Model Sistem Dinamis Ruang Terbuka Hijau Kota Medan Berdasarkan Faktor - Faktor Lingkungan (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Polonia Dan Medan Area)
DAN MEDAN AREA)
T E S I S
Oleh
FITRINA FAIZAH
047004005/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2 0 1 1
(2)
MODEL SISTEM DINAMIS RUANG TERBUKA HIJAU KOTA MEDAN
BERDASARKAN FAKTOR - FAKTOR LINGKUNGAN
(STUDI KASUS DI KECAMATAN MEDAN POLONIA
DAN MEDAN AREA)
T E S I S
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Prog ram Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
FITRINA FAIZAH
047004005/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2 0 1 1
(3)
Na ma Mahasiswa : Fitrina Faizah No mor Pokok : 0 47004005
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)
Menyetujui : Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS)
(Prof.Dr.Ir. B.Sengli J. Damanik, M.Sc) (Ir.Meuthia Fadila Fachruddin, M.Eng.Sc) Anggota Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS) (Prof. Dr.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal 16 Februari 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS
Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc 2. Ir. Meuthia Fadila Fachruddin, M.Eng.Sc 3. Prof. Dr. Herman Mawengkang
(5)
Fitrina Fa izah
ABSTRAK
Penelitian ini d ilaksanakan pada 2 (dua) Kecamatan di Kota Medan, yaitu Kecamatan Med an Polonia dan M edan Area mulai bulan Oktober sampai Nopember 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model sistem dinamis ruang terbuka hijau (RTH) yang ad a di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area. Model yan g dib angun menggunakan metode sistem dinamis dengan memakai prog ram Powersim 2.5. Model yang dikembangkan terdiri dari sub sistem yang saling berkaitan yaitu sub sistem luas wilayah, ju mlah p enduduk, ju mlah k endaraan dan jumlah tanaman (pohon). Hasil simu lasi men unjukkan adanya penin gkatan jumlah penduduk, ju mlah kend araan dan jumlah tanaman dari tahun 200 8 sampai 2 012, sed ang untuk Standar Ruang Terb uka Hijau terjadi penurunan luas pada kedua kecamatan. Nilai Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada hasil ak hir simulasi un tuk Kecamatan Medan Polonia adalah 0,0049 Ha/jiwa atau 49 m2/jiwa, sedangk an untuk Kecamatan Medan Area adalah 0,0 018 Ha/jiwa atau 18 m2/jiwa. Penelitian ini juga menu nju kkan bahwa untuk memenuhi standar RTH, d iperlukan optimalisasi penanaman pohon d i tiap-tiap kecamatan. Model penelitian yang menggunakan metode sistem dinamis ini dapat dijadikan rekomendasi bagi pihak yang berwen ang dalam pengambilan keputusan kebijakan-kebijakan untuk pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan pemban gunan yan g berkelanjutan di Kota Medan.
Kata Kunci : Ruang Terbuka Hijau (RTH), Sistem Dinamis, Simu lasi
(6)
DYNAMIC SYSTEM MODEL OF GREEN OPEN SPACE AT MEDAN CITY BE BASED ON ENVIRONMENT FACTORS (CASE STUDY AT
MEDAN POLONIA AND MEDAN AREA SUBDISTRICTS) Fitrina Fa izah
ABSTRACT
The research was condu cted in 2 ( two ) subdistrict in Medan City, that were Medan Polonia and Med an Area su bdistricts from Octo ber to Novemb er 2009. The aim of this research is to descript the d ynamic s ystem model of Green Open Space (GOS) which in Medan Polonia and Medan Area subdistricts. The model was used a dynamic system method of Po wersim 2.5 program. The model was constructed there were sub system broa d of region, population, to the amount of vehicle and p lan t (tree). Simulation result by showed tha t increase pop ula tion, to the amount of vehicle and plant (tree) from 2008 to 2 012, even for Green Open Space (GOS) Standart were decrea se broad at both of su bdistrict. Value o f Green Open Spa ce (GOS) at final simulation result for Medan Polonia subdistrict are 0 ,0049 Ha per person or 49 m2 per person , meanwhile Medan Area sub district are 0,0 018 Ha per person or 18 m2 per person. The result of resea rch was showed to fill Green Op en Space (GOS) Standart to required planting tree fully of each at subdistrict. The research model was used dynamic system meth od is recommended tools to policy instrument of urban Green Open Sp ace (GOS) Plann ing System to manage GOS and sustainable develop ment in Medan City.
Key Words : Green Open Space (GOS), System Dynamic, Simulation
(7)
Puji dan syukur Alhamdulillah disampaikan ke h adirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan tesis dengan judul ”Model Sistem Dina mis Rua ng Terbuka Hijau Kota Medan Berdasarkan Faktor-Faktor Lingkunga n (Studi Kasus di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area)”
dapat diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi tu gas akhir penyelesaian program pascasarjana pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingku ngan (PSL), Seko lah Pascasarjana, Universitas Su matera Utara, Medan.
Selama pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini penulis telah mendapat bantu an dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disamp aikan kepada:
1. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan perhatian, nasihat, arahan dan waktu untuk berdiskusi dengan memberikan semangat secara terus menerus sejak perencanaan penelitian samp ai penyelesaian penulisan tesis in i.
2. Prof. Dr. Ir. Sengli J. Damanik, M.Sc dan Ir. Meuthia Fad ila Fachruddin, M.Eng.Sc, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan , motivasi, waktu dan arahan dalam penyelesaian penulisan tesis ini.
(8)
1. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, M S dan Drs. Chairuddin, M.Sc, selaku Ketu a dan Sekretaris Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam d an Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Herman Mawengkang dan Dr. Zahari Zein, M.Sc, selaku Dosen Pen guji yang telah memberikan koreksi, masukan, saran perbaikan dan semangat dalam men yelesaikan studi.
3. Pemerintah Kota Medan, khususnya pihak Kecamatan Med an Polonia dan Medan Area atas b antuan dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian.
4. Ayahanda Alm. Karimul Rajali Lubis dan Ibu nda Hj. Dharmawaty, abanda Rahmat d an Basyrah, kakan da Reni dan adinda Putra, Aci dan Ela atas duk ungan moril dan materiil, pengo rban an, kasih sayang yang tak terhingga dan men gajarkan tentang kehidupan.
5. Rekan-rekan PSL 2004 ( M.P. Haloho, M. Fadlun dan Wah yun i Zahra ) yang selalu memberikan semang at dan b antuan moril dan materiil dalam men yelesaikan stud i, Gita dan M ahya yan g membantu dalam pen gambilan samp el di lapangan, Joko yang membantu dalam pembuatan mod el dan Oloan Saragih yang membantu d alam pembuatan peta.
6. Maya dan Putri sebagai pegawai administrasi Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkun gan, Sekolah Pascasarjan a Universitas Sumatera Utara.
(9)
men yelesaikan tesis ini.
2. Dan segenap pihak yan g telah membantu dalam penyelesaian tesis dan studi, yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Ibu, Bapak, Ab ang, Kakak dan Adik dengan berlipat ganda. Akhirnya den gan ketulusan d an k erendahan h ati, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kekurangan dan belum sempurna, namu n demikian penulis berharap tesis yan g sederhana ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan semua pihak yan g memerlukannya.
Medan, Februari 2011
(10)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirk an di Aek Kano pan, Kab upaten Labuh anbatu Utara, Propinsi Sumatera Utara pada tang gal 17 Juli 1977. Penulis merupakan anak ke-4 d ari 7 bersaud ara sebagai puteri dari Bapak Alm. Karimul Rajali Lubis dan Ibu Hj. Dharmawaty.
Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis adalah sebagai beriku t : 1. Tahun 1984, menempuh pendidikan tingkat dasar di SDN 106 162 Medan Esate,
Kecamatan Percut Sei Tu an, Deli Serdan g
2. Tahun 1 990, menempuh pendidikan tingkat pertama di MTsN Med an 3. Tahun 1 993, menempuh pendidikan tingkat atas d i MAN I Medan
4. Tahun 1997, menempuh pendidik an tingkat sarjan a di Universitas Sumatera Utara Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Juru san Biologi 5. Tahun 2 004, memasuki Sekolah Pascasarjana Un iversitas Sumatera Utara Program
(11)
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v i DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... . ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... x i I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakan g... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tu juan ... 7
1.4 Kerangka Konseptual ... 8
1.5 Manfaat ... 9
1.6 Asumsi yan g Digunakan ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Ruang Terbuka Hijau ... 11
2.2. Penghijauan Perkotaan ... 13
2.3. Tujuan , Manfaat dan Fungsi Pembentukan Ruang Terb uka Hijau ... 18
2.4. Serapan Vegetasi Terhadap Karbon Dioksida ... 22
2.5. Penghijauan Kota sebagai Program Kerja Pemerintah Kota/ Pengelola Kota... 24
2.6. Metodologi Sistem Dinamis ... 25
2.7. Sistem dan Berpikir Sistem ... 28
2.8. Modeling (Pemodelan) ... 30
2.9. Variabel dalam Model Sistem Dinamis ... 34
III. METODE PENELITIAN... 37
3.1 Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 37
3.2. Metode Pen elitian ... 37
3.3. Pengumpulan Data... 38
3.3.1. Analisis Serapan Karbon Dioksida ... 38
3.3.2. Analisis Standar Keb utu han Ruang Terbuka Hijau... 39
3.4. Identifikasi Sistem ... 41
(12)
3.6. Konstru ksi Program Komputer... 46
3.7. Kesimpulan d an Rekomendasi ... 47
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 48
4.1. Kondisi Umum Lo kasi Penelitian ... 48
4.1.1. Luas dan Jumlah Penduduk ... 48
4.1.1.1. Kecamatan Medan Polonia ... 48
4.1.1.2. Kecamatan Medan Area ... 50
4.1.2. Jumlah Kendaraan Bermotor ... 55
4.1.3. Jumlah Tanaman (Poho n) ... 59
4.2. Pemodelan Sistem ... 62
4.2.1. Model Ruang Terbuk a Hijau di Kecamatan M edan Polonia ... 62
4.2.2. Analisis Kecenderungan Sistem (Simulasi Model) Kecamatan Med an Po lon ia ... 65
4.2.3. Model Ruang Terbuk a Hijau di Kecamatan M edan Area ... 69
4.2.4. Analisis Kecenderungan Sistem (Simulasi Model) Kecamatan Medan Area ... 72
4.2.5. Analisis Perilaku (Kondisi) Nyata Ruang Terbuka Hijau (RTH) ... 77
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 80
5.1 Kesimpulan ... 80
5.2 . Saran ... 81
(13)
No. J udul Halama n
1. Faktor Emisi untuk Bahan Bakar ... 23 2. Nilai Serapan Karbon dioksida oleh Vegetasi ... 39 3. Standar Luas RTH Berdasarkan Jumlah Pendud uk ... 40 4. Luas Wilayah dirinci per Kelurah an di Kecamatan M edan
Polonia ... 48 5. Jumlah pen duduk per Km dirinci menurut Kelurahan di
Kecamatan Medan Polo nia Tahun 2003-2007 ... 49 6. Kepadatan Pendudu k per Km d irinci menuru t Kelurahan di
Kecamatan Medan Polo nia Tahun 2003-2007 ... 49 7. Luas Wilayah dirinci per Kelurah an di Kecamatan M edan Area .... 51 8. Jumlah pen duduk per Km dirinci menurut Kelurahan di
Kecamatan Medan Area Tahun 2003-2 007 ... 52 9. Kepadatan Pendudu k per Km d irinci menuru t Kelurahan di
Kecamatan Medan Area Tahun 2003-2 007 ... 53 10. Jumlah Sarana An gk utan (Umum dan Pribad i) di Kecamatan
Medan Area ... 56 11. Jumlah Sarana An gk utan (Umum dan Pribad i) di Kecamatan
Medan Polonia ... 56 12. Jumlah Tanaman (Pohon ) di Kecamatan Medan Area ... 59 13. Jumlah Tanaman (Pohon ) di Kecamatan Medan Polonia ... 59 14. Hasil Simu lasi Untu k RTH, J umlah Tanaman, Jumlah
Pendudu k, Jumlah Kendaraan , Serapan CO2, Serapan O2,
Luas Wilayah di Kecamatan Medan Polon ia ... 68 15. Hasil Simu lasi Untu k RTH, J umlah Tanaman, Jumlah
Pendudu k, Jumlah Kendaraan , Serapan CO2, Serapan O2,
Luas Wilayah di Kecamatan Medan Area ... 75 16. Hasil Simu lasi Untu k Perilaku (Kondisi) Nyata Sistem
Dinamis Ruang Terbuka Hijau pada suatu Kecamatan di Kota
(14)
DAFTAR GAMBAR
No. J udul Halama n
1. Kerangka Kon septual Penelitian ... 8
2. Dasar Metodologi Sistem Dinamis ... 26
3. Cara Mempelajari Suatu Sistem ... 29
4. Jenis Variabel d alam Model Sistem Din amis ... 34
5. Diagram lingkar sebab-akibat (causa l-loop diagra m) RTH ... 42
6. Diagram masu kan-keluaran (in put-output d iag ram) sistem Ruan g terbuka hijau (RTH) Kecamatan Med an Area dan Medan Po lon ia ... 44
7. Diagram Dinamis (Diagram Forrester) Pen elitian ... 45
8. Diagram dinamis model RTH Kecamatan Medan Po lo nia ... 62
9. Dinamika peubah-p eubah sistem dalam kurun waktu 5 (lima) tahu n pada Kecamatan Medan Polonia ... 66
10. Diagram dinamis model RTH Kecamatan Medan Area ... 69
11. Dinamika peubah-p eubah sistem dalam kurun waktu 5 (lima) tahu n pada Kecamatan Medan Area ... 73
12. Dinamika peubah-p eubah sistem dalam kurun waktu 5 (lima) tahu n ke depan pada perilaku (kondisi) nyata sistem RTH untuk suatu kecamatan ... 77
(15)
No. Lampiran Halama n
1 Peta Kecamatan Medan Polonia ... 86 2 Peta Kecamatan Medan Area ... 87 3 Jumlah dan Jenis Tanaman (Poh on) di Kecamatan Medan
Polonia dan Medan Area ... 88 4 Daftar Inven taris Taman Dinas Pertamanan Kota Medan yang
berada d i Kecamatan Medan Polonia ... 92 5 Kategori luas pek arangan p erumahan penduduk pada
Kecamatan Medan Polo nia dan Medan Area ... 92 6 Foto-Foto Penelitian ... 93 Gambar 13. Taman Beringin Jl.Su dirman... 93 Gambar 14. Beberapa jalan di Kelurahan Madras Hulu Kecamatan M edan Polonia yang tidak bervegetasi sama sekali ... 93
Gambar 15. Perband ingan kondisi perumahan an tara yang ada
d i Med an Area (a) dan Medan Po lon ia (b) ... 94 Gambar 16. Taman Ahmad Yani Jl.Sudirman ... 94 Gambar 17. Perb andingan Kondisi Jalan Raya an tara Medan
Area (a) d engan Medan Polonia (b) ... 95 7 Rumusan Perh itungan Analisis M odel Ruang Terbuka Hijau
Kecamatan Medan Polo nia program Powersim Studio Expert
2005 ... 97 8 Rumusan Perh itungan Analisis M odel Ruang Terbuka Hijau
Kecamatan Medan Area program Po wersim S tud io Expert
2005 ... 105 9 Rumusan Perh itungan Analisis M odel Perilaku (Kondisi)
Nyata Sistem Dinamis Ruang Terbuka Hijau pada su atu Kecamatan di Kota Med an program Powersim Studio
Expert 2005 ... 113
(16)
MODEL SISTEM DINAMIS RUANG TERBUKA HIJAU KOTA MEDAN BERDASARKAN FAKTOR - FAKTOR LINGKUNGAN
(STUDI KASUS DI KECAMATAN MEDAN POLONIA DAN MEDAN AREA)
Fitrina Fa izah
ABSTRAK
Penelitian ini d ilaksanakan pada 2 (dua) Kecamatan di Kota Medan, yaitu Kecamatan Med an Polonia dan M edan Area mulai bulan Oktober sampai Nopember 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model sistem dinamis ruang terbuka hijau (RTH) yang ad a di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area. Model yan g dib angun menggunakan metode sistem dinamis dengan memakai prog ram Powersim 2.5. Model yang dikembangkan terdiri dari sub sistem yang saling berkaitan yaitu sub sistem luas wilayah, ju mlah p enduduk, ju mlah k endaraan dan jumlah tanaman (pohon). Hasil simu lasi men unjukkan adanya penin gkatan jumlah penduduk, ju mlah kend araan dan jumlah tanaman dari tahun 200 8 sampai 2 012, sed ang untuk Standar Ruang Terb uka Hijau terjadi penurunan luas pada kedua kecamatan. Nilai Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada hasil ak hir simulasi un tuk Kecamatan Medan Polonia adalah 0,0049 Ha/jiwa atau 49 m2/jiwa, sedangk an untuk Kecamatan Medan Area adalah 0,0 018 Ha/jiwa atau 18 m2/jiwa. Penelitian ini juga menu nju kkan bahwa untuk memenuhi standar RTH, d iperlukan optimalisasi penanaman pohon d i tiap-tiap kecamatan. Model penelitian yang menggunakan metode sistem dinamis ini dapat dijadikan rekomendasi bagi pihak yang berwen ang dalam pengambilan keputusan kebijakan-kebijakan untuk pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan pemban gunan yan g berkelanjutan di Kota Medan.
(17)
Fitrina Fa izah
ABSTRACT
The research was condu cted in 2 ( two ) subdistrict in Medan City, that were Medan Polonia and Med an Area su bdistricts from Octo ber to Novemb er 2009. The aim of this research is to descript the d ynamic s ystem model of Green Open Space (GOS) which in Medan Polonia and Medan Area subdistricts. The model was used a dynamic system method of Po wersim 2.5 program. The model was constructed there were sub system broa d of region, population, to the amount of vehicle and p lan t (tree). Simulation result by showed tha t increase pop ula tion, to the amount of vehicle and plant (tree) from 2008 to 2 012, even for Green Open Space (GOS) Standart were decrea se broad at both of su bdistrict. Value o f Green Open Spa ce (GOS) at final simulation result for Medan Polonia subdistrict are 0 ,0049 Ha per person or 49 m2 per person , meanwhile Medan Area sub district are 0,0 018 Ha per person or 18 m2 per person. The result of resea rch was showed to fill Green Op en Space (GOS) Standart to required planting tree fully of each at subdistrict. The research model was used dynamic system meth od is recommended tools to policy instrument of urban Green Open Sp ace (GOS) Plann ing System to manage GOS and sustainable develop ment in Medan City.
Key Words : Green Open Space (GOS), System Dynamic, Simulation
(18)
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangu nan n asional yang san gat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara menyeluruh. Pembangunan daerah telah berlangsung dengan pesat dan akan terus berlanjut, maka diperkirakan akan terjadi perubahan pola pemanfaatan ruan g.
Pasal 3 Undang-Undan g Nomor 26 Tahun 20 07 tentang Penataan Ruang, men yatakan bah wa penataan ruang perkotaan diselenggarakan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yan g aman, nyaman, p roduktif, d an berkelanju tan dengan : (a) Terwu jud nya keharmonisan antara lin gk ungan alam dan lingkun gan buatan; (b) Terwu jud nya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan su mber
daya buatan d engan memperhatikan sumber d aya manusia; dan
(c) Terwu jud nya perlind ungan fun gsi ruang dan pen cegahan dampak negatif terhadap lingku ngan akibat pemanfaatan ruang.
Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merup akan bagian dari penataan ruang ko ta yang berfungsi seb agai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga dan kawasan hijau pek arangan. Ruang terbuka hijau adalah ruan g-ru ang d alam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur. Pemanfatan ruang terbuka hijau lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tu mbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti
(19)
Fungsi tumbu h-tumbuhan san gat erat kaitannya dengan keseh atan manusia, seh ing ga dalam tata ru ang kota, p eman faatan tu mb uh-tumbuhan yan g biasanya berben tuk taman kota, ruang terbuk a kota, jalur h ijau dan sebagain ya, sering disebut seb agai paru-paru kota (Ang graini, 19 88 da la m Konferensi Nasional-IX Puslit SDAL USU).
Penataan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tah un 2007 ten tang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, bertujuan untuk :
(a) Menjaga keserasian dan k eseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan;
(b) Mewujudkan keseimbangan an tara lingkungan alam dan lingkungan buatan perkotaan; dan
(c) Meningkatkan kualitas lingkungan perko taan yan g sehat, indah, bersih dan nyaman.
Fakto r lingkung an yang b erk aitan erat dengan keb utu han Ruang Terbu ka Hijau adalah besarnya populasi manusia yang berhubun gan dengan pertumbuhan penduduk dan peng gunaan ruang. Faktor lainn ya adalah meningkatn ya suhu udara, kebisingan, debu, polutan, menuru nnya kelembaban (yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan dan meningkatnya k adar CO2),dan hilangn ya habitat
(20)
Udara sebagai sumberdaya alam yang mempengaruhi k ehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga d an d ip elihara k elestarian fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan kesejah teraan manusia serta perlindungan bagi makhluk hidup lainnya. Supaya udara dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi pelestarian fun gsi lingkungan hidup, maka udara perlu d ip elihara, d ijaga dan dijamin mutunya melalui pengendalian pencemaran udara (PP No.41 Tahun 1999).
Perubahan pola pemanfaatan ruang yang terjadi mempunyai pengaruh buruk terhadap lingkungan, apalagi jika sebelumn ya aparat pemerintah belum mempersiapkan strategi perencanaan khusus untuk mengantisipasi segala bentuk perubahan terutama yang terjad i terhadap pengelo laan lin gkungan hidup kawasan perkotaan secara berkesin ambungan. Permasalahan lingkun gan di Kota Medan ditimbulkan akib at terjadinya perluasan kawasan permukiman, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan jumlah karbon dioksida yang dihasilkan oleh kenderaan bermotor serta b erk urangnya k eberadaan vegetasi atau kawasan hijau sebagai daya dukung lingkungan.
Tujuan yan g ingin d icap ai d engan pemban gunan berkelanjutan adalah meng geser titik berat p emban gunan ekonomi semata menjadi p embangunan yang men yeluruh mencakup sosial-budaya dan lingkungan (Keraf, 2002). Dalam konsep dasar pembangun an yang berwawasan lingkungan, ada dua aspek penting yang menjadi perhatian utama yaitu lingkungan dan p embangunan. Oleh karena itu, pemb angunan berwawasan lingkungan berarti pembangunan yang baik dari titik pandang eko lo gi atau lingkun gan.
(21)
Bertambahnya jumlah penduduk di perkotaan membuat lahan yang bisa ditanami menjadi semakin sedik it. Aktifitas di perkotaan seperti industri, transportasi dan juga rumah tangga juga sangat potensial dalam meningkatk an pencemaran di udara, air dan suara.
Tahun 2005 Medan, sebagai kota besar den gan luas lahan mencapai 26.510 ha dan dengan jumlah penduduk yang 2 ,1 juta jiwa, dengan kepadatan 80 jiwa/ha, terdiri dari 21 kecamatan dan hanya 150 ha (0,56 %) saja yan g dijadikan ruang terb uka hijau. Hal ini menunjukk an hanya sekitar 0,56 persen. Un dang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Pasal 2 9 ayat 2 (dua) dan 3 (tiga) men yatakan bahwa pro porsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari lu as wilayah kota dan p roporsi ruang terbuka hijau pu blik pada wilayah kota p aling sedikit 20 (dua p ulu h) persen d ari luas wilayah k ota.
Penelitian ini hanya memilih 2 (dua) dari 21 (du apuluh satu) kecamatan yang ad a di Kota M edan, yaitu Kecamatan Med an Polonia dan Medan Area yang akan dibuat model dan simulasi Ruang Terbuk a Hijau nya. Pemilihan 2 (dua) lokasi kecamatan ini berdasarkan kon disi lingkungan yang s angat berbeda di antara kedua kecamatan tersebut. Kecamatan Med an Area mempu nyai kepadatan penduduk dengan jumlah 27.5 79 jiwa/Km2 dan Medan Polonia 6.284 jiwa/Km2. Kondisi perumahan dan permu kiman diantara kedua kecamatan juga b erb eda. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 15 dan 17 .
(22)
Pendekatan yan g digunakan untuk memperoleh model Ruang Terbu ka Hijau di kedua k ecamatan tersebut adalah den gan pen dekatan sistem din amis, pendekatan ini didasari oleh prinsip umpan balik d an simulasi komputer. Metode sistem dinamis mampu memo delkan kond isi nonlinier dan sistem loop tertutup den gan batasan rasional (bounded ra tion ality).
Penerapan metode sistem dinamis dalam penyu sunan model Ruang Terbuka Hijau ini diharapk an d apat menampilk an perilak u sistem Ruang Terbuka Hijau pada dunia n yata, sehingga dapat dilakukan serangkaian eksp erimen kebijakan pad a model yan g ada untuk meningkatkan kualitas lingkungan melalui penin gkatan luas Ruang Terbuka Hijau.
Berdasark an latar belakang tersebut maka judul penelitian in i adalah “ Model Sistem Dina mis Rua ng Terbuka Hijau Kota Medan Berdasarkan Faktor-Faktor Lingkunga n (Studi Kasus di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area) ”.
1.1.Perumusan Masalah
Fakto r yang sangat penting dalam p ermasalahan lingkungan adalah besarnya jumlah p enduduk. Pertumbuhan pendudu k merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan permu kiman dan kebutuhan prasarana serta sarana. Pertambahan jumlah penduduk juga akan menyebabkan terjadin ya peningkatan kebutuhan energi seperti listrik, minyak tanah, premium dan solar. Kebutuhan en ergi seb agai dampak adan ya kegiatan pembangun an, meningkatk an pen garu hnya terhad ap kualitas udara Ko ta Medan.
(23)
Rencana tata ruan g yan g meru pakan aplikasi peraturan mengenai ruang terbuka hijau, belu m bisa diwujudkan dengan baik untuk mengako mo dasi aspek-asp ek yang membutuhkan ruang terbuka hijau.
Ruang terbuka hijau semakin terdesak keberadaannya dan b eru bah menjadi bangunan untuk mencukupi kebutuhan fasilitas penduduk k ota. Penyeb aran jumlah penduduk yang tidak merata dalam suatu wilayah , akan memb erikan pengaruh yang negatif terh adap daya dukung lingkungan.
Pembangunan yang terus meningkat di perk otaan, sering tidak men ghirau kan kehadiran lahan hijau. Tumbu han yang ada di pekarangan dan halaman ban gunan kanto r, sekolah, atau di halaman bangu nan lainnya serta tumbuhan yang ada di pinggir jalan, baik jumlah map un k eanekaragamannya semakin menurun. Sebagai ak ibatnya fungsi tumbuhan sebagai p enghasil o ksigen yang sangat diperlukan oleh manu sia untuk proses respirasi (pernapasan) serta un tuk kebutuhan ak tivitas manusia semakin berkuran g karena proses fotosin tesis dari vegetasi semakin berkurang.
Penelitian ini pada intinya merupakan suatu gamb aran kondisi Ruang Terb uka Hijau Kota Medan (khu su snya di Kecamatan Medan Polo nia d an Medan Area) dengan meng gunakan metodologi sistem dinamis untuk membantu pen gembangan kebijakan penataan ru ang terbu ka h ijau dalam mengelola dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan memperb anyak ruang terbuka hijau atau hutan kota. Pada saat ini kota Medan masih memiliki ru ang terbuk a hijau di b eberap a lokasi, namun dengan meningkatnya pemb angunan ged ung-gedung termasuk pu sat perbelanjaan, pertokoan dan perumahan pada saat ini, dikhawatirkan men gh ilangnya ruang terb uka
(24)
Secara lebih k husus, permasalahan pokok yang diteliti atau diungkapkan pada penelitian in i adalah :
1. Apakah ruang terbuka hijau yang ada telah memberi keseimbangan lingk ungan terhadap penyebaran dan ju mlah pend uduk, luas wilayah serta dampak yang ditimbulkan dari penggunaan kend araan bermotor?
2. Apakah rencana tata ruang untuk kawasan hijau su dah mampu mengakomodasi
kebutuhan ruang terbuk a hijau yang dibutuhkan masyarakat dan fungsi untuk men yerap karbon dioksida dapat terpenuhi?
1.1.Tujuan
Adapu n tujuan yang diharapkan dari p enelitian ini adalah sebagai berikut: a. Membuat mod el sistem d inamis Ruang Terbuka Hijau di Kecamatan Medan
Polonia dan Medan Area.
b. Mengetahui jumlah keb utu han Ru ang Terbuka Hijau di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area berdasarkan luas kawasan, jumlah penduduk, dan karbon dioksida yang dihasilk an.
c. Mengetahui perilaku kondisi Ruan g Terbuka Hijau di Kecamatan Med an Polonia dan Medan Area dengan simulasi sistem dinamis pada perio de 2008-2 012.
(25)
1.1.Kerang ka Konseptual
Kerangka k onseptual dari penelitian ini d apat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Ko nseptual Penelitian
Dari gambar 1 dapat dilih at bahwa Ruang Terb uka Hijau (RTH) yang dipen uhi oleh vegetasi, khususnya yang ada di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area akan mensuplai oksigen yang sangat diperlukan oleh pend uduk d an kendaraan bermotor. RTH juga menyerap karbondioksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor dan respirasi manusia (penduduk), sehingga dapat mengurangi kadar
UDARA AMBIEN
M EDAN POLONIA/
M EDAN AREA
RUANG TERBUKA
HIJAU
O2 CO2
Ó PENDU DUK
VEGETASI
Ó K ENDA RA AN BERMOTOR
(26)
karbondioksida dan meningkatkan kadar oksigen di udara amb ien. Dari g ambar juga menu nju kkan bahwa dengan meningkatnya jumlah pendudu k, mak a ak an terjadi juga penin gkatan jumlah kendaraan bermotor.
Berdasark an hal tersebut diatas, maka perlu diketahui berapa luas RTH yang dapat memenuh i keb utuhan tersebut dan ditu angkan dalam sebuah mo del.
1.1.Manfaat
M anfaat yan g diperoleh dari p enelitian ini adalah :
a. Untu k melihat kondisi realitas ruang terbuka hijau yang ada di kota Medan khusu snya di Kecamatan Medan Polonia dan M edan Area untuk 5 (lima) tahun ke depan.
b. Untu k melaksanakan perubahan terhadap peraturan perundang-u ndangan tentang penataan ruang terbuk a hijau.
c. Konsep ini dapat memberikan kontribusi bagi terciptanya pemban gu nan berkelanjutan di k ota M edan.
1.6. Asumsi y ang Digunakan
Pembangunan model yang akan dirumuskan men ggunakan beberapa batasan, untuk menyederhanakan dan memahami pengertian hubungan hu bungan antar peu bah dalam model yang akan membatasi keberh asilan model.
Beberapa batasan yan g dijadik an sebagai asumsi d alam model ini adalah :
(27)
a. Laju pertumbuhan pend uduk yang ada d i kecamatan Medan Po lo nia dan Medan area mengikuti pola pertumbuhan pendudu k yang berd omisili d i lokasi tersebut. b. Jumlah vegetasi (meliputi pepoho nan) yang terdapat di kecamatan Medan
Polonia dan Med an Area.
c. Jumlah kendaraan bermotor yan g setiap hari melewati lo kasi penelitian yang terdapat di kecamatan Medan Polonia dan Medan Area.
(28)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ruang Terbuka Hijau
Ruang Terbuka Hijau dikenal dengan istilah RTH, meru pakan istilah yang telah lama diperken alkan. Pedoman Tentang Penataan Ruan g Terbuka Hijau d i Wilayah Perkotaan (Inmendagri Nomor 14 Tahun 1988), menegask an bahwa untuk meningkatkan kualitas h idu p di wilayah perk otaan yang mencakup bumi, air, ruang an gkasa dan kekayaan yan g terkandung didalamnya, maka diperlukan upaya untuk mempertahankan d an mengemban gkan kawasan-kawasan hijau. Pen gembangan Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan dititikberatkan pada hijau sebagai unsur kota, baik produktif maupun non produ ktif, d apat berupa kawasan jalur hijau pertamanan kota, kawasan hijau pertanian, kawasan jalur hijau pesisir pantai, kawasan jalur hijau su ngai dan bentuk ruang terbu ka hijau lainnya.
Sesuai Inmendag ri Nomor 14 Tahun 198 8 tersebut, maka pengertian Ruang Terbuka Hijau adalah ruang-ruan g terbuka dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk areal kawasan maupun dalam bentuk areal memanjang atau jalur dimana di dalam penggunaann ya lebih bersifat terbu ka pada dasarn ya tanpa bangunan. Dalam Ruang Terbu ka Hijau pemanfaatannya lebih b ersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh -tumbuhan secara alamiah ataupun bu did aya tanaman sep erti lahan pertanian, pertamanan, p erk ebunan d an sebagainya.
(29)
M enurut Zo er’aini (200 3), Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataan ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan, hutan kota, rekreasi, olah raga pemakaman, pertanian, pekarangan/halaman, green belt dan lainnya.
Peraturan M enteri Dalam Negeri Republik In donesia Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perk otaan , menyebutkan bahwa Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP merupakan bagian yang tidak terpisahkan d ari rencana tata ruang wilayah propinsi dan kabupaten/kota. RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna men dukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Luas ideal RTHKP minimal 20 % dari luas kawasan p erk otaan .
M enurut Dinas Pertamanan Kota Medan (200 3), beberapa kebijak an umum dalam mewujudkan Ruang Terbuka Hijau ad alah sebagai berikut :
a. Pengadaan RTH d iu tamakan pada kawasan yan g secara alami kritis/peka dan dapat menimbulkan dampak yang luas, seperti d aerah pantai, resapan air, penanaman listrik tegangan tinggi dan sebagain ya.
b. Mengusahakan secara maksimal alternatif tata guna lahan untuk mencapai tujuan diad akannya RTH dalam menunjang kelestarian lingkun gan.
c. Mengusahakan agar pembangun an yan g dilaku kan sesuai dengan standard peren canaan untuk memperoleh RTH serba guna, perpetakan ruang-ruan g park ir, ru ang-ruang antar bangunan dan sebag ainya.
(30)
2.2. Penghijauan Perkotaan
Penghijauan diartikan sebagai satu kegiatan pen ting yang harus dilaksanakan secara konseptual d alam men angani krisis lin gkungan. Fakta menunjuk kan bahwa banyak b angunan dibangun pada lahan pertanian dan ruang terbuk a hijau. Padahal tumbuhan (yan g berh ijau daun) dalam ekosistem, berperan sebagai p rodusen pertama yan g mengubah energi su rya menjadi energi potensial un tuk makhluk lain nya, dan mengu bah CO2 menjadi O2 dalam proses fotosintesis (Odum, 1 996).
M enurut Zoer’aini (2003), pen ghijauan dalam arti luas ad alah segala daya untuk memulihkan, memelih ara dan meningkatkan k ondisi lah an agar dapat berprod uksi dan berfun gsi secara o ptimal, baik sebagai pengatur tata air atau pelindun g lingkungan. Penghijauan kota adalah suatu usah a untuk menghijauk an kota dengan melaksanakan pengelolaan taman-taman kota, taman-taman lingkungan, jalur hijau, hutan ko ta dan sebagainya. Dalam hal in i p enghijau an perkotaan merupakan kegiatan pengisian ruang terbuka diperkotaan. Bentuk penghijauan yang dilaku kan san gat tergantung p ada kondisi lingk ungan setempat. Berbeda tempat berbeda pula karakteristiknya. Akibatnya cara p enghijau an menjadi bervariasi walau pun tujuan utamanya ialah penan aman pohon atau tanaman.
Karakteristik yang dapat membedakan bentuk penghijauan di suatu tempat an tara lain sumber air, luas lahan tersedia, intensitas sinar matahari, dan k ondisi lingkungan sekitarn ya. Lingkun gan sekitar dapat dapat berarti tempat hunian atau tempat umum dengan kondisi padat, sedang, atau bahkan jarang (Nazaru ddin, 1996).
(31)
M enurut Nazaruddin (19 96), bentuk-bentuk penghijau an kota antara lain :
A. Hutan Kota
Defin isi hutan ko ta men urut Faku ara (1987) dalam Departemen Kehutanan (20 05) adalah tumbuhan atau vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan man faat lingkungan yang sebesar-b esarnya dalam kegunaan-kegunaan pro teksi, estetika dan kegunaan-k egunaan khusus lainnya. M enurut Nazaruddin (19 94), hutan kota merupakan suatu kawasan dalam kota yang didominasi oleh pepohonan yang habitatnya dibiarkan tumbuh secara alami. Pengertian alami di sini bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hu tan besar atau rimba melainkan tidak terlalu d iatur seperti taman.
Lokasi hutan kota umumnya di daerah ping giran. Hal tersebut d imun gkin kan karena kebu tuh an lokasi permukiman atau perkantoran daerah terseb ut tidak terlalu besar. Lokasi yang cu kup luas un tuk dijadikan h utan kota relatif mudah dipero leh.
M enurut Grey dan Deneke (1978) dalam Zo er’aini (2005), hutan kota merupakan kawasan vegetasi berkayu yang luas serta jarak tanamn ya terbuka bagi bagi umum, mudah dijangkau oleh p enduduk kota. Jarak lokasi hutan kota dapat dicapai dengan berjalan kaki dari pusat permukiman p enduduk padat, jarak sama yan g ditempuh dari titik akhir jaringan transportasi umum atau setara waktu yang diperlukan pejalan kak i ap abila ia bersepeda dan harus dibuka untuk umum.
(32)
Hutan ko ta merupakan bagian dari program Ruang Terbuka Hijau (Departemen Kehutanan, 2005). Ruang Terbu ka Hijau dinyatakan sebagai ruang-ruang dalam k ota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk membu lat maupun dalam bentuk memanjang/jalur di mana d alam p enggunaannya lebih bersifat terb uka yan g p ada d asarnya tanpa bangunan. Pelaksanaan program pengembangan Ruang Terbuka Hijau dilakuk an dengan pengisian hijau tumbuh an secara alamiah ataupun tanaman budidaya seperti p ertanian, pertamanan, perkebu nan dan seb again ya.
B. Taman Umum
Taman umum menurut Nazaruddin (19 96), merupak an taman yang diperuntukkan seb agai ruang terbuka hijau u ntu k umum. Masyarakat dapat memanfaatkan taman umum u ntu k aneka k eperluan, diantaran ya sebagai tempat bersantai, berjalan-jalan, membaca, dan sebagainya. Lok asi taman u mu m biasanya dibuat d i lok asi yang b anyak dilalui orang. Lokasi ini bisa di pusat kota, dekat perkan toran, bahkan di tengah p ermuk iman p endudu k.
Hasni (2008) men yatakan, taman umum atau disebut juga taman kota (urban park) adalah taman yan g khusus dirancang u ntuk menampung kegiatan rekreatif penduduk kota dan berguna untuk kegiatan fisik yang menyeh atkan , bermanfaat bagi pendidik an anak-anak maupun gen erasi muda untuk lebih mencintai dan menghargai lingkungan hijau .
Taman menurut Dep artemen Kehutanan (2005), dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian ru pa, baik sebagian maupun semuanya
(33)
h asil rekayasa manu sia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah. Di taman umum biasan ya dijumpai beberapa poho n b esar yang rind ang, semak atau perdu dan tanaman hias yan g ditata rapi, bangku taman untuk tepat orang duduk melepas lelah , jalan setapak, kolam, air mancur, serta tempat bermain anak-anak.
C. Penghijauan Halaman Rumah Penduduk.
Halaman atau pekarangan rumah pen duduk merupakan ruang terbuka hijau yan g cocok untuk mendukung gerakan pen ghijauan kota. Apabila setiap penduduk memiliki kesadaran untuk menanami halaman rumahnya den gan tanaman, maka penghijauan kota d apat dikatakan berhasil. Dengan semakin bertambahn ya populasi rumah hunian di suatu kota, jumlah populasi pepo honan pun akan bertambah bila di setiap rumah pendudu k ditan ami dengan poho n-pohon pen ghijauan (Nazaruddin,
1996). M enurut Departemen Kehutanan (2005), halaman rumah dapat memberikan
prestise tertentu. Oleh sebab itu halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mend apatk an citra, kebanggaan dan keindahan tertentu yang emp unya rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya. Maka halaman tidak hanya d itanam dengan tanaman yang dapat men ghasilkan buah, namun dilengkapi juga den gan tanaman beb ungaan yang indah.
Akan tetapi, pertambahan pendud uk yan g pasti terjadi di sebuah kota yang dinamis membuat lahan pekarangan di kota ikut menyempit. Pekarangan luas dan lebar kin i hanya dimilik i oleh b eberapa penduduk yang mampu. Penduduk kota
(34)
k ebanyakan hanya memiliki halaman rumah seadanya. Bahkan fenomena ruko (rumah toko ) makin marak di p erk otaan yang sama sekali tid ak memiliki lahan pekarangan yang bisa ditanami. Bila memiliki halaman, hanya berukuran kecil yang disemen atau diperkeras dengan material lainnya untuk dijadikan tempat parkir kendaraan.
D. Jalur Hijau di Jalan Umum
Penghijauan di jalan umu m biasanya berbentuk penanaman pohon di bagian jalan yang disebut jalur hijau. Jalur hijau dapat berada di median atau tengah jalan untuk jalan raya atau jalan dua arah maupun di kanan dan kiri jalan. Sering pula dijumpai jalan yang di kanan k irinya sudah dib uatkan jalur khusus untuk pejalan kaki (pedestrian) masih dapat pula ditanami pohon (Nazarud din , 1996).
Hasni (2008), men yatakan yang dimaksud d engan jalur hijau atau green belts ad alah daerah pen yangga yang diproyeksikan di sekeliling batas (administratif) kota. Sabuk hijau pen yangga umumnya berbentuk memanjang, b ahkan bisa mencapai puluhan kilometer, namun jarak lebar jalur hijau ini relatif pendek, di mana ukuran pendek tidakn ya tergantun g pada k ebutuhan yang disesuaikan dengan kondisi alam serta jenis kegiatan penduduk yang akan dilakuk an di dalamnya.
Pada jalan-jalan p rotokol yang pada umumnya lebar dan terang tidak ditanami dengan vegetasi secara pen uh. Bila ditanami tanaman, jenis tanamann ya biasan ya berupa rumput, bu nga-bungaan, atau tanaman hias yan g kecil. Namun, ini tergantung situasi jalan protokol tesebut. Jalan protokol yang melewati permu kiman atau
(35)
perkan toran tidak bisa ditanami poh on yang rap at atau terlalu menutupi pandangan. Akan tetapi, jalan protokol menuju luar ko ta atau permukiman yang tidak terlalu padat b isa ditanami tanaman yang agak rimbun.
E. Pen ghijauan Daerah Aliran Sungai
Tepian sungai yan g tidak ditanami dapat menjadi daerah yang berbahaya. Gerusan air yang berlangsung terus menerus, serangan banjir, atau hujan deras yang datang tiba-tiba membu at lereng sun gai menjadi daerah yang mudah sek ali longsor. Apalagi bila sungai belum dibuatkan tebin g p ermanen d ari beton atau dinding dari susunan batu besar maka bah aya longsor akan selalu menjadi ancaman.
Penghijauan daerah aliran sungai tidak hanya b ermanfaat untuk penguat tebing su ngai. Sungai yang ditan ami pepohonan akan terlihat lebih rapi dan in dah seh ing ga dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Pepohonan di sepanjang tepi sungai juga memberikan pemandangan asri bagi para p engemudi k endaraan bermotor yan g melalui jalan di tepian sun gai tersebut (Nazaruddin, 1996).
2.3. Tujuan, Manfaat dan Fungsi Pembentuka n Ruang Terbuka Hijau
M enurut Departemen Kehu tanan (2005), Ru ang Terbuka Hijau kota merupakan areal perlindungan berlangsungn ya fungsi ekosistem dan penyangga kehid upan; sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, kes erasian dan kehid upan lingku ngan; sebagai sarana rekreasi; sebagai pen gaman lingkungan hidup perkotaan terhadap b erbagai macam p encemaran baik di darat, perairan maupun
(36)
udara; sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkun gan; sebagai tempat perlindungan plasma nutfah; seb agai sarana untuk mempen garu hi dan memperb aiki iklim mikro; sebagai pengatur tata air.
Pembentukan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perk otaan bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, ind ah, bersih dan seb agai sarana pengaman lingkungan perkotaan dan menciptakan keserasian lingkungan alam dan lin gkungan binaan yang berguna un tuk k epentin gan mas yarakat (Zainuddin, 1998 ).
M anfaat yan g dapat diperoleh dari ru ang terbuka hijau kota antara lain : memberikan kesegaran , kenyam anan dan keindahan lin gkungan; m emberikan lingkungan yan g bersih dan sehat bagi pen duduk kota; memberikan h asil produ ksi berupa kayu, daun, bunga dan b uah.
M enurut Dep artemen Kehutanan (2005), adapun manfaat d an fungsi Ruang Terbuka Hijau adalah s ebagai beriku t :
a. Sebagai paru-paru kota.
Tanaman sebagai elemen hijau , pad a pertumbuhannya menghasilkan zat asam (O2) yang sangat diperlukan bagi makhluk h id up un tuk pernapasan dan
mengambil CO2 dalam proses Fo tosintesis.
(37)
Menurut Dinas Pertamanan Kota M edan (20 03), RTH mensuplai oksigen sebesar 0,6 ton/hektar/hari yang cukup untuk 1500 jiwa penduduk . Sedangkan menurut Grey dan Deneke (1971) dalam Zoer’aini (2005), menyebutkan bah wa setiap tahun vegetasi di bumi ini mempersenyawakan sekitar 150.000 juta ton CO2 dan 25.000 juta ton hidrogen dengan membebaskan 400.000 juta ton O2 ke
atmosfer, serta mengh asilkan 45 0.000 juta ton zat-zat organik. Setiap jam 1 ha d aun-daun hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekuivalen deng an CO2 yang
d iembuskan oleh napas manusia sekitar 2 00 orang dalam waktu yang sama sebagai hasil pernapasannya.
a. Sebagai pen gatur lingkungan (mik ro)
Vegetasi menurukan suhu kota dan meningkatkan kelembaban sehingga menimbulkan hawa lin gkungan setempat sejuk, n yaman dan segar.
Menurut Zoer’aini (1994), hutan kota dapat menurunkan suhu kota sekitarnya sebesar 3,46% d i siang hari pada permulaan mu sim hujan, dan hutan k ota juga menaikkan kelembaban sebesar 0,81% d i siang hari pada permulaan musim hujan. b. Sebagai peredam k ebisingan sekitar 25%-80%.
Men urut penelitian yang dilakuk an oleh Bianpoen, dk k. Di J akarta p ada tahun 1 990, menemukan bahwa vegetasi mempunyai kemampuan untuk mengurangi k ebisingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya serap v egetasi terhadap suara adalah ± 6 - 8 dB(A)/100 feet.
(38)
Penghijauan dapat men ciptakan ruang hidup bagi makhluk h idu p di alam. Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa d epan, terutama di b idang pangan , sandang, papan, obat-obatan dan industri. Penguasaann ya meru pakan keuntungan komporatif yang besar bagi Indonesia di masa depan. Oleh karena itu, p lasma nu tfah perlu terus dilestarikan dan d ikembangk an bersama untuk mempertah ankan keanek aragaman hayati (Buku I Repelita V h al.42 9). Ruang terbuka hijau dapat dijadikan sebagai tempat koleksi k ean ekaragaman hayati yang tersebar di seluruh wilayah tanah air kita.
a. Pen yeimbang alam (adaphis) merupak an pembentukan tempat-tempat h idu p alam bagi satwa yan g hidup di sekitarn ya.
b. Perlin dungan (protektif), terhadap kondisi fisik alami sekitarnya (an gin kencang, terik matahari, gas atau debu-debu).
Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, b aik yang dihasilkan oleh k egiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya h utan kota, partikel p adat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersih kan oleh tajuk pohon melalu i proses jerapan dan serap an. Deng an ad anya mekan isme ini jumlah debu yang melayang-layan g di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada p ermukaan daun, khususnya dau n yang b erb ulu dan yang mempu nyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke d alam ruang stomata daun. Ada juga pertikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. M anfaat dari
(39)
adanya tajuk hutan kota in i adalah menjadik an udara yan g lebih bersih dan sehat, jika dib andingkan dengan kondisi u dara pad a kondisi tanpa tajuk dari hutan k ota.
Hasil penelitian Zoer’aini (1994) menunjukkan bahwa hutan kota dapat menurunkan kadar debu sebesar 4 6,13% d i siang hari pada permulaan musim hujan.
a. Keindahan (estetika). Dengan terdapatnya un sur-unsu r pen ghijauan yang direncanakan secara baik dan menyeluru h akan men ambah kein dahan k ota.
Vegetasi dapat memberikan kein dahan dari garis, bentuk, warna, dan tekstur yang ada maupun aroma. Unsur-unsur penghijauan yang direncanakan secara baik d an menyeluruh akan menambah keindahan kota. Vegetasi tidak hanya memberikan kesan lembut terhadap lingkun gan keras, akan tetapi dengan k etidakteraturann ya akan membuat lingkungan yang harmonis.
b. Memberik an hasil produksi berupa kayu, daun, b unga dan buah. c. Keseh atan (h ygiene), misalnya un tuk terapi mata.
d. Rekreasi dan pendidikan (edukatif). J alur hijau d engan aneka vegetasi mengandu ng nilai-nilai ilmiah.
2.4. Sera pan Vegetasi Terhadap Karbon Dioksida
Vegetasi mempun yai peranan yang besar dalam ekosistem, tetapi dalam pemb angunan perkotaan khususnya di Indon esia, sering kali tidak memperhitungkan kehadiran lahan untuk vegetasi. Vegetasi sangat bergun a dalam memproduk si
(40)
o ksigen yang diperlukan manusia untuk proses resp irasi (pernafasan), serta untuk mengurangi keberadaan gas karb on dioksida yan g semakin ban yak di udara ak ibat kendaraan bermotor dan industri (Zoer’aini, 1994).
Satu kompon en yang pentin g dalam konsep tata ruang adalah menetapkan vegetasi dan mengaktifkan jalur hijau dan hutan kota, baik yang akan direncanakan maup un yang sudah ada namun ku ran g berfungsi. Selain itu jenis po hon yang ditanam perlu menjadi pertimban gan, karena setiap jenis tan aman mempunyai kemampuan menyerap yang berbeda-beda (Tinamb unan, 199 4).
Penyerapan k arbo n dioksida oleh hu tan kota dengan jumlah 10.000 pohon berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon dioksida sebanyak 80 0 ton per tahun . Pen anaman po hon men ghasilkan absorbsi karbon dioksida dari udara dan penyimpanan karbon, sampai karbon dilepaskan kembali akibat vegetasi tersebut busuk atau dibakar. Hal ini disebabkan k arena p ada hutan yang dikelola dan ditanam ak an men yebabkan terjad in ya pen yerapan karbon dari atmosfir, kemudian sebagian kecil biomassanya dipanen dan atau masuk dalam k ondisi masak tebang atau meng alami pembusukan (Tinambunan, 1 994).
Untuk men getahui seberapa besar emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari ak tivitas kota, maka dilakukan pendekatan penghitun gan emisi karb on diok sida. Faktor emisi adalah nilai yang digunakan untuk mendapatkan berat karbon dioksida berdasarkan besaran-besaran yan g dinilai, misalnya premium dan solar. Faktor emisi untuk perhitungan karbon dioksida dalam pen elitian ini diperoleh melalui studi literatur. Faktor emisi disajikan pada Tabel 1 berikut ini :
(41)
Bahan Bakar Cair gram CO /gallon2 gram CO /liter2
Bensin 8,9 2,3
Solar 10,1 2,7
Sumber : World Recources Institute (WRI) and World business council for Sustainable Development (WBCSD, 2001)
2.5. Penghijauan Kota sebagai Pro gram Kerja Pemerintah Kota/Pengelola Kota
Penghijauan kota seh aru snya merupakan bagian dari kegiatan pemban gunan kota sehingga p emerintah daerah mesti memiliki program tersend iri. Pelaksanaan pro gram tesebut dilakuk an oleh suatu badan pemerintah yang ditunjuk khusus, dan bertanggu ng jawab sepenuh nya dalam perencanaan , pelaksanaan, dan perawatan baik berupa p embuatan taman kota, pen anaman pohon p elindung di jalur h ijau, penanaman tanaman pot di tengah kota, serta aneka k egiatan lainnya (Nazaruddin,199 6).
Pemerintah daerah umumnya memiliki dinas pertamanan untuk mengatur kegiatan penghijauan k ota. Tugas pokok yang h arus dilakukannya di antaranya ialah membangun, menata, serta memelihara dan mengamankan taman-taman, jalur h ijau, dan tata hias kota. Selain itu, dinas pertaman an wajib melakuk an bimb ingan kepada masyarakat dalam bidan g pertamanan dan k eindahan kota agar terwujud kota yang indah , teduh, sehat dan terencana baik.
Selain dinas pertamanan, bisa saja pemerintah daerah melimpahkan tanggung jawab p elaksanaan penghijauan kota kepada bagian pemeliharaan keindahan dan kebersihan kota, dinas pek erjaan umu m, dinas pertanian, dinas kehutanan, ataupun instansi lain yang ditunjuk. Hal ini ditentukan berdasarkan situasi dan kon disi daerah
(42)
Tanggun g jawab dinas pertamanan atau instan si yan g ditunjuk seb agai pelaksana p enghijauan kota di antaranya :
a. melaksan akan penghijauan kota dan membangun taman beserta kelengk apan,
b. membuat perencanaan, malaksanakan, mengawasi, dan mengend alikan
pembangu nan fisik pertamanan dan keindahan kota,
c. meneliti dan mengembangkan pola umum pertamanan dan keind ahan,
d. memelihara dan mengaman kan jalur hijau, taman-taman, serta kelengkapan lainn ya dari usah a pengrusakan,
e. menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan ketertiban taman dan jalur hijau ,
f. mengusahakan pembibitan d an pengadaan tanaman untuk p enghijauan kota, dan g. membimb ing, membina, serta meng adakan pen yu lu han bidang pertanaman
kepada masyarakat.
2.6. Metodologi Sistem Dinamis
M odel merupakan representasi dari sistem nyata, suatu model dikatakan baik bila perilaku model tersebut dapat menyerupai sistem sebenarnya dengan syarat tidak melanggar prinsip-prinsip berfik ir sistem. Dalam membangun suatu model sangat dipen garu hi oleh subjektiv itas seseorang atau organisasi, maka perlu adanya penyempurnaan yang dilakuk an secara terus-menerus dengan menggali informasi dan poten si yan g relev an (Muhammadi et a l. 2 001).
(43)
M enurut Nasution (2001), model sistem dinamis dapat d ibangun dengan bantu an diagram-diagram yang tersedia untuk membantu pengertian atas struktur permasalahan yang terjadi. Diagram-d iagram ini digunak an un tuk merepresen tasikan aliran struktur dan struktur umpan balik sebab akibat dari sistem. Salah satu pendekatan pemodelan yang telah mempertimbangkan system thinking dan prinsip pemb uatan model dinamik adalah metodologi sistem d inamis. Metode ini telah dan sed ang berkembang sejak dip erkenalk an p ertama kali oleh Jaw W. Forrester pada tahun 1958.
M enurut Su sh il (1993), metodologi sistem dinamis dibangun atas tiga latar belakan g disiplin, yaitu manajemen tradisional, teori umpan balik atau cybernetics, dan simulasi kompu ter. Prinsip dan Konsep dari ketiga disiplin ini dipadu kan dalam seb uah metod ologi un tuk memecah kan permasalah an man ajerial secara holistik, mengh ilangkan k elemahan dari masing-masing disiplin, dan menggunakan kekuatana setiap disiplin untuk membentuk sinergi. Akar dari metodologi sistem dinamis dan input yan g diberikan terhad ap model sistem dinamis dap at dilihat dalam gambar 2 berikut :
Pe mikira n Ma nusia Kom puter
- I nformasi
- Pengalaman Prinsip Pr insip Komputasi - Penilaian Pemilihan Struktur
Manajem en Tradisi onal at as
Si stem Sosial Cybernetics
Simula si Komputer M odel Perilaku Dinamis dan Kebijakan Perbaikan
(44)
Manajemen Tradisional
M anajemen tradisional adalah dunia nyata dari praktisi manajerial yang meng andalkan pengalaman dan penilaian dari para manajer. Dasar utama d ari manajemen tradisional adalah basis data mental dan model mental deng an kekuatan utama pada kekayaan atas informasi kualitatif yang didapat dari pengamatan langsun g dan p engalaman (Sushil, 1993).
Cybernetics
Cybernetics adalah ilmu mengenai komunikasi dan kontrol yang didasari oleh umpan balik. Kekayaan in formasi yan g terkan dung dalam basis data mental tidak dapat d igunakan secara efektif tanpa adanya p rinsip tentang pemilihan informasi yang relevan dan prinsip tentang strukturisasi informasi. Dengan adanya cybernetics maka informasi yang ada dap at difiltrasi dan dihubu ngkan satu sama lain untuk membentuk struktur kausal dan umpan balik dalam sistem (Sushil, 1993).
Simulasi Komputer
Simulasi komputer digunakan untuk mempelajari konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku dinamis dari suatu sistem. Perkemban gan yang amat pesat dalam dun ia simulasi komputer membuat simulasi dari konsek uensi yang dihasilkan oleh perilaku dinamis ini dapat dilakukan dengan biaya yang rendah. Simulasi komputer memberikan sumbangan besar dalam perancan gan keb ijakan-kebijakan yan g akan d iterapkan dalam suatu sistem den gan kemampuan untuk memberikan konsekuensi yan g ak an ditimb ulk an atas setiap kebijakan tersebut (Sushil, 1993).
(45)
2.7. Sistem dan Berpikir Sistem
M enurut Muhammadi et al. (2001), sistem adalah keseluruhan inter-aksi an tar unsur dari sebuah obyek dalam batas lin gkungan tertentu yang bekerja mencapai tujuan. Sedangkan menurut Fo rrester (1961), sistem adalah sekelompok ko mponen yan g beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Keadaan sistem, selain dipeng aruh i oleh perubahan-perub ahan dalam sistem juga dip engaruhi oleh perubahan yang terjadi di lu ar sistem. Lingkun gan sistem digunakan seb agai istilah untuk menggambarkan suatu lingkungan di luar sistem, yan g meru pakan tempat b agi terjadinya peru bahan-perubahan yang dapat mempengaruhi sistem. Syarat awal u ntu k memulai berpikir sistemik adalah adanya kesadaran untuk men gapresiasi dan memik irkan suatu kejadian sebag ai sebuah sistem (systemic appro ach). Kejadian ap apun baik fisik maupun non-fisik, dip ikirkan seb agai unjuk kerja atau dapat berkaitan den gan unjuk kerja dari keseluru han interaksi antar unsur sistem dalam batas lin gkungan tertentu (Susanty, 200 2).
M enurut Muhammadi et al. (2001), ada lima langkah yan g dapat ditempuh untuk menghasilkan bangun an pemikiran (model) yang bersifat sistemik, yaitu :
i) Identifikasi proses menghasilkan kejadian nyata yaitu mengungkapkan
pemikiran ten tang prose nyata (actu al transformation) yang menimbulkan kejadian n yata (actual state).
ii) Identifikasi kejadian yan g diinginkan yaitu memik irkan kejadian yang seharusnya, yang diinginkan , yang dituju, yang ditargetkan ataupun yang direncanakan (desired state).
(46)
i) Identifikasi kesenjangan antara ken yataan dengan keinginan yaitu memikirkan tingkat kes enjan gan antara kejadian aktual den gan seharusnya. Kesenjangan terseb ut ad alah masalah yan g harus dipecahkan atau diselesaikan.
ii) Identifikasi dinamika menutup kesenjangan antara kejadian nyata dengan k ejadian yang diinginkan. Din amika tersebu t adalah aliran in formasi tentang k eputusan-keputusan yan g telah bekerja dalam sistem.
iii) Analisis kebijakan yaitu men yusun alternatif tindakan atau keputusan (policy) yang akan diambil u ntuk mempengaruhi proses nyata (actual transformation) sebuah sistem dalam men ciptakan kejadian nyata (a ctual stateI). Keputusan tersebut dimak su dkan untuk mencapai kejadian yang diinginkan (desired state).
M enurut Nasu tion (200 1), suatu sistem dipelajari karena ad anya kebutuhan untuk mengkaji hubungan antar berbagai kompo nen atau mempred iksi performan si sistem terseut pada berbagai kondisi yan g berbeda. Cara mempelajari suatu sistem dapat d ilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Cara Mempelajari Suatu Sistem
Sistem
Eksperimen dengan Menggunakan
Sistem Nyata
Eksperimen dengan Menggunakan Mod el Sistem
Model Fisik Mo del Matematis
Solusi Analitis Simulasi
(47)
2.8. Modeling (Pemodelan)
Modeling (p emodelan) diartikan sebagai suatu gugus p embuatan model (Eriyatno, 2003). Pramudya (1989) mendefinisik an model adalah suatu abstraksi dari keadaan sesungguhn ya atau merupakan pern yataan sistem nyata untuk memudahkan pengkajian suatu sistem. Sejalan dengan pernyataan tersebut Muahammadi, dkk. (20 01) menyatakan bahwa model ad alah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. Dalam pelaksan aan pendekatan sistem, pen gembangan model merupak an hal yan g sangat penting yan g akan menentukan k eberhasilan dalam mempelajari sistem secara keseluruhan.
Disamping itu, peng embangan mod el diperlukan guna menemukan peubah-peubah penting dan tepat serta hubungan antar peubah-peubah dalam sistem yang dikaji. Menurut Winardi (1989), mod el adalah suatu g ambaran ab strak dari sistem dunia nyata dalam hal-hal tertentu. Model terseb ut memperlih atkan h ubungan langsung maup un tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat. Suatu model yang b aik akan menggambarkan den gan baik segi tertentu yan g penting d ari perilaku dunia nyata. Dalam membangun suatu model harus dimulai dari kon sep yang paling sederhana dengan cara mendefinisikan permasalahan secara hati-hati serta meng gunakan analisis sensitivitas untuk membantu menentukan rincian model. Selan jutn ya untuk penyempurnaan dilakukan den gan men ambahkan variabel secara gradual sehingga diperoleh model yan g logis dan dapat merepresentasikan keadaan yan g sebenarn ya.
(48)
M odel yang dibangun haruslah meru pakan gambaran yang sahih dari sistem yan g nyata, realistik dan informatif. Model yang tidak sahih akan memberikan hasil simulasi yang san gat menyimpan g dari ken yataan yang ad a, sehingga akan memberikan informasi yang tidak tepat. Model yan g dian ggap b aik apabila model dapat menggambarkan semua hal yang penting dari d unia nyata dalam sistem tersebu t (Winardi, 1989).
Lebih lanjut Pramud ya (1989) men yatakan bahwa ada empat keuntun gan penggunaan mo del d alam penelitian dengan menggunakan pendekatan sistem yaitu: (1) memungk ink an melakukan penelitian yan g bersifat lintas sektoral dengan ruang
lingkup yang luas,
(2) dapat melakukan eksperimentasi terhad ap sistem tanpa mengganggu
(memberik an perlakuan) tertentu terhadap sistem,
(3) mampu menentukan tujuan aktivitas pengelolaan dan perbaikan terhadap sistem yan g diteliti, dan
(4) dapat dipak ai untuk menduga (meramal) perilaku dan keadaan sistem pada masa yang akan datang.
Penggunaan model sistem dinamis merupakan salah satu cara untuk men yelesaikan masalah yang kompleks dalam p endekatan sistem (Winardi, 1989 ; Muhammadi et al. 20 01). Langkah p ertama dalam menyusun mo del sistem dinamis ad alah menentukan struktur model yang akan memberikan bentuk dan sekaligus memberi ciri yang mempen garu hi perilaku sistem. Perilaku sistem tersebu t dibentuk oleh ko mb inasi perilaku simp al causal-lo op (sebab-akibat) yang men yusun struktur 31
(49)
mo del. Semua perilaku model dapat disederhanakan menjadi struktur dasar yaitu mekanisme dari masukan, proses, keluaran, dan umpan balik. Mek anisme tersebut akan berkerja menurut perubah an waktu atau bersifat dinamis yang dapat diamati perilakunya dalam bentuk u nju k kerja (level) dari suatu model sistem dinamis.
M enurut Muhammadi et al. (2001 ) dan Eriyatno (2003 ), model
dikelompo kkan menjadi 3 jenis yaitu:
(1) model ikonik (model fisik) yaitu mo del yang mempun yai b entuk fisik sama dengan baran g yang ditirukan, meskipun skalanya d apat diperbesar atau diperkecil,
(2) model analog (model diagramatik) yaitu model suatu pro ses atau sifat, model ini sifatnya lebih sederhana dan sering dipakai pad a situasi khusus, seperti pada pro ses p engendalian mutu industri, dan
(3) model simbolik (model matematik) yaitu model yang menggunakan simbol-simbol matematika.
Untuk memahami struktur dan perilaku sistem, yang membantu dalam pemb entukan mod el dinamik kuantitatif d igun akan causal-loo p diagra m (diagram lingkar sebab-akibat) dan flow chart diagram (diagram alir). Pada sistem dinamis, diagram sebab akib at ini digunakan sebagai dasar untuk membu at diagram alir yang ak an disimulasik an dengan menggunakan program powersim. Program ini memberikan gambaran tentang perilaku sistem, sehingga d engan simu lasi d apat ditentukan altern atif terb aik d ari sistem yang dibangun.
(50)
Kinerja pad a mod el dinamis ditentukan o leh kekhususan dan struktur d ari model yang dibangun. Melalu i simulasi akan didapatkan perilaku dari suatu gejala atau proses yang terjadi dalam sistem yang d ikaji, sehingga dapat dilakukan analisis dan peramalan perilaku dari gejala atau proses tersebut di masa depan . Empat tahapan dalam melakukan simulasi model (Muh ammadi et al. 2001), yaitu:
(a) Penyusun an konsep, pada tahap ini dilakuk an identifikasi un sur-unsu r yang berperan dalam menimbulkan gejala atau proses. Dari unsur-unsur dan keterkaitannya dapat disusun gagasan atau kon sep mengenai gejala (proses) yang akan disimu lasikan,
(b) Pembuatan model, gagasan atau konsep yan g dihasilkan pada tahap pertama selanjutnya diru mu sk an seb agai model yang berbentu k uraian, gambar atau ru mu s,
(c) Simulasi model; pada model kuan titatif, simulasi dilakukan dengan memasukkan data ke dalam model, sedangkan pada model kualitatif, simulasi dilakukan dengan menelusuri dan melakukan analisis hub ungan sebab akibat antar variabel dengan memasukkan data atau informasi yang dikumpulkan untuk memahami perilaku gejala atau proses model,
(d) Validasi hasil simulasi; validasi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara hasil simulasi dengan gejala atau proses yan g ditirukan . Model dapat dinyatakan baik jika kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses yang terjadi di dun ia n yata relatif kecil.
(51)
Dalam studi ekologi, mo del adalah formulasi yang memberikan gambaran mengenai keadaan sebenarnya (rea l world situation). Pop ulasi berubah-ubah sepanjang waktu, maka d engan adan ya mod el dimungkinkan u ntu k men gadakan ramalan-ramalan mengenai kead aan populasi yang bersangkutan untuk waktu-waktu tertentu (Tarumingkeng, 1994).
2.9. Variabel dalam Mo del Sistem Dinamis
Dalam pemodelan dengan menggu nakan metod e sistem dinamis terdap at tiga jen is variabel yang digun akan, yaitu level, rate dan a uxiliary, ketiga jen is variabel ini dan aliran yan g terjadi antar variabel dap at dilihat dalam gambar 4.
Aliran Fisik : Aliran Informasi :
Variabel
Level Rate Auxiliary
(52)
Variab el Level
Variabel level merepresentasikan akumulasi atau integrasi suatu aliran dari waktu ke waktu. Dalam sistem nyata pada dasarn ya terd apat dua jenis level bergan tun g pada jen is subsistem yan g terlibat, subsistem fisik atau subsistem informasi.
Subsistem fisik berkaitan dengan aliran sumber-sumber fisik. Jika aliran-aliran ini diakumulasikan maka akan merepresentasikan level fisik. Level fisik in i dipen garu hi oleh aliran masuk rate dan atau aliran keluar rate. Subsistem informasi berkaitan dengan aliran info rmasi dalam sistem yang menghub ungkan entitas-entitas fisik. Jik a suatu rate fisik dirata-ratakan menurut waktu maka ini akan merepresentasikan lev el informasi.
Variab el Rate
Variabel rate dalam sistem pada dasarnya ad alah variab el keputusan yang diatur oleh satu atau lebih struktur kebijakan. Rate akan menentukan aliran masuk /keluar baik dari/men uju suatu level. Keputusan yan g diambil adalah menentukan besar pengaruh rate dalam suatu waktu terhadap level dan informasi tentang sistem. Rate tidak dapat diukur secara langsun g pada suatu titik waktu melainkan diukur oleh kebijakan yang diterjemahkan dalam b entuk aliran-aliran informasi yang mempen garu hi variabel rate tersebut. Selanjutnya variabel rate pada dasarn ya d iatur secara endogen oleh variabel level atau secara ek sogen sebagai konstanta atau fun gsi.
(53)
Variab el Auxiliary
Variabel auxiliary hanya merupakan variabel pelengkap secara teoritis, yang merepresentasikan suatu struktur keb ijakan secara lebih baik dan jelas. Jika v ariabel auxiliary dihilangkan maka rincian dari struktur kebijakan tidak dapat tergambar dalam model.
(54)
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan J adwal Penelitian
Penelitian dilak ukan di Kota Medan melipu ti ruang terbuka hijau yang ada di 2 (du a) Kecamatan, yaitu Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area. Peta lokasi penelitian disajikan pad a Lampiran 1 dan 2 . Penelitian dilaksanakan selama 2 (dua) bulan , yaitu p ada bulan Oktober sampai Nopemb er 2009.
3.2. Metode Penelitian
Penelitian u ntu k melihat kondisi RTH Kota M edan akan dilakukan den gan metodologi sistem dinamis dari POWERSIM 2.5, yaitu perangkat lu nak (softwa re) yan g secara cepat dapat melihat perilaku dari model yang dibuat. Pada waktu mensimulasik an model, variabel-variab el ak an saling dihubungkan membentuk suatu sistem yang dapat men irukan kon disi sebenarnya. Variabel-v ariabel tersebut akan digambarkan dengan beberapa simbol, yang utama adalah simbol aliran (flow symbol) yan g selalu dihubungkan dengan simbol level (level symbol). Dalam penelitian in i level adalah kond isi Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada Kecamatan Medan Polonia dan M edan Area. Program Powersim akan bekerja memb angun diagram sebab akibat (causal loop diagram), diagram alir (flow diagram), membuat grafik waktu (time graph) yang menggambarkan perilaku mod el dan tabel waktu (time table).
(55)
3.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer d ilakukan dengan melakukan in ventarisasi vegetasi (tanaman) yang terd apat pada RTH. Data yang dipero leh adalah jenis dan jumlah vegetasi. Data-data sekunder diperoleh dari berbagai in stansi dan studi literatur, terdiri dari :
a. Peta admin istrasi Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area.
b. Jumlah penduduk Kecamatan Med an Polonia dan Medan Area dip eroleh dari Badan Pusat Statistik Kota Medan.
c. Jumlah kendaraan bermotor yang beroperasi setiap harin ya di Kecamatan Medan Polonia dan Med an Area yan g diperoleh dari Dinas Perhu bungan Kota Medan. d. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau b erdasarkan luas wilayah, jumlah pend uduk,
dan karbon dioksida, yang diperoleh dari studi literatur.
e. Nilai serapan k arb on dioksida oleh vegetasi yang d ip eroleh dari stu di literatur.
3.3.1. Ana lisis Serapan Karbon Dioksida
Analisis serapan karbo n dioksida b erguna un tuk mendapatk an informasi meng enai kemampuan ruan g terbuka h ijau menyerap karbon dioksida untuk kecamatan Medan Polonia dan Medan Area. Pendekatan yang dilaku kan untuk penghitun gan serapan karbon dioksida d ilakukan dengan cara menentukan luas penutupan lahan daerah-daerah yan g bervegetasi. Informasi penutupan lahan diperoleh dari inv entarisasi vegetasi di lap angan. Sebaran dan luas ru ang terbuka
(56)
Nilai serapan karbon dioksida diperoleh berdasarkan k elas penutupan lahan untuk daerah bervegetasi, meliputi sebaran dan luasan . Nilai serapan karbon dioksida diperoleh melalui pendekatan, bukan den gan p erhitungan yang memperoleh d ata lapangan.
3.3.2. Ana lisis Standar Kebutuha n Ruang Terbuka Hijau
Peningkatan pemb angunan di wilayah perkotaan diperkirakan akan mengh asilkan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat ko ta. Dampak-dampak negatif yang terjadi terhadap lingk ungan d an asp ek tata ruang kota yaitu berupa berkurangnya ruang terbuka hijau. RTH tersebut ak an berfungsi menjaga keseimban gan ekosistem kota. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan langkah-langk ah pencegahan p engurangan RTH dengan mewujudkan ruang terbuka hijau yan g serasi di wilayah perkotaan.
(57)
maka d itentukan standar luas berdasarkan p ada:
1. Und ang-Undang Rep ublik Indonesia No.2 6 Tahun 20 07 tentang Penataan ruang yang menyebutkan kebutuhan RTH dihitung berdasarkan persentase luas total wilayah kota yaitu 30 % d ari total wilayah .
2. Standar ruang terbuk a hijau berdasarkan ju mlah pendud uk dikemukak an oleh Simonds (1983). Berdasarkan kriteria yang dikemukak an, Kota Medan memp unyai standar k ebutuhan ruang terbuka hijau den gan luas 80 m2/jiwa. Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area mempunyai stand ar kebutuhan ru ang terbuka hijau dengan luas 40 m2/jiwa. Standar luas ruang terbuka hijau berdasark an ju mlah p endudu k disajikan pada Tabel 3.
(58)
1. Kebutuhan Ruang Terbu ka Hijau Berd asarkan Emisi Karbondioksida (CO2).
Ruang terbuka hijau diperlukan untuk menyerap emisi karbon diok sida, sehin gga diperlukan standar luas agar emisi karbon dioksida mampu diserap seluruhnya oleh tanaman. Nilai serapan karbon dioksida oleh beb erapa tipe vegetasi disajikan pada Tabel 2. Cahaya matahari dimanfaatkan oleh tu mbuhan dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk men gubah gas karbon dioksida men jadi karbohidrat dan oksigen. Proses ini sangat berm anfaat bagi manusia karen a dapat men yerap gas yang bila k onsentrasinya meningkat akan men gakibatk an efek rumah kaca. Jumlah emisi k arbo n dioksida akan berpengaruh terhadap jumlah luas ruang terbuka h ijau.
3.4. Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan d ari kebutuhan dengan pernyataan kh usus dari masalah yan g harus dipecahkan untuk memenuhi keb utu han-kebutuhan tersebut (Eriyatno, 2003). Hal ini sering digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab -akibat (causal loop diagram). Diagram tersebut merupakan pen gungkap an interaksi antara komponen di dalam sistem yang salin g berinteraksi dan mempengaruh i dalam kinerja sistem, seperti disajikan pada Gambar 5.
(59)
(60)
Disamping itu, hubun gan antara input (masuk an) d an output (keluaran) dalam suatu sistem digambarkan dalam sebu ah diagram input output (masukan-keluaran) sep erti disajikan pada Gamb ar 6. Diagram lingkar sebab-akibat merupakan gambaran dari struktur model Ruang Terbuka Hijau di Kota Medan khusu sn ya di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Area, yang dibuat berd asarkan diagram input-output.
M enurut Manetsch dan Park (197 7), secara garis besarn ya variabel yang mempengaruhi kinerja sistem ada 6 variabel yakni: (1) variabel output yang dikeh endaki; ditentukan berdasarkan hasil analisis kebu tuh an, (2) variabel input terkontrol, variabel yang dapat dikelola untuk menghasilkan perilaku sistem sesuai dengan yan g diharapkan, (3) variabel o utp ut yang tidak d ikehen daki; merupakan hasil sampingan atau dampak yang ditimbulkan bersama-sama d engan output yang diharapkan, (4 ) variabel input tak terkontro l, (5) variabel input lingkun gan; variabel yan g berasal dari luar sistem yang mempengaruhi sistem tetapi tidak dipengaruhi oleh sistem, dan (6 ) variabel kontrol sistem; merupakan peng endali terhadap pengoperasian sistem dalam men ghasilkan ou tp ut yang dikehendaki. Variabel-variabel yang mempen garuhi kinerja sistem disajikan pada Gambar 6.
(61)
Gambar 6. Diagram masuk an-k eluaran (inpu t-output diagram) sistem ruang terbu ka hijau (RTH) Kecamatan Medan Area dan Med an Po lon ia
Input Lingkunga n
UU RI N o. 24 Tahun 2 007 In mendagri No.14 Tahun 1 988
Input Tidak Terkontrol
1. Juml ah Penduduk 2. Juml ah Kenderaan
Model Ruang Terbuka Hi jau di Kecamatan Medan Area
dan Medan Poloni a
Output Dii nginkan
1. Kadar Oksigen meningkat 2. Kualitas lingkungan meningkat 3. Adanya program pengelolaan RTH
Input Terkontrol
1. Juml ah vegetasi 2. Luas wilayah
Output Ti dak Dii nginkan
1. Kadar Karbondioksida meningkat 2. Penurunan luas RTH
Manajemen Pengelol aan Ruang Terbuka Hi ja u D i K eca ma ta n Medan Area dan
Meda n Po lonia
3.5. Pengembangan Model
Dalam metod olo gi sistem dinamis, sistem nyata digamb ark an dalam tiga bentu k diagram untuk tujuan repres entasi yang berbeda-beda yaitu diagram sub sistem, diagram hubu ngan kausal dan d iagram alir. Diagram sub sistem meng gambarkan interak si antar sub sistem dalam situasi permasalah an pada level ag regat. Diagram hubun gan kau sal menggambarkan hubungan s ebab-akibat antara
(62)
Pengembangan model tersebut berdasarkan k epada kerangka kon septual penelitian seperti pada Gambar 1, dan diagram dinamisnya ( Diagram Forrester ) sep erti pada gambar 7 berikut :
PJT JTM PPT JTT
JT
PPSM PSM JSM PPMB PMB JMB PPMBrJK
PMBr JMBr PPMP PMP JMPJP
KP PPPLW
PJPO2
RTH
CO2
VS VR VP O2JT CO2JT O2JK CO2JK O2JP CO2JPGamb ar 7. Diagram Dinamis (Diagram Forrester) Penelitian
(63)
Keterangan:
RTH = ruang terbuka hijau
LW = luas wilayah
KP = kepad atan penduduk
JP = jumlah penduduk
JT = jumlah tan aman
JTM = jumlah tan aman muda
JTT = jumlah tan aman tua
JK = jumlah kendaraan
JSM = jumlah sepeda motor
JMBr = jumlah mobil b arang
JMB = jumlah mobil b us
JMP = jumlah mobil p enumpang
PJP = peningkatan jumlah penduduk
PSM = peningkatan jumlah sepeda motor
PMBr = peningkatan jumlah mobil barang
PMP = peningkatan jumlah mobil penumpang
PMB = peningkatan jumlah mobil bus
PJT = peningkatan jumlah tanaman
PPP = persentase peningkatan jumlah penduduk
PPSM = persentase peningkatan jumlah sepeda motor PPMBr = persentase peningkatan jumlah mobil barang PPMP = persentase peningkatan jumlah mobil penumpang PPMB = persentase peningkatan jumlah mobil bus
PPT = persentase peningkatan jumlah tanaman
VP = vegetasi pohon
VR = vegetasi ru mp ut
VS = vegetasi semak
O2 = serapan oksigen
CO2 = serapan karbon dioksida
3.6. Konstruksi Progra m Komputer
Setelah dinyatakan dalam ben tuk diagram alir, dilakukan konstruksi prog ram komputer atas mod el yang ada. Konstruk si program k omputer dimaksudkan untuk melakukan komputasi d engan tujuan mengetahui perilaku dari model yang telah dibuat. Konstruksi program pada model ini dilakukan dalam bahasa POWERSIM 2.5.
(64)
3.7. Kesimpulan dan Rekomendasi
Berdasark an atas hasil analisis terhadap pen erapan skenario maka dapat ditarik simpulan dan rekomendasi atas alternatif-alternatif kebijakan penataan ru ang terbuka hijau yan g dapat diterapkan pada kondisi n yata.
(65)
4.1. Kondisi Umum Lo kasi Penelitian 4.1.1. Lua s dan Jumlah Penduduk
4.1.1.1 Kecamatan Medan Polonia
Kecamatan Medan Polonia berdasark an Badan Pusat Statistik Kota Medan Mantri Statistik Kecamatan Medan Polonia terdiri dari 5 Kelurahan dengan luas wilayah 9,01 Km2 dan terletak pad a ketinggian rata-rata 8 meter di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah Kecamatan Medan Polonia adalah; seb elah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah, sebelah Selatan berbatasan den gan Kecamatan Medan Selayang, sebelah Barat b erbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal d an sebelah Timur berb atasan dengan Kecamatan Medan Polo nia. Luas Kecamatan Medan Polonia untuk masing-masing Kelurahan disajikan p ada Tabel 4 berikut :
(66)
J umlah Penduduk Kecamatan Med an Po lon ia yang ting gi terdapat d i Kelurahan Sari Rejo dengan nilai 24.291 jiwa, sedang jumlah pendu duk teren dah berdap at pada Kelu rah an Ang grung dengan nilai 2.857 jiwa. Jumlah pen duduk dan kepadatan pen duduk per Km d irinci menurut kelurahan di Kecamatan Medan Polonia Tahun 2 003-2007 disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut ini :
Tabel 5. Jumlah penduduk per Km (jiwa) dirinci menurut kelurahan di Kecamatan Medan Polonia Ta hun 2003-2007
(67)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, di Kecamatan Medan Polonia, yang paling padat pendud uknya berada di Kelurahan Sari Rejo dengan nilai 320 jiwa/ha, sed angkan yang palin g jaran g pendudukn ya adalah Kelurahan Ang grung den gan nilai 8 jiwa/ha.
Berdasark an pengamatan langsung di lapangan, dapat di lihat bahwa d i Kelurahan Sari Rejo perumahan penduduk sangat rapat dan padat d engan pekaran gan yan g sangat minim bahkan bisa dikatakan nihil, sementara di Kelurahan Anggrung, perumahan pend uduk sangat jarang dan memiliki p ekaran gan yan g luas.(Kategori luas pekarangan perumahan pend uduk d apat dilihat p ada lampiran 5). Di Kelurahan Angg rung lebih ban yak terd apat kantor-k antor instansi pemerintah dan rumah dinas kepala daerah Kota Med an.
4.1.1.2. Kecamatan Medan Area
Kecamatan Medan Area berdasark an Badan Pusat Statistik Kota Medan Mantri Statistik Kecamatan Medan Area terdiri dari 12 Kelurahan dengan luas wilayah 4,22 Km2 dan terletak pada ketin ggian rata-rata 25 meter di atas permukaan laut. Batas-b atas wilayah Kecamatan Medan Area adalah; sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuang an, seb elah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota dan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai. Lu as Kecamatan Medan Area untuk masing-masing Kelurahan disajik an pada Tabel 7 beriku t :
(68)
J umlah Pendu duk Kecamatan Medan Area yang ting gi terd apat di Kelurahan Sukaramai I d engan nilai 12.594 jiwa, Kota Matsum IV d engan nilai 12.52 5 jiwa dan Tegal Sari I den gan nilai 11.817 jiwa, sedang jumlah pen duduk teren dah terdapat pada Kelurahan Pasar Merah Timur dengan nilai 4.70 1 jiwa.
Jumlah penduduk dan kep adatan pendud uk per Km dirinci menurut kelurahan di Kecamatan Medan Area Tahu n 2003 -2007 disajikan pada tabel 8 dan 9 berik ut ini :
(1)
Dinamis Ruang Terbuka Hijau pada RIM
-it Kecamatan di Kota Medan
program
Powersim Stud io Expert 2005
mainmodel Component 1 { aux CO2 {
autotype Real autounit Ton/ha def SUM(VP,VR,VS)
}
aux JK {
autotype Real autounit Uni t
def SUM(JMBr,JMB,JMP,JSM)
}
level JMB { autotype Real unit Unit init 423
i nflow { autodef PMB }
}
level JMBr { autotype Real
unit Unit i nit 3765
i nflow { autodef PMBr }
}
level JMP { autotype Real unit Unit
i ni t 5555
i nflow { autodef PMP }
}
level JP { t ype Real autounit jiwa i ni t KP*LW
i nflow { autodef PJP }
}
level JSM { autotype Real unit Unit
i ni t 29713
i nflow { autodef PSM }
}
aux JT autotype Real
autounit Unit
def JTM+JTT
}
level JTM { autotype Real unit Unit
(2)
init 2 0 3 2
permanent
}
a ux J umlah K edaraan
autotype Real
autounit Unit
def SUM('Ju mlah Mobil B aran g', 'Jumlah Mob il Bus ', 'J umlah Mobil P en umpang ', 'J umlah S epeda Motor')
}
level Jumla h Mobil Barang {
autotype Real unit Unit
init 20
inflo w { autode f 'Peningkatan Mobil Barang' } }
lev el Jumlah Mobil Bus {
autotype Real
unit Unit
init 15
inflow { a utodef 'Peningkatan Mobil Bus' } }
le ve l J umlah Mobil Penumpan g {
autotype Real
unit Unit
init 10
inflow { autodef 'Peningkatan Mobil Penumpang' }
}
level Jumlah Penduduk { autotype Real
unit jiwa
ini t 'K epadatan Pen dudu k''Luas Wilayah'
inflow { autodef 'Penambahan Jumlah Penduduk' }
}
lev el Jumlah S epeda Motor {
autotype Real unit Unit
init 3 0
inflow { autodef 'Peningkatan Sepda Motor' }
}
aux Jumlah Tanaman { autotype Real autounit Unit
def 'Jumlah Tanaman Muda'+'Jumlah Tanaman Tua'
}
level Jumlah Tanaman Muda {
autotype Real unit Unit
init 200
inflow { autodef 'Penambahan Jumlah Tanaman' }
}
const Jumlah Tanaman Tua { autotype Real
unit Unit
(3)
}
const Kepadatan Penduduk { autotype Real
unit jiwa/ha
init 1 00«jiwa»/1 «ha»
}
const KP { autotype Real unit jiwa/ha
init 255«jiwa»/1«ha»
}
const Luas Wilayah { autotype Real unit ha
init 1«ha» permanent
}
const LW { autotype Real unit ha init 422«ha» permanent }
const 02 { autotype Real unit Ton/ha
init 600000«Ton»/1 «ha» permanent
}
aux Penambahan Jumlah Penduduk { autotype Real
autounit jiwa/yr
def 'Jumlah Penduduk""Persentase Pertambahan Penduduk'
}
aux Penambahan Jumlah Tanaman { autotype Real
autounit Unit/yr
def 'Jumlah Tanaman Muda''Persentase Pertambahan Tanaman'
}
aux Peningkatan Mobil Barang { autotype Real
autounit Unit/yr
def 'Jumlah Mobil Barang""Persentase Peningkatan Mobil Barang'
}
aux Peningkatan Mobil Bus { autotype Real
autounit Unit/yr
def 'Jumlah Mobil Bus'Persentase Peningkatan Mini Bus'
}
aux Peningkatan Mobil Penumpang { autotype Real
autounit Unit/yr
def 'Jumlah Mobil Penumpangm'Persentase Peningkatan Mobil Penumpang'
}
(4)
autotype Real autounit Unit/yr
def 'Jumlah Sepeda MotorTersentase Peningkatan Sepeda Motor'
}
const Persentase Peningkatan Mini Bus { autotype Real
autounit yrA-1 init 0.05«1/y r» permanent
}
const Persentase Peningkatan Mobil Barang { autotype Real
autounit yrA-1 init 0.02«llyr» permanent
}
const Persentase Peningkatan Mobil Penumpang { autotype Real
autounit yr^-1 init 0.04«1/yr» permanent
}
const Persentase Peningkatan Sepeda Motor { autotype Real
autounit yrA-1 Ind 0.1«1/yr»
permanent
}
const Persentase Pertambahan Penduduk { autotype Real
autounit yrA-1 init 0.2«1/yr»
permanent
}
const Persentase Pertambahan Tanaman { autotype Real
autounit yrA-1 init 0.03«1/yr» permanent
}
aux PJP {
autotype Real autounit jiwa/yr
def JP" PPP }
aux PJT {
autotype Real autounit Unit/yr def JTM*PPT
}
aux PMB {
autotype Real autounit Unit/yr def JMB*PPMB
(5)
aux PMBr {
autotype Real autounit Unit/yr def JMBr*PPMBr
}
aux PMP { autotype Real autounit Unit/yr def JMP*PPMP
}
const PPMB {
autotype Real autounit yrA-1 init 0.026«1/yr» permanent
}
const PPMBr { autotype Real autounit yrA-1 init 0.051«1/yr» permanent
}
const PPMP {
autotype Real autounit yrA-1 init 0.083«1/yr» permanent
}
const PPP {
autotype Real autounit
yrA-1 init
0.023645«1/yr>> permanent }
const PPSM {
autotype Real autounit yrA-1 init 0.13«1/yr» permanent
}
const PPT {
autotype Real autounit yrA-1 init 0.146«1/yr» permanent
}
aux PSM {
autotype Real autounit Unit/yr clef JSM*PPSM
}
aux RTH { autotype Real unit ha/jiwa
(6)
}
aux Serapan CO2 { autotype Real autounit Ton/ha
def SUM(Vegetasi PohonVVegetasi Rumput,'Vegetasi Semak')
}
const Vegetasi Pohon { autotype Real autounit Ton/ha
init 52.3952«Ton»/1«ha»
}
const Vegetasi Rumput { autotype Real autounit Ton/ha
init 32976<<Ton»/1«ha»
}
const Vegetasi Semak {
autotype Real autounit Ton/ha
init 3.2976«Ton>>11«ha»
}
const VP { autotype Real autounit Ton/ha
init 52.3952«Ton>>/1«ha»
}
const VR
autotype Real autounit Ton/ha
init 3.2976«Ton>>/1«ha»
}
const VS { autotype Real autounit Ton/ha
i nit 3.2976«Ton»/ 1ha»
} }
range Population {
def Births,Deaths,Immigration,Emigration
}
unit ha { def ATOMIC
} unit jiwa {
def ATOMIC
}
unit Ton { def ATOMIC
}
unit Unit { def ATOMIC