Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Kepemimpinan Transformasional X1 Kepemimpinan transformasional adalah tipe pemimpin yang dapat mentransformasi para pengikut dengan bertindak sebagai seorang pelatih, guru atau mentor. Para pemimpin transformasional mencoba untuk memberi kekuasaan dan meninggikan para pengikut. Indikator kepemimpinan transformasional mengacu pada Bass dan Avolio, 2004 : a. Karisma X1 .1 Seorang pemimpin transformasional mendapatkan kharismanya dari pandangan pengikut, pemimpin yang berkharisma akan mempunyai banyak pengaruh dan dapat menggerakkan bawahannya. b. Bisa menginspirasi X1 .2 Pemimpin transformasional memotivasi dan menginspirasi bawahannya dengan jalan mengkomunikasikan harapan tinggi terhadap perubahan dengan jelas, mengekspresikan tujuan penting dengan cara-cara sederhana. c. Memberikan rangsangan intelektual X1 .3 Pemimpin transformasional berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya inovasi dan kreativitas. Perbedaan pendapat dipandang sebagai hal yang lumrah terjadi. Pemimpin mendorong bawahan untuk memunculkan ide-ide baru dan solusi kreatif atas masalah yang dihadapi. Untuk itu bawahan dilibatkan dalam proses perumusan masalah dan pencarian solusi. d. Memberikan pertimbangan kepada karyawan X1 .4 Pemimpin transformasional memberikan perhatian khusus terhadap setiap kebutuhan individual untuk berprestasi dan berkembang, dengan jalan bertindak sebagai pelatih atau penasehat. Melalui interaksi personal diharapkan prestasi para karyawan dapat semakin meningkat. 2. Budaya Organisasi X2 Budaya organisasi merupakan nilai-nilai inti organisasi yang dipegang kukuh, diyakini oleh semua anggota organisasi lalu dipelajari, diterapkan serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai tunjuan perusahaan yang telah ditetapkan. a. Inovasi dan keberanian mengambil risiko X2 .1 Sejauh mana tingkat daya pendorong karyawan untuk bersikap inovatif dan berani mengambil resiko. b. Perhatian terhadap detail X2 .2 Sejauh mana tingkat tuntutan terhadap karyawan untuk mampu memperlihatkan ketepatan, analisa, dan perhatian terhadap detail. c. Berorientasi kepada hasil X2 .3 Sejauh mana tingkat tuntutan terhadap manajemen untuk lebih memusatkan perhatian pada hasil, dibandingkan perhatian pada teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut. d. Berorientasi kepada manusia X2 .4 Sejauh mana tingkat keputusan manajemen dalam mempertimbangkan efek- efek hasil terhadap individu yang ada di dalam organisasi. e. Berorientasi tim X2 .5 Sejauh mana tingkat aktivitas pekerjaan yang diatur dalam tim, bukan secara perorangan. f. Agresif X2 .6 Sejauh mana tingkat tuntutan terhadap orang-orang agar berlaku agresif dan bersaing, dan tidak bersikap santai. g. Stabil X2 .7 Sejauh mana tingkat penekanan aktivitas organisasi dalam mempertahankan status quo berbanding pertumbuhan. 3. Learning Organization Y Learning Organization adalah organisasi yang orang-orangnya secara terus menerus mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan hasil yang mereka inginkan dengan pola berpikir baru, aspirasi kelompok diberi kebebasan dan orang-orang di dalamnya secara terus menerus belajar mempelajari sesuatu secara bersama. Indikator Learning Organization mengacu pada Pitss 2005 yaitu : a. Pelatihan berkelanjutan Y 1 Menghadapi dan beradaptasi terhadap perubahan, setiap organisasi perlu membangun iklim pembelajaran. Pelatihan secara berkelanjutan bagi anggotanya, memberi kontribusi bagi organisasi untuk pembelajaran. Komitmen pada pelatihan dan pengembangan SDM maka ketrampilan baru akan dapat dimiliki. Pelatihan mendorong munculnya ide-ide baru. Kepedulian terhadap pelatihan akan meningkatkan ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan anggotanya. b. Desentralisasi pengambilan keputusan Y 2 Merupakan faktor penyumbang potensial bagi perusahaan untuk pembelajaran. Organisasi dapat memfasilitasi pembelajaran pada anggotanya melalui desentralisasi tanggungjawab sehingga berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Desentralisasi pengambilan keputusan, memberikan ruang bagi anggota untuk bereksperimen dengan cara baru yang menurutnya sesuai. Desentralisasi dapat dilakukan ke suatu tim kerja untuk melakukan perubahan. Desentralisasi mendorong kreativitas berkembang. c. Keterbukaan dan perbedaan pendapat Y 3 Ada keterbukaan pimpinan dan kesediaan utuk mendengar terhadap ide, usulan, kritik. Ada kesediaan pimpinan memahami perbedaan pandangan. Dengan keterbukaan mampu memahami adanya keanekaragaman orang lain. d. Toleransi terhadap kekeliruan Y 4 Untuk memfasilitasi pembelajaran, pimpinan tidak memberikan ancaman pada anggota yang melakukan rancangan suatu program pekerjaan, yang akhirnya ternyata gagal. Perusahaan harus toleransi menerima kesalahan atau kegagalan atas eksperimen anggotanya. Penghargaan diberikan jika hasil rancangan pekerjaan layak. e. Mendukung untuk bereksperimen Y 5 Diperlukan inisiatif untuk mencoba mengembangkan rancangan pekerjaan terbaik. Kerja tim dengan mengembanhkan skill dan pengetahuannya akan bermanfaat dalam memikirkan pengembangan produk. Pembentukan tim pengembangan produk diperlukan dalam penentuan desain sesuai keinginan pasar. 4. Kepuasan Kerja Z Kepuasan kerja variabel endogen merupakan sikap karyawan terhadap pekerjaannya, menyangkut respon terhadap perbedaan apa yang menjadi harapan dengan apa yang sudah diterima dari pekerjaannya. Indikator kepuasan kerja karyawan mengacu pada Luthans 2002 adalah a. Pembayaran Z 1 Karyawan menginginkan system upah dan kebijakan promosi yang dipersepsikan sebagai adil, tidak meragukan dan segaris dengan pengharapannya. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu, dan standar pengupahan komunitas kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. b. Pekerjaan itu sendiri Z 2 Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi kesempatan untuk mengunakan kemampuan dan ketrampilannya, kebebasan, dan umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja. Karakteristik ini membuat kerja lebih menantang. Pekerjaan yang kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi yang terlalu banyak menantang juga dapat menciptakan frustasi dan perasaan gagal. c. Rekan Kerja Z 3 Bagi kebanyakan karyawan kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan kerja yang ramah dan mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat. d. Promosi pekerjaan Z 4 Promosi terjadi pada saat seorang karyawan berpindah dari suatu pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih tinggi gaji, tanggung jawab dan jenjang organisasionalnya. Pada saat dipromosikan karyawan umumnya menghadapi peningkatan tuntutan dan keahlian, kemampuan dan tanggung jawab. Sebagian besar karyawan merasa positif karena dipromosikan. Promosi memungkinkan perusahaan untuk mendayagunakan kemampuan dan keahlian karyawan setinggi mungkin. Sistem promosi yang efektif memungkinkan sebuah organisasi untuk mencocokkan kebutuhannya yang berkesinambungan akan tenaga kerja yang kompeten dengan keinginan karyawan untuk menerapkan keahlian yang telah dikuasai. e. Kepenyeliaan Z 5 Supervisi mempunyai peran yang penting dalam manajemen. Supervisi berhubungan dengan karyawan secara langsung dan mempengaruhi karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Umumnya karyawan lebih suka mempunyai supervisi yang adil, terbuka dan mau bekerjasama dengan bawahan. Supervisi juga memilih orang-orang yang tepat untuk tiap pekerjaan, menimbulkan minat tiap-tiap orang terhadap pekerjaan dan mengajarkan bagaimana harus melakukan pekerjaanya, mengukur dan menilai hasil kerjanya, mengadakan koreksi-koreksi bilamana perlu dan memindahkan orang kepada pekerjaan yang lebih sesuai atau memberhentikan mereka yang ternyata tidak dapat bekerja lebih baik, memberi pujian dan penghargaan atas kerja yang baik, dan akhirnya menyelaraskan setiap orang kedalam suasana kerja sama yang erat dengan teman-teman sekerjanya, semuanya itu dilakukan secara adil, sabar, dan tenggang rasa sehingga setiap orang menjalankan pekerjaannya dengan mahir, teliti, cerdas, bersemangat, dan sempurna.

3.2. Pengukuran Variabel

Dokumen yang terkait

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN TIKAR LIPAT ELRESAS LAMONGAN

1 50 41

Pengaruh Gaji, Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Empiris pada Karyawan CV. Lintas Kreasi Yogyakarta)

1 5 14

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PROYEK KONSTRUKSI.

0 8 13

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Pdam Boyolali.

1 1 14

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Pdam Boyolali.

0 1 15

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA CV. MANGGALA JATI KLATEN.

0 1 15

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, BUDAYA ORGANISASI, PROGRAM K3 TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN.

1 3 19

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PERUSAHAAN UMUM DAMRI.

0 0 122

Pengaruh Budaya Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Intensi Turnover Karyawan

0 0 19

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, BUDAYA ORGANISASI DAN LEARNING ORGANIZATION TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA CV. ELRESAS LAMONGAN

0 1 12