Faktor Eksternal Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri Subjek

Kritikan yang masuk bagi subjek di awal masa mengajar menjadi sebuah beban tersendiri sehingga membuat subjek merasa semakin “down”. Pemikiran subjek yang semacam ini akhirnya berpengaruh pada keseluruhan proses penyesuian dirinya, seperti relasinya dengan rekan kerja yang lebih senior dan proses belajar-mengajar di kelas. Namun, sebagai salah satu warga sekolah, maka subjek belajar untuk membiasakan diri dengan budaya teguran langsung yang berlaku tersebut.

b. Faktor Eksternal

Faktor kedua yang mempengaruhi proses penyesuaian diri adalah faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu seperti lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lain-lain. Pada subjek, faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain. 1 Faktor Pendukung a Diklat atau pelatihan ke-plb-an dan MMR Subjek yang memiliki latar belakang pendidikan non-plb merasa bahwa pengetahuannya tentang dunia plb dan ketunarunguan masih sangat minim. Berbagai usaha dilakukan oleh subjek untuk dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya tersebut. Tingginya tingkat kemauan subjek untuk belajar menjadi salah satu faktor yang membantu proses pembelajaran tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan subjek untuk menambah pengetahuannya di bidang plb adalah dengan cara mengikuti diklat atau pelatihan plb. Subjek menuturkan bahwa dirinya sudah beberapa kali mengikuti pelatihan semacam itu. Pelatihan yang biasanya diikuti oleh subjek adalah pelatihan dari Dinas PLB. Hal ini dirasakan cukup memantu subjek untuk bisa mendapatkan berbagai informasi terbaru mengenai dunia pendidikan ketunarunguan. Subjek juga rutin membaca beberapa referensi terkait dengan pembelajaran bagi siswanya. Salah satu pelatihan yang masih diikuti subjek sampai dengan saat ini adalah pelatihan MMR yang diselenggarakan sendiri oleh SLB-B Karnnamanohara, tempat subjek mengajar. Pelatihan MMR ini biasanya dijadwalkan 2 smapai 3 minggu sekali dan diikuti tidak hanya oleh guru non-plb tetapi semua guru yang bekerja di sekolah tersebut. Pelatihan MMR yang dilakukan ini biasanya membahas mengenai metode pengajaran MMR yang memang wajib digunakan oleh guru di SLB-B Karannnamnohara, termasuk subjek. Semua hal tersebut dilakukan oleh subjek demi memperdalam ilmu ke-plb-an yang belum dimiliki di awal masa mengajar. b Fasilitas sekolah Usaha subjek untuk memperoleh ilmu tentang ke- plb-an juga didukung oleh tersedianya fasilitas dari sekolah. Di sekolah, subjek dapat membaca buku-buku terkait dengan pengajaran bagi anak tunarungu. Selain itu, subjek juga bisa meminjam video-video pengajaran atau MMR untuk dipelajari. Hal ini sangat membantu subjek dalam memperdalam ilmunya tentang ke-plb-an, terutama karena subjek tidak perlu bersusah payah mencari referensi. c Informasi dari rekan kerja Relasi subjek dengan rekan kerja di awal masa mengajar sempat mengalami kekakuan. Namun, setelaha melewati masa tersebut, subjek semakin dekat dan akrab dengan rekan kerjanya di sekolah. Hal ini dirasakan subjek menjadi hal yang menguntungkan karena para rekan kerja tersebut memberikan banyak bantuan dan dukungan. Bantuan yang diberikan yaitu berupa sharing pengalaman dalam mengajar, ilmu tentang mengenali karakter siswa, dan memberikan dukungan moral bagi subjek. Hal ini sangat dirasakan ketika subjek merasa berada di titik terendah saat masa awal mengajar. 2 Faktor Penghambat Di awal masa mengajar, subjek sempat merasakan pengawasan yang ketat dari rekan kerja melalui observasi yang dialami. Hal tersebut akhirnya berpengaruh pada kondisi psikis subjek. Dimana pada saat observasi, subjek merasakan cemas dan takut karena diawasi selama mengajar. Faktor penghambat ini hanya muncul di awal masa mengajar karena setelah masa tersebut relasi yang terjalin menjadi lebih akrab. Pandangan subjek yang dulu merasa diawasi berubah seiring dengan kedekatan emosionalnya dengan rekan kerja senior tersebut. Berdasarkan pembahasan di masa awal mengajar diatas, maka peneliti memandang bahwa penyesuaian diri yang dilakukan subjek di masa awal tersebut masih belum memenuhi kriteria penyesuaian diri yang tepat. Meskipun tidak diukur secara nyata melalui penelitian ini, tetapi melihat kembali teori yang dikaji maka diperoleh gambaran tersebut. Hal ini nampak pada beberapa kriteria yang muncul, pertama adalah adanya rasa cemas dan takut. Dalam faktor yang mempengaruhi telah dijelaskan munculnya rasa cemas dan takut yang dialami oleh subjek. Kriteria kedua, subjek mengalami kesulitan untuk mengatasi hambatan yang muncul. Hal ini nampak ketika subjek merasa kebingungan untuk tetap bertahan mengajar atau keluar dari pekerjaannya. Kesulitan komunikasi, belum adanya pengalaman dan latar belakang pendidikan yang bukan plb membuat subjek merasa takut tidak diterima sehingga memiliki pikiran untuk keluar dari pekerjaannya tersebut. Kriteria terakhir adalah kecenderungan subjek dalam menjalin relasi masih nampak kaku. Subjek mengungkapkan bahwa posisinya di lingkungan yang baru membuat dia masih belajar untuk mengenal secara lebih jauh, siapa saja rekan kerjanya dan bagaimana karakternya. Berdasarkan pembahasan di masa mengajar saat ini diatas, maka peneliti memandang bahwa penyesuaian diri yang dilakukan subjek saat ini sudah tepat. Meskipun tidak diukur secara nyata melalui penelitian ini, tetapi melihat kembali teori yang dikaji maka diperoleh gambaran tersebut. Namun, setelah melewati masa tersebut, subjek bisa menyesuaikan diri dengan tepat. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan subjek untuk mengatasi hambatan yang muncul, baik secara fisik maupun psikologis. Subjek yang awalnya sempat merasa bingung dan bahkan ingin keluar dari pekerjaanya, akhirnya berusaha untuk bisa menemukan cara dalam menyelesaikan masalahnya tersebut. Tanda fisik yang muncul, mampu diredam seiring dengan meningkatnya kemampuan yang diperoleh subjek. Tidak merasa cemas dan takut ketika berhadapan dengan siswa karena telah bisa berkomunikasi dan memahami karakter anak. Kepercayaan diri subjek juga kembali seiring dengan penerimaan dari rekan kerja dan siswanya. Kriteria kedua adalah adanya kemampuan subjek untuk bisa mengetahui kelemahan serta kelebihan diri. Di awal masa mengajar, subjek memahami ada beberapa kelemahan dalam dirinya. Hal tersebut menjadi hambatan dalam melakukan proses penyesuaian diri. Subjek yang telah memiliki pengalaman mampu memahami kelemahannya bukan lagi sebgai hambatan tetapi lebih menjadi sebuah tantangan untuk mengembangkan diri. Kriteria ketiga adalah kemampuan subjek dalam berelasi semakin berkembang dan tidak lagi kaku seperti di masa awal mengajar. Relasi dengan rekan kerja dan wali murid terjalin semakin akrab dan baik. Kriteria terakhir adalah adanya dukungan dari lingkungan. Ketika di masa awal subjek sempat merasa bingung dan cemas, rekan kerja di sekolah mencoba memberikan dukungan berupa bantuan dalam hal mengajar maupun sharing pengalaman. Hal ini dirasakan subjek sebagai sebuah bentuk relasi yang saling menguntungkan. Adanya budaya kekeluargaan yang berkembang di sekolah subjek juga menjadi penentu terciptanya proses relasi yang akrab. Di sisi lain, dukungan dari keluarga juga membantu subjek sehingga bisa menyesuaikan diri di sekolah dengan baik. 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN