Hamengku Buwono II Mangkat

menyembuhkan sehingga memutuskan kembali ke tanah airnya, yang dilaksanakan pada 2 Februari 1824 menumpang kapal “Fame” bersama istrinya. 23

B. Hamengku Buwono II Mangkat

Sejak bulan November Sultan Hamengku Buwono II menderita sakit tenggorokan. Gangguan ini mengakibatkan ia sulit bicara dan susah menelan makanan sehingga terpaksa setiap hari ia hanya makan bubur beberapa sendok. Obat dari dokter tidak dapat menyembuhkan penyakitnya, sementara badannya makin melemah. Akhirnya pada tanggal 2 Januari 1828 malam, ia menghembuskan nafas terkhir dalam usia 78 tahun. Keesokan harinya langsung dikebumikan di Pasareyan Astana Kitha Hageng dekat Kota Gede. Meninggalnya Sultan Hamengku Buwono II membuat Gathot Menol diangkat kembali menjadi Sultan Hamengku Buwono V. Pergantian ini tidak mempengaruhi jalannya pertempuran antara pasukan Belanda dan barisan Diponegoro. Belanda makin banyak membangun benteng di daeraah yang mereka kuasai. Di samping itu mereka mendatangkan prajurit dari Madura, Sulawesi, Maluku, dan Menando untuk membantu Belanda memerangi barisan Diponegoro. Dari negeri Belanda mengalir terus persenjataan dan obat-obatan yang dibutuhkan Patroli 24 jam menjaga hubungan antar benteng. Di samping mengadakan penyergapan, Belanda juga menjalankan politik membujuk para pemimpin pejuang agar menyerahkan diri dengan imbalan menarik. Beberapa pangeran dan tumenggung yang putus asa tidak yakin lagi 23 Ibid., hal. 131. akan tercapainya kemenangan, menyerah kepada Belanda. Pada tanggal 18 April 1828, Pangeran Notodiningrat, putra Pangeran Mangkubumi, beserta pengikutnya masuk perangkap dan menyerah kepada pasukan Belanda. Penyerahan ini sangat menggembirakan Belanda dan mereka mengharapkan Pangeran Mangkubumi bisa segera menyerah pula. Sementara itu pertempuran masih terus berlangsung antara pasukan Belanda dan barisan Diponegoro. Saat itu pusat pertempuran Pangeran Diponegoro telah dialihkan ke Sambirata. Pada awal bulan September 1828 Belanda mengerahkan pasukan menyerang Sambirata secara besar-besaran. Melihat kekuatan musuh yang lebih besar Pangeran Diponegoro atas anjuran pembantunya meninggalkan Sambirata menuju desa Redjasa. Setelah menemukan markas besar Diponegoro dalam keadaan kosong, pasukan Belanda membumihanguskan Sambirata dan juga desa sekitarnya. Sentot yang mendengar hal itu, naik pitam dan mengerahkan pasukannya untuk menyerang tentara Belanda secara mendadak. Mereka berhasil membuat tentara Belanda kocar-kacir. Pangeran Diponegoro lalu memutuskan untuk mengalihkan markas besarnya ke desa Pengasih. Dan di luar dugaan, pada tanggal 5 November 1828. Kyai Maja, yang merupakan orang ke-3 dalam barisan Diponegoro, menyerah bersama anak buahnya kepada Belanda. Pangeran Diponegoro sangat terpukul dengann peristiwa ini.

C. Tan Jin Sing Wafat