EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS
(THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 20
Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

Oleh
LINA WIDIATAMI

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk
mengetahui efektivitas model pembelajaran TPS ditinjau dari pemahaman konsep
matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII
SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 262 siswa
dan terdistribusi dalam 7 kelas. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIB
yang diambil secara acak. Desain penelitian ini adalah one group posttest only
design. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pemahaman
konsep matematis berupa esai. Berdasarkan hasil analisis data, persentase siswa
yang memahami konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif
tipe TPS tidak lebih dari 65%. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif

tipe TPS tidak efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VII
SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.
Kata Kunci

: pemahaman konsep matematis, TPS

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS
(THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS SISWA
(Studi Pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 20
Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh

LINA WIDIATAMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG

2014

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

ix

I.

II.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................


1

B. Rumusan Masalah ..............................................................................

4

C. Tujuan Penelitian ...............................................................................

4

D. Manfaat Penelitian .............................................................................

4

E. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................

5

TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ........................................................................................


7

1. Hakikat Belajar ..............................................................................

7

2. Efektivitas Pembelajaran ...............................................................

8

3. Hakikat Matematika .......................................................................

9

4. Pembelajaran Matematika ..............................................................

10

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ...................................


13

6. Pemahaman Konsep Matematis .....................................................

16

B. Kerangka Pikir ....................................................................................

18

C. Anggapan Dasar ................................................................................... 20
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................

21

III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel...........................................................................

21


B. Desain Penelitian ................................................................................

22

C. Prosedur Penelitian .............................................................................

22

D. Data Penelitian....................................................................................

23

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................

23

F. Instrumen Penelitian............................................................................

24


G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...................................

27

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V.

A. Hasil Penelitian ...................................................................................

30

B. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ..........................

31

C. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep ........................................

32


D. Pencapaian Perilaku Berkarakter dan Keterampilan Siswa................

33

E. Pembahasan ........................................................................................

35

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................

40

B. Saran ..................................................................................................

40

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................


41

LAMPIRAN

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. Perangkat Pembelajaran
A.1 Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)........................................................ 45
A.2 Lembar Kerja Siswa ............................................................................ 83
B. Perangkat Tes
B.1 Kisi-Kisi Soal-Soal Posttest ................................................................ 115
B.2 Soal Posttest............. ........................................................................... 116
B.3 Kunci Jawaban Posttest ....................................................................... 118
B.4 Form Validasi Instrumen ..................................................................... 120

B.5 Lembar Penilaian Diri ...................................................................

122

C. Analisis Data
C.1 Tabel Analisis Tes Uji Coba............................................................... 126
C.2 Data Post Test ..................................................................................... 127
C.3 Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis ........................ 128
C.4 Uji Hipotesis Penelitian..................................................................

132

C.5 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis..................

134

C.6 Ketercapaian prilaku berkarakter dan keterampilan siswa............

137


C.7 Ketercapaian prilaku berkarakter dan keterampilan siswa............

138

D. Lain-lain
D.1 Surat izin penelitian
D.2 Surat telah melakukan penelitian

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1 Rata-rata Nilai Mid Semester Matematika Semester Ganjil .................

22

3.3 Kriteria Penskoran Pemahaman Konsep Matematis .............................

24

4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis .................

30

4.1 Skor Tertinggi, Skor Terendah, Rata-rata Skor dan Simpangan
Baku Post-test Kelas Eksperimen dan Kontrol .....................................
4.2 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Pada Kelas Eksperimen ......

31
32

4.3 Ketercapaian Perilaku Berkarakter Siswa Kelas Eksperimen
Pertemuan ke-2 .......................................................................................

33

4.4. Ketercapaian Perilaku Berkarakter Siswa Kelas Eksperimen
Pertemuan ke-4 .......................................................................................

34

MOTO

“Saya percaya bahwa rencana Allah
Lebih indah dari apa yang hambanya bayangkan”
“Saya berjalan Mengikuti apa kata hati dan lebih mengikuti pendapat yang lebih
baik bagi saya”
“yang terbaik akan selalu mengindahkan”
(Penulis)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil ’Alamin…
Terucap syukur kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya,
Dengan kerendahan hati dan rasa sayang yang tulus,
kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini untuk :

Ayah dan Ibunda ku tercinta yang telah membesarkanku dengan
penuh cinta kasih dan kesabaran. Terimakasih atas lantunan do’a
dan untaian nasehat yang terucap, atas harapan dan kepercayaan
yang tak pernah pudar,
atas peluh yang tercucur, atas semua yang
tak mungkin terbalaskan, engkaulah
penguat dalam rapuhku.
Oom dan uncu tercinta yang telah mendidikku dengan penuh
keikhlasan, mengantarkanku hingga sampai saat ini. Tanpa itu
semua aku bukanlah siapa-siapa, mungkin tak terbalaskan olehku.
Terimakasih atas lantunan do’a dan untaian nasehat yang terucap,
atas harapan dan kepercayaan yang tak pernah pudar, engkaulah
penopang hidupku
kakak-adikku tersayang “ajo, minak, kakang, atu, yobi” dan “sissi”
yang turut mendo’akan dan memberi dukungan kepadaku,
Kebahagiaan kalian adalah semangat dan motivasiku.
Teman-teman seperjuangan
Sahabat-sahabatku yang selalu menjadi penyemangat bagiku.
Para pengajar dan pembimbing yang ku hormati
Almamater tercinta

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Penengahan Kecamatan Negri Agung, Kabupaten Way
Kanan, Provinsi Lampung pada tanggal 18 Agustus 1988. Penulis adalah anak
kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Ciknang dan Ibu Kosmawati

Pendidikan formal yang ditempuh penulis berawal dari Sekolah Dasar di SD
Negeri 1 sunsang dan lulus tahun 2001. Selanjutnya Sekolah Menengah Pertama
di Pilial 5 Kotabaru dan lulus tahun 2004. Sekolah Menengah Atas di SMA
Negeri 1 Negri Agung hingga tahun 2007.

Melalui jalur Ujian Mandiri (UM) penulis diterima sebagai mahasiswa Program
Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tahun 2008. Pada tahun 2011 penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Adi Luhur Kecamatan Panca
Jaya Mesuji dan pada tahun yang sama penulis melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Panca Jaya.

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS Ditinjau dari
Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi Pada Siswa Kelas VII Semester
Ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP
Universitas Lampung, atas kesediaannya memberikan sumbangan pemikiran,
saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi
3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika, sekaligus Selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran, baik selama
perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi

ii

4. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya
memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran, baik selama
perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi;
5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik, sekaligus
selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya memberikan bimbingan,
sumbangan pemikiran, kritik, dan saran, baik selama perkuliahan maupun
selama penyusunan skripsi;
6. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Pembahas atas kesediaannya
memberikan sumbangan pemikiran, saran, dan kritik baik selama perkuliahan
maupun selama penyusunan skripsi;
7.

Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi;

8.

Ibu Lista Dora, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 20 Bandar Lampung
beserta Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan izin dan
kemudahan selama penelitian.;

9. Ibu Nurlena, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arahan
dan masukan selama penelitian, serta murid-murid kelas VIIA dan VIIB SMP
Negeri 20 Bandar Lampung atas partisipasinya dalam penelitian ini;
10. Ayah, Ibu, Uncu ,Om dan kakak-adik tercinta: Ajo, Minak, Kakang, Atu, Yobi
dan Sissi serta keluarga besarku yang selalu menyayangi, mendoakan, dan
selalu memberikan dukungan untuk keberhasilanku.

Terima kasih untuk

lautan kasih sayang, kesabaran, dan pengertian yang sudah diberikan;
11. Trio yang telah memberikan dukungan dan do’a untuk keberhasilanku
terimakasih untuk itu semua.

iii

12. Sahabat-sahabatku : (Dewi, Nope, Helda, Eka, Amel, Martina, Evi, Ferny,
Meta, dan Ayu; Kost Raflesia: Makcik, Mba nina, Mba wayan, intan, citra,
mumun, dan iin) yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi.
Terimakasih atas Pelajaran yang sangat berharga dan mendewasakan. Semoga
persahabatan dan kebersamaan kita selalu terjalin dalam indahnya tali
persaudaraan;
13. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008 Mandiri: Adi, Agita, Amel,
Andika, Antoni, Asep, Cici, Dedi, Decky, Dewi, Dila, Dwi, Eka, Elva, Endah,
Evi, Ferny, Fepy, Kahepi, Kiki, Helda, Made, Martina, Meta, Mulyanah,
Neliyan, Nia, Persi, Qori, Qurrota Ayuni, Radit, Ratna, Reza, Rico, Riko,
Rini, Savitri, Siska, Sri Aryanti, Tutik, Wayan eko, dan Yeni. Terima kasih
untuk persahabatan dan kebersamaannya selama ini.
14. Teman-teman KKN & PPL SMP 2 Panca Jaya Mesuji : Trio, Shoffa, Ratih,
Radit ,Vidi, Edi Bb, Edi, Irdi, Sumantri, Intan, Inggrit, Ana, Reni, Zona, Ari,
Warlan, , dan Ernia atas kebersamaan selama 3 bulan yang luar biasa;
15. Teman-teman angkatan 2008 Reguler, kakak-kakakku angkatan 2007 dan
2006, teman-teman dan adik-adikku angkatan 2009, 2010, 2011, 2012 dan
2013 atas kebersamaannya.
16. Almamater yang telah mendewasakanku;
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang
telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandarlampung, September 2014
Penulis,

Lina Widiatami

iv

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan untuk mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa dan
mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan. Pendidikan mengarahkan
manusia untuk membangun kehidupan masa kini untuk membangun dasar bagi
kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan dan lebih bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan mempunyai peranan penting bagi manusia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi yang baik, mempunyai etika,
produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Hal ini tercantum dalam Peraturan

menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 68 tahun 2013 tentang kurikulum
2013 yang menyatakan bahwa:
Kurikulum bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.
(Permendikbud: 2013).
Mengingat pentingnya peranan pendidikan, maka perlu adanya upaya dari
pemerintah, lembaga dan masyarakat yang peduli untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Hal ini dapat dilakukan melalui Kurikulum 2013 yang diberlakukan
mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

2
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran dan cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

Untuk mencapai suatu pendidikan yang baik perlu adanya pembelajaran yang
merupakan unsur utama.

Pembelajaran merupakan interaksi pendidik dengan

peserta didik, kemudian peserta didik dengan materi pembelajaran.

Interaksi

belajar akan ada jika terjadi penyampaian dari guru ke siswa dengan adanya
materi pembelajaran didalamnya, sehingga diperlukan suatu strategi pembelajaran
yang menghasilkan perubahan terhadap peserta didik sehingga lebih aktif dalam
proses belajar.

Proses pembelajaran merupakan langkah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
terhadap peserta didik dan sangat mempengaruhi perkembangan peserta didik.
Jika proses pembelajaran berjalan dengan baik maka peserta didik akan merasa
nyaman dan aktif selama proses pembelajaran.

Sebaliknya, jika proses

pembelajaran yang monoton maka cendrung membuat peserta didik menjadi
bosan dan pasif. Oleh karena itu, proses pembelajaran perlu dilakukan secara
optimal pada semua mata pelajaran, termasuk dalam pembelajaran matematika.

Matematika memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan.
Menurut Susilo (Sugiman, 2006: 1) dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sekarang ini tidak bisa kita pungkiri bahwa matematika memegang
peranan penting.

Pada mata pelajaran matematika ada materi yang ada

keterkaitannya dengan materi pelajaran selanjutnya yang merupakan prasyarat
untuk mempelajari materi berikutnya. Untuk menguasai materi pelajaran

3
matematika pada tingkat kesukaran yang lebih tinggi diperlukan penguasaan
materi tertentu sebagai pengetahuan prasyarat, salah satunya yaitu dengan
memiliki pemahaman konsep yang baik dengan tujuan mempermudah siwa dalam
memahami materi selanjutnya.

Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa masih kurang baik. Berdasarkan wawancara terhadap beberapa
guru SMP di Provinsi Lampung, dapat terlihat beberapa permasalahan dalam
pembelajaran matematika pada siswa SMP salah satunya SMP Negeri 20 Bandar
Lampung yang masih mendapat pembelajaran yang hanya berupa penjelasan
antara lain keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum tampak,
siswa jarang mengajukan pertanyaan walaupun guru sering meminta agar siswa
bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas atau kurang paham, kurangnya
keberanian siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas.

Model pembelajaran yang hanya menjelaskan didepan kelas pada umumnya
diterapkan guru SMP dalam pembelajaran matematika menyebabkan rendahnya
kemampuan pemahaman konsep siswa dan mengabaikan sifat sosial dari belajar
matematika itu sendiri. Kenyataan ini menjadi tugas besar bagi seorang guru
matematika untuk terus melakukan perbaikan agar terjadi kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa. Salah satu perbaikan yang harus lakukan
oleh guru adalah dalam pemilihan model pembelajaran. Guru sebaiknya
merancang strategi pembelajaran secara ber-kelompok, sehingga siswa mampu

4
berkomunikasi dengan sesama temannya untuk membangun pengetahuan dari
aktivitas belajar kelompok.
Agar proses pembelajaran memenuhi hal-hal di atas diperlukan suatu kondisi yang
memungkinkan siswa aktif, lebih bebas mengemukakan pendapat, saling
membantu dan berbagi pendapat dengan teman, serta bersama-sama menyelesaikan masalah untuk memperoleh pengetahuan baru. Kondisi yang memungkinkan munculnya hal-hal tersebut yaitu belajar dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang disebut pembelajaran kooperatif.

Ismail (2003:18)

mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang
mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran.

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif yaitu belajar

dengan teman, tatap muka antar teman, mendengarkan diantara anggota, belajar
dari teman sendiri didalam kelompok, belajar dalam kelompok kecil, produktif
berbicara atau mengeluarkan pendapat, siswa membuat keputusan dan siswa aktif.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat
diterapkan, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe TPS, yang
membantu siswa untuk memahami konsep-konsep materi pelajaran.

Dengan demikian saya memilih model pembelajaran kooperatif untuk melakukan
penelitian tentang “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TPS

Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)”.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini : “apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif
ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 20
Bandar Lampung?”.
C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS ditinjau dari pemahaman konsep matematis
siswa SMP Negeri 20 Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
2. Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap
perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait pemahaman konsep
matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
3. Manfaat Praktis
Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain :
a. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan dalam pembelajaran matematika.

6
b. Bagi guru, dapat menjadi alternatif dalam menggunakan model
pembelajaran yang efektif dilihat dari penguasaan konsep matematis
siswa.
c. Bagi kepala sekolah, diharapkan dengan penelitian ini memperoleh
imformasi sebagai masukan dalam upaya pembinaan para guru untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
E.

Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain :
1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dalam pembelajaran
untuk mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan. Pembelajaran dikatakan
efektif bila fersentase siswa yang tuntas lebih dari 65%.
2. Model pembelajaran TPS ( Think Pair Share )
Pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan suatu model pembelajaran
kooperatif dengan cara memproses informasi dengan mengembangkan cara
berpikir dan komunikasi siswa.

Siswa diberi kesempatan untuk berpikir

(Think) atas pertanyaan atau masalah yang diberikan guru secara individu,
berpasangan

(Pair)

untuk

berdiskusi

dan

berbagi

(Share)

dengan

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
3. Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami
konsep materi pelajaran matematika tentang persamaan dan pertidaksamaan
linear satu variable. Kemampuan siswa dalam pengusaan materi pelajaran
,kemampuan berpikir, memahami definisi, pengertian, ciri khusus, isi dari
materi matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan
prosedur secara efisien dan berani bertindak dengan tepat sehinggga siswa

7
dapat lebih mudah memahami materi selanjutnya dalam pembelajaran
matematika pemahaman konsep yang dapat dilihat dari nilai hasil belajar
siswa setelah melakukan tes pemahaman konsep dengan menggunakan
metode pembelajaran koopratif tipe TPS.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Hakikat Belajar

Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari proses belajar, karena dengan
belajar pengetahuan seseorang akan terus bertambah. Menurut Syah (2002:89),
belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Oleh
karena itu, tanpa proses belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.

Menurut Djaafar (2001:82), belajar adalah suatu perilaku aktif dari pembelajaran
itu sendiri sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Aktivitas belajar sendiri
menghasilkan perubahan berupa sesuatu yang baru, baik yang segera nampak atau
tersembunyi atau penyempurnaan terhadap sesuatu yang pernah dipelajari.
Perubahan yang bersifat konstan itu dapat meliputi perubahan pengetahuan,
keterampilan maupun nilai sikap. Teori Vygotsky dalam Slavin (2000:17), belajar
diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi
dan pengalaman hasil interaksi antar siswa, proses membangun makna tersebut
dilakukan sendiri oleh siswa dan dimantapkan bersama orang lain.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
kegiatan yang berperilaku aktif dari pembelajaran itu sendiri sebagai hasil karena

8
adanya interaksi antar siswa maupun dengan lingkungannya karena adanya suatu
usaha sehingga menghasilkan pengetahuan dan pemahaman terhadap informasi
yang diberikan kepada peserta didik kemudian diterima dan digunakan sehingga
bermanfaat.
2. Efektivitas pembelajaran
Menurut Uno (2011:29), pada dasarnya efektivitas ditunjukkan untuk menjawab
pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta
didik.

Untuk mengukur efektivitas dari suatu tujuan pembelajaran dapat

dilakukan dengan menentukan seberapa jauh konsep-konsep yang telah dipelajari
dapat dipindahkan ke dalam mata pelajaran selanjutnya atau penerapan secara
praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Artinya bahwa untuk mengukur

pembelajaran efektif matematika dapat dilakukan dengan menentukan seberapa
jauh konsep matematika yang sudah dipelajari siswa dapat digunakan oleh siswa
itu sendiri dalam memecahkan suatu masalah.

Mulyasa (2006:193) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika
mampu memberikan pengalaman baru dan membentuk kompetensi peserta didik,
serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal.
Sementara Sutikno (2005:32) mengungkapkan bahwa efektivitas pembelajaran
berarti kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan
yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.

Simanjuntak dalam Arifin (2010 juga

menyatakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan
sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang

9
diinginkan tercapai. Dengan demikian, efektivitas pembelajaran merupakan suatu
ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu pembelajaran
sehingga erat kaitannya dengan ketuntasan belajar siswa.

Ketuntasan belajar merupakan kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan
minimal yang ditetapkan di sekolah. Menurut Trianto (2010:241) berdasarkan
ketentuan KTSP, penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masingmasing sekolah yang dikenal dengan kriteria ketuntasan minimal dengan
berpedoman pada tiga pertimbangan, yaitu kemampuan setiap peserta didik yang
berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah yang berbeda-beda dan daya
dukung setiap sekolah yang berbeda-beda. Ketuntasan belajar siswa yang sesuai
dengan KKM pelajaran matematika di sekolah mencakup semua kemampuan
matematika siswa, termasuk pemahaman konsep siswa.
3. Hakikat Matematika
Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir
pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika
(dalam bahasa inggris: mathematics) berasal dari perkataan latin mathematica
yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti “relating
to learning”. Perkataan ini mempunyai akar kata mathema yang berarti know
ledge (pengetahuan).
Pengertian tentang matematika yang diungkapkan dalam Soedjadi (2000:11),
yaitu:
(1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik; (2) Matematika adalah pengetahuantentang bilangan dan
kalkulasi; (3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan

10
berhubungan dengan bilangan; (4) Matematika adalah pengetahuan tentang
fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk; (5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur yang logik; (6) Matematika adalah
pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Menurut James dalam Suherman, dkk (2003:16) matematika adalah ilmu tentang
logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan
satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga
bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Dari pengertian dan karakter matematika diatas, dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan ilmu sebagai sarana berpikir yang meliputi penalaran
logik, bilangan, kalkulasi dan fakta-fakta kuantitatif yang terorganisir secara
sistematik.

4. Pembelajaran Matematika
Dalam lingkup sekolah, aktivitas untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan
proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran.
Menurut Kimble dan Garmezy (Thobroni dan Mustofa, 2011:18) “pembelajaran
adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik
yang diulang-ulang”. Dalam proses pembelajaran, peserta didik dilibatkan secara
aktif untuk mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan
masalah dan menyimpulkan suatu masalah.
Selain itu, Dimyati dan Mujiono (2002:157) menyatakan ”Pembelajaran sebagai
proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Sedangkan pembelajaran
menurut Ahmad (2012:12) adalah “suatu proses interaksi antara guru dan peserta

11
didik yang berisi berbagai kegiatan yang bertujuan agar terjadi belajar
(perubahan tingkah laku) pada diri peserta didik.
Menurut

Muhaimin

(Riyanto,2010:131)“pembelajaran

membelajarkan siswa untuk belajar.

adalah

upaya

Kegiatan pembelajaran akan melibatkan

siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien”.
Pendapat ini sesuai dengan pendapat Komalasari (2010:3) bahwa :
Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang
direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis
agar subyek didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
secara efektif dan efisien.
Suherman, dkk (2003:8), menyatakan bahwa pembelajaran adalah upaya penataan
lingkungan yang memberi bantuan agar program belajar tumbuh dan berkembang
secara optimal.

Mulyasa (2002:100), berpendapat bahwa pembelajaran pada

hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya
sehingga terjadi perbedaan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran
akan terjadi suatu interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka mencapai
tujuannya, guru memberikan informasi berupa pengetahuan kepada siswa
sedangkan siswa mempunyai tujuan untuk memahami dan menguasai materi yang
diajarkan oleh guru. Interaksi antara guru dan siswa tersebut merupakan proses
pembelajaran.
Dalam pembelajaran matematika di sekolah, guru perlu memilih dan
menggunakan strategi, pendekatan, metode dan teknik yang banyak melibatkan
siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Siswa dibawa
kearah mengamati, menebak, berbuat, mencoba, mampu menjawab pertanyaan
mengapa, dan kalau mungkin mendebat.

Menurut Suherman, dkk (2003:63),

12
dalam hal ini kreativitas guru amat penting untuk mengembangkan model-model
pembelajaran yang secara khusus cocok dengan kelas yang dibinanya termasuk
sarana dan prasarana yang mendukung terjadinya optimalisasi interaksi semua
unsur pembelajaran.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika merupakan serangkaian proses kegiatan dalam mempelajari konsepkonsep matematika dan struktur-struktur matematika yang melibatkan guru dan
siswa dalam usaha mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Dengan demikian guru perlu memperhatikan setiap perubahan pada siswa, rasa
ingin tahu siswa untuk mencapai suatu tujuan, sehingga siswa perlu dibiasakan
untuk diberi kesempatan bertanya dan mengemukakan berpendapat.

Saat ini

terdapat banyak sekali model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam sebuah
kelas.

Salah satu model pembelajaran yang mungkin dapat diterapkan dan

dikembangkan adalah model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning.
5.

Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan membentuk
siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang saling berpasangan. Dalam
kelompok ini siswa dipilih dengan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda
dari segi budaya, jenis kelamin dan kemampuan akademiknya. Sebagai anggota
kelompok, siswa bekerja sama untuk membantu dan memahami suatu bahan
pelajaran serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

13
Menurut Baharuddin dan Nur (2008:128)
Pembelajaran kooperatif adalah strategi yang digunakan untuk proses
belajar dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehensif
konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikan dengan siswa lainnya
tentang problem yang dihadapi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Karli dan Sri (2002:70) yang menyatakan bahwa
model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di
antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri
atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan
dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini, siswa merupakan
bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai hasil yang optimal dalam
belajar.
Ada beberapa alasan dipilihnya interaksi kooperatif dalam proses pembelajaran,
diantaranya menurut Johnson (Abdurrahman, 2003:124), adalah sebagai berikut:
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai
pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Berbagai pengaruh positif tersebut
adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

meningkatkan prestasi belajar;
meningkatkan retensi;
lebih dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi;
lebih dapat mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik;
lebih sesuai untuk meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen;
meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah;
meningkatkan sikap anak yang positif terhadap guru;
meningkatkan harga diri anak;
meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan
meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.

Salah satu model pembelajaran yang yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
yaitu pembelajaran kooperatif tipe TPS. Pembelajaran yang berpusat pada siswa.

14
Pembelajaran ini tidak hanya merangsang aktivitas siswa untuk berfikir dan
mendiskusikan hasil pemikirannya dengan teman, tetapi juga merangsang
keberanian siswa untuk mengemukakan pendapatnya di depan kelas. Model Pada
pembelajaran ini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari
satu pasang siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS tumbuh dari

penelitian pembelajaran kooperatif dan waktu tunggu. Pendekatan khusus ini
mula-mula dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada
tahun 1985. Strategi ini menantang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi
perlu dilakukan di dalam setting seluruh kelompok. Menurut Sriudin (2011)
[online], model pembelajaran kooperatif tipe TPS memiliki prosedur yang
ditetapkan secara eksplisit, yaitu:

a. Berpikir (Thinking). Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan
pelajaran, kemudian siswa diberi waktu untuk memahami sendiri masalah yang
dihadapi.

Merenungkan langkah-langkah apa yang diperlukan untuk

menyelesaikan masalah tersebut.
b. Berpasangan (Pairing). Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain
untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada tahap pertama. Interaksi
pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban atau menyatukan pendapat
mereka sehingga didapatkan solusi terbaik.
c. Berbagi (Share). Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk
berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Hal ini
dapat

dilakukan

oleh

beberapa

pasangan

saja,

namun

jika

waktu

memungkinkan untuk semua pasangan maka diharapkan semua pasangan bisa
berbagi.

15
Manfaat dengan menerapkan TPS dalam pembelajara menurut Nurhadi (2004:66)
menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan struktur yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa yang dapat meningkatkan penguasaan
akademik dan keterampilan siswa.

Manfaat menurut Lie (Sahrudin, 2011)

mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai
berikut:
a. Akan meningkatkan partisipasi siswa;
b. Cocok untuk tugas sederhana;
c. Lebih banyak memberi kesempatan untuk kontribusi masing-masing
anggota kelompok;
d. Interaksi lebih mudah;
e. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompok.
Hal yang sama diungkapkan Kagan (Fadholi, 2010) menyatakan manfaat TPS
sebagai berikut:
a. Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan
tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain.
b. Para guru juga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika
menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan
jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat
tinggi.
6. Pemahaman Konsep Matematis.
Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Dalam
kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat.

Hal

tersebut sejalan dengan pendapat Sadiman (2008:42) yang menyatakan bahwa
“pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan
pikiran”. Oleh sebab itu, belajar harus mengerti secara makna dan filosofinya,
maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya. Rusman (2010:139) menyatakan
bahwa “pemahaman merupakan suatu proses individu yang menerima dan

16
memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran yang didapat melalui
perhatian”.
Menurut Soedjadi (2000:14) “konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan
untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan obyek”.

Sebagai

contoh, segitiga adalah nama dari suatu konsep abstrak dan bilangan asli adalah
nama suatu konsep yang lebih kompleks karena terdiri dari beberapa konsep yang
sederhana, yaitu bilangan satu, bilangan dua dan seterusnya. Menurut Winkel
(2000:44) “konsep dapat diartikan sebagai suatu sistem satuan arti yang mewakili
sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama”.

Konsep matematika

disusun secara berurutan sehingga konsep sebelumnya akan digunakan untuk
mempelajari konsep selanjutnya.

Misalnya konsep operasi bentuk aljabar

diajarkan terlebih dahulu daripada konsep persamaan dan pertidaksamaan linear.
Hal ini karena untuk mencari persamaan dan pertidaksamaan linear berbentuk
aljabar sehingga konsep operasi bentuk aljabar akan digunakan untuk
menyelesaikan persamaan dan pertidaksamaan linear. Pemahaman terhadap
konsep materi prasyarat sangat penting karena apabila siswa menguasai konsep
materi prasyarat maka siswa akan mudah untuk memahami konsep materi
selanjutnya.
Penilaian perkembangan siswa terhadap pemahaman konsep matematika
dicantumkan dalam beberapa indikator sebagai hasil belajar matematika. Berikut
ini indikator siswa yang memahami suatu konsep berdasarkan penjelasan teknis
Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11
November 2004:
1.
2.

menyatakan ulang sebuah konsep;
mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan

17

3.
4.
5.
6.
7.

konsepnya);
memberi contoh dan non-contoh dari konsep;
menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis;
mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep;
mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah; dan
menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep matematika adalah pengusaan materi pelajaran ,kemampuan siswa dalam
berpikir, memahami definisi, pengertian, ciri khusus, dan isi dari materi
matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara
efisien dan berani bertindak dengan tepat sehinggga siswa dapat lebih mudah
memahami materi selanjutnya dalam pembelajaran matematika.

Konsep

matematika harus diajarkan secara berurutan, karena pembelajaran matematika
tidak dapat dilakukan secara acak tetapi harus tahap demi tahap, dimulai dengan
pemahaman ide dan konsep yang sederhana sampai ke tahap yang lebih kompleks.
Pemahaman konsep materi prasyarat sangat penting untuk memahami konsep
selanjutnya.

B. Kerangka Pikir
Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan
kemampuan siswa dalam pengusaan materi pelajaran ,kemampuan siswa dalam
berpikir, memahami definisi, pengertian, ciri khusus, isi dari materi matematika
dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan prosedur secara efisien serta
berani bertindak dengan tepat sehinggga siswa dapat lebih mudah memahami
materi selanjutnya dalam pembelajaran matematika.

Salah satunya dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran matematika yang
dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep matematika.

18

Model pembelajaran kooperatif berpusat pada siswa. Guru tidak lagi sebagai
satu-satunya sumber pembelajaran dan banyak bertindak sebagai fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk belajar secara mandiri dalam kelompok. Salah satu
model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan untuk membantu siswa
dalam memahami konsep adalah model pembelajaran koperatif tipe TPS.
Pembelajaran dengan model TPS adalah pembelajaran yang merangsang aktivitas
siswa untuk berfikir dan mendiskusikan hasil pemikirannya dengan teman dan
juga merangsang keberanian siswa untuk mengemukakan pendapatnya di depan
kelas.

Pembelajaran kooperatif tipe TPS menekankan kepada siswa untuk bekerjasama
dengan pasangannya dan saling membantu dalam memecahkan masalah bersama.
Didalam pelaksanaan TPS terdapat tiga unsur penting yaitu berpikir, berpasangan
dan berbagi. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang
siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk
didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.

Selain itu, model

pembelajaran kooperatif tipe TPS juga diharapkan dapat memperbaiki rasa
percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi di dalam
kelas.

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang memiliki tiga tahap penting yakni
thinking, pairing dan sharing, sangat cocok diterapkan untuk membangun
pemahaman konsep dari materi yang diberikan guru. Melalui tahap Think siswa
diberikan waktu berpikir secara individu, pada tahap ini siswa membangun

19
pemahamannya sendiri terhadap materi yang disampaikan guru serta memikirkan
langkah-langkah dalam menyelesaikan pertanyaan yang diberikan, sehingga pada
saat tahap berikutnya, yaitu pairing, siswa tidak hanya berdiskusi saja tetapi
mereka sudah memiliki pemahaman sendiri yang bisa didiskusikan dengan
pasangannya. Pada tahap pairing, siswa mengungkapkan dan mendiskusikan ideide yang sudah dipikirkan sebelumnya dengan pasangannya, pada tahap ini siswa
saling memperbaiki jika ada pemahaman yang keliru. Pada tahap akhir yaitu
tahap sharing, siswa berbagi dengan seluruh anggota kelas, mengambil
kesimpulan dari materi yang telah dipelajari secara bersama-sama sehingga akan
lebih mempekuat pemahaman tentang konsep materi yang telah diajarkan.
Dengan mengikuti ketiga tahap model pembelajaran kooperatif tipe TPS,
diharapkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa akan lebih baik,
karena seluruh siswa yang terdapat dikelas dituntut untuk berpikir secara individu
kemudian secara berpasangan, siswa berulang kali memikirkan jawaban atau
permasalahan yang diberikan oleh guru.

Dengan demikian penerapan

pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa.

C. Anggapan Dasar
Penelitian ini memiliki anggapan dasar:
1. Seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung memperoleh materi
pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa selain
model pembelajaran TPS dianggap memberikan kontribusi yang sama.

20
D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran TPS efektif
ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 20
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil SMP
Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014, terdiri dari 262 siswa
yang terdistribusi dalam 7 kelas dari kelas VIIA - VIIG dengan nilai rata-rata
65,43. Kemampuan siswa relatif sama terlihat dari data nilai mid semester siswa
yang tertera pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung TP
2013/2014.
No Kelas
Banyak siswa
1
VII A
38
2
VII B
36
3
VII C
36
4
VII D
38
5
VII E
36
6
VII F
38
7
VII G
36
Nilai rata-rata populasi

Rata-rata nilai mid semester ganjil
64,25
67,18
64,10
64,06
67,09
64,35
67,03
65,43

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara acak, dengan tekhnik
random sampling, sehingga diperoleh satu kelas yaitu kelas VII-B yang berjumlah
36 siswa sebagai sampel penelitian.

22
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan adalah one group posttest only design, yaitu meneliti pada
satu kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran TPS dan di akhir
pertemuan diberikan posttest untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment karena
peneliti tidak dapat mengendalikan semua variabel yang mungkin berpengaruh
terhadap variabel yang diteliti. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Budiyono
(2003:82) bahwa tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh
informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk
mengontrol semua variabel yang relevan.

Variabel yang diukur di dalam

penelitian ini adalah pemahaman konsep matematika siswa.

C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dikelompokan menjadi dua tahap, yaitu tahap persiapan dan
tahap pelaksanaan. Pada tahap persiapan meliputi:
1. Identifikasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika di Provinsi
Lampung. Identifikasi masalah dilakukan dengan mewawancarai beberapa guru matematika SMP di Provinsi Lampung. Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa secara umum siswa SMP belum memiliki kemampuan
pemahaman konsep yang kurang baik.
2. Pemilihan populasi penelitian yang dapat mewakili kondisi kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa SMP di Provinsi Lampung, yaitu seluruh
siswa kelas VII SMPN 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013-2014.

23
3. Pemilihan sampel penelitian yang dilakukan dengan mengambil satu dari tujuh
kelas secara acak, dan terpilihlah kelas VII-B sebagai kelas eksperimen.
4. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa
(LKS) untuk delapan kali pertemuan. LKS diberikan kepada masing-masing
siswa di kelas VII-B ketika pembelajaran memasuki tahap thinking.
5. Membuat instrumen penelitian yang terlebih dahulu dibuat kisi-kisi yang sesuai
dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan pemahaman konsep
matematis beserta penyelesaian dan aturan penskorannya.

Tersusunlah

instrumen tes yang terdiri dari 6 soal dan akan digunakan sebagai ujicoba
insrumen dan posttest di kelas VIIC dan VII-B.
6. Uji validitas instrumen tes kepada guru matematika kelas VII SMPN 20 Bandar
Lampung. Setelah dinyatakan valid, instrumen tes kemudian diujikan pada
siswa kelas VII-C SMPN 20 Bandar Lampung yang selanjutnya dihitung
reliabilitas.
7. Setelah dilakukan analisis uji instrumen, soal dinyatakan memiliki nilai uji
yang valid dan reliabilitas yang baik. Oleh karena itu, soal tersebut dipakai
dalam pengambilan data penelitian.

Selanjutnya pada tahap pelaksanaan meliputi:
1. Pemberian uji coba pada kelas VII-C untuk mengetahui kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa.
2. Melakukan pembelajaran di kelas VII-B dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Urutan pembelajaran yang dilakukan di kelas VII
B adalah sebagai berikut.

24
a. Kegiatan Awal
1) Apersepsi untuk menggali materi kemampuan prasyarat siswa
mengenai materi yang akan dibahas melalui tanya jawab.
2) Memberi pengarahan tentang prosedur pelaksanaan pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
3) Mengarahkan siswa untuk duduk berpasangan.
b. Kegiatan Inti
1) Guru menyampaikan sekilas materi ajar.
2) Guru membagikan LKS kepada setiap siswa. Siswa mengerjakan LKS
secara individu. (Tahap think)
3) Siswa berdiskusi dengan pasangannya masing-masing. Setiap siswa
mengutarakan hasil pemikiran individunya pada tahap awal sehingga
didapatkan jawaban yang merupakan hasil diskusi kelompok
(pasangan). Guru memantau jalannya diskusi kelompok. (Tahap pair)
4) Guru meminta beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya, kelompok yang lain menganggapi. (Tahap share)
5) Guru membimbing siswa dalam menyimpulkan hasil diskusi.
c. Kegiatan penutup
1) Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan hasil pembelajaran
yang diperoleh.
2) Guru menginformasikan materi untuk pertemuan selanjutnya.
3) Pemberian posttest

dipertemuan kesembilan pada kelas VII-B

untuk melihat pemahaman konsep matematis akhir siswa.
8. Mengadakan posttest. Pada pertemuan ke sembilan.

25
9. Menganalisis data.
10. Membuat kesimpulan.

C. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep pada materi persamaan
linear satu variabel, aritmatika sosial dan perbandingan yang dilaksanakan setelah
siswa mendapatkan perlakuan menggunakan pembelajaran model TPS.
D. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes berupa post test, yang
dilakukan setelah pembelajaran.

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan

siswa dalam memahami konsep yang dibahas dalam pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pemahaman
konsep berbentuk uraian pada materi persamaan linear satu variabel, aritmatika
sosial dan perbandingan. Penyusunan instrumen tes dimulai dengan menyusun
kisi-kisi tes didasarkan pada kompetensi dasar dan indikator yang telah dipilih,
dan diakhiri menyusun instrumen tes berdasarkan kisi-kisi yang dibuat. Skor
jawaban disusun berdasarkan indikator kemampuan pemahaman konsep. Adapun
teknik pensekoran untuk soal tes uraian dapat dilihat pada Tabel 3.3.

26
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep
No

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Indikator

Ketentuan
a. Tidak menjawab
b. Menyatakan ulang sebuah konsep tetapi
Menyatakan ulang
salah
sebuah konsep
c. Menyatakan ulang sebuah konsep
dengan benar
a. Tidak menjawab
Mengklasifikasikan b. Mengklasifikasi objek menurut sifat
objek menurut sifat
tertentu tetapi tidak sesuai dengan
tertentu sesuai
konsepnya
dengan konsep-nya c. Mengklasifika

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 39

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 12 36

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung T.P. 2012/2013)

0 12 15

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 10 52

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P. 2013/2014)

1 12 51

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Kota Agung Barat Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 6 42

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS CTL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Bangunrejo, Kab. Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 205

EVEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Ketapang TP 2013/2014)

0 20 40

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44