Sejarah Sekolah Minggu GPIB Tamansari

36

3.1.2 Sejarah Sekolah Minggu GPIB Tamansari

3 Pelayanan Sekolah Minggu dimulai pada tahun 1968. Para majelis mengumpulkan anak-anak jemaat baru yang telah memberi diri untuk dibaptis. Pada saat itu, Sekolah Minggu diadakan dirumah Bapak Edi Sukaryono, di rumah Bu Yadi serta di Gereja yang dilayani oleh Pdt. Abraham Supriono, Ottoraria Anton Kaose serta Ibu Essy Katesina. Pada tahun 1972, ketika ada jemaat baru di Tambakrejo pospel anak-anak jemaat itu diajak untuk mengikuti Sekolah Minggu yang diadakan pada siang hari sebelum ibadah minggu dilakukan. Pada saat itu dari semua majelis yang ada hanya Bapak Edi Sukaryono yang bisa mengajar Sekolah Minggu, Ibu Yadi saat itu belum menjadi Majelis namun ikut melayani anak-anak di Sekolah Minggu. Pada tahun 1973 selain majelis yang mengajar anak-anak, mahasiswa teologi dan mahasiswa dari IKIP juga membantu dalam pelayanan Sekolah Minggu. Melihat jumlah pelayan yang sudah cukup banyak dibentuklah Tim Pekabaran Injil PI untuk pelayanan di Ambara, Tambakrejo, dan Kebondowo ATK. Masing-masing mahasiswa dari IKIP dikirim 2 orang untuk mengajar. Sebelum mengajar mereka melakukan perkunjungan kepada jemaat, hal ini dilakukan agar ketika para majelis datang untuk pelayanan ibaddah mereka tidak merasa ketakutan. Karena memang pada saat itu, warga merasa takut kepada para pegawai negeri. Setelah melakukan perkunjungan, pada hari minggu sebelum ibadah mereka mengajar anak-anak SM. Sekolah Minggu juga diadakan di Kalimangli yang diajar oleh Mbak Lestari dan di Kembangsari diajar oleh Deli’ Manongko. Seiring berjalannya waktu dan dengan bertambahnya jumlah anak-anak yang mengikuti Sekolah Minggu, pengajar di Sekolah Minggu pun lebih banyak mahasiswa 3 Wawancara dengan Bapak ES salah satu perintis GPIB Tamansari, Selasa 24 November 2011 pukul 19:05-19:50. 37 khususnya mahasiswa teologi. Pengajar yang berasal dan berdomisili di Salatiga makin lama makin berkurang bahkan tidak ada. Pada umumnya pengajar yang merupakan mahasiswa Teologi hanya mengajar ketika mereka mendapat tugas praktek atau disebut dengan PPL. Sehingga pelayanan hanya dipandang sebagai suatu kewajiban dan tugasnya sebagai mahasiswa. 4 Oleh karena itu, sekarang ini sedang dilakukan perekrutan ibu-ibu yang merasa terpanggil untuk mau bersama-sama melayani di Sekolah Minggu yang berdomisi di Salatiga. Sekolah Minggu tentunya perlu memiliki visi dan misi yang mengarahkan gereja dan pengajar serta anak untuk berusaha mencapai visi misi tersebut. Visi dan misi SM GPIB Tamansari menurut Ketua Pelkat PA bahwa visi SM yang hendak dicapai adalah melayani anak dengan sepenuh hati sedangkan misi menjalankan pelayanan sekreatif mungkin. 5 4 Wawancara dengan Ibu E Ketua 3 di GPIB Tamansari, 25 November 2011 pukul 17:30-18:00. 5 Wawancara dengan ketua BPK PA GPIB Tamansari BA di GPIB Tamansari, 02 Desember 2011 pukul 09:00-10:00. 38 Gambar 3.1 Gedung GPIB Tamansari Komentar Penulis : Gambar di atas menunjukkan gedung Gereja Tamansari tempat ibadah minggu dan Sekolah Minggu diadakan. Dalam gambar tersebut terdapat dua gedung yang berada dalam lokasi yang sama. Gedung Gereja yang berada disebelah kiri merupakan gedung gereja pertama yang berdiri sejak dibangun hingga sekarang yang sudah mengalami beberapa kali renovasi, sedangkan gedung gereja yang sebelah kanan merupakan gedung gereja besar yang dibangun seiring bertambahnya jumlah jemaat. Gedung Gereja kecil menjadi tempat diadakannya Sekolah Minggu.

3.2 MODEL PEMBELAJARAN SEKOLAH MINGGU DI GPIB TAMANSARI