EVALUASI LOKASI PENDIDIKAN PADA JENJANG SMA SEDERAJAT DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014

(1)

ABSTRACT

Evaluation of Education Location of Senior High Schools or The Equivalent Levels toward Education Zone Based on The Spatial Plan of Bandar

Lampung City in The Year of 2014 By

Muhamad Nur Ichwanuddin

This study aims to investigate the conformity of location of Senior High School in Bandar Lampung City based on the spatial plan of Bandar Lampung City for 2011-2030 period.

The study used descriptive research method. The objects of this research were education zones based on the spatial plan of Bandar Lampung City for 2011-2030 period. To collect the data, the researcher used documentation and observation techniques, while to analyze the data, the researcher administered map overlay that utilized matching technique.

The result showed that there were only 24 of 126 Senior High Schools in Bandar Lampung City in conform with the spatial plan for 2011-2030 period. The cause of this problem was demographic conditionas the consideration to build up the schools, that included the spread of population and population density.

Keywords: Evaluation Of Spatial Plans, Geographic Information System, Educational Zone


(2)

ABSTRAK

Evaluasi Lokasi Pendidikan Pada Jenjang SMA Sederajat Dengan Zona Pendidikan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Bandar Lampung Tahun 2014 Oleh

Muhamad Nur Ichwanuddin

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang kesesuaian lokasi SMA sederajat di Kota Bandar Lampung berdasarkan dengan rencana tata ruang wilayah Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Objek Penelitian ini yaitu zona pendidikan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030. Pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi dan observasi. Analisis dalam penelitian adalah overlay peta dengan menggunakan teknik matching.

Dari hasil penelitian ini diketahui Tingkat kesesuaian lokasi SMA sederajat dengan zona pendidikan di Kota Bandar Lampung berdasarkan rencana tata ruang wilayah tahun 2011-2030 hanya terdapat 24 sekolah yang sesuai dari jumlah sekolah sebanyak 126 sekolah jenjang SMA sederajat yang ada di Kota Bandar Lampung. Faktor yang menyebabkan banyaknya lokasi SMA sederajat yang tidak berada pada zonasi pendidikan adalah kondisi kependudukan yang meliputi sebaran dan kepadatan penduduk sebagai pertimbangan dalam pembangunan lokasi sekolah.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

MOTO

Kerja keras dan ikhlas serta totalitas karena kesuksesan sudah menanti anda (Muhamad Nur Ichwanuddin)


(8)

RIWAYAT HIDUP

Muhamad Nur Ichwanuddin dilahirkan dari pasangan Bapak Sunarno, BA dan Ibu Sumiyati, S.Ag pada tanggal 14 November 1992, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Aisyah Seputih Surabaya pada tahun 1998, Pendidikan Dasar di SD Negeri 3 Gaya Baru V pada tahun 2004, Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Seputih Surabaya pada tahun 2007, dan Pendidikan Menegah Atas di SMA Negeri 1 Punggur selesai pada tahun 2010.

Pada Tahun 2010 terdaftar sebagai Mahasiswa Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Geografi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada kegiatan akademik maupun kemahasiswaan. Penulis sempat menjabat sebagai sekretaris bidang sosial masyarakat pada Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial periode 2011-2012, selain itu penulis juga pernah menjabat sebagai koordinator wilayah Sumatera Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia periode 2012-2013.

Pada awal perkuliahan penulis melaksanakan Program Orientasi Pendidikan Tinggi (PROPTI) pada 25 sampai dengan 29 Agustus 2010. Kemudian melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan I di Desa Bagelan dan Pantai Duta Wisata


(9)

Pesawaran serta melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan II di Provinsi Jawa Tengah, Yogjakarta dan Jawa Barat. Selain itu pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Sukamarga Kecamatan Suoh Kabupaten Lampung Barat dan melaksanakan Program Pengalaman Lapangan di SMP Negeri 1 Suoh Kabupaten Lampung Barat.


(10)

PERSEMBAHAN

Terucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya kecilku ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada :

Ibundaku Tercinta (Sumiyati, S.Ag.), sebagai sosok yang ikhlas membimbingku dari kecil hingga saat ini dengan iringan kasih sayang serta doa yang selalu beliau

panjatkan tak lain untuk kesuksesanku

Ayahandaku Tersayang (Sunarno, BA.), sebagai figur seseorang yang sangat aku kagumi yang selalu menopangku saat aku lemah dan selalu mendukungku di

setiap iringan langkahku dalam menggapai cita-cita.

Untuk adik-adikku Isnata Nurrahmawati dan M. Nur Khoirul Akbar yang selalu memberikan semangat

Para pendidikku tercinta, yang dengan keikhlasan dan kesabaran mengajariku tanpa pamrih.

serta

Almamater Kebanggaanku Universitas Lampung


(11)

SANWACANA

Puji syukur Kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat. Serta kepada bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si. selaku Dosen Pembahas yang selalu memberikan masukan serta saran kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(12)

2. Bapak Dr. Abdurahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan kemudahan serta bimbingaannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sekaligus sebagai pembimbing II yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si. sebagai Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, kritik, dan saran selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi.

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.

8. Kedua orangtuaku tercinta dan adik-adikku yang tak henti menyayangiku, memberikan do’a, dukungan, semangat serta menantikan keberhasilanku. 9. Sahabat-sahabatku seperjuangan angkatan 2010 di program studi S1

Pendidikan Geografi, Universitas Lampung atas kebersamaannya dalam menuntut ilmu.


(13)

10. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala disisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Maret 2015 Penulis,

Muhamad Nur Ichwanuddin NPM 1013034056


(14)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI... ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Pembangunan Wilayah ... 10

a. Geografi Pembangunan ... 10

b. Perencanaan Pembangunan Wilayah ... 11

c. Perencanaan Ruang Wilayah ... 11

2. Penggunaan Lahan ... 12

3. Teori Lokasi ... 14

a. Lokasi Absolut dan Relatif ... 15

4. Zonasi ... 16

a. Zona Pendidikan ... 16

b. Syarat-syarat Lokasi Pendidikan ... 17

5. Sistem Informasi Geografi (SIG) Dalam Penataan Ruang ... 18

6. Metode Macthing Dalam Overlay ... 19

B. Penelitian Sejenis ... 21

C. Kerangka Pikir ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 23


(15)

C. Bahan dan Alat Penelitian ... 23

D. Objek Penelitian ... 25

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 25

F. Teknik Pengumpulan Data ... 27

G. Teknik Analisis Data ... 28

H. Bagan Alur Penelitian ... 30

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 31

1. Lokasi Astronomis Kota Bandar Lampung ... 31

2. Letak Geografis Kota Bandar Lampung ... 32

3. Keadaan Topografi dan Kemiringan Lereng ... 35

4. Kondisi Kependudukan dan Sumber Daya Manusia ... 38

5. Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 40

B. Penyajian Data dan anlisis Terhadap Variabel penelitian ... 43

1. Lokasi sebaran SMA sederajat di Kota Bandar Lampung ... 43

2. Persebaran Zona Pendidikan Berdasarkan RTRW ... 47

C. Evaluasi Kesesuaian Lokasi SMA Sederajat Dengan Zona Pendidikan Pada RTRW Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2015 dan Tahun 2011-2030 ... 52

1. Kesesuaian Lokasi Pendidikan Dengan Zona Pendidikan Pada RTRW Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2015 dan Tahun 2011-2030 ... 52

2. Faktor Penyebab Ketidaksesuaian Antara Lokasi Pendidikan Dengan Zona Pendidikan Pada RTRW Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2015 dan Tahun 2011-2030 ... 60

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 67

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN 1. Tabel Sebaran Lokasi SMA Sederajat Di Kota Bandar Lampung .. 72


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Kota ... 17

2. Daftar Penelitian Sejenis ... 21

3. Daftar Luas Wilayah Setiap Kecamatan Di Kota Bandar Lampung Tahun 2014 ... 33

4. Jumlah Penduduk dan Distribusinya ... 39

5. Sebaran Fasilitas Pendidikan Di Kota Bandar Lampung ... 41

6. Klasifikasi Fasilitas Pendidikan Menurut Rinaldi Mirasa ... 50

7. Kesesuaian Lokasi SMA Sederajat Periode Berdiri Tahun 2005-2015 dengan RTRW Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2015 dan tahun 2011-2030 ... 57

8. Daftar Sekolah yang Ada Pada Zona Pendidikan ... 58

9. Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Kota Cipta Karya untuk Perumahan Sederhana ... 61

10.Kepadatan Penduduk dengan Sebaran SMA sederajat di Kota Bandar Lampung ... 63

11.Perbandingan Kebutuhan Sekolah Berdasarkan Jumlah Penduduk dengan Kondisi Sebenarnya ... ... 65


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Alur Penelitian ... 30

2. Peta Administrasi Kota Bandar Lampung... 34

3. Peta Kemiringan Lereng Kota Bandar Lampung ... 37

4. Peta Persebaran SMA sederajat Kota Bandar Lampung ... 45

5. Peta Persebaran Zona Pendidikan di Kota Bandar Lampung Pada RTRW tahun 2005-2015 ... 48

6. Peta Persebaran Zona Pendidikan di Kota Bandar Lampung tahun Pada RTRW 2005-2015 dan tahun 2011-2030 ... 51

7. Peta Kesesuaian Lokasi SMA sederajat dengan Zona Pendidikan Berdasarkan RTRW di Kota Bandar Lampung tahun 2014... 56

8. Peta Kepadatan Penduduk dan Sebaran Lokasi SMA sederajat di Kota Bandar Lampung tahun 2014 ... 62


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otonomi daerah merupakan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini sesuai dengan UU No 32 tahun 2004 yang menyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pelaksana otonomi daerah, dalam hal ini pemerintah provinsi maupun kabupaten kota mempunyai kewenangan dalam mengatur daerahnya. Kewenangan tersebut terdapat didalam UU No. 32 tahun 2004 yang menyatakan bahwa:

“Kewenangan pemerintah daerah meliputi perencanaan dan pengendalian pembangunan, perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, penyediaan sarana dan prasarana umum, penanganan bidang kesehatan, penyelenggaraan pendidikan, penanggulangan masalah sosial, pelayanan bidang ketenagakerjaan, fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah, pengendalian lingkungan hidup, pelayanan pertanahan”.


(19)

2

Pemerintah daerah dalam mengatur daerahnya mempunyai kewenangan tertentu. Kewenangan tersebut dalam hal perencanaan pembangunan, tata ruang wilayah, ketentraman dan ketertiban masyarakat, penyediaan sarana umum dan penyelenggaraan pendidikan, ketenagakerjaan, ekonomi serta lingkungan hidup. Kewengan di atas tentunya dilakukan bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat sebagai partisipasinya.

Pelaksanaan kewenangan yang dimiliki pemerintah kabupaten kota harus dilaksanakan dengan perencanaan yang baik. Hal tersebut didasarkan mengingat pentingnya perencanaan dalam berbagai aspek, termasuk aspek pembangunan wilayah. Pemerintah harus menyelengarakan pembangunan daerahnya dengan sebaik mungkin, supaya tidak terjadi kesalahan dalam proses pelaksanaan pembangunan wilayah.

Hal itu sesuai dengan pengertian perencanaan, yang menjelaskan bahwa perencanaan dapat dibagi atas dua versi, yaitu versi melihat perencanaan adalah suatu teknik atau profesi yang membutuhkan keahlian dan versi yang satu lagi melihat perencanaan (pembangunan) adalah kegiatan kolektif yang harus melibatkan seluruh masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung (Robinson Tarigan, 2010). Sedangkan perencanaan ruang wilayah sendiri adalah perencanaan penggunaan atau pemanfaatan ruang wilayah yang intinya adalah perencanaan penggunaan lahan (land use planning) dan perencanaan pergerakan pada ruang tersebut (Robinson Tarigan, 2010). Untuk mewujudkan perencanaan wilayah yang baik dibutuhkan sebuah konsep perencanaan tata ruang wilayah.


(20)

3

Konsep tersebut akan mengatur dan merencanakan yang berkaitan dengan rencana pembangunan suatu wilayah.

Konsep atau rencana tersebut diwujudkan dalam bentuk RTRW atau lebih dikenal sebagai rencana tata ruang wilayah. Dalam peraturan daerah Kota Bandar Lampung No 10 tahun 2011 disebutkan bahwa ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lain, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya, sedangkan tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang serta rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

Berdasarkan materi yang cukup, perencanaan ruang wilayah ataupun penyusunan tata ruang wilayah dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu perencanaan yang mencakup keseluruhan wilayah perkotaan dan non perkotaan (wilayah belakang) dan perencanaan yang khusus untuk wilayah perkotaan. Rencana tata ruang yang menyangkut keseluruhan wilayah misalnya Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP), Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK).

Selanjutnya Rencan Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut diwujudkan dalam bentuk peta RTRW. Pada peta RTRW termuat rencana pemerintah kabupaten atau kota dalam menyusun rencana pembangunan di wilayahnya. Dalam pemanfaatannya seharusnya ketika melakukan sebuah pembangunan berupa bangunan fisik harus terlebih dahulu melihat rencana tata ruang wilayah.


(21)

4

Selain itu komponen terpenting pada suatu RTRW salah satunya adalah zona. Zona atau kawasan merupakan bagian terpenting dalam penyususnan suatu RTRW. Fungsi utama sebuah zona adalah sebagai instrumen pengendalian pembangunan dan sebagai panduan teknis pengembangan serta pemanfaatan lahan. Selain itu tujuan akhir dari peraturan zonasi adalah menjamin bahwa pembangunan yang akan dilaksanakan dapat mencapai standar kualitas lokal minimum.

Salah satu zona yang ada dalam sebuah RTRW adalah zona pendidikan. Hal itu sesuai dengan kewenangan pemerintah kabupaten kota yang termuat dalam UU No 32 tahun 2004 disebutkan bahwa salah satu kewenangan pemerintah daerah adalah penyelenggaraan pendidikan. Penyelenggaraan tersebut dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pendidikan untuk semua warganya. Selain itu dalam peraturan daerah Provinsi Lampung tahun 2010 pasal 54 menyebutkan bahwa rencana pengembangan sarana pendidikan di Provinsi dilakukan melalui peningkatan kualitas sekolah dan jumlah guru yang akan disesuaikan dan pengembangan sektor pendidikan tersebut diarahkan di kota Bandar Lampung, Terbanggi Besar dan Metro dengan tetap memperhatikan pemerataan fasilitas pendidikan di daerah lain.

Hal tersebut sebelumnya disebutkan dalam Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa setiap masyarakat berhak mendapat kehidupan dan pendidikan yang layak. Salah satu bentuk dari pelayanan pendidikan adalah penyediaan dan pembangunan sekolah. Dengan dilakukan pembangunan sekolah maka telah tersedia pelayanan pendidikan dari pemerintah, yang kemudian dengan adanya


(22)

5

pembangunan sekolah tersebut dapat membuka dan menambah pengetahuan calon generasi penerus bangsa sehingga nantinya mampu menjadi tulang punggung kemajuan negara.

Pada saat akan melaksanaan pembangunan sekolah diperlukan sebuah perencanaan dalam pembangunannya. Perencanaan tersebut diantaranya terdiri dari pemilihan lokasi pendidikan. Dalam pemilihan lokai pendidikan harus mempertimbangkan kondisi perkembangan dan pertumbuhan masyarakat. Dalam hal ini jangan sampai terjadi kesalahan dalam penentuan lokasi pendidikan yang masuk kedalam zona pendidikan dalam suatu RTRW.

Lokasi pendidikan merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah. Dalam pelaksanannya butuh lokasi tersendiri dalam menempatkan lokasi pendidikan. Lokasi pendidikan yang dipilih harus memenuhi syarat-syarat tertentu untuk menciptakan kondisi dan suasana pendidikan yang nyaman. Hal tersebut dilakukan supaya peserta didik dan guru serta steakholder yang ada dapat dimudahkan dalam memperoleh sarana pendidikan. Di samping itu pemilihan lokasi pendidikan yang tepat dapat memicu suasana belajar yang kondusif, nyaman yang nantinya mampu meningkatkan prestasi peserta didik.

Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung. Secara geografis, kota ini menjadi pintu gerbang utama Pulau Sumatera, tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat laut Jakarta, memiliki peran penting dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya.


(23)

6

Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 km² yang terbagi ke dalam 20 kecamatan dan 126 kelurahan dengan populasi penduduk 942.039 jiwa dengan kepadatan penduduk sekitar 4.777 jiwa/km² (BPS Kota Bandar Lampung, 2014). Dengan rata-rata pertumbuhan penduduk Kota Bandar Lampung pertahun sekitar 1,59%, maka diperkirakan jumlah penduduk Kota Bandar Lampung pada tahun 2030 akan berjumlah kurang lebih 1.610.149 jiwa (Review RTRW Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2030).

Penduduk Kota Bandar Lampung yang berusia 0-14 tahun pada tahun 2013 berjumlah sebanyak 254.132 jiwa atau sekitar 26,97% dari jumlah keseluruhan penduduk Kota Bandar Lampung. Jumlah penduduk tersebut dapat diartikan bahwa 26,97% penduduk Kota Bandar Lampung akan menempuh jenjang Sekolah Menengah Atas. Maka dalam hal ini pemerintah Kota Bandar Lampung harus mempunyai solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Jika dikaitkan dengan kondisi di atas maka potensi lokasi pendidikan yang dibangun memerlukan lokasi yang cukup luas mengingat jumlah penduduk yang banyak namun kondisi wilayah yang tidak terlalu luas sehingga terjadi kepadatan penduduk yang tinggi. Selain itu berdasarkan pengamatan lokasi sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah khususnya SMA, MA dan SMK yang ada di Kota Bandar Lampung kemungkinan masih belum tertata dengan baik sesuai dengan RTRW Bandar Lampung mengenai lokasi pendidikan.

Oleh sebab itu perlu adanya evaluasi persebaran lokasi sekolah berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota Bandar Lampung. Evaluasi tersebut nantinya dilakukan dengan metode overlay dari beberapa data untuk melihat kesesuaian


(24)

7

rencana tata ruang lokasi pendidikan terutama pada jenjang SMA dan sederajat. Dengan diadakannya evaluasi tersebut nantinya akan terlihat kesesuaian antara kondisi eksisting dengan rencana tata ruang wilayah untuk zona pendidikan di Kota Bandar Lampung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Adanya indikasi lokasi SMA dan sederajat belum tertata dengan baik sesuai dengan RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030 mengenai lokasi pendidikan.

2. Kepadatan dan pertumbuhan penduduk yang tinggi sehingga perlu penataan ruang terutama untuk lokasi pendidikan.

3. Banyaknya usia penduduk Kota Bandar Lampung yang akan memasuki jenjang SMA di Kota Bandar Lampung.

C. Batasan Masalah

1. Adanya indikasi lokasi SMA dan sederajat belum tertata dengan baik sesuai dengan RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030 mengenai lokasi pendidikan.

2. Kepadatan dan pertumbuhan penduduk yang tinggi sehingga perlu penataan ruang terutama untuk lokasi pendidikan.


(25)

8

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah lokasi pendidikan pada jenjang SMA dan sederajat yang ada di Kota Bandar Lampung sudah sesuai dengan RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2011 ?

2. Apakah kepadatan dan jumlah penduduk mempengaruhi lokasi sebaran SMA sederajat Di Kota Bandar Lampung ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk memetakan lokasi pendidikan pada jenjang SMA dan sederajat di Kota Bandar Lampung tahun 2014.

2. Melakukan evaluasi kesesuaian lokasi pendidikan pada jenjang SMA dan sederajat di Kota Bandar Lampung tahun 2014 dengan peta RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030.

3. Untuk mengetahui kepadatan dan jumlah penduduk menjadi pengaruh terhadap sebaran lokasi SMA sederajat di Kota Bandar Lampung.

F. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah pengetahuan serta lebih mendukung teori-teori yang ada sehubungan dengan masalah yang diteliti.


(26)

9

2. Manfaat secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan bagi pihak Perencana Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung dalam usaha perencanaan pengembangan tata ruang wilayah untuk zona pendidikan khususnya pada jenjang SMA dan sederajat.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dalam penentuan kebijakan pembangunan lokasi pendidikan di Kota Bandar Lampung.

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari penelitian ini, yaitu:

a. Ruang lingkup objek penelitian adalah lokasi pendidikan pada jenjang SMA dan Sederajat di Kota Bandar Lampung.

b. Ruang lingkup tempat penelitian adalah Kota Bandar Lampung. c. Ruang lingkup waktu penelitian yaitu tahun 2014.

d. Ruang lingkup ilmu penelitian adalah Geografi meliputi Geografi Perencanaan dan Pembangunan Wilayah, Pengindraan Jauh serta Sistem Informasi Geografi.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Geografi Pembangunan Wilayah

a. Pengertian Geografi Pembangunan

Geografi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari kaitan sesama antar manusia, ruang, ekologi kawasan dan perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kaitan sesama tersebut (Bintarto, 1975).

Pembangunan merupakan realisasi dari suatu perencanaan. Perencanaan dapat diartikan terhadap daerah-daerah yang kosong dan terdapat daerah-daerah yang sudah didiami (Bintarto, 1975). Pendapat lain mengatakan pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum ada (Jayadinata, 1999).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas mengenai geografi dan pembangunan maka dapat disimpulkan bahwa geografi pembangunan merupakan cabang ilmu geografi yang mengatur dan merencanakan pembangunan di suatu wilayah. Sedangkan menurut Bintarto Geografi Pembangunan adalah suatu studi yang memperhatikan aspek-aspek geografi yang menunjang sesuatu pembangunan wilayah (Bintarto, 1975).


(28)

11

b. Perencanaan Pembangunan Wilayah

Affandi Anwar dan Setia Hadi dalam Riyadi Bratakusumah (2003) mengemukakan pengertian perencanaan pembangunan wilayah sebagai suatu proses atau tahapan pengarahan kegiatan pembangunan di suatu wilayah tertentu yang melibatkan interaksi antara sumber daya manusia dengan sumber daya lain, termasuk sumber daya alam dan lingkungan melalui investasi.

Pentingnya perencanaan wilayah dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: a. Potensi wilayah terbatas

b. Kemampuan teknologi dan cepatnya perubahan dalam kehidupan manusia c. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi di lapangan sering tidak dapat

diubah atau diperbaiki kembali

d. Lahan dibutuhkan setiap manusia untuk menopang kehidupannya

e. Tatanan wilayah sekaligus menggambarkan kepribadian masyarakat dimana kedua hal tersebut saling mempengaruhi

f. Potensi wilayah sebagai aset yang harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat secara lestari dan berkelanjutan

c. Perencanaan Ruang Wilayah

Perencanaan ruang wilayah adalah perencanaan penggunaan atau pemanfaatan ruang wilayah yang intinya adalah perencanaan penggunaan lahan (land use planning) dan perencanaan pergerakan pada ruang tersebut (Robinson Tarigan, 2010).

Berdasarkan definisi di atas perencanaan ruang wilayah sangat erat hubungannya dengan penggunaan lahan dan pergerakan yang ada pada wilayah tersebut. Di


(29)

12

samping itu perencanaan ruang wilayah pada dasarnya menetapkan ada bagian wilayah (zona) yang dengan tegas diatur penggunaannya dan ada bagian-bagian wilayah yang kurang atau tidak diatur penggunaannya. Dalam pelaksanaannya, perencanaan ruang wilayah disinonimkan dengan hasil akhir yang hendak dicapai yaitu tata ruang. Dengan demikian kegiatan itu disebut perencanaan atau penyusunan tata ruang wilayah.

Istilah penggunaan lahan (land use), berbeda dengan istilah penutup lahan (land cover). Perbedaannya, istilah penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu. Kedua istilah ini seringkali digunakan secara rancu. Sedangkan dalam peraturan daerah Kota Bandar Lampung tahun 2011 menyebutkan bahwa penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaaan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

2. Pengertian Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan adalah penggunaan lingkungan alam oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang tertentu. Namun definisi lebih lengkap oleh Malingreau (1978) diutarakan sebagai berikut:

“Penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan manusia baik secara permanen ataupun secara siklis terhadap suatu kumpulan sumber daya alam dan berdaya buatan yang secara keseluruhannya disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya baik kebendaan maupun sprituil ataupun kedua-duanya”.


(30)

13

Di sisi lain menurut Lindgren (1985) dalam Sri Hardiyanti Purwadhi dan Tjaturahono Budi Sanjoto menyebutkan bahwa penggunaan lahan semua jenis penggunaan lahan atas lahan oleh manusia mencakup penggunaan untuk pertanian hingga lapangan olah raga, rumah mukim, hinga rumah makan, rumah sakit hingga kuburan.

Sedangkan menurut lilesand dan kiefer (1994) dalam Sri Hardiyanti Purwadhi Dan Tjaturahono Budi Sanjoto memberikan batasan mengenai penggunaan lahan yang berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu (permukiman, perkotaan, pesawahan).

Sistem penggunaan lahan dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian. Penggunaan lahan pertanian antara lain tegalan, sawah, ladang, kebun, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung dan sebagainya. Penggunaan lahan non pertanian antara lain penggunaan lahan perkotaan atau pedesaaan, industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya (Arsyad, 1989) .

Berdasarkan buku yang disusun oleh Riyadi dan Deddy Supriady Bratakusumah (2003) menyatakan bahwa komposisi pemanfaatan dan perencanaan penggunaan tanah atau lahan dari suatu wilayah dipengaruhi atau ditentukan oleh luas, topografi (kontur, bentuk, struktur tanah), jenis tanah, populasi (pertumbuhan penduduk, migrasi), kelompok etnis, transportasi dan sebagainya.

Berdasarkan definisi di atas, penggunaan lahan dapat diartikan sebagai semua campur tangan manusia terhadap lahan beserta isinya termasuk sumber daya alam


(31)

14

dan sumber daya buatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia baik fisik maupun spiritual dan bahkan kedua-duanya. Kebutuhan fisik dan spiritual tersebut termasuk kebutuhan terhadap pendidikan.

3. Teori Lokasi

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki lokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Robinson Tarigan, 2010).

Thunen dalam Robinson Tarigan (2010) berpendapat tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan paling mahal nilainya adalah di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan.

Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram cincin. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota.


(32)

15

Aksesibilitas adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Robinson Tarigan, 2010). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut.

a. Lokasi Absolut dan Relatif

Lokasi merupakan salah satu dari beberapa konsep geografi. Konsep tersebut membantu dalam memahami fenomena atau kejadian geografi. Lokasi adalah letak atau tempat terjadinya suatu fenomena. Dalam hal ini lokasi terbagi menjadi 2 yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.

Menurut Nursid Sumaatmadja (1998) lokasi dalam ruang dapat dibedakan antara lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut suatu tempat atau suatu wilayah yaitu lokasi yang berkenaan dengan posisinya menurut garis lintang dan garis bujur atau berdasarkan jaring-jaring drajat. Dengan dinyatakan lokasi absolut suatu tempat atau wilayah, karakteristik tempat bersangkutan sudah dapat diabstraksikan lagi lebih jauh. Untuk memperhitungkan karakteristiknya lebih jauh lagi, harus diketahui lokasi relatifnya. Lokasi relatif suatu tempat atau wilayah, yaitu lokasi tempat atau wilayah yang bersangkutan yang berkenaan dengan hubungan tempat atau wilayah itu dengan faktor alam atau faktor budaya yang ada di sekitarnya.

Berdasarkan pernyatan diatas dapat disimpulkan bahwa lokasi absolut adalah lokasi dipermukaan bumi yang ditentukan dengan sistem koordinat garis lintang dan garis bujur. Lokasi absolut tersebut sifatnya tetap yang berarti tidak dapat berubah angka-angka koordinatnya. Dalam menentukan lokasi absolut biasanya diperoleh dengan menggunakan GPS (Global Position System).


(33)

16

Hal tersebut berbeda dengan lokasi relatif yang merupakan lokasi suatu objek yang nilainya ditentukan berdasarkan objek-objek lain diluarnya. Pada lokasi relatif penilaian satu lokasi akan berbeda-beda oleh setiap orang berdasarkan objek-objek lain diluarnya yang menjadi tolak ukur untuk menilai satu objek tersebut.

4. Zonasi

Pada perencanaan wilayah membutuhkan suatu pengendalian dalam pelaksanaannya. Salah satu pengendalian dapat berupa zonasi. Zonasi ini tentunya merupakan peraturan yang harus dilaksanakan.

Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik yang spesifik (Peraturan Menteri PU No 20 Tahun 2011). Selain itu berdasarkan peraturan daerah Provinsi Lampung No 1 tahun 2010 menyebutkan bahwa zona adalah ruang yang penggunaanya disepakati bersama antara berbagai pemangku kepentingan dan telah ditetapkan status hukumnya.

Zona atau zonasi memerlukan peraturan untuk melaksanakannya. Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok atau peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang (UU nomor 26 Tahun 2007).

a. Zona Pendidikan

Salah satu bagian dari zonasi adalah zonasi kawasan pendidikan. Zonasi ini berfungsi untuk mengatur lokasi pendidikan di sebuah wilayah. Tujuannya untuk memberikan pemerataan serta kenyamanan dalam proses pembelajaran.


(34)

17

Zona pendidikan merupakan salah satu dari bagian dari kawasan pelayanan umum. Lebih khusus lagi yang tercantum dalam Peraturan Menteri PU No 20 Tahun 2011 yang menjelaskan bahwa zona pendidikan adalah peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk sarana pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi, pendidikan formal dan pendidikan informal.

b. Syarat-Syarat Zonasi Pendidikan

Dalam pendirian suatu lokasi pendidikan dibutuhkan lokasi-lokasi yang ideal dalam membangun suatu sekolah. Pembangunan suatu saran prasarana didasarkan pada jumlah penduduk dan satuan wilayahnya. Oleh karena itu pemerintah mengatur dalam standar kebutuhan sarana kota Depdagri didasarkan pada jumlah penduduk seperti terlihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Standar perencanaan kebutuhan sarana kota

No Jenis Sarana kota Jumlah penduduk Luas Tiap unit (m2)

1. Taman Kanak-kanak 750 500

2. SD 3000 4000

3. SMTP 30000 9600

4. SMTA 30000 9600

Sumber : Direktorat tata guna tanah Ditjen Agraria Depdagri 1982.

Berdasarkan tabel diatas maka dalam merencanakan pembangunan sebuah saran prasaran pendidikan harus berdasarkan jumlah penduduk. Pada tabel di atas menunjukan bahwa dalam membangun sebuah Taman kanak-kanak (TK) sebesar 750 jiwa, Sekolah Dasar (SD) harus dengan jumlah penduduk sebesar 750 jiwa. Sedangkan SMP sebanyak 3000 jiwa dan SMA sebanyak 30.000 jiwa.

Selain berdasarkan peratuan diatas, pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana Dan


(35)

18

Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) yang menyebutkan bahwa:

1. Lahan efektif adalah lahan yang digunakan untuk mendirikan bangunan, infrastruktur, tempat bermain/berolahraga/upacara, dan praktik.

2. Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan darurat.

3. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis sempadan sungai dan jalur kereta api, dan tidak menimbulkan potensi merusak sarana dan prasarana.

4. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut:

a. Pencemaran air, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

b. Kebisingan, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara KLH nomor 94/MENKLH/1992 tentang Baku Mutu Kebisingan.

c. Pencemaran udara, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara KLH Nomor 02/MEN KLH/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. 5. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, peraturan zonasi, atau rencana lain yang lebih rinci dan mengikat, serta mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah Daerah setempat.

6. Status kepemilikan/pemanfaatan hak atas tanah tidak dalam sengketa dan memiliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.

Dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008 diatas dapat kita simpulkan bahwa kondisi fisik dan lingkungan menjadi aturan dalam merencanakan lokasi pendidikan.

5. Sistem Informasi Geografi (SIG) Dalam Penataan Ruang

Tata ruang atau penataan ruang merupakan suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sebagai sebuah kegiatan yang memiliki objek ruang maka unsur spasial (lokasi, letak dan posisi) menjadi komponen terpenting dalam proses tersebut, baik sebagai input maupun sebagai output penataan ruang.


(36)

19

Pada undang-undang nomor 4 tahun 2011 tentang informasi geospatial, dinyatakan bahwa data spasial tentang lokasi geografis, dimensi atau ukuran, dan atau karakteristik objek alam dan atau buatan manusia yang berada di bawah, pada atau diatas permukaan bumi menjadi unsur utama dalam penataan ruang yang selanjutnya di olah menjadi Informasi Geospatial sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian atau penataan ruang.

Pada sistem informasi geografi (SIG) data yang didapat berupa data spatial maupun data atribut dapat diolah menjadi satu sehingga dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan secara spasial maupun non spasial yang lebih rinci dan akurat.

Berdasarkan kemampuan tersebut maka SIG dapat menjadi pilihan terbaik dalam penataan ruang. Barus dan widasastra dalam (Lutfi Muta’ali, 2013) menyatakan bahwa SIG adalah alat yang handal untuk pengelolaan data geospasial, dimana dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga lebih padat disbanding peta cetak, tabel, atau bentuk data konvensional lainnya yang pada akhirnya pekerjaan analisis spasial dan tata ruang dapat dilakukan dengan lebih cepat, efisien, dan biaya yang lebih murah.

6. Metode Matching Dalam Overlay

Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada plot. Secara singkat, overlay menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang


(37)

20

memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut. Dari hasil overlay tersebut data yang dihasilkan dapat langsung dianalisis salah satunya dengan metode matching.

Metode matching merupakan salah satu dari teknik evaluasi lahan. Metode ini didasarkan pada pencocokan antara kriteria kesesuaian lahan dengan data kualitas lahan. Dengan kata lain metode ini membandingkan antara kriteria dengan kondisi eksisting yang ada.

Ada beberapa macam metode matching menurut Danang Sri Hadmoko (2012) yaitu :

1. Weight factor matching, adalah teknik matching untuk mendapatkan faktor pembatas yang paling berat dan kelas kemampuan lahan.

2. Arithmatic matching, adalah teknik matching dengan mempertimbangkan faktor yang dominan sebagai penentu kelas kemampuan lahan.

3. Subjective matching, adalah teknik matching yang didasarkan pada subyektivitas peneliti. Hasil pada teknik subjective matching sangat tergantung pada pengalaman peneliti.


(38)

21

B. Penelitian Sejenis

Penelitian sejenis yang dijadikan referensi ataupun pedoman pada penelitian ini adalah :

Tabel 2. Daftar penelitian sejenis yang sudah dilakukan

No Nama Judul Penelitian Tujuan

Penelitian

Teknik Analisis Data

1 Widianatari

(Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro) Kebutuhan dan jangkauan pelayanan pendidikan di Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang Mengkaji kebutuhan dan jangkauan pelayanan SMA Bandongan sebagai fasilitas pendidikan di Kabupaten Malang

Teknik overlay

2 Eva Fatmawati Hidayat

(Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia) Sistem Informasi Geografis pendidikan di Kecamatan Sindangkerta dan Kecamatan Cicilin Kabupaten Bandung Memberikan bahan pertimbangan sebelum mengambil keputusan dalam bidang pendidikan

Analisis spasial dan manipulasi

3 Sabar Riyanto (Program

Pasca Sarjana Teknik Megister Pembangunan Wilayah dan Kota)

Studi kebutuhan Sekolah Menengah Di Kecamatan Kertek Kabupten Wonosobo Mengkaji kebutuhan sekolah

menengah, jenis serta lokasinya di Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo

Analisis kondisi eksisting, Proyeksi jumlah

siswa sekolah

menengah, Analisis penentuan lokasi sekolah

C. Kerangka Pikir

Rencana tata ruang wilayah merupakan fenomena yang menarik perhatian pemerintah maupun masyarakat, khususnya dalam perencanaan penyediaan dan penataan ruang untuk penggunaan lokasi pembangunan di semua sektor, terlebih pada rencana tata ruang wilayah untuk zona atau lokasi pendidikan. Dalam penentuan lokasi pendidikan membutuhkan lokasi khusus dalam pelaksanaan pembangunannya.


(39)

22

Lokasi merupakan suatu tempat dimana suatu kegiatan berlangsung, atau dapat juga merupakan suatu tempat dimana suatu objek terletak. Dalam membangun fasilitas pendidikan khususnya mendirikan sekolah hendaknya memperhatikan kondisi lingkungan, baik kondisi siswa, kondisi tanah, dan gangguan bencana alam.

Pada pelaksanaan pembangunan dan penentuan lokasi pendidikan khususnya pada jenjang SMA dan sederajat di Kota Bandar Lampung terdapat indikasi belum sesuai dengan rencana tata ruang wilayah untuk lokasi pendidikan di Kota Bandar Lampung. Dengan demikian perlu penelitian dan studi komparatif guna mengevaluasi antara rencana tata ruang wilayah untuk zona pendidikan dengan fakta pembangunan lokasi pendidikan pada jenjang SMA dan sederajat di Kota Bandar Lampung, hal tersebut dilakukan dengan menggunakan peta Rencana Tata Ruang Wilayah dan survey lapangan yang kemudian diolah dengan menggunakan aplikasi SIG sehingga menghasilkan peta kesesuaian rencana tata ruang wilayah lokasi pendidikan pada jenjang SMA dan sederajat dengan fakta di lapangan untuk wilayah Kota Bandar Lampung.


(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh. Nazir, 2005).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun 2014. Penelitian ini dilaksanakan di seluruh kecamatan yang ada di Kota Bandar Lampung.

C. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat penelitian merupakan hal-hal yang dibutuhkan dalam suatu penelitian, baik itu untuk mengumpulkan data maupun sebagai perangkat yang digunakan untuk mengolah data.


(41)

24

1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data spasial berupa peta administratif Kota Bandar Lampung, selain peta peta administratif pada penelitian ini menggunakan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung.

b. Data atribut berupa data persebaran sekolah jenjang SMA dan sederajat di Kota Bandar Lampung.

2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Perangkat keras (Hardware) yang terdiri atas:

1) Intel Atom 1,83 Ghz, 1 GB RAM, dan 230 GB HDD, merupakan alat yang digunakan untuk menjalankan program, pemrosesan data, dan penyimpanan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

2) Scanner, alat ini digunakan untuk men-scan data berupa peta analog untuk diubah menjadi data digital sehingga mempermudah dalam pengolahannya. 3) Printer, merupakan alat untuk mencetak peta, laporan, serta hasil pengolahan

data lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian.

b. Perangkat lunak (Software)

Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat lunak yang berbasis SIG, yaitu software ArcView GIS Version 3.2 dan software ArcGIS Version 9.3.


(42)

25

c. Alat lapangan yang digunakan terdiri atas:

1) GPS (Global Positioning System), GPS dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui titik koordinat dari objek penelitian. Titik koordinat ini sangat penting dalam proses pengolahan peta digital.

2) Kamera, digunakan untuk mengambil gambar objek penelitian di lapangan yang sesuai dengan sasaran penelitian.

D. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lokasi pendidikan khususnya pada jenjang SMA dan sederajat di Kota Bandar Lampung.

Unit pemetaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta rencana tata ruang wilayah dengan peta lokasi sebaran SMA sederajat. Kedua data tersebut yang berupa peta di overlay untuk dilakukan analisis data. Sedangkan unit analisa yang digunakan adalah kesesuaian lokasi sekolah pada jenjang SMA dan sederajat dengan zona pendidikan RTRW Kota Bandar Lampung.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian

Varibel penelitian menurut Sugiyono (2010) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu lokasi pendidikan yang ada di Kota Bandar Lampung dan zona pendidikan menurut RTRW Kota Bandar Lampung.


(43)

26

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Moh. Nazir, 2005).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu lokasi pendidikan pada jenjang SMA dan sederajat yang ada di Kota Bandar Lampung dan zona pendidikan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung yang di analisis dari:

1. Lokasi Pendidikan absolut

Lokasi pendidikan absolut ini yang dimaksud adalah lokasi SMA sederajat yang ada di Kota Bandar Lampung berdasarkan letak koordinat lokasi sekolah yaitu berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Lokasi koordinat yang dipakai pada penelitian ini menggunakan garis koordinat Universal Transverse Mercator (UTM).

2. Zona pendidikan di Kota Bandar Lampung berdasarkan RTRW Kota Bandar Lampung

Zona pendidikan dalam penelitian ini adalah suatu kawasan yang diperuntukan khusus untuk pembangunan lokasi pendidikan mulai dari pendidikan tingkat dasar sampai pendidikan tingkat tinggi.


(44)

27

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam suatu penelitian, karena suatu penelitian tidak akan berjalan tanpa adanya data. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperolah data yang diperlukan (Moh. Nazir, 2005).

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan cara pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2002).

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder mengenai kondisi umum daerah penelitian yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandar Lampung serta data persebaran SMA sederajat yang di peroleh dari Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung.

2. Observasi Lapangan

Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang terdapat pada objek penelitian. Tujuan utama dari observasi ini adalah untuk mendapatkan data yang sesuai dengan kajian penelitian, yaitu lokasi pendidikan pada jenjang SMA dan sederajat di Kota Bandar Lampung.


(45)

28

Teknik observasi ini dilakukan melalui beberapa cara yaitu :

a. Pencatatan dengan alat tulis untuk mencatat data-data yang diperlukan dalam penelitian,

b. Pengukuran dengan GPS (Global Positioning System) untuk mengukur letak atau lokasi penelitian, jarak, lokasi absolut dan ketinggian lahan dari permukaan laut, c. Pemotretan dengan alat pemotret untuk mendapatkan data mengenai lokasi

pendidikan khususnya pada jenjang SMA dan sederajat yang ada di Kota Bandar Lampung

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa:

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain”.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah overlay peta dengan teknik matching. Pada teknik ini data input yang berupa informasi spasial tematik dimanipulasi dengan teknik tumpang susun untuk menghasilkan satu peta tematik utama sebagai output. Pada penelitian ini akan dilakukan overlay peta Rencana Tata Ruang Wilayah dalam hal ini yaitu zona pendidikan dengan peta persebaran lokasi SMA dan sederajat di Kota Bandar Lampung yang diperoleh dari survey lapangan yang kemudian mengahasilkan data dan peta berupa peta kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah dengan eksisting lokasi pendidikan pada jenjang SMA dan sederajat di Kota Bandar Lampung.


(46)

29

Dalam penelitian ini parameter yang digunakan untuk menganalisis hasil dari penelitian menggunakan beberapa parameter yaitu:

1. Lokasi eksisting secara absolut SMA dan sederajat di Kota Bandar Lampung. Pada penelitian ini lokasi eksisting SMA dan sederajat di Kota Bandar Lampung diperoleh dari survey lapangan dengan menggunakan GPS.

2. Zona pendidikan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota Bandar Lampung.

Zona pendidikan pada penelitian ini diperoleh dari rencana tata ruang wilayah Kota Bandar Lampung. Namun pada awalnya peta tersebut merupakan keseluruhan rencana tata ruang wilayah kota Bandar Lampung, oleh sebab itu perlu dilakukan kembali pemetaan sehingga menghasilkan peta tematik zona pendidikan di Kota Bandar Lampung.


(47)

30

H. Bagan Alur Penelitian

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian

Keterangan :

Peta RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030 dan 2005-2015

Overlay

Peta kesesuaian RTRW dengan eksisting lokasi pendidikan SMA dan sederajat di Kota Bandar

Lampung

Input

Proses

Output

Peta Tematik Zona Pendidikan Kota Bandar Lampung tahun 2005-2015 dan 2011-2030

Peta Administrasi Kota Bandar Lampung Tahun 2014

Survey lokasi SMA dan sederajat di Kota Bandar Lampung tahun 2014

Peta tentatif Lokasi Pendidikan SMA

dan sederajat di Kota Bandar Lampung tahun 2014


(48)

67

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data di lapangan mengenai evaluasi lokasi pendidikan pada jenjang SMA sederajat dengan zona pendidikan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota Bandar Lampung tahun 2014 maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Lokasi SMA sederajat yang sesuai dengan zona pendidikan di Kota Bandar Lampung berdasarkan rencana tata ruang wilayah tahun 2011-2030 hanya 24 sekolah dari jumlah sekolah sebanyak 126 sekolah jenjang SMA sederajat yang ada di Kota Bandar Lampung.

2. Terdapat pertimbangan dari pemerintah dalam pembangunan sekolah baik sekolah negeri maupun swasta. Pertimbangan tersebut terdapat dalam sebuah aturan tertulis yang berstandarkan dengan jumlah penduduk.


(49)

68

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam hal evaluasi lokasi pendidikan pada jenjang SMA sederajat dengan zona pendidikan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota Bandar Lampung tahun 2014, saran yang dapat dikemukakan antara lain:

1. Kepada Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung agar memperhatikan persebaran pembangunan sekolah terutama Tingkat SMA sederajat serta kesesuaiannya terhadap zona pendidikan. Karena hal tersebut dapat menjadi acuan untuk perencaan pemerataan pendidikan serta perencanan pembangunan dibidang yang lainnya guna menciptakan kota yang teratur dan nyaman.

2. Kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung agar lebih memperhatikan penataan ruang terutama dalam penetapan zona pendidikan dan pemberian izin pembangunan lokasi pendidikan yang ada di Kota Bandar Lampung.


(50)

69

DAFTAR PUSTAKA

Afandi Anwar dan Setia Hadi. 1996. Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Prisma. Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2014. Bandar Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

BAPPEDA. 2013. Review Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2030. BAPPEDA. Bandar Lampung.

Bintarto. 1975. Geografi Pembangunan, Universitas Gadjah Mada. Yogjakarta. Danang Sri Hadmoko,2012. Panduan Praktikum Sistem Informasi Geografi. Fakultas

Geografi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Departement Pendidikan Nasional. 2004. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2004 - 2009. Jakarta.

Direktorat Tata Guna Tanah. Ditjen Agraria Depdagri 1982. Publikasi No. 126 Tentang Perkotaan. Jakarta.

Eddy Prahasta. 2002. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika : Bandung.

Gubernur Lampung. Perda Provinsi Lampung No 1 tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2009-2029. Bandar Lampung.

Johara T Jayadinata. 1999. Tata Guna Lahan. IPB. Bandung.

Keputusan Menteri PU No. 20/KPTS/1986 Tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun. Jakarta.

Lutfi Muta’ali.2013. Penataan Ruang Wilayah Dan Kota. Badan Penerbit Fakultas Geografi . Yogjakarta.


(51)

70

Malingreau.1978. Penggunaan Lahan Pedesaan Penafsiran Citra Untuk Inventarisasi dan Analisanya. (Bahan Ajar). Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Muhamad Jaffar Elly. 2009. Sistem Informasi Geografi Menggunakan Aplikasi Arcview 3.2 dan ER Mapper 6.4. Graha Ilmu. Yogakarta.

Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Menteri Pekerjaan Umum. 2011. Peraturan Menteri PU No 12 tahun 2011. Jakarta. Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung.

Presiden Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No 32 tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang No 4 Tahun 2011. Tentang Informasi Geospasial. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang No 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Jakarta.

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (2004-2009). Jakarta,

Peraturan Menteri Pendidikan No 40 tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Robinson Tarigan. 2010. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara. Jakarta. Riduwan (2004). Tentang Metode dan Teknik Menyusun Thesis. Cetakan kedua.

Alfabeta. Bandung.

Rinaldi Mirsa. 2012. Elemen Tata Ruang Kota. Graha Ilmu. Yogjakarta.

Sitanala Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sudarmi. 2013. Buku Bahan Ajar Geografi Regional Indonesia. Diktat. Fakultas


(52)

71

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Setia Hadi dalam Riyadi Bratakusumah 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah (Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sri Hardiyanti Purwadhi dan Tjaturahono Budi Sanjoto. 2008. Pengantar Interpretasi Citra Pengindraan Jauh. LAPAN dan Universitas Negeri Semarang.

Tim Penyusun. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Undang-Undang Dasar 1945. 2002. Pembukaan UUD 1945. Jakarta.

Wali Kota Bandar Lampung. 2011. Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2011 Tentang Penatan Ruang Kota Bandar Lampung.


(1)

H. Bagan Alur Penelitian

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian

Keterangan : Peta RTRW Kota Bandar Lampung tahun 2011-2030 dan 2005-2015

Overlay

Peta kesesuaian RTRW dengan eksisting lokasi pendidikan SMA dan sederajat di Kota Bandar

Lampung

Input

Proses

Output

Peta Tematik Zona Pendidikan Kota Bandar Lampung tahun 2005-2015 dan 2011-2030

Peta Administrasi Kota Bandar Lampung Tahun 2014

Survey lokasi SMA dan sederajat di Kota Bandar Lampung tahun 2014

Peta tentatif Lokasi Pendidikan SMA dan sederajat di Kota Bandar Lampung tahun 2014


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data di lapangan mengenai evaluasi lokasi pendidikan pada jenjang SMA sederajat dengan zona pendidikan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota Bandar Lampung tahun 2014 maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Lokasi SMA sederajat yang sesuai dengan zona pendidikan di Kota Bandar Lampung berdasarkan rencana tata ruang wilayah tahun 2011-2030 hanya 24 sekolah dari jumlah sekolah sebanyak 126 sekolah jenjang SMA sederajat yang ada di Kota Bandar Lampung.

2. Terdapat pertimbangan dari pemerintah dalam pembangunan sekolah baik sekolah negeri maupun swasta. Pertimbangan tersebut terdapat dalam sebuah aturan tertulis yang berstandarkan dengan jumlah penduduk.


(3)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam hal evaluasi lokasi pendidikan pada jenjang SMA sederajat dengan zona pendidikan berdasarkan rencana tata ruang wilayah Kota Bandar Lampung tahun 2014, saran yang dapat dikemukakan antara lain:

1. Kepada Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung agar memperhatikan persebaran pembangunan sekolah terutama Tingkat SMA sederajat serta kesesuaiannya terhadap zona pendidikan. Karena hal tersebut dapat menjadi acuan untuk perencaan pemerataan pendidikan serta perencanan pembangunan dibidang yang lainnya guna menciptakan kota yang teratur dan nyaman.

2. Kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung agar lebih memperhatikan penataan ruang terutama dalam penetapan zona pendidikan dan pemberian izin pembangunan lokasi pendidikan yang ada di Kota Bandar Lampung.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Afandi Anwar dan Setia Hadi. 1996. Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Prisma. Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2014. Bandar Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

BAPPEDA. 2013. Review Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2030. BAPPEDA. Bandar Lampung.

Bintarto. 1975. Geografi Pembangunan, Universitas Gadjah Mada. Yogjakarta. Danang Sri Hadmoko,2012. Panduan Praktikum Sistem Informasi Geografi. Fakultas

Geografi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Departement Pendidikan Nasional. 2004. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2004 - 2009. Jakarta.

Direktorat Tata Guna Tanah. Ditjen Agraria Depdagri 1982. Publikasi No. 126 Tentang Perkotaan. Jakarta.

Eddy Prahasta. 2002. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika : Bandung.

Gubernur Lampung. Perda Provinsi Lampung No 1 tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2009-2029. Bandar Lampung.

Johara T Jayadinata. 1999. Tata Guna Lahan. IPB. Bandung.

Keputusan Menteri PU No. 20/KPTS/1986 Tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun. Jakarta.

Lutfi Muta’ali.2013. Penataan Ruang Wilayah Dan Kota. Badan Penerbit Fakultas Geografi . Yogjakarta.


(5)

Malingreau.1978. Penggunaan Lahan Pedesaan Penafsiran Citra Untuk Inventarisasi dan Analisanya. (Bahan Ajar). Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Muhamad Jaffar Elly. 2009. Sistem Informasi Geografi Menggunakan Aplikasi Arcview 3.2 dan ER Mapper 6.4. Graha Ilmu. Yogakarta.

Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Menteri Pekerjaan Umum. 2011. Peraturan Menteri PU No 12 tahun 2011. Jakarta. Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung.

Presiden Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No 32 tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang No 4 Tahun 2011. Tentang Informasi Geospasial. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang No 26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Jakarta.

Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (2004-2009). Jakarta,

Peraturan Menteri Pendidikan No 40 tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Robinson Tarigan. 2010. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara. Jakarta. Riduwan (2004). Tentang Metode dan Teknik Menyusun Thesis. Cetakan kedua.

Alfabeta. Bandung.

Rinaldi Mirsa. 2012. Elemen Tata Ruang Kota. Graha Ilmu. Yogjakarta.

Sitanala Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sudarmi. 2013. Buku Bahan Ajar Geografi Regional Indonesia. Diktat. Fakultas


(6)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Setia Hadi dalam Riyadi Bratakusumah 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah (Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sri Hardiyanti Purwadhi dan Tjaturahono Budi Sanjoto. 2008. Pengantar Interpretasi Citra Pengindraan Jauh. LAPAN dan Universitas Negeri Semarang.

Tim Penyusun. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Undang-Undang Dasar 1945. 2002. Pembukaan UUD 1945. Jakarta.

Wali Kota Bandar Lampung. 2011. Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2011 Tentang Penatan Ruang Kota Bandar Lampung.