. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Bernung Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru sebagai peneliti dan siswa-siswi kelas IV SDN Bernung yang berjumlah 20 orang terdiri atas laki-laki 12 orang dan perempuan 8 orang.

b. Objek Peneitian

Dalam penelitian tindakan kelas variable yang diteliti mencakup : 1. Variabel tindakan berupa pembelajaran yang menggunakan model

kooperatif tipe STAD.


(20)

3.4 Operasional Penelitian Tindakan

a. Pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD, dalam penelitian ini yaitu pembelajaran dimana siswa mengasimilasi satu konsep atau prinsip. Proses tersebut misalnya mengamati, membuat dugaan dan kesimpulan serta pemecahan suatu masalah.

Indikator keberhasilan tindakan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD dapat dilihat dari IPKG yang dilaksanakan dalam pembelajaran. Sedangkan ukuran keberhasilan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD dilihat dari kategori penilaian instrumen tersebut. Kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut :

A.Nilai 76 s/d 100 = Sangat Baik B. Nilai 66 s/d 75 = Baik

C.Nilai 56 s/d 65 = Cukup Baik D.Nilai 50 s/d 55 = Kurang Baik

b. Aktivitas belajar adalah bentuk keterlibatan dan perbuatan siswa dalam interaksi belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD.

Indikator aktivitas siswa dilihat dari interaksi antar sesama anggota kelompok di kelompoknya masing-masing pada saat pembelajaran berlangsung


(21)

Ukuran ketercapaian aktivitas siswa sesuai dengan kategori yang ditentukan yaitu :

a. 81 % - 100 % = Baik sekali b. 61 % - 80 % = Baik c. 41 % - 60% = Cukup d. 21 % - 40 % = kurang e. 0 % - 20 % = Kurang sekali

c. Hasil belajar, adalah taraf keberhasilan proses pembelajaran Sains dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD. Kegiatan penilaian ini terjadi pada akhir pembelajaran dengan mengerjakan tes formatif. Ukuran dilihat dengan nilai 10 sampai 100.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: Teknik Non Tes

Observasi, yaitu digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung dengan model kooperatif tipe STAD.

Teknik Tes

Tes yang dilakukan untuk mengukur hasil belajar Sains siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD pada saat pembelajaran Sains.


(22)

3.6 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

Lembar panduan observasi, digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan kinerja guru selama penelitian berlangsung dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD.

Tes formatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang telah diajarkan setelah menggunakan model kooperatif tipe STAD.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif:

1. Analisis Kualitatif

Data kualitatif ini, diperoleh dari data non tes yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Kategori keaktifan siswa dan guru dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Data kategori prosentase keaktifan siswa

NO Rentang Nilai Skor Kategori

1. 81% - 100% 5 Baik Sekali

2. 61% - 80% 4 Baik

3. 41% - 60% 3 Cukup

4. 21% - 40% 2 Kurang


(23)

Tabel 3. Data kategori kinerja guru

NO Rentang Nilai Skor Kategori

1. 76 - 100 4 Sangat Baik

2. 66 - 75 3 Baik

3. 56 - 65 2 Cukup

4. 50 - 55 1 Kurang

a. Nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus: NP = x 100 %

Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum dari tes yang ditentukan 100 = Bilangan tetap

Diadaptasi dari Purwanto (2008: 102)

b. Analisis kinerja guru diperoleh dengan rumus: NP = x 100 %

Keterangan:

NP = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh guru SM = Skor maksimum ideal

100 = Bilangan tetap


(24)

2. Analisis Kuantitatif

Digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam penguasaan materi yang diajarkan guru. Nilai hasil belajar tiap siswa diperoleh dengan rumus:

NS = x 100

Keterangan:

NS = Nilai yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum ideal

100 = Bilangan tetap

Diadaptasi dari Purwanto (2008: 102)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut:

P = x 100%

Diadaptasi dari Aqib, dkk (2009: 41)

Dengan kriteria keberhasilan aktivitas siswa: 81 % - 100 % = Baik sekali

61 % - 80 % = Baik 41 % - 60% = Cukup 21 % - 40 % = kurang 0 % - 20 % = Kurang sekali


(25)

3.8 Prosedur Penelitian

Sesuai dengan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK), prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi, siklus dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

dst....

Gambar 1. Spiral Tindakan Kelas (Hopkins, dalam Zainal Aqib, 2009: 31) Identifikasi

Masalah

Perencanaan

Aksi / Pelaksanaan

Observasi Refleksi

Perencanaan Ulang Refleksi

Aksi / Pelaksanaan Observasi

SIKLUS 1


(26)

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan

Kegiatan dalam perencanaan meliputi:

a) Menyusun perangkat pembelajaran yang menggunakan model kooperattif tipe STAD, beserta LKS, media, dan item tes.

b) Mempersiapkan instrumen penelitian.

c) Menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa.

2. Pelaksanaan

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan.

Adapun urutan kegiatan secara garis besar adalah sebagai berikut: a. Guru mengawali pelajaran dengan memberikan motivasi dan

apersepsi.

b. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen.

c. Guru menjelaskan kepada siswa tentang proses pembelajaran Sains menggunakan model kooperatif tipe STAD.

d. Proses penyampaian materi: (1) Sajian materi oleh guu

(2) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk mengerjakan latihan / membahas suatu topik lanjutan bersama-sama. Disini anggota kelompok harus bekerja sama.


(27)

(3) Tes / kuis atau silang tanya antar kelompok. Skor kuis / tes tersebut untuk menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan skor kelompok.

(4) Penguatan dari guru . e.Guru memberikan tes. 3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk memonitor tindakan yang terjadi di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam tahap ini peneliti mengamati kinerja guru, aktivitas siswa dan berperan aktif dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

Peneliti mengamati dan mendokumentasikan jalannya proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas denagn menggunakan model kooperatif tipe STAD.

4. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan setelah proses belajar mengajar berlangsung. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil belajar, serta menentukan kemajuan dan kelemahan yang terjadi, sebagai dasar perbaikan selanjutnya.

3.9 Indikator Keberhasilan

Kriteria keberhasilan didasarkan kepada pencapaian peserta didik untuk membangun kemampuan dan pengetahuan yang difasilitasi guru. Sehingga dengan mata pelajaran sains, siswa dapat mempelajari dan memahami lebih mendalam tentang diri sendiri dan alam disekitarnya serta mampu


(28)

mengembangkan lebih lanjut dengan menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari secara ilmiah. Selain itu juga diharapkan siswa mempunyai pengalaman belajar yang cukup yang bermanfaat untuk diri dan lingkungannya.

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini secara umum yaitu : 1. Adanya peningkatan aktivitas siswa dan guru pada setiap siklusnya. 2. Pada akhir penelitian adanya peningkatan hasil belajar siswa secara

klasikal minimal 75% tuntas belajar dari jumlah siswa 20 orang dengan KKM 65.


(29)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV mata pelajaran Sains Sekolah Dasar Negeri Bernung Pesawaran dapat disimpulkan:

1. Aktivitas belajar siswa dalam pelajaran Sains dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah cukup meningkat. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebanyak 52,4% meningkat menjadi 69,2% pada siklus II (Peningkatan 16,8%).

2. Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Sains dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada siklus I yang mendapat nilai ≥65 sebanyak 13 atau 65% siswa dan yang mendapat nilai <65 sebanyak 7 atau 35%. Sedangkan dari hasil belajar siswa pada siklus II jumlah siswa yang mendapat nilai ≥65 ada 15 atau 75% siswa dan yang mendapat nilai <65 sebanyak 5 atau 25% dari 20 siswa yang ada.


(30)

5.2 Saran

1. Kepada siswa, untuk senantiasa aktif dalam proses pembelajaran agar dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh prestasi belajar yang baik.

2. Kepada orang tua, untuk selalu membimbing dan memotivasi putra-putrinya agar rajin belajar dan kelak menjadi anak yang berguna bagi orang tua, bangsa dan negara.

3. Kepada guru,untuk senantiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran, dan agar lebih memperkaya keahliannya dalam menggunakan model-model pembelajaran yang lainnya. Karena dengan adanya model pembelajaran, peserta didik lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

4. Kepada Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang masih belum ada agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga prestasi belajar dapat meningkat.

5. Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), agar dapat lebih memahami tugas seorang guru sekolah dasar dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bina Karsa. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yarma Widya. Bandung Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Biro Hukum dan Organisasi. Depdiknas. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Pengertian Belajar. 1 November 2012 http: // duniabaca. com/ Pengertian- aktivitas- belajar. html.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Pusat SAINS dan Matematika Sekolah Program Pascasarjana Unesa. University Press. Surabaya.

Kunandar. 2010. Langkah-langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Dari Profesi Guru. PT. Rahayasa. Yogyakarta. Mulyono, Anton. 2001. Pengertian Aktivitas. 1 November 2012

http://duniabaca.com / Pengertian- Aktivitas- Belajar. html.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Slavin, Robert. 2008. Cooperative Learning. 1 November 2012 http: // duniabaca. com/ Keunggulan dan kekurangan model STAD. html. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Penerbit Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Sardiman AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Dalam Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sardiman AM. 2010. Interaksi dan Motivasi Dalam Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta.

Sudjana, D. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipasif. Falah Production. Bandung.

Sutanto, Ready. 2010. Kamus Kata Baku Bahasa Indonesia. Lazurdi Buku Utama. Jakarta.


(32)

Sulistyorini, Sri. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Global Pustaka Ilmu. Yogyakarta.

M. Iskandar, Srini. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. CV. Maulana. Yogyakarta.

Wardani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.


(1)

(3) Tes / kuis atau silang tanya antar kelompok. Skor kuis / tes tersebut untuk menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan skor kelompok.

(4) Penguatan dari guru . e.Guru memberikan tes. 3. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk memonitor tindakan yang terjadi di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam tahap ini peneliti mengamati kinerja guru, aktivitas siswa dan berperan aktif dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

Peneliti mengamati dan mendokumentasikan jalannya proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas denagn menggunakan model kooperatif tipe STAD.

4. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan setelah proses belajar mengajar berlangsung. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil belajar, serta menentukan kemajuan dan kelemahan yang terjadi, sebagai dasar perbaikan selanjutnya.

3.9 Indikator Keberhasilan

Kriteria keberhasilan didasarkan kepada pencapaian peserta didik untuk membangun kemampuan dan pengetahuan yang difasilitasi guru. Sehingga dengan mata pelajaran sains, siswa dapat mempelajari dan memahami lebih mendalam tentang diri sendiri dan alam disekitarnya serta mampu


(2)

27

mengembangkan lebih lanjut dengan menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari secara ilmiah. Selain itu juga diharapkan siswa mempunyai pengalaman belajar yang cukup yang bermanfaat untuk diri dan lingkungannya.

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini secara umum yaitu : 1. Adanya peningkatan aktivitas siswa dan guru pada setiap siklusnya. 2. Pada akhir penelitian adanya peningkatan hasil belajar siswa secara

klasikal minimal 75% tuntas belajar dari jumlah siswa 20 orang dengan KKM 65.


(3)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas IV mata pelajaran Sains Sekolah Dasar Negeri Bernung Pesawaran dapat disimpulkan:

1. Aktivitas belajar siswa dalam pelajaran Sains dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah cukup meningkat. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebanyak 52,4% meningkat menjadi 69,2% pada siklus II (Peningkatan 16,8%).

2. Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Sains dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada siklus I yang mendapat nilai ≥65 sebanyak 13 atau 65% siswa dan yang mendapat nilai <65 sebanyak 7 atau 35%. Sedangkan dari hasil belajar siswa pada siklus II jumlah siswa yang mendapat nilai ≥65 ada 15 atau 75% siswa dan yang mendapat nilai <65 sebanyak 5 atau 25% dari 20 siswa yang ada.


(4)

58

5.2 Saran

1. Kepada siswa, untuk senantiasa aktif dalam proses pembelajaran agar dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh prestasi belajar yang baik.

2. Kepada orang tua, untuk selalu membimbing dan memotivasi putra-putrinya agar rajin belajar dan kelak menjadi anak yang berguna bagi orang tua, bangsa dan negara.

3. Kepada guru,untuk senantiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran, dan agar lebih memperkaya keahliannya dalam menggunakan model-model pembelajaran yang lainnya. Karena dengan adanya model pembelajaran, peserta didik lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

4. Kepada Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang masih belum ada agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga prestasi belajar dapat meningkat.

5. Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), agar dapat lebih memahami tugas seorang guru sekolah dasar dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bina Karsa. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yarma Widya. Bandung Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Biro Hukum dan Organisasi. Depdiknas. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Pengertian Belajar. 1 November 2012 http: // duniabaca. com/ Pengertian- aktivitas- belajar. html.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Pusat SAINS dan Matematika Sekolah Program Pascasarjana Unesa. University Press. Surabaya. Kunandar. 2010. Langkah-langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai Pengembangan Dari Profesi Guru. PT. Rahayasa. Yogyakarta. Mulyono, Anton. 2001. Pengertian Aktivitas. 1 November 2012

http://duniabaca.com / Pengertian- Aktivitas- Belajar. html.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda. Bandung.

Slavin, Robert. 2008. Cooperative Learning. 1 November 2012 http: // duniabaca. com/ Keunggulan dan kekurangan model STAD. html. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Penerbit Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Sardiman AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Dalam Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sardiman AM. 2010. Interaksi dan Motivasi Dalam Belajar Mengajar. Rajawali Pers. Jakarta.

Sudjana, D. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipasif. Falah Production. Bandung.

Sutanto, Ready. 2010. Kamus Kata Baku Bahasa Indonesia. Lazurdi Buku Utama. Jakarta.


(6)

Sulistyorini, Sri. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Global Pustaka Ilmu. Yogyakarta.

M. Iskandar, Srini. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. CV. Maulana. Yogyakarta.

Wardani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SAINS PADA SISWA KELAS IV SDN BERNUNG PESAWARAN

0 14 48

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 2 SUMUR PUTRI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 5 METRO SELATAN KOTA METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 56

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SDN 5 CIPADANG KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 56

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KARANG ANYAR GEDUNGTATAAN PESAWARAN TP 2013/2014

1 7 49

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMA PEDULI TERHADAP MAKHLUK HIDUP MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES KELAS IV SDN 1 TANJUNGREJO NEGERIKATON PESAWARAN TAHUN AJARAN 2014/2015

1 5 53

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS IV SDN 2 TEMPELREJO KEDONDONG PESAWARAN

0 2 48

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW KELAS IV SDN 1 KUTOARJO KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN TP 2013/2014

0 6 87

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS IV SDN PADANG MANIS PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 12 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADASISWA KELAS IV SDN BERNUNG PESAWARAN TP. 2012/2013

0 6 32