12 memberi jaminan sosial bagi penganggur, bagi mereka yang berpendapatan rendah,
karena hal tersebut bagi kaum konservatif menganggap hanya akan membuat orang miskin semakin malas dan justru akan mengurangi daya rangsang bagi kelompok lain.
c. Kemiskinan menurut ideologi liberal
Kaum liberal memandang kemiskinan sebagai masalah yang serius, karenanya perlu dipecahkan. Masalah kemiskinan menurut kaum liberal dapat diselesaikan dalam
struktur politik, ekonomi yang sudah ada. Yang penting ialah diciptakannya kesempatan yang sama untuk berusaha bagi setiap orang tanpa diskriminasi. Ada kepercayaan kuat
pada kaum liberal, bahwa orang miskin pasti dapat mengatasi kemiskinan mereka asal mereka dapat kesempatan berusaha yang memadai. Untuk mengatasi kemiskinan mereka
mengusulkan untuk diperbaikinya pelayanan-pelayanan bagi kaum miskin, membuka kesempatan-kesempatan kerja baru, membangun perumahan dan menyebarkan pendidikan.
Tentang kultur orang miskin, kaum liberal mempunyai pandangan yang lebih optimistis daripada pandangan kaum konservatif. Menurut kaum liberal, untuk
membebaskan kaum miskin dari kultur yang memiskinkan mereka, perlu diadakan perubahan-perubahan terhadap lingkungan dan situasi hidup mereka. Perubahan ini
meliputi dihapuskannya diskriminasi dalam mencari kerja, perumahan dan pendidikan; perlu juga diciptakannya lapangan-lapangan kerja dan latihan-latihan ketrampilan dan
diperbaikinya pelayanan-pelayanan lainnya. Kalau kondisi sosial dan ekonomi telah diperbaiki dan kesempatan-kesempatan baru telah terbuka bagi orang-orang miskin, maka
orang miskin ini menurut kaum liberal akan siap menyesuaikan diri dengan kultur dominan dalam masyarakat dan meninggalkan kultur mereka.
Baik kaum konservatif maupun kaum liberal mempertahankan struktur sosial yang sudah ada, bedanya kaum konservatif cenderung membiarkan kaum miskin bahkan
menyalahkan; namun kaum liberal lebih berupaya bagaimana kaum miskin lebih memungkinkan hidup dalam struktur sosial yang sudah ada. Namun di sisi lain liberalisme
juga menaruh hak dan kepentingan pribadi ekonomi manusia sebagai suatu yang harus diperjuangkan demi untuk melindungi individu-individu terhadap kesewenang-wenangan
negara.
d. Kemiskinan dalam pandangan Model Konflik
Terkait dengan kemiskinan, pandangan teori konfik, tentang struktur sosial bukanlah hasil konsensus seluruh warga masyarakat, namun karena dominasi dari
sekelompok kecil yang memerintah dan mempertahankan kepentingannya. Penganut teori konflik tidak mempersoalkan bagaimana orang miskin bisa hidup, dan berprestasi dalam
13 struktur sosial yang sudah ada sebagaimana ditekankan kaum liberal, tetapi mereka
mempersoalkan struktur sosial itu sendiri dan menganggapnya sebagai penyebab kemiskinan.
Penganut model teori konflik, memandang kemiskinan dalam masyarakat memang sengaja dipertahankan sebab orang-orang miskin dianggap mempunyai fungsi. Sistem
ekonomi, kepentingan kelompok penguasa dan elite membutuhkan kelanggengan kemiskinan, sebab kemiskinan akan menjamin masyarakat adanya pekerjaan kotor yang
harus dikerjakan oleh orang miskin. Dengan kata lain, kemiskinan berfungsi menyediakan tenaga-tenaga kerja murah yang mau menangani pekerjaan kotor dengan upah murah.
Orang miskin ini sebenarnya memberikan subsidi yang menguntungkan bagi orang kaya.
II.2. Globalisasi dan Kemiskinan
Memasuki abad 21, dunia ditandai dengan semakin meluasnya sistem globalisasi, baik dalam bidang teknologi, informasi ataupun perdagangan bebas. Widyatmadja mengatakan
bahwa suka atau tidak suka, globalisasi sudah menjadi bagian dari manusia yang hidup di bawah kolong langit. Kawasan Asia memasuki babak baru dengan berlakunya perdagangan
bebas AFTA dan ACFTA Asean-China Free Trade Agreement. Dampak negatif maupun positif pasar bebas akan terjadi dalam kehidupan manusia di seluruh dunia. Banyak ilmuwan
berusaha untuk mendefinisikan ’globalisasi’ dengan pandangan dan pendekatan yang berbeda. Ada yang hanya melihat sisi positif globalisasi, tetapi ada juga yang melihat dari sisi negatif
dan dampaknya bagi orang miskin. Globalisasi bukan sekedar proses pembukaan sekat ekonomi oleh kekuatan global, tetapi juga pendobrakan tatanan sosial politik dan budaya.
Globalisasi telah menciptakan ekonomi kasino, yang di dalamnya perputaran modal dan saham bisa membuat suatu negara mengalami kebangkrutan seperti yang terjadi di Asia dan
Amerika Latin pada krisis moneter tahun 1997.
15
Held dan McGrew mendefinisikan globalisasi sebagai
pelebaran
,
pendalaman
, dan
percepatan
interkoneksi dunia dalam berbagai aspek kehidupan mulai dari budaya hingga kriminalitas, dari keuangan hingga spiritualitas. “Pelebaran” berarti jangkauan spasial dalam
pola relasi yang tidak mengenal batas negara lagi
borderless world
. Kata “pendalaman”
merujuk kepada intensitas dan kualitas relasi antarindividu yang semakin besar. Sedangkan “percepatan” dimaksudkan sebagai kapasitas globalisasi untuk mempersingkat waktu yang
dibutuhkan dalam komunikasi maupun informasi.
16
Penolakan terhadap globalisasi semakin mencuat terutama dalam karakternya yang paling dominan, yaitu globalisasi ekonomi dengan ditandainya akumulasi kapital, semakin
15
Josef P. Widyatmadja, Yesus dan Wong Cilik, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010, hal. 174-175.
16
D. Held A. McGrew, Global Transformation: Politics, Economics and Culture. University Press: Stanford, 1999, hal. 7.