Pengertian Gaya Bahasa Gaya Bahasa

17 e Apostrof Apostrof merupakan gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Gaya bahasa ini biasanya digunakan oleh orator klasik untuk menyampaikan pidato kepada suatu massa dengan secara tiba- tiba mengarahkan pembicaraannya langsung kepada sesuatu yang tidak hadir, yaitu kepada mereka yang sudah meninggal, atau kepada barang atau obyek khayalan atau sesuatu yang abstrak, sehingga tampaknya ia tidak berbicara kepada para hadirin. Contoh : Gucken Sie nicht so. Tun Sie was Jangan melihat seperti itu. Lakukan sesuatu. Headline iklan rokok Lucky-Strike , dalam buku Werbung und Werte , 2009: 170 Kalimat di atas mengandung gaya bahasa apostrof karena penulis iklan seakan-akan berbicara dengan pembacanya secara langsung untuk melakukan sesuatu yang diinginkan oleh penulis iklan. f Asindeton Asindeton merupakan suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja dengan koma. Contoh : Quadratisch. Praktisch. Gut. Persegi. Praktis. Bagus. Slogan iklan produk Ritter Sport 18 Slogan iklan tersebut mengandung gaya bahasa asindeton karena slogan tersebut bersifat padat yang hanya terdiri dari tiga kata yaitu quadratisch , praktisch , dan gut . g Polisindeton Polisindeton merupakan suatu gaya yang berkebalikan dengan gaya bahasa asindeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung. Contoh : Er läuft und läuft. Und läuft ... Dia lari dan lari. Dan lari. Slogan iklan VW Käfer , dalam buku Werbung und Werte , 2009: 167 Slogan tersebut mengandung gaya bahasa polisindeton karena menggunakan kata sambung, yaitu dan und . h Kiasmus Kiasmus merupakan suatu acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya. Contoh : Ich liebe Schokolade, Schokolade liebe ich Saya suka cokelat, saya suka cokelat. Iklan cokelat produk Wedel , dalam buku Werbung und Werte , 2009: 167 Kalimat tersebut mengandung gaya bahasa kiasmus karena di dalam kalimat tersebut terdapat dua kalimat yang sama tetapi susunan kalimat yang kedua terbalik. Seharusnya kalimat di atas menjadi Ich liebe Schokolade, ich liebe Schokolade .