Analisis Potensi Industri Koas Terhadap Ekonomi Lokal

(1)

i ABSTRAK

Dalam konteks Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL), keberadaan industri kecil memiliki peranan yang penting. Industri kecil umumnya berkembang karena adanya semangat kewirausahaan lokal. Disamping itu aktifitas ekonomi industri kecil lebih mengutamakan pemanfataan sumber daya lokal, terutama input bahan baku, dan tenaga kerjanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberadaan industri kecil dapat berpotensi sebagai penggerak tumbuhnya kegiatan ekonomi lokal di suatu wilayah. Perkembangan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya alam yang menjadi bahan baku kegiatan industri.

Industri kecil yang berpotensi memberikan kontribusi terhadap ekonomi lokal di Kota Bandung yaitu sentra industri kaos Suci. Dimana sentra industri kaos Suci yang telah ada sejak tahun 1980an dan merupakan kawasan aglomerasi karena lokasinya yang terpusat dan berada pada satu lokasi. Lokasi sentra industrinya berada di Jalan PH.Mustopha (Suci). Suci sendiri merupakan kepanjangan dari gabungan 2 daerah (Cicaheum-Surapati) yang berada di Kota Bandung

Tujuan dari penelitian Analisis Potensi Industri Kaos Terhadap Ekonomi Lokal yaitu mengetahui dampak industri kaos terhadap ekonomi lokal kawasan sekitar industri kaos Suci.

Metode analisis yang digunakan untuk mencapai sasaran dalam studi ini, analisis statistik deskriptif dan kualitatif. Dalam hal ini menganalisis karakteristik pengusaha, analisis karakteristik tenaga kerja, analisis bahan baku industri, dan analisis rantai produksi yang dilihat berdasarkan kriteria ekonomi lokal.

Hasil akhir dari penelitian ini dibagi menjadi 7 bagian dan diketauhi bahwasanya, yaitu pengusaha industri kaos Suci, merupakan pengusaha lokal. bahan baku dan tenaga kerja industri kaos Suci, bukan merupakan bahan baku dan tenaga kerja lokal. Untuk rantai produksi industri kaos Suci diketahui adanya keterlibatan masyarakat sekitar/dapat digerakan oleh penduduk lokal dalam proses produksi, serta mengakibatkan munculnya para wiraswasta baru dan kegiatan ekonomi pendukung. Berdasarkan potensi industri kaos Suci, diketahui karakteristik industri kaos Suci sebagian besar telah sesuai dengan kriteria ekonomi lokal. selanjutnya untuk aglomerasi industri tidak berpengaruh terhadap pendapatan dan kenyamanan akantetapi berdampak pada munculnya industri-industri baru di kawasan Suci. Sedangkan untuk kesesuaian terhadap kebijakan yang terkait dengan industri, diketahui industri kaos Suci tidak berdampak terhadap pencemaran lingkungan namun berdampak terhadap kelancaran lalu lintas.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan ekonomi jangka panjang untuk mencapai struktur ekonomi yang seimbang. Tetapi adanya perbedaan potensi sumberdaya keadaan prasarana dan pasar yang merupakan daya tarik lokasi, menyebabkan ketimpangan persebaran lokasi industri. Sejalan dengan kebijaksanaan pembangunan industri, maka telah diidentifkasikan beberapa wilayah Pusat Pertumbuhan industri (WPPI). Pemusatan di dalam ruang suatu wilayah akan memberikan keuntungan aglomerasi.

Keuntungan ini akan berpengaruh terhadap arus penduduk investasi dan inovasi. Perpindahan faktor produksi tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan sektor industri dan pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah.

Hal pokok yang menjadi pertimbangan pembangunan daerah saat ini adalah bagaimana wilayah dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri berdasarkan potensi sosial ekonomi dan karakteristik yang dimilikinya. Artinya dalam konteks pengembangan sosial ekonomi saat ini, arah yang dituju dalam pengembangan wilayah adalah wilayah harus mandiri dan memiliki daya saing sehingga mampu berintegrasi ke dalam sistem perekonomian regional, nasional maupun global. Pengembangan wilayah harus menjadi suatu upaya menumbuhkan perekonomian wilayah dan lokal, sehingga wilayah dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri dengan memanfatkan sumber daya lokal.

Strategi pengembangan wilayah bertumpu pada sumber daya lokal ini dikenal sebagai konsep pengembangan ekonomi lokal (local economic development). Ekonomi lokal sendiri adalah pengembangan wilayah yang sangat ditentukan oleh tumbuh kembangnya wiraswasta lokal yang ditopang oleh kelembagaan-kelembagaan di wilayah tersebut meliputi, pemerintah daerah, perguruan tinggi, pengusaha lokal dan masyarakat. Sedangkan menurut Firman (1999), definisi ekonomi lokal adalah sebagai berikut:


(3)

2

• Penambahan suatu lokasi secara sosial-ekonomi dengan lebih mandiri, berdasarkan potensi-potensi yang dimilikinya, baik sumber daya alam, geografis, kelembagaan, kewiraswastaan, pendidikan tinggi, asosiasi profesi maupun lainnya.

• Ditumbuhkembangkan terutama oleh masyarakat lokal (lokal community) itu sendiri.

• Dilakukan pada skala yang kecil

• Mengorganisasi serta mentrasformasi potensi-potensi ini menjadi penggerak bagi pembangunan lokal

• Diperlukan kehadiran para penggagas.

Kriteria-kriteria dari ekonomi lokal antara lain sebagai berikut (Blakely, 1987 :

• Bahan baku dan sumber daya lokal

• Dapat digerakan oleh penduduk lokal/sesuai dengan kemampuan (SDM) penduduk lokal

• Pengusaha dan tenaga kerja dominan adalah tenaga kerja lokal • Melibatkan sebagian besar penduduk lokal

• Skala pelayanan kecil ditunjukan oleh jumlah investasi dan jumlah tenaga kerja • Terdapat organisasi/kelompok kegiatan ekonomi

• Terdapat keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lain • Memunculkan wiraswasta baru.

Tujuan dari pembangunan ekonomi lokal adalah untuk memberikan kesempatan kerja serta mampu memperbaiki masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang ada. Dalam pembangunan ekonomi antara lain disebutkan bahwa: a) Pembangunan memfokuskan pada pengurangan kemiskinan, pembangunan

perdesaan, polarisasi sosial serta perubahan pola pikir.

b) Terminologi lokal atau daerah ekonomi menggambarkan area geografis suatu kekuasaan pemerintahan.

c) Daya saing adalah kemampuan suatu usaha untuk menciptakan keseimbangan baru.


(4)

Konsep pengembangan ekonomi lokal yang dikemukakan oleh Blakely memiliki 4 komponen, yaitu:

a. Penyerapan tenaga kerja b. Dasar pengembangan c. Lokasi

d. Sumber daya ilmu

Sasaran utama pembangunan ekonomi dalam konsep pengembangan ekonomi lokal ini adalah meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja yang tersedia, yang diperoleh dari pengembangan potensi ekonomi yang ada pada suatu masyarakat. Karena dengan peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja yang tersedia tersebut, dalam proses jangka panjang, akan memicu terjadinya peningkatan produktivitas dan kesejateraan suatu masyarakat. Untuk mencapai peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja tersebut, masyarakat suatu daerah harus mampu untuk mengambil suatu inisiatif dalam memikirkan dan mengidentifikasikan potensi-potensi sumber daya yang dimiliki, untuk membangun dan mengembangkan perekonomian daerahnya. Karena itu konsep pengembangan ekonomi lokal. Lebih banyak ditekankan pada penumbuhan dan pengembangan peran, partisipasi dan inisiatif masyarakat lokal dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan hidupnya.

Dalam pengembangan ekonomi lokal, bila dikaitkan dengan kegiatan sektor ekonomi yang terdapat di suatu wilayah tidak akan terlepas dari bagaimana sektor ekonomi tersebut dapat berperan sebagai pemacu berkembangnya sektor-sektor lain di wilayah tersebut. Hal ini dikarenakan memiliki keterkaitan yang kuat dengan karakter dan potensi lokal, maka kegiatan bersangkutan akan memberikan keuntungan bagi masyarakat dan perekonomian setempat, selain itu, cenderung akan menggunakan bahan baku dan bahan penolong dari wilayahnya sendiri sehingga multiplier pengembangan industri akan jatuh di daerahnya sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Yeates dan Gardner (dalam Herawati, 2003) yang menyatakan bahwa industri merupakan salah satu faktor penting dalam mekanisme perkembangan serta pertumbuhan wilayah dan kota melalui efek multiplier dan inovasi yang ditimbulkannya. Kemampuan suatu kegiatan ekonomi utama untuk menciptakan efek


(5)

4

multiplier yang antara lain berupa munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan pendapatan akan memberikan dampak besar bagi pengembangan wilayah (Tarigan, 2004).

Sejak mulai diperkenalkan konsep PEL pada Tahun 1960an, konsep pengembangan ekonomi lokal (PEL) telah diperluas. Ide yang melatarbelakangi konsep dan strategi PEL yang berkembang saat ini adalah bahwa seluruh kegiatan ekonomi yang dilakukan di suatu wilayah semata-mata ditujukan untuk memperbaiki kualitas hidup seluruh anggota masyarakat yang ada didalamnya. Selain itu konsep pengembangan ekonomi lokal sangat ditentukan oleh tumbuh dan berkembangnya wirausaha lokal dengan memanfaatkan potensi ekonomi ekonomi yang ada (Coffey dan Polese, 1984.), dengan menempatkan pemberdayaan masyarakat sebagai dasar pendekatannya, dimana masyarakat tidak dijadikan objek dari program pembangunan tetapi sebagai subjek pembangunan. Dalam pengembangan lokal, konsep PEL merujuk pada pertumbuhan ekonomi yang dimulai pada tingkat lokal dan terjadi pada kondisi yang sudah ada.

Dalam konteks PEL keberadaan industri kecil memiliki peranan yang penting. Industri kecil umumnya berkembang karena adanya semangat kewirausahaan lokal. Disamping itu aktifitas ekonomi industri kecil lebih mengutamakan pemanfataan sumber daya lokal, terutama input bahan baku, dan tenaga kerjanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberadaan industri kecil dapat berpotensi sebagai penggerak tumbuhnya kegiatan ekonomi lokal di suatu wilayah. Perkembangan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya alam yang menjadi bahan baku kegiatan industri.

Konsep demikian dapat dilihat pada salah satu kawasan industri kecil, yaitu sentra industri kaos yang merupakan kawasan aglomerasi karena lokasinya yang terpusat dan berada pada satu lokasi. Lokasi ini berada di Jalan PH.Mustopha (Suci). Suci sendiri merupakan kepanjangan dari gabungan 2 daerah (Cicaheum-Surapati) yang berada di Kota Bandung


(6)

Aglomerasi Industri sendiri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar pengelolanya dapat optimal. Gejala aglomerasi industri itu disebabkan karena hal-hal berikut (Soepono, 2002):

1. Adanya persaingan industri yang semakin hebat dan semakin banyak. 2. Melaksanakan segala bentuk efisiensi di dalam penyelenggaraan industri. 3. Untuk meningkatkan produktivitas hasil industri dan mutu produksi. 4. Untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan industri.

5. Untuk mempermudah kontrol dalam hubungan tenaga kerja, bahan baku, dan pemasaran.

6. Untuk menyongsong dan mempersiapkan perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik yang dimulai tahun 2020.

7. Melakukan pemerataan lokasi industri sesuai dengan jumlah secara tepat dan berdaya guna serta menyediakan fasilitas kegiatan industri yang berwawasan lingkungan.

Keberhasilan proses aglomerasi (pemusatan) industri banyak ditentukan oleh faktor teknologi lingkungan, produktivitas, modal, SDM, manajemen, dan lain-lain.

Pada Negara-negara yang sedang mengalami aglomerasi industri, terdapat dualisme bidang teknologi. Dualisme teknologi adalah suatu keadaan dalam suatu bidang ekonomi tertentu yang menggunakan tehnik dan organisasi produksi yang sangat berbeda karakteristiknya. Kondisi ini mengakibatkan perbedaan besar pada tingkat produktivitas di sektor modern dan sektor tradisional, seperti keadaan berikut ini :

a. Jumlah penggunaan modal dan peralatan yang digunakan. b. Penggunaan pengetahuan teknik, organisasi, dan manajemen. c. Tingkat pendidikan dan keterampilan para pekerja.

Faktor-faktor ini menyebabkan tingkat produktivitas berbagai kegiatan sektor modern sering kali tidak banyak berbeda dengan kegiatan yang sama yang terdapat di Negara maju. Sebaliknya sektor tradisional menunjukkan perbedaan banyak karena keadaan sebagai berikut :


(7)

6

b. Kekurangan pendidikan dan pengetahuan. c. Penggunaan teknik produksi yang sederhana. d. Organisasi produksi yang masih tradisional.

Terdapat dua macam aglomerasi, yaitu aglomerasi produksi dan aglomerasi pemasaran (Soepono, 2002). Dikatakan aglomerasi produksi bilamana tiap perusahaan yang mengelompok/kluster atau beraglomerasi mengalami eksternalitas positif di bidang produksi, artinya biaya produksi perusahaan berkurang pada waktu produksi perusahaan lain bertambah.

Aglomerasi pemasaran adalah perusahaan-perusahaan dagang atau banyak toko mengelompok dalam satu lokasi. Ada eksternalitas belanja (shopping externality) yang dapat dinikmati yaitu penjualan suatu toko dipengaruhi oleh toko lain disekitarnya. Ada dua produk yang menimbulkan eksternalitas belanja, yaitu barang subtitusi tidak sempurna dan barang komplementer. Barang subtitusi tidak sempurna merupakan barang yang mirip namun tidak sama, pembeli membutuhkan perbandingan (comparison shopping) menyangkut corak, harga, kualitas dan merek sebelum memutuskan untuk membeli. Misalnya dalam membeli sepeda motor, ada Honda, Yamaha, Susuki, Kawasaki dan yang lain-lain. Barang komplementer adalah barang-barang saling melengkapi, misalnya kopi dan gula, CD dan CD Player, toko baju olah raga dengan sepatu olah raga, dan lain-lain.(www.wikipedia.com)

Industri kaos di Kawasan Suci ini tumbuh ketika krisis ekonomi tengah melanda negeri ini tahun 1998. Orang-orang yang kehilangan pekerjaan saat itu bertahan hidup dengan menyablon kaos dan mendirikan warung kaos disekitar Jalan Suci, dan terbukti kaos memberi mereka kehidupan sampai hari ini.

Industri kaos Suci tergolong industri kecil karena jumlah tenaga kerjanya rata-rata 3-6 orang untuk 1 industri (BPS, 2002: 96). Munculnya industri kaos Suci seperti teori pertumbuhan yang bermula dari 1 industri yang kemudian berkembang menjadi banyak dan mengumpul di satu wilayah. Adapun jenis-jenis barang yang diproduksi selain kaos sablon yaitu jaket, spanduk, topi, plakat, pamflet, serta menerima bordiran dan lainnya.


(8)

Untuk hasil produksinya selain didistribusikan di Kota Bandung juga dikirim ke daerah sekitar Kota Bandung bahkan luar Kota Bandung. Umumnya sentra industri kaos yang terdapat di daerah Suci menerima pesanan dalam jumlah banyak. Pesanan kebanyakan berasal dari para pengusaha/perusahaan di bidang perdagangan, dari kelompok/organisasi seperti universitas, Perkantoran dan perusahaan-perusahaan yang berasal dari Kota Bandung maupun daerah sekitar Kota Bandung dan daerah di luar Kota Bandung.

Industri kaos Suci terhitung sampai sekarang berjumlah ± 300 produsen. Jumlah yang demikian otomatis penyerapan jumlah tenaga kerja semakin tinggi dan juga ikut melonjak juga jumlah pemesan bahan baku industri kaos. Selain itu lokasi industri yang strategis karena mudah dijangkau serta aglomerasi industri kaos Suci sehingga menarik untuk dijadikan bahan penelitian.

Dengan keberadaan industri kaos dapat memberikan peluang untuk masyarakat sekitar industri kaos untuk menciptakan kegiatan ekonomi lokal misalnya, membuka warung makan, toko kelontong, counter voucher pulsa handphone, yang berpotensi menciptakan wiraswasta baru. Selain itu dalam hal penyerapan tenaga kerja dan penyediaan bahan baku industri, masyarakat dapat terlibat sebagai tenaga kerja industri dan menyediakan bahan baku guna penunjang kegiatan proses produksi pada industri.

Dengan demikian dapat dijelaskan yang menjadi kajian studi ini yaitu melihat apakah potensi industri kaos berpengaruh terhadap ekonomi lokal masyarakat sekitar kawasan industri yang memacu pada kriteria ekonomi lokal. Karakteristik industri kaos dalam hal ini yaitui: bahan baku, tenaga kerja, pengusaha, dan kegiatan proses produksi.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, potensi industri kaos Suci dapat memberikan peluang untuk masyarakat sekitar industri kaos Suci, yaitu dengan menciptakan kegiatan ekonomi dan menciptakan wiraswasta baru. Sama halnya dalam penyerapan


(9)

8

tenaga kerja dan penyediaan bahan baku industri, masyarakat dapat terlibat sebagai tenaga kerja industri dan menyediakan bahan baku guna penunjang kegiatan proses produksi pada industri. Selain itu aglomerasi yang terjadi sehingga dalam perkembangannya industri kaos Suci perlu dilihat potensi terhadap ekonomi lokal. Untuk itu dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

• Bagaimana karakteristik beberapa industri kaos di kawasan Suci berdasarkan kriteria ekonomi lokal?

• Jenis kegiatan ekonomi apa saja yang timbul akibat adanya industri kaos? • Apakah potensi industri kaos berpengaruh terhadap ekonomi lokal?

• Bagaimana dampak aglomerasi yang terjadi di kawasan industri kaos Suci? 1.3 TUJUAN

Tujuan dari penelitian Analisis Potensi Industri Kaos Terhadap Ekonomi Lokal yaitu mengetahui potensi industri kaos terhadap ekonomi lokal kawasan sekitar industri kaos Suci.

1.4 SASARAN

Perumusan sasaran dilakukan dengan mengacu pada kriteria ekonomi lokal yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan demikian sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Mengidentifikasi karakteristik industri kaos, dilihat dari bahan baku, pengusaha, tenaga kerja, dan rantai produksi.

2. Mengidentifikasi Jenis kegiatan ekonomi apa saja yang timbul akibat adanya industri kaos

3. Mengidentifikasi pengaruh potensi industri kaos terhadap ekonomi lokal


(10)

1.5 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam pembahasan ini terdiri atas ruang lingkup wilayah dan materi. Ruang lingkup wilayah menjelaskan mengenai cakupan wilayah yang menjadi kajian sedangkan ruang lingkup studi materi menjelaskan mengenai materi-materi yang terkait dengan kajian studi

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah yang menjadi kajian studi Analisis Potensi Industri Kaos Terhadap Ekonomi Lokal yaitu di Kawasan Suci yang berada di Jalan Surapati Kota Bandung. Daerah Suci termasuk ke dalam Kecamatan Cibeunying Kaler, Kelurahan Cihaurgelis dengan luas wilayah Kecamata 436,30 Ha, yang termasuk dalam Wilayah Pengembangan Cibeunying. Batasan wilayah studi untuk industri kaosnya yaitu semua industri kaos yang berada di sepanjang Jalan.Surapati. Pertimbangan memilih kawasan ini yaitu agar informasi yang dibutuhkan lebih banyak dan beragam sehingga dapat membantu menjawab studi penelitian yang diteli. Sedangkan untuk lokal ekonominya yaitu masyarakat sekitar industri kaos dengan jarak 100 meter kebelakang, baik itu koridor kiri jalan mupun koridor kanan jalan.

Alasan/pertimbangan memilih kawasan Suci Surapati sebagai lokasi penelitian, karena dominasi daerah Suci sebagai kawasan industri kecil serta polanya yang mengumpul/aglomerasi. Selain itu juga kawasan Suci merupakan kawasan yang ramai dengan kegiatan ekonomi, serta adanya kegiatan peribadatan dan perkantoran, sehingga menarik untuk dijadikan bahan penelitian.

1.5.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dari penelitian ini difokuskan pada kriteria ekonomi lokal menurut Blakely dan aglomerasi industri yang telah dijelaskan di latar belakang studi.

1.6 METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang akan digunakan dalam penyusunan penelitian ini yaitu metode pengumpulan data, pengambilan sampel dan metode pengambilan sampel dan metode analisis yang akan diuraikan sebagai berikut:


(11)

10

1. Metode pengumpulan data

Data dan informasi yang digunakan dalam studi ini diperoleh dari: a) Data Sekunder

Data sekunder, berupa data yang diperoleh secara tidak langsung seperti data dari instansi, literatur dan koran. Metode ini merupakan langkah untuk memperoleh data dan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan studi yang diperoleh dari instansi-instansi terkait. Adapun data-data yang diperoleh dari instansi antara lain:

1. Profil Kota Bandung (Kota Bandung dalam angka Tahun 2009), diperoleh dari Kantor BPS Provinsi Jawa Barat.

2. Monografi Kecamatan Cibeunying Kaler dan Kecamatan Cibeunying dalam angka Tahun 2009, diperoleh dari Kantor Kecamatan Cibeunying Kaler

3. RTBL 5 sentra kawasan Industri dan Perdagangan dan RDTR WP Cibeunying , diperoleh dari Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung

4. RTRW Kota Bandung, diperoleh dari Kantor Bappeda Kota Bandung

5. Data industri di Kota Bandung, diperoleh di Departemen Perindustrian Kota Bandung

6. Profil sentra industri-industri Kaos Suci, diperoleh di kantor Koperasi para pengusaha industri kaos Suci

b) Data primer

Data primer, berupa data yang diperoleh secara langsung atau dari pengamatan di lokasi studi. Metode data primer dilakukan dengan 2 cara, yaitu metode wawancara dan metode penyebaran kuesioner. Survei primer dilakukan kepada para masyarakat sekitar dan juga kepada para pekerja industri kaos. Adapun data-data yang diperoleh dari survei langsung antara lain:

1. Kondisi eksisting kawasan industri kaos Suci melalui pengamatan 2. Proses produksi industri kaos, melalui survei wawancara dan kuesioner 3. Kegiatan ekonomi masyarakat sekitar, melalui pengamatan

4. Pengusaha, tenaga kerja, jenis-jenis produk industri dan bahan baku industri kaos, melalui wawancara dan kuesioner


(12)

5. Jumlah industri kaos Suci, melalui pengamatan

2. Metode Penentuan sampel kuesioner

Dalam penentuan sampel kuesioner, digunakan populasi sampel yaitu semua populasi dijadikan sampel. Populasi dalam hal ini yaitu para pengusaha industri kaos. Populasi dalam penelitian ini bersifat homogen. Hal ini dilihat berdasarkan jenis produksi yang umumnya memproduksi produk konveksi dan percetakan. Selain itu juga dilihat berdasarkan jumlah tenaga kerja yang umumnya diklasifikasikan sebagai industri kecil menengah. Untuk jumlah kuesioner yang disebarkan kepada semua populasi dalam hal ini pengusaha industri kaos yaitu sebanyak 100 kuesioner, namun yang berhasil terkumpul yaitu sebanyak 60 kuesioner/responden. Kendati demikian jumlah tersebut dirasa telah mewakili jumlah responden yang berjumlah 100 responden.

Adapun variabel -variabel yang digunakan dalam memperoleh informasi yang berkaitan dengan studi penelitian ini, antara lain yaitu variabel industri kaos dan masyarakat (ekonomi lokal), lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1

Variabel Industri Kaos

Variabel Karakteristik Metode

Pengusaha Tempat tinggal

• Kepemilikan tempat usaha

Survei sekunder, wawancara, survei lapangan, kuesioner

Tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja lokal yang bekerja pada industri kaos

Survei sekunder, wawancara, survei lapangan, kuesioner

Bahan baku Sekitar sentra industri kaos Suci

• Luar kawasan sentra industri kaos

Survei sekunder, wawancara, survei lapangan, kuesioner

Rantai produksi Proses produksi untuk semua jenis produk yang terdapat pada sentra industri kaos Suci

• Keterlibatan masyarakat dalam rantai produksi

Survei sekunder, wawancara, survei lapangan, kuesioner

Aglomerasi Dampak aglomerasi terhadap industri kaos Suci

Survei sekunder, wawancara, survei lapangan, kuesinoner


(13)

12

3. Metode analisis

Metode analisis yang digunakan untuk mencapai sasaran dalam studi ini, terdapat beberapa tahapan yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis untuk penilitian ini yaitu Metode analisis statistik deskriptif dan kualitatif. Metode Analisis Data adalah metode pengecekkan data yang telah diperoleh melalui melalui observasi atau penelitian. Penganalisaan data dimulai dari pengumpulan data, pengkajian data dan mengambil sebuah kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh. Sehubungan dengan penelitian tentang ”Analisis Potensi Industri Kaos Terhadap Ekonomi Lokal”.Analisis statistik deskriptif adalah analisis yang bertujuan untuk menyajikan, menggambarkan data baik dalam bentuk tabel, ataupun diagram, dengan tujuan untuk menggambarkan karakteristik industri kaos yang berpedoman pada kriteria ekonomi lokal. Setelah dilakukan analisis terhadap karakteristik industri kaos, maka dibuat kesimpulan


(14)

1.7 Kerangka Pemikiran

• Bahan baku

• Pengusaha dan tenaga kerja dominan tenaga kerja lokal • keterkaitan dengan kegiatan

ekonomi lain,

• Memunculkan wiraswasta baru.

Karakteristik industri kaos

Bahan baku

Dampak industri kaos

terhadap ekonomi lokal Aglomerasi industri

kaos Jalan Suci

Kesimpulan dan Rekomendasi

Ekonomi Lokal

Tenaga kerja

Pengusaha Industri

kaos

Rantai produksi Dampak Aglomerasi

Terhadap Industri

Kesesuaiann Kawasan Industri Kaos Suci terhadap kebijakan keruangan Kota Bandung Kebijakan


(15)

14

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang isi penelitian ini, maka sub bab ini berisikan sistematika pembahasan penelitian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang dasar pemikiran penelitian yang meliputi : latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, serta sistematika pembahasan laporan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini secara umum menjelaskan mengenai tinjauan-tinjauan, referensi-referensi yang berkaitan dengan penelitian ini

Bab III Gambaran Umum Industri Kecil Menengah Di Kota Bandung

Bab ini berisi tentang gambaran umum tentang wilayah/lokasi penelitian. Gambaran tentang industri kecil menengah di Kota Bandung, gambaran umum tentang sentra-sentra perdagangan dan industri di Kota Bandung, dan gambaran umum tentang karakteristik potensi industri kaos Suci.

Bab IV Analisis

Bab ini berisikan tentang pembahasan analisis karakteristik potensi industri kaos terhadap ekonomi lokal. antaralain: analisis karakteristik pengusaha, analisis karakteristik tenaga kerja, analisis bahan baku industri, analisis rantai produksi, analisis dampak industri kaos terhadap kegiatan ekonomi di sekitar industri kaos, analisis potensi industri kaos Suci terhadap ekonomi lokal, analisis keruangan kawasan industri kaos Suci terhadap pendapatan, kenyamanan, dan munculnya outlet-outlet industri kaos, dan analisis kesesuaian kawasan industri kaos Suci terhadap kebijakan penataan ruang.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil analisis-analisis yang dijelaskan pada bab IV. Serta rekomendasi yang diajukan setelah melihat hasil kesimpulan dari penelitian.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Industri dan Pengelompokan Jenis Industri 2.1.1 Pengertian Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Industri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejateraan penduduk. Selain itu industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. UU Perindustrian No 5 Tahun 1984, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan rancangan bangun dan perekayasaan industri. Dari sudut pandang geografi, Industri sebagai suatu sistem, merupakan perpaduan sub sistem fisis dan sub sistem manusia (Sumaatmaja, 1981).

2.1.2 Pengelompokan Jenis Industri

Departemen Perindustrian mengelompokan industri nasional Indonesia dalam 3 kelompok besar yaitu:

1. Industri Dasar

Industri dasar meliputi kelompok industri mesin dan logam dasar (IMLD) dan kelompok industri kimia dasar (IKD). Yang termasuk dalam IMLD atara lain industri mesin pertanian, elektronika, kereta api, pesawat terbang, kendaraan bermotor, besi baja, alumunium, tembaga dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk IKD adalah industri pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk, industri silikat dan sebagainya. Industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan


(17)

16

pertumbuhan ekonomi, membantu struktur industri dan bersifat padat modal. Teknologi yang digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak padat karya namun dapat mendorong terciptanya lapangan kerja secara besar.

2. Aneka industri (AL)

Yang termasuk dalam aneka industri adalah industri yang menolah sumber daya hutan, industri yang menolah sumber daya pertanian secara luas dan lain-lain. Aneka industri mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan atau pemerataan, memperluas kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi menengah atau teknologi maju.

3.Industri Kecil

Industri kecil meliputi industri pangan (makanan, minuman dan tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi serta barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas, percetakan, penebitan, barang-barang karet dan plastik), industri kerajinan umum (industri kayu, rotan, bambu dan barang galian bukan logam) dan industri logam (mesin, listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dan logam dan sebagainya).

Industri di Indonesia dapat digolongkan kedalam beberapa macam kelompok. Industri didasarkan pada banyaknya tenaga kerja dibedakan menjadi 4 golongan,yaitu:

1) Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih, 2) Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20–99 orang, 3) Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5–19 orang,

4) Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1–4 orang (BPS, 2002).

Dalam mendukung suatu industri dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi antara lain (Partadirja, 1985) :


(18)

• Modal buatan manusia yang terdiri dari bangunan-bangunan, mesin-mesin, jalan raya, kereta api, bahan mentah, persediaan barang jadi dan setengah jadi. • Lahan terdiri dari tanah, air, udara, mineral di dalamnya, termasuk sinar

matahari.

b. Faktor produksi tenaga kerja terdiri dari:

• Tenaga kerja atau buruh berupa jumlah pekerja termasuk tingkat pendidikan dan tingkat keahliannya

• Kewirausahaan sebagai kecakapan seseorang untuk mengoganisasi faktor-faktor produksi lain beserta resiko yang dipikulnya berupa keuntungan dan kerugian.

Dalam meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi perlu didukung dengan kemajuan teknologi. Hicks mengklasifikasian kemajuan teknologi berdasarkan pengaruhnya terhadap kombinasi penggunaan faktor produksi (Rahardja, 1999):

a. Teknologi padat modal, bila kemajuan teknologi mengakibatkan porsi pengunaan barang-barang modal menjadi lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja. b. Teknologi netral apabila tidak terjadi perubahan rasio faktor produksi modal dan

tenaga kerja.

c. Teknologi padat karya, apabila penggunaan faktor produksi tenaga kerja lebih dari penggunaan modal.

Untuk meningkatkan hasil produksi dalam sebuah perusahaan tidak cukup hanya dengan menggunakan teknologi yang canggih saja, tetapi juga memerlukan tenaga kerja yang memiliki skill yang tinggi untuk mengoperasikannya. Dengan demikian diperlukan tenaga kerja yang mempunyai keahlian, kemampuan dan keterampilan kerja (Siswanto, 1989).

Menurut undang-undang RI No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau masyarakat. Dalam


(19)

18

kamus besar bahasa Indonesia (1991: 927) tenaga kerja adalah orang yang bekerja atau mengerjakan sesuatu, orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja.

2.2 Pengertian Tenaga Kerja dam Penggolongan Tenaga Kerja 2.2.1 Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan istilah yang identik dengan istilah personalia, di dalamnya meliputi buruh. Buruh yang dimaksud adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, biasanya imbalan kerja tersebut diberikan secara harian (Siswanto, 1989: 9). Selain itu juga, pengertian tenaga kerja menurut BPS adalah salah satu moda bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja selalu mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya dinamika penduduk. Ketidakseimbangan antara jumlah angkatan dan lowongan kerja yang tersedia menyebabkan timbulnya masalah-masalah sosial.

Pengertian tenaga kerja dalam penelitian ini adalah mereka yang bekerja pada suatu perusahaan yang di dalam maupun di luar hubungan kerja untuk menghasilkan barang. Tenaga kerja merupakan suatu faktor produksi sehingga dalam kegiatan industri diperlukan sejumlah tenaga kerja yang mempunyai keterampilan dan kemampuan tertentu sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

2.2.2 Penggolongan Tenaga Kerja

Dari segi keahlian dan pendidikannya tenaga kerja dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu.

1. Tenaga kerja kasar yaitu tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keahlian dalam suatu bidang pekerjaan.

2. Tenaga kerja terampil yaitu tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan pendidikan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu, dan tukang memperbaiki televisi dan radio.


(20)

3. Tenaga kerja terdidik yaitu tenaga kerja yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan ahli dalam bidang-bidang tertentu seperti dokter, akuntan ahli ekonomi, dan insinyur.

Tenaga kerja di Indonesia menghadapi permasalahan dalam hal produktifitasnya yang rendah. Di samping itu masalah yang timbul dari ketenagakerjaan adalah ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan pada suatu tingkat upah tertentu. Keadaan umum yang terjadi adalah adanya kelebihan jumlah penawaran tenaga kerja tertentu. Hal ini terjadi akibat jumlah orang yang mencari pekerjaan atau yang menganggur semakin besar. Keadaan tersebut membawa konsekuensi terhadap usaha penyediaan lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja baru (Kusumo Sudiro,1981).

Dengan adanya permasalahan mengenai ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja, maka perlu upaya peningkatan mutu tenaga kerja, dan meningkatkan sumberdaya manusia yang baik akan menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan mempunyai produktifitas yang tinggi. Akibatnya tenaga kerja akan mudah dalam mencari kerja, atau mampu menciptakan lapangan kerja sendiri (Ananta, 1986).

2.3 Pengertian Rantai Produksi

Rantai produksi adalah langkah-langkah yang perlu diambil dalam rangka untuk mengubah bahan baku menjadi barang yang kemudian dapat digunakan oleh konsumen seperti kau dan aku. Pada setiap langkah dalam rantai produksi, nilai yang ditambahkan ke produk sehingga bisa dijual dengan jumlah yang lebih besar ketika menjadi produk akhir. Nilai ini akan ditambahkan melalui penambahan tenaga kerja, bangunan, bahan baku dan atau manufaktur dan pengolahan. Sebuah rantai produksi yang khas akan terlihat seperti ini: ( id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_rantai_suplai) 1. Produsen primer selalu tahap pertama dalam rantai apapun, dan bagian yang

mereka mainkan untuk menghasilkan bahan baku dari produk akhir yang kemudian akan dibuat.


(21)

20

2. Tahap produksi sekunder adalah ketika produk itu sendiri mengambil bentuk di tangan perusahaan manufaktur. Perusahaan-perusahaan ini membawa bersama produk dan bahan baku lain untuk menciptakan produk akhir.

3. Tahap terakhir dan akhir di setiap rantai produksi adalah menjual produk yang sebenarnya sampai ke konsumen. Seorang pengecer seperti supermarket akan membeli sejumlah besar produk akhir dari pemasok, untuk kemudian menjual konsumen.

2.4 Teori Ekonomi Lokal

Pembangunan ekonomi lokal dimaksudkan untuk menggambarkan proses dimana pemerintah daerah maupun masyarakat mengorganisir aktifitas bisnis maupun lapangan kerja untuk tujuan bersama.

Tujuan dari pembangunan ekonomi lokal adalah untuk memberikan kesempatan kerja serta mampu memperbaiki masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang ada. Pembangunan ekonomi antara lain disebutkan bahwa:

a) Pembangunan memfokuskan pada pengurangan kemiskinan, pembangunan perdesaan, polarisasi sosial serta perubahan pola piker.

b) Terminologi lokal atau daerah ekonomi menggambarkan area geografis suatu kekuasaan pemerintahan.

c) Daya saing adalah kemampuan suatu usaha untuk menciptakan keseimbangan baru.

Ekonomi lokal adalah pengembangan wilayah yang sangat ditentukan oleh tumbuh kembangnya wiraswasta lokal yang ditopang ole kelembagaan-kelembagaan di wilayah tersebut meliputi, pemerintah daerah, perguruan tinggi, pengusaha lokal dan masyarakat, selain itu konsep pembangunan ekonomi yang bersifat sektoral tersebut mengabaikan konteks kewilayahan dan partisipasi masyarakat lokal (Blakely, 1987). sedangkan menurut (Firman, 1999) definisi ekonomi lokal adalah sebagai berikut:


(22)

• Penambahan suatu lokasi secara sosial-ekonomi dengan lebih mandiri, berdasarkan potensi-potensi yang dimilikinya, baik sumber daya alam, geografis, kelembagaan, kewiraswastaan, pendidikan tinggi,, asosiasi profesi maupun lainnya.

• Ditumbuhkembangkan terutama oleh masyarakat lokal (lokal community) itu sendiri.

• Dilakukan pada skala yang kecil

• Mengorganisasi serta mentrasformasi potensi-potensi ini menjadi penggerak bagi pembangunan lokal

• Diperlukan kehadiran para penggagas.

Dari definisi tersebut diatas maka timbul kriteria-kriteria dari ekonomi lokal antara lain sebagai berikut:

• Bahan baku dan sumber daya lokal

• Dapat digerakan oleh penduduk lokal/sesuai dengan kemampuan (SDM) penduduk lokal

• Pengusaha dan tenaga kerja dominan adalah tenaga kerja lokal • Melibatkan sebagian besar penduduk lokal

• Skala pelayanan kecil ditunjukan oleh jumlah investasi dan jumlah tenaga kerja • Terdapat organisasi/kelompok kegiatan ekonomi

• Terdapat keterkaitan dengan kegiatan ekonomi lain • Memunculkan wiraswasta baru.

Konsep pengembangan ekonomi lokal yang dikemukakan oleh Blakely memiliki 4 komponen, yaitu:

a) Penyerapan tenaga kerja b) Dasar pengembangan c) Lokasi

d) Sumber daya ilmu

Sasaran utama pembangunan ekonomi dalam konsep pengembangan ekonomi lokal ini adalah meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja yang tersedia, yang diperoleh dari pengembangan potensi ekonomi yang ada pada suatu masyarakat.


(23)

22

Karena dengan peningkatan jumlah dan jenis peluang kerja yang tersedia tersebut, dalam proses jangka panjang, akan memicu terjadinya peningkatan produktivitas dan kesejateraan suatu masyarakat.untuk mencapai penigkatan jumlah dan jenis peluang kerja tersebut, masyarakat suatu daerah harus mampu untuk mengambil suatu inisiatif dalam memikirkan dan mengidentifikasikan potensi-potensi sumber daya yang dimiliki, untuk membangun dan mengembangkan perekonomian daerahnya. Karena itu konsep pengembangan ekonomi lokal, lebih banyak ditekankan pada penumbuhan dan pengembangan peran, partisipasi dan inisiatif masyarakat lokal dalam meningkatkan perekonomian dan kesejateraan hidupnya.

Dalam pengembangan ekonomi lokal bila dikaitkan dengan kegiatan sektor ekonomi yang terdapat di suatu wilayah tidak akan terlepas dari bagaimana sektor ekonomi tersebut dapat berperan sebagai pemacu berkembanganya sektor-sektor lain di wilayah tersebut. Hal ini dikarenakan memiliki keterkaitan yang kuat dengan karakter dan potensi lokal, kegiatan bersangkutan akan memberikan keuntungan bagi masyarakat dan perekonomian setempat, selain itu cenderung akan menggunakan bahan baku dan bahan penolong dari wilayahnya sendiri sehingga multiplier pengembangan industri akan jatuh didaerahnya sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Yeates dan Gardner (dalam Herawati, 2003), industri merupakan salah satu faktor penting dalam mekanisme perkembangan serta pertumbuhan wilayah dan kota melalui efek multiplier dan inovasi yang ditimbulkannya. Kemampuan suatu kegiatan ekonomi utama untuk menciptakan efek multiplier yang antara lain berupa munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan pendapatan akan memberikan dampak besar bagi pengembangan wilayah (Tarigan, 2004).

2.5 Teori Multiplier Effect

Teori multiplier effect menyatakan bahwa suatu kegiatan akan dapat memacu timbulnya kegiatan lain (Glasson, 1990). Teori Multiplier Effect berkaitan dengan pengembangan perekonomian suatu daerah. Makin banyak kegiatan yang timbul


(24)

makin tinggi pula dinamisasi suatu wilayah yang pada akhirnya akan meningkatkan pengembangan wilayah.

Gambar 2.1

Pengaruh Kegiatan Produksi Baru Pada Wilayah Dalam Kaitannya Dengan Efek Multiplier

(sumber: amstrong 1993 (dalam wibowo, 2002)

Perkembangan multiplier effect selain dilihat pada industri kaos yang berada di kawasan Suci Kota Bandung, hal demikian juga dapat ditemui di industri sepatu yang berada di kawasan Cibaduyut Kota Bandung. Perkembangan industri Cibuduyut bermula dari gagasan penduduk sekitar yang berinisiatif membuka toko sepatu produksi sendiri, yang kemudian mengalami peningkatan sehingga mengakibatkan bermunculan industri/toko-toko sepatu di sepanjang koridor jalan Cibaduyut. Sampai sekarang kawasan tersebut menjadi terkenal bukan saja dalam Kota Bandung namun sampai keluar Kota Bandung. Kondisi demikian ikut berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat sekitar karena ikut mengembangkan perekonomian lokal.

Kegiatan produksi baru Permintaan dari luar wilayah

Permintaan tenaga kerja

Pengangguran

Permintaan input lain

Pekerja di industri lain

Migrasi masuk

Impor dari wilayah lain Permintaan barang dan jasa

Ulang alik


(25)

24

2.6 Teori Aglomerasi Industri

Aglomerasi menurut teori lokasi modern merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktifitas ekonomi, aglomerasi juga menjadi salah satu faktor disamping keunggulan komparatif dan skala ekonomi menjelaskan mengapa timbul daerah-daerah dan kota-kota (Soepono, 2002).

Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar pengelolanya dapat optimal. Gejala aglomerasi industri itu disebabkan karena hal-hal berikut :

1. Adanya persaingan industri yang semakin hebat dan semakin banyak. 2. Melaksanakan segala bentuk efisiensi di dalam penyelenggaraan industri. 3. Untuk meningkatkan produktivitas hasil industri dan mutu produksi. 4. Untuk memberikan kemudahan bagi kegiatan industri.

5. Untuk mempermudah kontrol dalam hubungan tenaga kerja, bahan baku, dan pemasaran.

6. Untuk menyongsong dan mempersiapkan perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik yang dimulai tahun 2020.

7. Melakukan pemerataan lokasi industri sesuai dengan jumlah secara tepat dan berdaya guna serta menyediakan fasilitas kegiatan industri yang berwawasan lingkungan.

Proses aglomerasi (pemusatan) industri keberhasilannya banyak ditentukan oleh faktor teknologi lingkungan, produktivitas, modal, SDM, manajemen dan lain-lain.

Pada Negara-negara yang sedang mengalami aglomerasi industri, terdapat dualisme bidang teknologi. Dualisme teknologi adalah suatu keadaan dalam suatu bidan ekonomi tertentu yang menggunakan tehnik dan organisasi produksi yang sangat berbeda karakteristiknya. Kondisi ini mengakibatkan perbedaan besar pada tingkat produktivitas di sektor modern dan sektor tradisional, seperti keadaan berikut ini :

a) Jumlah penggunaan modal dan peralatan yang digunakan. b) Penggunaan pengetahuan teknik, organisasi, dan manajemen.


(26)

c) Tingkat pendidikan dan keterampilan para pekerja.

Faktor-faktor ini menyebabkan tingkat produktivitas berbagai kegiatan sektor modern sering kali tidak banyak berbeda dengan kegiatan yang sama yang terdapat di Negara maju. Sebaliknya sektor tradisional menunjukkan perbedaan banyak karena keadaan sebagai berikut :

a) Terbatasnya pembentukan modal dan peralatan industri. b) Kekurangan pendidikan dan pengetahuan.

c) Penggunaan teknik produksi yang sederhana. d) Organisasi produksi yang masih tradisional.

Terdapat dua macam aglomerasi, yaitu aglomerasi produksi dan aglomerasi pemasaran (Soepono, 2002). Dikatakan aglomerasi produksi bilamana tiap perusahaan yang mengelompok/kluster atau beraglomerasi mengalami eksternalitas positif di bidang produksi, artinya biaya produksi perusahaan berkurang pada waktu produksi perusahaan lain bertambah.

Aglomerasi pemasaran adalah perusahaan-perusahaan dagang atau banyak toko mengelompok dalam satu lokasi. Ada eksternalitas belanja (shopping externality) yang dapat dinikmati yaitu penjualan suatu toko dipengaruhi oleh toko lain disekitarnya. Ada dua produk yang menimbulkan eksternalitas belanja, yaitu barang subtitusi tidak sempurna dan barang komplementer. Barang subtitusi tidak sempurna merupakan barang yang mirip namun tidak sama, pembeli membutuhkan perbandingan (comparison shopping) menyangkut corak, harga, kualitas dan merek sebelum memutuskan untuk membeli. Misalnya dalam membeli sepeda motor, ada Honda, Yamaha, Susuki, Kawasaki dan yang lain-lain. Barang komplementer adalah barang-barang saling melengkapi, misalnya kopi dan gula, CD dan CD Player, toko baju olah raga dengan sepatu olah raga, dan lain-lain.

2.7 Analisis Statistik Deskriptif Dan Kualitatif 2.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah analisis yang bertujuan untuk menyajikan, menggambarkan data baik dalam bentuk tabel, ataupun diagram. Statistik deskriptif


(27)

26

pada transformasi data mentah kedalam suatu bentuk yang lebih mudah dipahami dan ditafsirkan maksud dari data atau angka yang menggambarkan jawaban-jawaban observasi.

2.7.2 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif merupakan analisis yang mendasarkan pada adanya hubungan semantic antarvariabel yang sedang diteliti. Tujuannya ialah agar peneliti mendapatkan makna hubungan variable-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian.

Prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data-data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna. Prosedur analisis data kualitatif dibagi dalam lima langkah yaitu:

a. Mengorganisir data

b. Membuat kategori, menentukan tema, dan pola

c. Menguji hipotesa dengan menggunakan data yang ada d. Mencari eksplansi alternative data


(28)

BAB V

Kesimpulan dan Rekomendasi

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi penelitian tentang “Analisis Potensi Industri Kaos Suci Terhadap Ekonomi Lokal”. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jika dilihat karakteristik pengusaha industri kaos Suci berdasarkan tempat tinggal dapat disimpulkan bahwa pengusaha industri kaos Suci, merupakan pengusaha lokal, karena kebanyakan pengusahanya bertempat tinggal di sekitar industri kaos. Koperasi Pengusaha industri kaos Suci, yang berfungsi sebagai lembaga untuk mendukung segala kegiatan guna mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan industri kaos, terbentuk karena munculnya outlet-outlet pengusaha industri kaos. Selain itu, Industri kaos Suci orderannya bersifat musiman. Kebanyakan mengalami peningkatan pada musim pemilihan kepala daerah dan awal masuk tahun ajaran baru di lembaga pendidikan. Pada kondisi seperti ini, kebanyakan industri kaos melibatkan sebagin besar masyarakat sekitar sebagai tenaga bantu pada proses produksi.

2. Untuk tenaga kerja industri kaos. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja industri kaos Suci bukan tenaga kerja lokal, karena kebanyakan berasal dari sekitar Kota Bandung dan Luar Kota Bandung.

3. Untuk bahan baku industri. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bahan baku industri kaos Suci bukan berasal dari bahan baku lokal. Hal ini dikarenakan kebanyakan para pengusaha memperoleh dan menggunakan bahan baku untuk industri berasal dari luar kawasan sentra industri kaos Suci. 4. Berdasarkan rantai produksi industri kaos Suci, maka dapat disimpulkan bahwa,

munculnya para wirausaha baru sebagai dampak adanya kegiatan proses produksi. Wirausaha yang muncul antara lain: jasa jahit, jasa sablon, jasa bordir, jasa digital printing, jasa pengelasan dan lainnya. Hal ini menunjukan adanya keterkaitan industri kaos Suci terhadap kegiatan ekonomi tersebut.


(29)

132

5. Aglomerasi yang terjadi pada kawasan sentra industri kaos Suci, berdampak pada munculnya industri-industri kaos baru pada kawasan Suci dan kenyamanan pada iklim usaha. Namun aglomerasi yang terjadi pada kawasan industri kaos Suci, tidak berdampak pada pendapatan.

6. Kontribusi industri kaos Suci terhadap masyarakat kawasan industri kaos Suci adalah signifikan hal ini terlihat pada hasil analisis karakteristik rantai produksi serta keterlibatan masyarakat sekitar dalam rantai produksi. Dimana pada analisis rantai produksi, kontribusi terhadap masyarakat sekitar yaitu menjadikan masyarakat sekitar sebagai tenaga bantu pada tahapan finishing, selain itu juga munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang bersifat langsung dan tak langsung. Misalnya kegiatan ekonomi yang bersifat langsung yaitu memunculkan para jasa digital printing, sablon, jahit dan bordir untuk mendukung proses produksi di industri kaos. Selain itu adanya keterlibatan masyarakat dalam proses produksi sebagai tenaga bantu, ketika terjadi peningkatan orderan di industri kaos Suci. 7. Berdasarkan kesesuain kawasan industri kaos Suci terhadap kebijakan penataan

ruang berdasarkan RTRW Kota Bandung dan RDTR WP Cibeunying terkait dengan industri dan pergudangan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan industri kaos Suci di kawasan Jalan Suci, tidak harus direlokasikan. karena kegiatan industri kaos Suci tidak menimbulkan dampak terhada lingkungan berupa pencemaran udara, kebisingan, pengurasan air tanah, serta pencemaran limbah padat dan cair. Namun dampak yang ditimbulkan yaitu pada arus lalu lintas, dikarenakan sistem parker industri yang on street parking, sehingga mengakibatkan menghambatnya arus lalu lintas.

5.2Rekomendasi

1. Berdasarkan karakteristik pengusaha industri kaos, diketahui orderan industri kaos Suci bersifat musiman. Kondisi demikian mengakibatkan banyak industri yang bangkrut karena sifat orderan tersebut. Untuk itu rekomendasi yang dapat diajukan yaitu perlu adanya kemitraan dengan pihak swasta dan pemerintah


(30)

dalam mengembangkan industri kaos Suci. Bentuk kemitraan dengan pemerintah atau swasta dapat dilakukan misalnya

• Mengembangkan informasi tentang industri kaos Suci

• Pemasaran produk,dengan membuat kegiatan berupa pameran yang menampilkan produk-produk dari industri kaos Suci

• Memberikan pelatihan-pelatihan (proses produksi, desain) sehingga hasil produksi dapat lebih beragam dan mengikuti trend.

2. Berdasarkan karakteristik tenaga kerja, maka rekomendasi yang dapat diajukan yaitu perlu adanya pelatihan-pelatihan ketrampilan kepada masyarakat sekitar industri agar dapat mengeksplor kemampuannya, sehingga masyarakat lokal dapat bersaing dengan masyarakat dari luar kawasan. Selain itu perlunya adanya pendidikan non formal terhadap masyarakat tentang kedispilinan, loyalitas, dan tanggung jawab dalam bekerja. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik usaha industri kaos, tenaga kerja lokal kurang dipekerjakan dikarenakan loyalitas, dan tanggung jawab, serta kedisplinan yang kurang dalam bekerja. Dengan demikian melalui pendidikan non formal kepada masyarakat, dapat mengembangkan tenaga kerja lokal.

3. Berdasarkan kesesuain kawasan industri kaos Suci terhadap kebijakan yang ada (RTRW Kota Bandung dan RSTR WP Cibeunying), dan kontribusinya terhadap kawasan Suci. Maka rekomendasi yang terkait dengan aspek kerungannya adalah:

• Jumlahnya perlu dibatasi, dikarenakan lahan pada kawasan industri yang tidak memungkinkan untuk penambahan jumlah industri

• Industri kaos Suci pada kawasan Surapati perlu dipertahankan, dikarenakan kontribusi industri terhadap masyarakat sekitar kawasan industri yang signifikan, dan tidak terlalu memberi dampak negatif terhadap lingkungan kawasan sekitar Industri kaos Suci

• Pembatasan kegiatan industri kaos Suci dapat dilakukan melalui:

o Pembayaran biaya retribusi pembangunan yang lebih tinggi, untuk industri yang memulai usaha


(31)

134

o Mempersulit perijinan, untuk industri yang baru memulai usaha di kawasan Suci. Sedangkan industri yang lama perijinan diperbaharui/ditertibkan

o Membuat peraturan untuk tidak membangun di kawasan Suci, dengan sanksi dikenai denda bagi yang melanggar.


(32)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh :

IMELDA FRANSISCA OHOITIMUR 1.06.06.013

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(33)

! " # #$ #$ % & '

()*!

" + %

! +

$ ,

-+ .

/% 0 1222) (

0 *( 1(11

3* 4 &56& #

%

( 7 ) + - - 8 !

) 7 2000 $ 9 : , !

2000 7 200( $ % - - 8 !

200( 7 200; $-! 2 !

200; 7 20 0 $ % < : +

,

$ %

# $ =% > % ' &

+ ? < + - , 200;

2# + < ?% ! , $ ? @ $

% ' & + < + - , 200

(# 3 > , 200;

)# 3 > , 200


(34)

- . A B @%"% 2021 <

- ? < $,! , 20 0 C, D E

# + < ?3 * % %

! 3 % D ' & C$

+ , - ! " . , ? < +

-, 20 0

# + < ?% D % ,

% & + : C$ + % $ $

$ % & E? < + - , 20 0

200 7 200( 200; 7 200 200; * 200

% -%+ ! $ $ $ % ! % $

- - 8 !

! % $ - . < +

-! + - . + < +

-200 7 -200 + ! + / - . %

< +

-200 7 20 0 , / - . % < +

-%

# = D + &

" # /# " , ? < + - , 200 #

2# =3: @ @ C@ @E

+ F + $ 200 *202 #? < +

-, 200 #

(# = D % 3

C D E + + . +

+ ? < + - , 200 #

)# ! =! % + 3

C$ + + $ + , E? < +


(35)

% % A

# % + A , % % +

- % : - =% & @

@ + ? 200 #

2# $ : & A =% & @ @

+ C@ @E? 200

(# =+ !%,

+ - ? 200

/ $ &


(36)

xiii

Gambar 2.1 Pengaruh Kegiatan Produksi Baru Pada Wilayah Dalam

Kaitannya Dengan Efek Multiplier ……….. 23 Gambar 3.1 Peta Kota Bandung ... 29 Gambar 3.2 Sirkulasi Kendaraan dan Jalan Pada Kawasan Industri

Kaos Suci- Surapati ……….. 53 Gambar 3.3 Kondisi Parkiran di koridor jalan Surapati ………54 Gambar 3.4 Kondisi Trotoar di Koridor Jalan.Surapati ………55 Gambar 3.5 RTH di Koridor Jalan.Surapati ………. 55 Gambar 3.6 Fasilitas Pendidikan Yang Berada Di Jalan.Surapati ………... 58 Gambar 3.7 Fasilitas Perkantoran Yang Terdapat di Jalan.Surapati ……….59 Gambar 3.8 PUSDAI (Fasilitas Keagamaan Yang Terdapat di

Jalan.Surapati) ……….. 59 Gambar 3.9 Kegiatan ekonomi yang berada di sekitar industri kaos

Suci Surapati ………... 60 Gambar 3.10 Pasar Cihaurgelis ……….. 60 Gambar 3.11 Peta Wilayah Industri Kaos Suci Yang Berada

di Jalan.Surapati ………61 Gambar 3.12 Pola Industri Kaos yang Memusat/Aglomerasi ……… 62 Gambar 3.13 Plang Selamat Datang Pada Kawasan Sentra Kaos Suci ………….. 62 Gambar 3.14 Outlet yang Dijadikan Kantor dan Tempat Usaha ………64 Gambar 3.15 Outlet yang Dijadikan Kantor dan Rumah Tinggal ……….. 64 Gambar 3.16 Jenis Produk konveksi ……….. 66 Gambar 3.17 Contoh Jenis Produk Percetakan ……….. 67 Gambar 3.18 Tahapan Proses Produksi Kaos dan Sablon ……….. 72 Gambar 3.19 Jaringan Produksi & Pemasaran Usaha Kaos

Sablon Suci Bandung ……….. 74 Gambar 4.1 Persentase Jenis Kelamin Pengusaha Industri Kaos Suci …………..76 Gambar 4.2 Persentase Kepemilikan Usaha ………. 77 Gambar 4.3 Persentase Umur Pengusaha Industri Kaos ……….. 78


(37)

xiv

Gambar 4.4 Persentase Perkembangan Berdiri Outlet Industri Kaos

Suci Yang Berada di Jalan. Surapati ………80 Gambar 4.5 Persentase Tempat Tinggal Pengusaha Industri Kaos Suci ……….. 81 Gambar 4.6 Persentase Status Tempat Tinggal Pengusaha

Yang Tinggal di Sekitar Industri ……….. 83 Gambar 4.7 Persentase Fungsi Oulet Industri Kaos ………. 84 Gambar 4.8 Persentase Kepemilikan Bangunan ……….. 86 Gambar 4.9 Persentase Modal Awal Usaha Industri ……… 87 Gambar 4.10 Rata-rata Pendapatan Perbulan Industri Kaos ……….. 89 Gambar 4.11 Persentase Asal Orderan ………... 91 Gambar 4.12 Persentase Jumlah Tenaga Kerja Lokal ……… 93 Gambar 4.13 Persentase Bahan Baku Lokal Yang Digunakan

Pada Industri Kaos Suci ……… 96

Gambar 4.14 Rantai Produksi untuk Produk Jaket, Switter,

Kaos, Kemeja, Tranning, Toga, Topi, dan Jas/blasser ………..98 Gambar 4.15 Rantai Produksi Untuk Produk Spanduk, Umbul-umbul,

Baligho, dan Bendera ………101

Gambar 4.16 Rantai Produksi Pembuat Poster, Banner, Pamflet,

dan Brosur ………. 104

Gambar 4.17 Rantai Produksi Neon Box ………...107 Gambar 4.18 Rantai Produksi Plakat, Medali, dan Billboard………. 110 Gambar 4.19 Rantai Produksi Kartu Undangan, Kartu Nama,

Liflet dan Kop Surat, Book Note, dan Buku Saku ……… 113 Gambar 4.20 Persentase Keterlibatan Masyarakat Lokal

Dalam Proses Produksi ………. 115 Gambar 4.21 Persentase Pengaruh aglomerasi Terhadap Munculnya

Outlet Industri Kaos ………. 123 Gambar 4.22 Persentase Pengaruh Aglomerasi Terhadap Kenyamanan ………… 125 Gambar 4.23 Pengaruh Aglomerasi Terhadap Pendapatan ………. 127


(38)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... xi DAFTAR GAMBAR ... xiii BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 7 1.3 Tujuan ... 8 1.4 Sasaran ... 8 1.5 Ruang Lingkup ... 9 1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah ... 9 1.5.1 Ruang Lingkup ... 9 1.6 Metodologi Penelitian ... 9 1.7 Kerangka Pemikiran ... 13 1.8 Sistematika penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Industri dan Pengelompokan Jenis Industri ... 15 2.1.1 Pengertian Industri ... 15 2.1.2 Pengelompokan Jenis Industri ... 15 2.2 Pengertian Tenaga Kerja dan Penggolongan Tenaga Kerja ... 18 2.2.1 Pengertian Tenaga Kerja ... 18 2.2.2 Penggolongan Tenaga Kerja ... 18 2.3 Pengertian Rantai Produksi ... 19 2.4 Teori Ekonomi Lokal ... 20 2.5 Teori Multiplier Effect ... 21 2.6 Teori Aglomerasi Industri ... 24


(39)

vii

2.7 Analisis Statistik Deskriptif dan Kualitatif ... 25 2.7.1 Analisi Statistik Deskriptif ... 25 2.7.2 Analisis Kualitatif ... 26

BAB III GAMBARAN UMUM INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KOTA BANDUNG

3.1 Gambaran Umum Wilayah Eksternal ……….. 27 3.1.1 Gambaran Umum Kota Bandung ………. 27 3.1.1.1 Kependudukan dan Ketenagakerja ……… 27 3.1.1.2 Industri ……….. 30 3.1.1.3 Arahan dan Kebijakan Penataan Ruang Berhubungan

dengan Industri Kota Bandung Berdasarkan Rencana

Tata Ruang Wilayah Kota Bandung ………. 32 3.1.1.4 Perekonomian ……… 33 3.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Cibeunying Kaler ………. 34

3.1.2.1 Kondisi Administrasi Kecamatan Cibeunying

Kaler ………. 34 3.1.2.2 Kependudukan dan Ketenagakerjaan ……… 35 3.1.2.3 Perekonomian ……… 37 3.1.2.4 Arahan Dan Kebijakan Penataan Ruang Berkaitan Dengan

Perindustri Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang

WilayaPengembangan Cibeunying ………... 38 3.2 Tinjauan Sentra-Sentra Perdagangan Kota Bandung ………. 39

3.2.1 Sejarah Dan Perkembangan 5 Kawasan Sentra-Sentra

Dan Perdagangan di Kota Bandung ……… 40 3.2.1.1 Sejarah Dan Perkembangan Industri Kaos

Sablon Suci ……… 40 3.2.1.2 Sejarah Perkembangan Kawasan Sentra Jeans

Cihampelas ……….42 3.2.1.3Sejarah Perkembangan Kawasan Sentra


(40)

Pengrajin Sepatu Cibaduyut ………. 42 3.2.1.4 Sejarah dan Perkembangan Sentra

Rajutan Binong Jati ………... 43 3.2.1.5 Sejarah dan Perkembangan Kawasan Sentra Industri

Kain dan Konveksi Cigondewa ……… 47 3.2.2 Perbandingan Sentra-Sentra Industri dan Perdagangan

Kota Bandung ……….. 49 3.3 Gambaran Umum Wilayah Sentra Industri Kaos Suci

di Jalan Surapati ………. 49 3.3.1 Perkembangan Sentra Industri Kaos Suci di Jalan.Surapati ……….. 49 3.3.2 Kondisi Wilayah Sentra Industri Kaos Suci di Jalan.Surapati ……... 53 3.3.2.1. Prasarana dan Utilitas ………. 53 3.3.2.2 Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial ……….. 58 3.3.3 Gambaran Umum Potensi Industri Kaos Suci ………... 62 3.3.3.1 Aglomerasi Outlet Industri ……… 62 3.3.3.2 Karakteristik Pengusaha Industri Kaos ………. 63 3.3.3.3 Karakteristik Tenaga Kerja Industri Kaos ………. 65 3.3.3.4 Jenis Produksi Dan Bahan Baku ………... 66 3.3.3.5 Rantai Produksi ………. 70

BAB IV ANALISIS POTENSI INDUSTRI KAOS TERHADAP EKONOMI LOKAL

4.1 Analisis Karakteristik Pengusaha Industri Kaos ………..75 4.1.1 Analisis Karakteristik Pengusaha Industri Kaos

Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kepemilikan Usaha ……….75 4.1.2 Analisis Karakteristik Umur Pengusaha dan Perkembangan

Berdiri Outlet Industri Kaos ……….. 78 4.1.3 Analisis Karakteristik Pengusaha Industri Kaos Suci

Berdasarkan Tempat Tinggal ……….. 81 4.1.4 Analisis Karakteristik Pengusaha Industri Kaos Suci


(41)

ix

Berdasarkan Tempat Usaha/Outlet ……… 84 4.1.5. Analisis Karakteristik Pengusaha Industri Kaos Berdasarkan

Modal Dan Pendapatan ………. 87 4.1.6 Analisis Karakteristik Pengusaha Industri Kaos Suci

Berdasarkan Sumber Pesanan/Orderan ………. 90 4.2 Analisis Karakteristik Tenaga Kerja Industri Kaos Suci ………. 92

4.2.1 Analisis Karakteristik Tenaga Kerja Industri Kaos Suci

Berdasarkan Tenaga Kerja Lokal ……….. 92 4.2.2 Analisis Karakteristik Tenaga Kerja Industri Kaos

Berdasarkan Status Tempat Tinggal ………. 94 4.2.3 Analisis Karakteristik Tenaga Kerja Industri Berdasarkan

Pendapatan………. 95 4.3 Analisis Penggunaan Bahan Baku Lokal Industri ……… 95 4.4 Analisis Rantai Produksi ………. 97

4.4.1 Analisis Rantai Produksi Konveksi (Untuk Produksi

Yang Berbahan Dasar Kain) ………. 97 4.4.2 Analisis Rantai Produksi Percetakan ………. 103 4.4.3 Analisis Keterlibatan Masyarakat Lokal Terhadap Rantai

Produksi Industri Kaos ……….. 115 4.5 Analisis Dampak Industri Kaos Terhadap Kegiatan Ekonomi

di sekitar Industri Kaos ……… 116 4.6 Analisis Potensi Industri Kaos Suci Terhadap Ekonomi Lokal ………….. 120 4.7 Analisis Keruangan Kawasan Industri Kaos Suci

Terhadap Pendapatan, Kenyamanan, dan Munculnya Outlet-outlet

Industri Kaos ……… 123 4.7.1 Dampak Aglomerasi Terhadap Munculnya Outlet

Industri Kaos ………. 123 4.7.2 Aglomerasi Terhadap Kenyamanan ………... 124 4.7.3 Aglomerasi Terhadap Pendapatan ………. 126 4.8 Analisis Kesesuaian Kawasan Industri Kaos Suci Terhadap


(42)

Kebijakan Penataan Ruang………... 128

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan ………131 5.2 Rekomendasi………..132 DAFTAR PUSTAKA


(43)

135

DAFTAR PUSTAKA

BUKU TEKS

• Ananta, Aris. 1986. Masalah Dan Prospek Ekonomi Indonesia 1986/1987 dalam (ED) Moh.Arsyad Anwar. Jakarta: UI Press.

• Blakely, E J (1987). Planning Local Economic Development, Theory and Practice, Sage Publication, Newbury, New York.

• Coffe, H and Pollose (1984). Local Economic Development: Conceptuel Bases and Policy Implication, Regoinal Studies

• Partadirja, Ace, “Ekonomika Etik dalam, Khazanah Pemikiran Ekonomi Indonesia, Didik.J. Rachbini (ed), Jakarta: LP3ES, 1985. • Sande, Imade. 1985. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta:

Depdikbud

• Rahardjo, M Dawam. 1999. Transpormasi Pertanian, Industrialisasi Dan Kesempatan Kerja. Jakarta: Universitas Indonesia.

• Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta

• Siswanto, Bejo. 1989. Manajemen Tenaga Kerja. Bandung: Sinar Baru

• Soepono, Prasetyo, 2002. Lokasi Perusahaan dan Implikasinya Bagi Kebijakan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ekonomi UGM

• Tarigan, Robinson, Drs.MRP (2004). Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Penerbit PT.Bumi Aksara. Jakarta

• Warlina, Lia. 2008 Materi Kuliah Metodologi Penelitian 1 dan 2. Bandung, Universitas Komputer Indonesia .

KUMPULAN DOKUMEN DAN UNDANG-UNDANG

• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung, 2008

• Badan Pusat Statistik-Kota Bandung (2009). Kecamatan Cibeunying Kaler Dalam Angka Tahun 2009, BPS-Kota Bandung


(44)

136

• BPS, 2002. Statistik Industri Besar Dan Sedang. Jakarta: BPS

• Departemen Perindustrian (1985). Pembinaan Industri Kecil di Indonesia, Jakarta

• Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Pengembangan Cibeunying, 2008

• Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan: Revitalisasi 5 Sentra Industri dan Perdagangan, 2008

• Kantor Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung (2009). Monografi Kecamatan Cibeunying Kaler.2009

Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan Baru di Indonesia Buku III.1999.Harvindo

UU Perindustrian Tahun 1984. Jakarta: Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)

Undang-undang RI No.13.2003

SKRIPSI

• Herawati, Hana, 1992. Pengukuran Dampak Ekonomi Yang Ditimbulkan Oleh Industri Pengilingan Minyak Exor I di Kabupaten Indramayu, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Planologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung

• Sutanto, Achmad, 2005. Prospek Pengembangan Industri Tembakau Sebagai Kegiatan Ekonomi Lokal, Tugas Ahkir. Jurusan Teknik Planologi, Institut Teknologi Nasional, Bandung

TESIS

• Arifin, Zaenal, 2004. Keterkaitan Tenaga Kerja Industri Huller Dengan Ekonomi Lokal di Desa Beberan Kabupaten Bogor. Jurusan Teknik Planologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung


(45)

137

• Perkasa, Aditya, 2005. Peran Kegiatan Industri Kecil Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Jurusan Teknik Planologi, Institut Teknologi Bandung, Bandung

MEDIA CETAKDANELEKTRONIK

• Firman, Tommy. 1999. Dari Pengembangan Wilayah Ke Pembangunan Lokal. Hu. Kompas 9 Desember 1999, hal 9

• Gambaran Tentang Perkembangan Industri Kaos Suci, www.kompas.com

• Gambaran Tentang Perkembangan Industri Kaos Suci, www.detik.com • Jenis-jenis barang komplementer, www.wikipedia.com

• RantaiProduksi,http://www.wikipedia.org/wiki/Manajemen_rantai_su

plai.com

• Rantai Produksi Industri, www.google.com

BROSUR


(46)

ii

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas rahmatnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Dengan judul:

Analisis Potensi Industri Kaos Terhadap Ekonomi Lokal (Studi Kasus: Industri Kaos Suci Kota Bandung)”.

Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan tinggi di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia.

Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam bentuk materi maupun moril, sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Papa Celestinus Ohoitimur dan Mama Laurantia Ohoitimur/M, selaku orang tua yang telah memberikan dorongan, semangat, kasih sayang serta doa yang tiada henti-hentinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Untuk tugas akhir ini, kembali saya dedikasikan sebagai suatu penghormatan dan tanda bukti khusus kepada beliau.

2. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Ukun Sastraprawira, M. Sc. Selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia.

4. Ir.Romeiza Syafriharti.MT. Selaku Ketua Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Universitas Komputer Indonesia.

5. Ibu Rifiati Safariah,ST.MT. Selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir dan Koordinator Tugas akhir.


(47)

iii

6. Ibu Putu Oktavia, ST.MA. Selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir.

7. Bapak Bapak Tatang Suheri., ST., MT. Selaku Dosen Pembahas dan Penguji.

8. Bapak Teguh Widodo.,S.sos., MT. Selaku Dosen Pembahas.

9. Ibu Ir. Romeiza Syafriharti, MT. Selaku Dosen Penguji.

10.Seluruh staf pengajar Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia Ibu Ir. Romeiza Syafriharti, MT., Ibu Dr. Lia Warlina, M.Si, Ibu Rifiati Safariah, ST., MT, Ibu Yossi Lasti Hastini, ST., MT, Bapak Tatang Suheri., ST., MT, Bapak Teguh Widodo.,S.sos., MT, dan dosen lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas segala ilmu, bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis selama duduk di bangku kuliah.

11.Staf sekertariat Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia Mba Vitri yang telah membantu penulis dalam penyediaan surat-surat buat penelitian dan lain-lain.

12.Staf perpustakaan UNIKOM, Perpustakaan Departemen Teknik Planologi ITB, dan Perpustakaan ITENAS yang telah membantu penulis dalam mendapatkan referensi yang terkait dengan materi tugas akhir ini.

13.Seluruh Kepala dan Staf Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, yang

telah membantu dalam perolehan data-data yang berkaitan dengan studi penelitian tugas akhir ini.

14.Seluruh Kepala dan Staf Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bandung, yang telah membantu penyusun dalam perolehan data-data yang berkaitan dengan studi penelitian tugas akhir ini.

15.Seluruh Kepala dan Staf Kantor Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung, yang telah membantu penyusun dalam perolehan data-data yang berkaitan dengan studi penelitian tugas akhir ini.

16.Seluruh Kepala dan Staf Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung, yang telah membantu penyusun dalam perolehan data-data yang berkaitan dengan studi penelitian tugas akhir ini.


(48)

iv membantu dalam pembuatan surat ijin survey.

18.Bapak Manarwi. Selaku pemimpin koperasi pengusaha dan pengrajin industri kaos Suci, yang telah membantu dalam perolehan data-data dan informasi terkait dengan studi penelitian tugas akhir ini

19.Seluruh pengusaha dan karyawan sentra industri kaos Suci, yang telah bersedia menjadi responden dalam studi penelitian ini. Serta para masyarakat dan para pedagang sekitar sentra industri kaos Suci yang telah membantu penyusun dalam pemberian informasi terkait dengan studi penelitian ini.

20.Kakakku tersayang Ida Yolanda Ohoitimur, Jhon Alfred Hendrik Ohoitimur, Kakak iparku Edmundus Resubun dan adikku tercinta Ricko Samuel Ohoitimur yang sangat membantu di setiap penulis membutuhkan hiburan dan bimbingan keluarga serta menjadi motivator penulis selama menyelesaiakan tugas akhir ini. 21.Mama Tua Klau, Mama Tua Ev, Mama Tua Ande, Tante Meri, Om Emus, Om

Toni, Tante Rina, dan keluarga di Pasir Panjang, Ngilngof, dan Namar yang telah memberikan motivasi dan doa kepada penulis dengan tidak henti-hentinya hingga terselesaikannya tugas akhir ini.

22.Seluruh keluarga besarku yang telah memberikan doa serta motivasi selama penulis menyelesaiakan laporan tugas akhir ini.

23.Teman terbaiku selama kuliah Viesca Emerensya Gomies dan Alqoriah yang telah membantu penulis selama dalam proses survey, baik pada survey sekunder dalam pengumpulan data-data di berbagai instansi serta survey primer mulai dari observasi lapangan, visual, penyebaran kuesioner awal, hingga penyebaran kuesioner akhir. Kebaikan kalian akan selalu saya ingat dan semoga persahabatan kita tetap terjaga sampai selama-lamanya.

24.Teman terbaiku Joan Herwawan, yang selalu mendoakan dan memberikan

semangat serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 25.Teman penulis angkatan 2006; Suci Mutiara Sarie, Viesca Emerensya Gomies,


(49)

v

Rahmatsyah, Kani Mahardika, Endi Kurnia Setiawan, Dira Lazuardi, Muhamad Yusran, Rio Setyo Harman, terimakasih atas persahabatannya dan kebersamaan yang indah selama ini yang tidak akan pernah penulis lupakan, serta selalu setia menjadi teman diskusi dalam penyususnan tugas akhir ini.

26.Kakak tingkatku dan teman-teman penulis seperjuangan yang juga menyelesaikan

laporan tugas akhir; kang Cucu, kang Dadan dan Musrihal, teh Widi, Cici, Eva, Cika, Qoqoy, dan Ika terima kasih atas kebersamaan selama penyelesaian tugas akhir ini, terima kasih atas diskusi-diskusinya, tukar pikirannya, saran serta usulan selama penyusunan tugas akhir ini.

27.Semua alumni dan mahasiswa angkatan 2000 hingga 2009 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Unikom, terima kasih atas kebersamaannya selama masih kuliah dan segala dukungan moral serta doanya.

Semoga Tuhan memberkati dan membalas kebaikan dan bantuan yang telah bapak/ibu, keluarga, sahabat, dan teman-teman berikan kepada penulis. Besar harapan penyusun, laporan ini dapat bermanfaat baik bagi orang-orang yang membaca laporan ini. Laporan ini juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan berbagai masukan, kritik dan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang lebih baik di masa yang akan datang.

Bandung, Agustus 2010


(50)

(51)

75

BAB IV

ANALISIS POTENSI INDUSTRI KAOS TERHADAP EKONOMI LOKAL

Dalam bab ini menjelaskan hasil pengolahan data kuesioner yang selanjutnya dianalisis untuk mengetahui permasalahannya. Dimana analisis ini terdiri dari analisis karakteristik responden yang terdiri dari; analisis karakteristik pengusaha, analisis karakteristik tenaga kerja, analisis bahan baku industri, analisis rantai produksi, analisis dampak industri kaos terhadap kegiatan ekonomi di sekitar industri kaos, analisis potensi industri kaos Suci terhadap ekonomi lokal, analisis keruangan kawasan industri kaos Suci terhadap pendapatan, kenyamanan, dan munculnya outlet -outlet industri kaos, dan analisis kesesuaian kawasan industri kaos Suci terhadap kebijakan penataan ruang.

4.1 Analisis Karakteristik Pengusaha Industri Kaos

4.1.1 Analisis Karakteristik Pengusaha Industri Kaos Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kepemilikan Usaha

Dalam bahasan ini menjabarkan mengenai karakteristik pengusaha industri kaos, yang terdiri atas jenis kelamin, kepemilikan usaha, tempat tinggal pengusaha, status tempat tinggal, status bangunan tempat usaha, fungsi tempat usaha. Materi tersebut dianalisis dengan memunculkan frekuensi hasil jumlah kuesioner, presentase dari frekuensi jumlah kuesioner dan digambarkan dengan chart agar lebih jelas dalam penjabaran analisisnya.

1. Jenis Kelamin

Alasan memasukan jenis kelamin pada karakteristik pengusaha industri kaos Suci yaitu dikarenakan, ketika melakukan survey primer ditemukan banyaknya pengusaha industri yang laki-laki dan perempuan, sehingga menimbulkan keingintahuan terhadap pengusaha industri kaos.

Berikut Tabel IV-1 yang menerangkan jenis kelamin pengusaha sentra industri kaos Suci yang berada di Jalan Surapati.


(52)

Tabel IV-1

Jenis Kelamin Pengusaha Industri Kaos Suci

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 47 78,3%

Perempuan 13 21,7%

Jumlah 60 100%

(sumber: hasil survey 2010)

Gambar 4.1

Persentase Jenis Kelamin Pengusaha Industri Kaos Suci

Berdasarkan pada tabel IV-1 di atas, pengusaha industri kaos Suci yang berada di Jalan Surapati, kebanyakan berjenis kelamin laki-laki, hal ini ditunjukan persentase sebanyak 78,3%, dibandingkan perempuan yang hanya 21,7%. Hal ini menggambarkan bahwa yang lebih berperan dalam usaha industri ini adalah laki-laki.

Jika dianalisis hubungan dengan industri kaos, dapat diketahui bahwa industri ini lebih cenderung dipimpin/dikelola oleh laki-laki. Hal ini dilatarbelakangi oleh kewajiban kepala keluarga dalam hal ini laki-laki yang bertanggung jawab menafkahi keluarganya. Sehingga cenderung usaha kaos ini dipilih menjadi salah satu mata pencaharian utama dari para kepala keluarga ini. Sedangkan untuk pengusahanya perempuan, umumnya usaha ini dijadikan pekerjaan sampingan, dikarenakan suaminya/kepala keluarganya juga bekerja.

78,3%

21,7% 0

20 40 60

Laki-laki Perempuan

Jenis Kelamin


(1)

NO. JENIS PRODUK BAHAN BAKU POKOK

BAHAN BAKU LAIN

38. Srgam Resmi TK Tetron atau Hero Bet/Lengkap Lokasi 39. Srgam Resmi SD Tetron atau Hero Bet/Lengkap Lokasi 40. Srgm Resmi SMP Tetron atau Hero Bet/Lengkap Lokasi 41. Srgm Resmi SMA Tetron atau Hero Bet/Lengkap Lokasi 42. Srgm Kantor Dws Tetron atau Hero Bet/Lengkap Lokasi 43. Sergam Batik TK Tetron atau Hero -

44. Sergam Batik SD Tetron atau Hero - 45. Sragm Batik SMP Tetron atau Hero - 46. Sragm Batik SMA Tetron atau Hero - 47. Sragm Batik Dws Tetron atau Hero -

48. Rompi Drill Bordir

49. Topi Diadora Sablon

50. Topi Laken Bordir

51. Sragm Olah Raga Parasit biasa Sablon 52. Sragm Olah Raga Parasit Super Bordir 53. Sragm Olah Raga Parasut Sablon

54. Sragam Wisuda Driil -

55. Toga Drill -

56. Spanduk letter Albatex (0,9 m.) Cat / pewarna 57. Spanduk Sablon Albatex (0,9 m.) Cat / pewarna 58. Spanduk Cetak Colinbret 0,9 m. Cat / Print Digit 59. Umbul-umbul Albatex (0,9 m.) Cat / pewarna 60. Banner Albatex (0,9 m.) Cat / pewarna 61 Bendera Albatex (0,9 m.) Cat / pewarna 62. Baligho Albatex (0,9 m.) Cat / pewarna 63. Billboard/Plang Plat besi Cat / Tinner 64. Billboard/Plang Plat Alumunium Cat / Tinner

65. Neon Box biasa Acrelic mica Cat / Tinner / lampu 66. Neon Box super Acrelic mica Cat / Riner / lampu

67. Neon Sign Kaca Bahan Kimia

68. Huruf Timbul Alumunium Sorder / Gergaji 69. Huruf Timbul Kuningan Sorder / Gergaji 70. Kartu Nama Krtas Name card Cat / Pewarna

61 Kartu Undangan Macam Kertas Cat / Pewarna 62. Brosur Konstruk / HVS Cat / Pewarna 63. Pamflet Konstruk / HVS Cat / Pewarna 64. Liflet Konstruk / HVS Cat / Pewarna 65. Kop Surat HVS. 60,70,80 Cat / Pewarna 66. Amplop Cabinet Cat / Pewarna 67. Book Note Kertas HVS Cat / Pewarna 68. Buku saku Kertas HVS Cat / Pewarna 69. Cet. Buku biasa Kertas HVS Cat / Pewarna 70. Ct Buku khusus Kertas HVS Cat / Pewarna 71. PIN 5 cm Glosy Acrelic/Kertas Sablon/Print Warna 72. PIN 10 cm Glosy Acrelic/Kertas Sablon/Print Warna 73. PIN 15 cm Glosy Acrelic/Kertas Sablon/Print Warna 74. PIN 5 cm Doff Acrelic/Kertas Sablon/Print Warna


(2)

NO. JENIS PRODUK BAHAN BAKU POKOK

BAHAN BAKU LAIN

75. PIN 10 cm Doff Acrelic/Kertas Sablon/Print Warna 76. PIN 15 cm Doff Acrelic/Kertas Sablon/Print Warna 77. Paket Medali Perunggu Sablon/Press 78. Paket Medali Perak Sablon/Press 79. Paket Medali Emas Sablon/Press (Sumber: Koperasi Sentra Industri Kaos)

3.3.3.5 Rantai Produksi 1. Prinsip Rantai Produksi

Kegiatan dalam produksi kaos di sentra industri kaos dan sablon Suci ini terdiri dari beberapa tahap proses dasar, yakni proses pembuatan pola dan pemotongan kain, proses sablon, dan proses jahit. Kegiatan pemotongan, penjahitan dan pengepakan biasanya disatukan dalam satu bengkel kerja. Sedangkan kegiatan penyablonan selalu dipisahkan atau diberi batas.

Proses pembuatan kaos, jaket, sweater, topi, training pack:

a. Pendatangan bahan sesuai dengan pesanan, kemudian disortir. Disini bahan diperiksa, apakah jumlahnya sesuai dengan pesanan. Kemudian bahan diseleksi satu persatu, dipisahkan antara yang baik dengan yang kurang baik kualitasnya. Bahan yang akan digunakan tentu saja bahan yang baik;

b. Pembuatan pola dan pemotongan bahan c. Penyablonan, prosesnya sebagai berikut :

Pembuatan film / negatif gambar berupa transparansi gambar, sesuai pesanan. Terdiri dari dua cara :

o Disetting menggunakan komputer, khusus untuk gambar-gambar yang

memerlukan akurasi tinggi, benar-benar sesuai dengan aslinya;

o Dibuat secara manual, khususnya untuk gambar yang relatif mudah dan

tidak memerlukan akurasi yang terlalu tinggi.

Negatif gambar yang telah jadi kemudian dipindahkan / dicetak ke screen (alat untuk menyablon) dengan menggunakan cairan khusus,kemudian dijemur di bawah cahaya matahari atau pun lampu selamakurang lebih 2 jam;


(3)

Bahan yang telah dipotong diletakkan di permukaan meja kerja yang telah diberi perekat agar bahan tidak berubah posisi ketika disablon;

Proses selanjutnya adalah mempersiapkan warna menggunakan bibit warna dan zat khusus. Bibit warna adalah warna-warna dasar yang harus dicampur dengan warna lain serta ditambahkan GL untuk warna gelap, dan pigmen untuk warna terang;

Setelah semuanya siap, maka bahan tinggal disablon menggunakan screen gambar, rakel (alat untk meratakan warna) dan hasil campuran warna;

Selesai disablon, bahan dijemur kemudian disetrika.

Serangkaian rantai proses produksi kaos sablon yang ada di kawasan ini meliputi proses desain, rantai proses utama (pola, pemotongan kain, sablon, jahit, obras dan packing), dan proses pemasaran. Secara diagramatis, proses produksi pakaian rajut dapat digambarkan sebagai berikut:


(4)

Gambar 3.18

Tahapan Proses Produksi Kaos dan Sablon (Sumber : Koperasi Industri Kaos Suci)

1 Pemesanan

7

Pencampuran dan Pemberian Warna

5

Pembuatan Negatif Gambar/Film 2

Pendatangan Barang dan Pernyortiran

4 Penyablonan

6

Penjemuran film

8

Penjemuran Bahan Hasil Sablon 3

Pembuatan Pola dan Pemotongan Bahan

9

Bahan disetrika 11

Pemotongan Benang Sisa

12

Pengepakan Barang 10

Penjahitan dan Pengobrasan

12b Penjualan

5b. Manual 5a

Setting ke Komputer

12a Penyimpanan


(5)

2. Desain

Desain kaos dan sablon di kawasan sentra kaos Suci ini sebagian besar merupakan desain yang dibuat oleh para pemesan yang sebagian besar merupakan lembaga, institusi, kantor, partai politik, perorangan dan distro. Meskipun demikian, ada beberapa pemesan yang menyerahkan ide desain ini kepada pengusaha kaos.

3. Produsen Alat & Bahan

Sejumlah alat dan bahan yang dibutuhkan dalam produksi kaos sablon ini hanya sedikit tersedia di kawasan. Kebutuhan bahan berupa lembar kaos dalam jumlah besar biasanya mereka dapat dari pabrik yang ada di Leuwigajah. Sedangkan untuk lembaran kaos dalam partai kecil dan bahan pendukung seperti benang mereka dapat dari toko-toko yang ada di Jl. Otoiskandardinata dan kawasan Cigondewah. Kondisi ini menunjukkan bahwa aktivitas produksi yang ada di kawasan Suci ini tidak didukung oleh keberadaan penyedia bahan dan alat yang dibutuhkan. Tentunya kondisi ini akan menjadi kendala efektivitas proses produksi kaos sablon ini.

4. Pemasaran

Sebagian besar konsumen di kawasan Suci ini langsung mendatangi showroom yang berada di koridor Jalan Suci. Konsumen memesan produk yang mereka butuhkan baik yang ada dikantung permukiman atau di koridor. Meskipun demikian, di kawasan ini terdapat calo atau makelar yang dapat menjadi perantara antara konsumen dan para pengrajin kaos sablon


(6)

Gambar 3.19

Jaringan Produksi & Pemasaran Usaha Kaos Sablon Suci Bandung

Pengrajin Produsen

2) Calo/ Makelar 1) Pengrajin

Pemasaran

3) Tanpa Perantara

Klien (organisasi/ Perorangan)