Tin pemberian
histogram
Gambar 1
2. Persen
Da E. zincke
sidik rag menunjuk
dan 70 hs dapat dilih
ngkat pers n jenis insek
m dibawah in
3. Histogra Jenis Ins
ntase Seran
ata pengam enella
dap gam dapat
kkan hasil st hasilnya
hat pada tab
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
rataan sentase ham
ktisida yang ni.
am Persenta sektisida
ngan E. zin
matan per pat dilihat p
t dilihat b yang tidak
sangat nya bel 2.
I ma penghi
g digunaka
ase Seranga
nckenella
rsentase s pada lampi
bahwa pe k nyata, se
ata. Untuk II
Pengama isap polon
an selama p
an R. lin
serangan h iran 8, 9 d
rlakuan pa edangkan p
mengetahu I
atan ng R. lin
enelitian da
nearis Terh
hama pen dan 10. Da
ada penga pengamatan
i hasil yang II
nearis terh
apat dilihat
hadap Pemb
nggerek po ari hasil an
amatan 52 61 hst
ng berbeda
A0 A1
A2 A3
A4 A5
A6
hadap pada
berian
olong nalisa
2 hst nyata
nyata
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Pengaruh Jenis Insektisida Terhadap Persentase Serangan E. zinckenella
pada pengamatan 52, 61 dan 70 hst. Perlakuan
Pengamatan I 52 hst
II 61 hst II 70 hst
A0 kontrol 42,79
49,38a 58,83a
A1 biji sirsak 37,24
28,95b 23,51b
A2 biji jarak 31,81
30,28b 24,54b
A3 biji mengkudu 32,74
26,89bc 15,52c
A4 kimia 17,86
14,82c 6,95d
A5 B. Thurngiensis 37,85 27,51b
14,77c A6 B. Bassiana 33,85 32,58b 28,69b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5 berdasarkan Uji
Jarak Duncan. Hasil pengamatan pengaruh aplikasi jenis insektisida terhadap persentase
serangan E. zinckenella
disajikan pada Tabel 2. Pada pengamatan 52 hst, persentase serangan
E. zinckenella dari semua perlakuan tidak berbeda nyata
dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi beberapa jenis insektisida belum berpengaruh terhadap serangan
E. zinckenella .
Pada pengamatan 61 hst diketahui bahwa pemberian perlakuan menunjukkan hasil yang nyata. Dimana perlakuan A4 kimia merupakan
insektisida yang paling efektif dalam menekan serangan hama E. zinckenella dengan persentase serangan sebesar 14,82 dan diikuti oleh perlakuan
A3 larutan biji mengkudu sebesar 26,89 . Hal ini berarti senyawa kimia klorpirifos sangat beracun terhadap hama penggerek polong E. zinckenella
sehingga mampu menekan serangan bahkan membunuh serangga hama tersebut lebih kecil dibandingkan jenis insektisida nabati dan agens hayati. Hal ini sesuai
dengan Venugopal dkk 2012 yang menyatakan bahwa klorpirifos ini cukup
Universitas Sumatera Utara
beracun dan paparan kronis telah dikaitkan dengan efek neurologis, gangguan perkembangan, dan gangguan autoimun.
Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa pada 70 hst insektisida kimia lebih efektif dibandingkan dengan insektisida nabati dan agens hayati terhadap
pengendalian hama E. zinckenella. Namun, dampaknya dapat menyebabkan timbulnya berbagai masalah seperti resistensi dan resurjensi hama, terbunuhnya
serangga bukan sasaran, dan pencemaran lingkungan khususnya terhadap kesehatan manusia. Untuk itu insektisida nabati dan hayati merupakan solusi yang
efektif, karena merupakan pengendalian hama yang ramah lingkungan. Dapat dilihat pada tabel, bahwa insektisida nabati dan agens hayati juga mampu
menekan serangan E. zinckenella. Diantara insektisida biologi yang digunakan, A5 agens hayati B. Thurngiensis merupakan insektisida biologi yang lebih
efektif untuk mengendalikan serangan E. zinckenella diikuti oleh perlakuan A3 larutan biji mengkudu. Hal ini berarti insektisida B. Thurngiensis memiliki
senyawa racun yang lebih baik dalam menekan serangan E. zinckenella. Insektisida B. Thurngiensis memiliki spora yang menyebabkan penyakit pada
serangga sehingga seranggga berhenti makan dan kemudian mati. Hal ini sesuai dengan Baehaki 1993 yang menyatakan bahwa insektisida berisi spora yang
hidup dari bakteri B. thuringiensis dapat menyebabkan penyakit serangga sehingga dipakai untuk mengendalikan serangga. Hal tersebut juga didukung oleh
pendapat Hunsberger 2000 yang menyatakan bahwa sebelum serangga mati, serangga akan berhenti makan berhenti merusak tanaman setelah menelan
B. Thuringiensis.
Universitas Sumatera Utara
Tin pemberian
histogram
Gam
3. Jumla