untuk lingkungan nonmarket digunakan analisis Four I’s, seperti yang dijelaskan berikut ini.
2.1. Analisis Market Environment
Menurut perspektif organisasi industrial industrial organization – IO menyatakan bahwa kinerja organisasi akan sangat ditentukan kekuatan-kekuatan
industri yang disimpulkan Michael Porter sebagai Lima Kekuatan Porter Porter’s Five Forces
sebagai hakikat persaingan di industri media penyiaran yaitu yang terdiri dari: David, 2009:145
1. Daya tawar pemasok bargaining power of suppliers.
Daya tawar pemasok meningkat ketika jumlah industri yang dipasok besar, hanya terdapat sedikit bahan mentah pengganti yang bagus, dan biaya
peralihan ke bahan mentah lain sangat tinggi. Di industri media penyiaran, pemasok supplier terdiri dari penyedia network atau jaringan dan penyedia
program Horwitz, 1989. Daya tawar pemasok di industri ini termasuk
rendah karena jumlah industri yang dipasok kecil atau masih sedikit jumlah
‘para pemain’ industri media penyiaran di Indonesia apalagi biasanya pebisnis di industri ini menjalankan strategi integrasi ke belakang
mempunyai production house sendiri. 2.
Daya tawar konsumen bargaining power of buyers Daya tawar konsumen disebut tinggi apabila konsumen berbelanja atau
membeli dalam jumlah yang besar, produk yang dibeli adalah standar atau tidak terdiferensiasi, konsumen dengan mudah dan murah beralih ke pesaing,
konsumen menduduki tempat yang sangat penting bagi penjual, penjual
menghadapi permintaan yang menurun, konsumen memegang informasi tentang produk, harga, dan biaya, konsumen memegang kendali mengenai
apa dan kapan mereka bisa membeli produk. Di industri media penyiaran, terdapat dua macam konsumen yaitu
konsumen pemirsa audience dan konsumen pengiklan advertiser. Konsumen pemirsa adalah konsumen yang menikmati program hiburan atau
informasi secara cuma – cuma, sedangkan konsumen pengiklan adalah konsumen yang membayarkan sejumlah uang kepada media untuk dapat
menayangkan iklannya berupa iklan niaga atau iklan layanan masyarakat. Daya tawar konsumen industri media penyiaran di Indonesia tergolong
rendah karena konsumen pemirsa tidak atau jarang sekali menentukan
informasi atau program apa yang hendak dikonsumsi sementara konsumen pengiklan juga dibatasi oleh undang-undang penyiaran.
3. Potensi atau ancaman masuknya pesaing baru threat of new entrants
Hambatan masuknya pesaing baru dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi secara cepat, kebutuhan untuk menguasai teknologi
dan trik-trik praktis, kurangnya pengalaman, loyalitas konsumen yang kuat, preferensi merek yang kuat, persyaratan modal yang besar, kurangnya akses
ke bahan mentah, kepemilikan paten, kebijakan regulatif pemerintah, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan balik dari perusahaan yang diam-diam
berkubu, dan potensi penyaringan pasar. Potensi atau ancaman masuknya
pesaing baru industri media penyiaran di Indonesia tergolong rendah karena
frekwensi dan perizinan hanya dikuasai oleh beberapa konglomerasi akibat lemahnya pengawasan terhadap regulasi.
4. Potensi atau ancaman pengembangan produk substitusi threat of substitutes
Potensi atau ancaman produk substitusi akan meningkat ketika harga relatif produk pengganti tersebut turun, dan biaya peralihan konsumen juga
menurun. Potensi atau ancaman pengembangan produk substitusi media
penyiaran di Indonesia cenderung rendah karena semakin tingginya
kebebasan pers untuk menyiarkan berbagai informasi, dan media penyiaran mengikuti perkembangan teknologi untuk mendukung perubahan perilaku
konsumen seperti penyiaran melalui internet. 5.
Persaingan antar perusahaan saingan rivalry among competitors Intensitas persaingan antar perusahaan saingan cenderung meningkat
ketika jumlah pesaing bertambah, pesaing lebih setara dalam ukuran dan kapabilitas, permintaan akan produk industri ini menurun, potongan harga
menjadi lazim, konsumen dapat beralih merek dengan mudah, hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi, biaya tetap tinggi, produk bisa rusak atau
musnah, permintaan konsumen tumbuh lambat atau turun, produk yang dijual adalah komoditas, pesaingnya beragam dalam hal strategi, asal usul, budaya,
dan merger akuisisi menjadi lazim dalam industri. Tingkat
persaingan antar
perusahaan saingan
rivalry among
competitors di Indonesia termasuk tinggi karena adanya kelaziman untuk
akuisisi dalam industri penyiaran, dan para pemain yang eksis masih setara dalam ukuran
dan kapabilitasnya yaitu perusahaan-perusahaan
besar konglomerasi.
Life cycle Industri Siklus hidup industri media penyiaran saat ini berada pada posisi antara
bertumbuh growth sampai dewasa maturity. Pada siklus ini, intensitas
persaingan sangat tinggi untuk memperoleh perhatian pemirsa dan pengiklan. Pemain yang tidak sanggup bersaing nantinya akan mengalami penurunan bahkan
mati. Jika ingin mempertahankan keunggulan daya saingnya harus terus melakukan inovasi dan kreativitas di semua bidang.
2.2. Analisis Non-Market Environment