Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan Hama Polong Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan

PENGARUH PEMBERIAN INSEKTISIDA NABATI TERHADAP
SERANGAN HAMA POLONG PADA TANAMAN
KEDELAI (Glycine max L. Merill) DI LAPANGAN

SKRIPSI

Oleh

SRI WAHYUNI SINAGA
040302016/HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman


PENGARUH PEMBERIAN INSEKTISIDA NABATI TERHADAP
SERANGAN HAMA POLONG PADA TANAMAN
KEDELAI (Glycine max L. Merill) DI LAPANGAN

SKRIPSI

Oleh

SRI WAHYUNI SINAGA
040302016/HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Ujian Akhir
di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit TumbuhanFakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

Diketahui Oleh :
Komisi Pembimbing

( Ir. Mena Uly Tarigan, MS )


( Ir.Fatimah Zahara )

Ketua

Anggota

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

ABSTRACT


Sri Wahyui Sinaga “The Influence Of Distribution Natural Insecticide
Concerned Soybean (Glycine max L.Merill) Pest Pod Attack in the Field.”. This
research was held in Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara,
apporoximetely 25 meters from the sea surface. This research used non factorial
Random Group Design, consist of 6 treatment that is P0 (control), P1(100ml/liters of
water), P2 (150ml/liters of water), P3 (200ml/liters of water), P4 (250ml/liters of water)
and P5 (300ml/liters of water) and fourth repeatable. The parameters which observed
were plants high, attack percentage of Riportus linearis and Etiella zinckenella and also
the production. This research show that the plants high from the first monitoring (14
hst) until the fourth monitoring (35 hst),shows the real difference. The effective use is
P5 (300ml/liters of water)

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

ABSTRAK


Sri Wahyuni sinaga, “Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap
Serangan Hama Polong Tanaman Kedelai (Glycine max L.Merill) di Lapangan”.
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara
dengan ketinggian + 25 m dpl. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak
Kelompok (RAK) non faktorial, terdiri dari 6 perlakuan yaitu P1 (100ml/liter air), P2
(150ml/liter air), P3 (200ml/liter air), P4 (250ml/liter air), dan P5 (300ml/liter air),
dengan 4 ulangan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman kedelai, persentase
(%) serangan Riptortus linearis, persentase (%) serangan Etiella zinckenella dan Jumlah
Produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman dari pengamatan
pertama (14 hst) sampai keempat (35 hst) menujukkan perbedaan yang nyata. Perlakuan
yang paling efektif untuk mengendalikan hama polong adalah P5 (300ml/liter air).

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati
Terhadap Serangan Hama Polong Tanaman Kedelai (Glycine max L.Merill ) di
Lapangan”. sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir di Departemen Ilmu
Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada Komisi Pembimbing Ir.
Mena Uly Tarigan, MS selaku ketua, Ir. Fatimah Zahara selaku anggota yang telah
memberikan saran dan arahannya kepada Penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, Penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Maret 2009

Penulis

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.

USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Sri Wahyuni Sinaga, lahir 14 Juni 1986 di Labuhan Ruku Kab. Batu-Bara.
Anak ke-2 dari 4 bersaudara, putri dari Ayahanda S.Sinaga dan Ibunda L.Sembiring.
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1998 tamat dari SD Negri 01047 Kec. Talawi
2. Tahun 2001 tamat dari SLTP Negri 1 Talawi
3. Tahun 2004 tamat dari SMA Negri 1 Kisaran
4. Tahun 2004 masuk Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian Departemen
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru).

Pengalaman Kegiatan Akademis
1. Tahun 2004-2008 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman
(IMAPTAN) di bidang Humas.
2. Tahun 2008 mengikuti seminar Peringatan 100 Tahun Kegbangkitan Nasional

FP USU “Motivation Training”.
3. Tahun 2008 mengikuti seminar ilmiah Dies Natalis Fakultas Pertanian USU ke52.
4. Tahun 2008 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan juni
sampai Juli di PTP Nusantara III, Kebun Dusun Ulu, Kabupaten Simalungun.

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

5. Tahun 2008-2009 melaksanakan penelitian di lahan percobaan BPTP (Balai
Pengkajian teknologi Pertanian) Sumatera Utara pada bulan Nopember sampai
Januari.

DAFTAR ISI

Hal
ABSTRACT ................................................................................................ i
ABSTRAK ................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................... 1
Tujuan Penelitian ........................................................................... .4
Hipotesis Penelitian ........................................................................ .4
Kegunaan Penelitian ....................................................................... .5
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kedelai .................................................................. 6
Penggerek Polong (Etiella zinckenella Treit.)
(Lepidoptera: Pyralidae) .................................................................. . 7
Kepik Polong (Riptortus linearis L.) (Hemiptera: Alydidae) ............ . 10
Nimba (Azadirachta indica), Lengkuas (Alpinia galanga)
dan Sereh (Cymbopogon nardus) ..................................................... 11
Nimba (A. indica) .............................................................. 11
Lengkuas (A. Galanga) ...................................................... 14

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

Sereh (C.nardus) ............................................................... 15
BAHAN DAN METODA

.

Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................
Bahan dan Alat ...............................................................................
Metode Penelitian ...........................................................................
Pelaksanaan Penelitian ....................................................................
Persiapan Lahan ...................................................................
Penanaman ........................................................................
Pemeliharaan Tanaman ......................................................
Penyediaan Ekstrak Tanaman ............................................
Pemberian Perlakuan ..........................................................


16
16
16
18
18
18
18
19
19

Pengamatan Parameter ................................................................... 19
Tinggi Tanaman………………………………………. 19
Persentase Serangan .......................................................... 19
Jumlah Produksi ............................................................... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman ............................................................................... 21
Persentase Serangan E.zinckenella .................................................... 22
Persentase Serangan R.linearis ......................................................... 23
Perbandingan Persentase Serangan E.zinckenella dan R.linearis ....... 24

4. Produksi ....................................................................................... 26
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................... 29
Saran .............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

DAFTAR TABEL

No

Judul

Hal

1. Beberapa hama penting dan pola infestasi hama selama pertumbuhan
Kedelai..................................................................................................... 2
2. Rataan tinggi tanaman kedelai pada pengamatan 14, 21, 28, dan 35 hst ..... 21
3. Rataan Persentase Serangan E.zinckenella. pada Pertanaman
Kedelai...................................................................................................... 22
4. Rataan Persentase Serangan R.linearis pada pertanaman Kedelai ............. 24
5. Rataan produksi Biji Kedelai (kg/plot) ...................................................... 26

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

DAFTAR GAMBAR

No

Judul

Hal

1. Imago E.zinckenella .................................................................................. 7
2. Telur E.zinckenella ................................................................................... 8
3. Pupa E.zinckenella ................................................................................... 9
4. Larva dan gejala serangan E.zinckenella .................................................... 9
5. R. linearis ................................................................................................. 10
6. Tanaman Nimba ........................................................................................ 12
7. Histogram Rataan Tinggi Tanaman kedelai selama penelitian ................... 22
8. Histogram Perssentase Serangan (%)E.zinckenella selama Penelitian dengan
Beberapa Tingkat Konsentrasi ................................................................ 23
9. Histogram Perssentase Serangan (%)R. linearis selama Penelitian
dengan Beberapa Tingkat Konsentrasi .................................................... 25
10. Histogram perbandingan persentase serangan E.zinckenella dan
R.linearis ........................................................................... ………….. 26
11. Histogram Hubungan Produksi Biji kedelai (kg/plot) dengan beberapa
tingkat konsentrasi (P) ............................................................................ 27
11. Tanaman Percobaan dan Produksi .......................................................... 35

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

DAFTAR LAMPIRAN

No

Judul

Hal

1. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro ...................................................... 32
2. Bagan Sampel .......................................................................................... 33
3. Bagan Lahan Percobaan .......................................................................... 34
4. Gambar Tanaman Percobaan dan Produksi ............................................... 35
5. Data Tinggi Tanaman Kedelai 14 hst ........................................................ 36
6. Data Tinggi Tanaman Kedelai 21 hst......................................................... 37
7. Data Tinggi Tanaman Kedelai 28 hst......................................................... 38
8. Data Tinggi Tanaman Kedelai 35 hst ....................................................... 39
9. Persentase Serangan E.zinckenella 51 hst ................................................. 40
10. Persentase Serangan E.zinckenella 58 hst ................................................ 41
11. Persentase Serangan E.zinckenella 65 hst ................................................ 42
12. Persentase Serangan E.zinckenella 72 hst ............................................... 43
13. Data Persentase Serangan R.linearis 51 hst ............................................. 44
14. Data Persentase Serangan R.linearis 58 hst.............................................. 45
15. Data Persentase Serangan R.linearis 65 hst………………………………46
16. Data Persentase Serangan R.linearis 72 hst.............................................. 47
17. Data Produksi Tanaman (kg/plot) ........................................................... 48
Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman kedelai merupakan salah satu tanaman yang bermanfaat bagi manusia,
baik digunakan sebagai bahan makanan yang dapat diolah dalam berbagai bentuk,
maupun sebagai bahan baku industri. Kandungan proteinnya lebih tinggi dibandingkan
dengan tanaman pangan lainnya, yaitu berkisar antara 35-40% (Suprapto, 1992).
Sebagai sumber utama protein nabati dan minyak biji yang dapat dimakan,
kedelai tidak diragukan lagi merupakan legum pangan terpenting di dunia. Walaupun
terutama ditanam untuk menghasilkan biji kering, penggunaan biji muda secara luas,
khususnya di Asia timur, menyebabkan kedelai merupakan salah satu sayuran yang
penting (Rubatzky dan Yamagutchi, 1998).
Usaha untuk meningkatkan produksi kedelai dalam upaya memenuhi kebutuhan
kedelai Indonesia telah banyak dilakukan Pemerintah, baik dengan cara ekstensifikasi
maupun intensifikasi (Setyowati, dkk., 2005).
Serangan hama pada tanaman kedelai dapat terjadi sejak tanaman mulai
tumbuh hingga menjelang panen. Hal ini karena hubungan antara fenologi tanaman dan
pemunculan serangga senantiasa ada sinkronisasi. Hama yang menyerang tanaman
kedelai cukup banyak, akan tetapi yang mempunyai arti ekonomi yang penting antara
lain hama Phaedonia inclusa, Plusia chalcites, Longitarsus suturellinus, Etiella
Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

zinckenella, Riptortus linearis, Nezara viridula, Ophimya (Agromyza) phaseoli,
Melanogromyza delichostigma,

Lamprosema indica, Spodoptera litura .

Hama tersebut mampu menimbulkan kerusakan yang berarti pada tanaman dan
menimbulkan kerusakan yang significant (Saenong, 2007).
Di Indonesia terdapat tiga jenis hama pengisap polong kedelai, yaitu Nezara
viridula, Piezodorus hybneri, dan Riptortus linearis.. Kehilangan hasil akibat serangan
hama pengisap polong mencapai 79%.Hasil survei di Jawa Timur dan Lampung
menunjukkan bahwa R.linearis mempunyai daerah penyebaran dan serangan yang
paling luas dibandingkan dengan hama lainnya. Berbagai upaya pengendalian hama
pengisap polong kedelai terus dikembangkan, antara lain dengan: 1) bercocok tanam
yang baik dan benar seperti sanitasi, tanam serempak, pergiliran tanaman, dan
penanaman tanaman perangkap, 2) menanam varietas tahan, dan 3) cara mekanis.
Namun, kenyataan di lapang menunjukkan bahwa lebih dari 90% petani masih
mengandalkan insektisida kimia untuk pengendalian R. linearis karena praktis dan
hasilnya cepat diketahui. Namun, penggunaan insektisida kimia relatif mahal dan dapat
menyebabkan timbulnya berbagai masalah seperti resistensi dan resurjensi hama,
terbunuhnya serangga bukan sasaran, dan pencemaran lingkungan khususnya terhadap
kesehatan manusia (Prayogo dan Suharsono, 2005).

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

Beberapa hama penting dan pola infestasi hama selama pertumbuhan kedelai
dapat dilihat pada tabel 1. (BPTP-SU, 2008).
Tabel 1. Beberapa hama penting dan pola infestasi hama selama pertumbuhan kedelai
No.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Jenis Hama

Ophiomya phaseoli
Melanagromyza sojae
M. dolichostigma
Agrotis spp.
Longitarsus suturellinus
Aphis glycines
Bemisia tabaci
Phaedonia inclusa
Spodoptera litura
Chysodeixis Chalcites
Lamprosema indicata
Helicoverpa sp.
Etiella spp.
Riptortus linearis
Nezara viridula
Piezodorus hybneri

Umur Tanaman (hari)
-10

11-30

31-50

51-70

>70

+++
+
++
+
+++
+++
+++
-

+
+
+
+
+
+++
++
+++
+++
+
+
+++
-

+
++
+
++
+++
++
+
++
++
+++
+++
+++

+
++
++
+
++
+++
+++
+++
+++

++
++
++

Ket : + = kurang membahayakan kehadirannya saat itu, ++ = membahayakan kehadirannya saat itu, +++
= sangat membahayakan kehadirannya saat itu.

Penggerek polong Etiella zinckenella Treit. (Lepidoptera: Pyralidae) juga
merupakan salah satu hama utama pada kedelai yang dapat menyebabkan kehilangan
hasil hingga 80%. Pengendalian hama ini umumnya masih menggunakan insektisida,
namun hasilnya kurang efektif meskipun petani telah meningkatkan frekuensi dan dosis
aplikasi insektisida. Dengan demikian, hama penggerek polong tetap menjadi kendala
dalam upaya peningkatan produksi kedelai( Marwoto dan Saleh, 2003).
Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

Penggunaan Pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat
dilematis. Disatu pihak dengan menggunakan pestisida kehilangan hasil yang
diakibatkan organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat ditekan, tetapi di lain pihak
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman dan lingkungan. Alternatif
pengendalian hama penyakit yang mudah, praktis, dan relatif aman untuk lingkungan,
adalah pestisida nabati (Kardiman, 1999).
Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari
tumbuhan dan dapat digunakan untuk mencegah organisme pengganggu tanaman
(OPT). Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak (repellent), penarik (attractan),
pemandul (antifertilitas) atau pembunuh. Pestisida nabati bersifat mudah terurai
(biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Jenis pestisida ini juga
relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang
(Anonim, 2005).
Salah satu pestisida nabati adalah nimba (Azadirachta indica). Awalnya nimba
digunakan di perkebunan teh dan kopi untuk pemberantasan hama. Seiiring dengan
perkembangan penelitian, nimba ini juga digunakan dalam pemberantasan hama dan
penyakit tanaman hortikultura seperti bakteri, jamur dan cacing (Anonim, 2005).
Campuran ekstrak nimba (Azadirachta indica), lengkuas (Alpinia galanga) dan
sereh (Cymbopogon nardus) dengan perbandingan 2 : 1,5 :1,5 mampu memberantas
hama tanaman (Setiawati dan Muharam, 2003).
Berdasarkan uraian diatas, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian
pengendalian hama penggerek polong pada tanaman kedelai dengan menggunakan
larutan ekstrak nimba, lengkuas dan sereh dalam skala lapangan.

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian insektisida nabati terhadap serangan
hama polong pada tanaman kedelai (Glycine max L. Merill) di lapangan.
Hipotesis Penelitian
-

Terdapat perbedaan penekanan serangan hama polong pada tanaman kedelai
(Glycine max L. Merill). dari beberapa konsentrasi insektisida nabati yang
berbeda.

-

Perlakuan yang paling efektif terdapat pada konsentrasi yang paling tinggi.

Kegunaan Penelitian
-

Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir di Departemen Ilmu
Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan

-

Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kedelai
Kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) adalah
sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Sub-divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Polypetales

Family

: Leguminosae

Genus

: Glycine

Species

: Glycine max L. Merill

(Rukmana, 1996).
Kedelai adalah tanaman setahun yang tumbuh tegak menyemak, berbulu halus
(pubescens), dengan system perakaran luas. Tanaman ini umumnya dapat beradaptasi
terhadap berbegai jenis tanah, dan menyukai tanaha yang bertekstur ringan hingga
sedang dan drainase yang baik. Daunnya majemuk, beranak-daun tiga, berselang seling.
Perilaku pembungaan berbeda-beda (Rubatzky dan Yamagutchi, 1998).
Polongnya, yang berkembang dalam kelompok, biasanya mengandung 2-3 biji
yang berbentuk bundar atau pipih, dan sangat kaya protein dan minyak. Polong dipanen
Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

ketika telah berkembang sempurna dan bijinya masih agak empuk (Rubatzky dan
Yamagutchi, 1998).
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna, artinya dalam setiap bunga terdapat
alat kelamin jantan dan betina. Bunga terletek pada ruas-ruas batang warna ungu atau
putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan
secara sempurna. Menurut penelitian sekitar 60 % bunga rontok sebelum membentuk
polong. Usia kedelai sampai berbunga bervariasi tergantung varietasnya. Beberapa
varietas kedelai umumnya dapat di panen pada umur 80-90 hari (Suprapto, 1992).

Penggerek Polong (Etiella zinckenella Treit.) (Lepidoptera: Pyralidae)
E.zinckenella termasuk kedalam ordo Lepidoptera dan Family Pyralidae.
Ngengat dewasa mempunyai warna sayap yang jelas, bagian depan dan dasar sayap
depan berbelang berwarna abu-abu kehijauan yang menyerupai pita kotor. Sayap
belakang seluruhnya berwarna putih kehijauan. Betina dewasa mampu menghasilkan
200 butir telur (Singh, 1990).

Gambar 1.
Sumber:

Imago E.zinckenella
http://www.radarbanjarmasin.com

Telur diletakkan berkelompok 4-15 butir dibagian bawah daun, kelopak bunga
atau pada polong. Telur berbentuk lonjong, dengan diameter
Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

0,6 mm. pada saat
Hama Polong Pada Tanaman

diletakkan, telur berwarna putih mengkilap, kemudian berubah menjadi kemerahan dan
berwarna jingga ketika akan menetas. Setelah 3-4 hari, telur menetas dan keluar larva
berwarna putih kekuningan (Marwoto, ddk., 2006).

Kelompok
Telur

Gambar 2.
Sumber :

Telur E.zinckenella
http://www.radarbanjarmasin.com

Larva dewasa mempunyai kepala yang berwarna coklat keemasan pada bagian
tasnya dengan bagian mulut coklat gelap,

tetapi pada larva yang masih muda,

kepalanya berwarna hitam. Di bagian belakang kepada terdapat sebuah perisai berwarna
hitam, tetapi pada waktu istirahat, tubuhnya berwarna hijau sedikit kemerahan yang
akan lebih jelas dengan bertambahnya usia. Ada beberapa belang berwarna abu-abu
kecoklatan disepanjang tubuh yang lebih jelas pada saat larva masih muda (Austin,
1993).
Pupa berwarna coklat dengan panjang 8-10 mm dan lebar 2 mm dibentuk dalam
tanah dengan terlebih dahulu membuat sel dari tanah. Setelah 9-15 hari, pupa berubah
menjadi ngengat (Kalshoven, 1981).

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

Gambar 3.
Pupa E.zinckenella
Gejala serangan berupa lubang gerek berbentuk bundar pada kulit polong.
Apabila terdapat dua lubang bekas gerekan pada polong, berarti ulat sudah
meninggalkan polong. Polong yang mengalami rusak berat, biji kedelai didalamnya
keropos dan tidak ada gunanya lagi, ini berarti panen kedelai petani tmengalami
kegagalan (Kartasapoetra, 1993).

Gejala Serangan

larva

Gambar 4.

Larva dan Gejala serangan E.zinckenella

Kepik Polong (Riptortus linearis L.) (Hemiptera: Alydidae)

Telur diletakkan di permukaan daun bagian bawah atau atas, pada polong atau di
rumput berderet sebanyak 3-5 deret. Telur berbentuk bulat dan bagian tengah agak
cekung, berwarna biru keabu-abuan yang kemudian berubah
diameter 1,2 mm. Stadia telur mencapai 6-7 hari

menjadi coklat suram,

(Mudjiono dkk, 1991).

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

Nimfa kepik polong lima instar dan mirip semut (Gambar 5d). Stadium nimfa
berlangsung 23 hari, daur hidup berlangsung 29 hari. Kepik dewasa berwarna coklat
kekuningan di sepanjang sisi badannya terdapat garis putih kekuningan. Panjang kepik
betina 13-14 mm dan jantan 11-13 mm

Gambar 5.

Riptortus linearis; (a) imago, (b) telur,(c) nimfa instar I,
dan (d) nimfa instarV

Sumber

: http://www.radarbanjarmasin.com

Imago hadir di pertanaman kedelai menjelang pembentukan polong dan biji.
Imago berbadan panjang dan berwarna kuning coklat yang bentuknya mirip walang
sangit (Gambar 5a), di samping sepanjang sisi badan mempunyai garis putih kekuningkuningan. Panjang imago mencapai 11-14 mm dan umur mencapai 4-7 hari (Dirjen
Tanaman Pangan, 1992).
Nimfa dan kepik dewasa mengisap cairan polong dan biji kedelai. Kerusakannya
berbeda menurut frekuensi serangan dan umur polong. Cara menyerangnya dengan
menusukkan alat mulutnya (stilet) pada kulit polong dan terus ke biji, kemudian
menghisap cairan yang ada di dalam biji. Serangan pada fase perkembangan biji dan
pertumbuhan polong menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering dan
polong dapat gugur. Serangan pada fase pengisian biji menyebabkan biji menjadi hitam
Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

dan busuk. Serangan pada polong tua menyebabkan kualitas biji menurun karena
adanya bintik-bintik hitam pada biji atau biji menjadi keriput. Gejala serangannya jelas
terlihat pada kulit biji dan kulit polong bagian dalam berupa bintik hitam atau coklat.
Kerusakan pada biji dan kulit polong sering disertai dengan serangan jamur (Mudjiono
dkk, 1991).
Selain kedelai tanaman inang R. linearis di antaranya jenis kacang-kacangan
yang lain, Tephrosia spp, Acacia pilosa, dadap, Desmodium, Solanaceae, dan
Convolvulaceae (Suharto, 2007).

Nimba (Azadirachta indica), Lengkuas (Alpinia galangal) Sereh (Cymbopogon
nardus)
Nimba (Azadirachta indica A. Juss.)
Nimba merupakan pohon dengan ketinggian10 - 15 m, tumbuh baik didaerah
panas dengan ketinggian 1-700 m dpl, dan yang paling baik pada
tumbuhan ini merupakan bahan pestisida nabati utama

0-300 m dpl

(Kardiman dan Taryono,

2003).
Nimba mampu mengendalikan sekitar 127 jenis hama dan mampu berperan
sebagai bakterisida, fungisida, nematisida, virisida, dan moluskasida. Keunggulan
pestisida nabati ini adalah tidak membunuh musuh alami, aman untuk mamalia, lebah,
burung, dan manusia. Kelebihan lainnya gampang terurai sehingga tidak menimbulkan
mutasi dan resistensi. Bahkan, senyawa aktif dalam nimba mudah larut dalam pelarut
organik, seperti alkohol dan eter, serta di dalam air. Meski tidak sebaik pelarut organik
(Anonim, 2007a).
Bahan aktif Tanaman ini adalah azadirachtin yang merupakan komponen yang
paling berperan sebagai pestisida Nimba tidak membunuh hama secara cepat, tetapi
Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

berpengaruh mengurangi nafsu makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti
kulit, hambatan menjadi serangga dewasa, sebagai pemandul, mengganggu dan
menghambat proses perkawinan serangga, menghambat peletakan dan penurunan daya
tetas telur, dan bekerja secara sistemik dan kontak serta mudah diabsorbsi tanaman.
Daun biji, dan kulit batang merupakan bagian tumbuhan yang digunakan dalam bentuk
ekstrak. Ekstrak dibuat dengan menghaluskan bagian tumbuhan tersebut lalu
mencampurnya dengan air atau dengan larutan lain (Kardiman, 1999).

Gambar 6. Tanaman Nimba

Azadirachtin sendiri terdiri dari sekitar 17 komponen dan komponen yang mana
yang paling bertanggung jawab sebagai pestisida atau obat, belum jelas diketahui.
Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja
hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa
serangga (Ermel, 1995).
Bagian nimba yang mengandung senyawa aktif bersifat sebagai pestisida,
terutama pada biji dan daun. Kandungan biji lebih banyak dibandingkan daun, ada 20
senyawa aktif yang terkandung di dalamnya, seperti azadirachtin, meliantriol, salamin,
nimbin, dan nimbidin (Anonim, 2007a).
Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses
perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari
kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali
mengakibatkan kematian. Salamin berperan sebagai penurun nafsu makan (anti-feedant)
yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya
sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam penggunaan pestisida nabati dari mimba,
seringkali hamanya tidak mati seketika setelah disemprot (knock down), namun
memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari (Sudarmadji, 1991).
Namun demikian, hama yang telah disemprot tersebut daya rusaknya sudah
sangat menurun, karena dalam keadaan tidak ingin makan. Meliantriol berperan sebagai
penghalau (repellent) yang mengakibatkan serangga hama enggan mendekati zat
tersebut. Suatu kasus terjadi ketika belalang Schistocerca gregaria menyerang tanaman
di Afrika, semua jenis tanaman terserang belalang, kecuali satu jenis tanaman, yaitu
nimba. Nimba pun dapat merubah tingkah laku serangga, khususnya belalang
(insectbehavior) yang tadinya bersifat migrasi, bergerombol dan merusak menjadi
bersifat solitair yang bersifat tidak merusak (Ruskin, 1993).
Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti mikro organisme seperti anti-virus,
bakterisida, fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan
penyakit tanaman. Tidak terbatas hal itu, bahan-bahan ini sering digunakan dan
dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional yang mampu menyembuhkan segala jenis
penyakit pada manusia (Kardinan dan Taryono, 2003).

Lengkuas (Alpinia galanga)
Tanaman dari famili zingiberaceae ini tumbuh tegak dengan tinggi sekitar 2 - 2½
m. Biasanya hidup di dataran rendah dan dataran tinggi di ketinggian ± 1200 m di atas
Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

permukaan laut. Terdapat 2 jenis tumbuhan lengkuas yaitu varietas dengan rimpang
umbi (akar) berwarna putih (biasanya dipakai sebagai penyedap makanan) dan varietas
berimpang umbi merah (untuk obat). Batangnya terdiri dari susunan pelepah daun.
Daunnya bulat panjang dimana daun bagian bawah terdiri dari pelepah-pelepah saja
sedang bagian atas lengkap dengan helaian daun. Bunganya muncul pada ujung
tumbuhan. Rimpang umbinya berserat kasar dan beraroma khas. Kandungan kimia
lengkuas yaitu minyak terbang, minyak atsiri, eugenol, seskuiterpen, pinen, metil
sinamat, kaemferida, galangan, galangol dan kristal kuning (Anonim, 2007b).
Minyak atsiri dari beberapa tumbuhan bersifat aktif biologis sebagai anti
bakteri dan anti jamur sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan pengawet pada
makanan dan sebagai antibiotik alami (Yuharmen, 2002).
Bagian tanaman yang digunakan sebagai insektisida adalah rimpang dengan sifat
toksik dan penolak (repellent) dan telah diuji terhadap Daucus caudacus, Manduca
sexta dan Aphids (Atjung, 1990).

Sereh (Cymbopogon sp)

Tanaman termasuk familia Poaceae. Serai menyukai lahan yang berada di dekat
air dengan tanah yang gembur. Tak heran bila serai dapat ditemukan tumbuh liar di tepi
sungai, rawa, atau saluran irigasi. Tanaman ini mengandung : Minyak atsiri, geraniol,
citronnelal, eugenol-metil eter, sitral, dipenten, eugenol, kadinen, kadinol, dan
limonene (Anonim, 2007c).

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian)
Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m diatas permukaan laut.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih kacang kedelai varietas Anjasmoro,
campuran nimba, lengkuas dan sereh, deterjen sebagai pelekat, pupuk, dan air.
Alat yang digunakan adalah blender, cangkul, tugal, gembor, papan label, pacak,
tali plastik, kain muslin, handsprayer, timbangan, kamera dan alat tulis.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) non faktorial,
terdiri dari 6 perlakuan yaitu :
P0

: kontrol

P1

: 100 ml campuran nimba + lengkuas + sereh/l air

P2

: 150 ml campuran nimba + lengkuas + sereh/l air

P3

: 200 ml campuran nimba + lengkuas + sereh/l air

P4

: 250 ml campuran nimba + lengkuas + sereh/l air

P5

: 300 ml campuran nimba + lengkuas + sereh/l air

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

Jumlah Perlakuan

:6

Jumlah Ulangan

:4

Jarak Tanam

: 20 x 30 cm

Jumlah Plot Lahan

: 24 plot

Luas Tiap Plot Lahan

: 2 x 1,5 meter2

Luas lahan seluruhnya

: 132 meter2

Jarak antar Perlakuan

: 30 cm

Jarak antar Ulangan

: 50 cm

Lebar Parit Keliling

: 75 cm

Jumlah Tanaman Tiap Plot

: 50 tanaman

Jumlah Tanaman Sampel per Plot

: 10 tanaman

Jumlah Tanaman Seluruhnya

: 1200 tanaman

Jumlah Tanaman Sampel yang diambil seluruhnya : 240 tanaman

Data dianalisis dengan sidik ragam menggunakan model linear :
Yij = µ + i + ij
i

= 1,2,3

j

= 1,2,3,……,10

Keterangan :
Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ

= nilai tengah umum

i

= pengaruh perlakuan ke-i

ij

= pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

Selanjutnya bila hasil analisa sidik ragam menunjukkan hasil yang nyata maka
dilanjutkan dengan uji Duncan (Gomez dan Gomez, 1995).

Pelaksanaan penelitian

Persiapan Lahan
Areal pertanaman dibersihkan dari gulma selanjutnya tanah dicangkul,
dihaluskan dan diratakan. Kemudian dibuat plot dengan ukuran 1,5m x 2m sebanyak 24
plot dengan jarak antar perlakuan 30 cm dan jarak antar ulangan 50cm.
Penanaman
Benih ditanam dengan jarak tanam 20cm x 30cm dilakukan dengan sistem tugal
dan setiap lubang sedalam + 3-4 cm, pada lubang ditanam 2 atau 3 biji kedelai.
Pemeliharaan Tanaman
Pemupukan dilakukan bersamaan dengan waktu tanam. Pupuk diberikan dengan
system larikan diantara barisan tanaman. Jenis pupuk Yang diberikan adalah Urea 100
kg/Ha, SP36 200 kg/Ha, dan KCl 150 kg/Ha. Setelah dikonversikan/plot menjadi Urea
30 gr/plot, SP36 60 gr/plot, dan KCl 45 gr/plot. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari
apabila tidak turun hujan.
Penyiangan gulma dilakukan dengan menggunakan cangkul dan garu pada saat
diperlukan.
Penyediaan Ekstrak Tanaman
Disediakan 60 gr daun nimba di campur dengan 45 gr sereh dan 45 gr lengkuas
serta di tambah 15 gr deterjen, lalu di tumbuk atau dihaluskan. Semua bahan diaduk
merata dalam 150 ml air lalu direndam selama1 hari 1 malam (24 jam). Keesokan
Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

harinya, larutan disaring dengan kain halus. Larutan hasil penyaringan diencerkan
kembali dengan 45 l air (untuk 75 m2)

(Setiawati dan Muharam, 2003).

Pemberian Perlakuan
Aplikasi insektisida nabati dilakukan sebanyak 4 kali dengan interval 7 hari
sekali pada 51, 58, 65, dan 72 hst. Penyemprotan dilakukan sesuai dengan masingmasing perlakuan.

Pengamatan Parameter

Pengamatan dilakukan pada seluruh plot percobaan. Jumlah tanaman sampel
pada masing-masing plot adalah 10 tanaman. Pengambilan sampel dilakukan secara
acak (random).

Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman di amati dan di ukur mulai dari 14 hst, sampai 35 hst dengan
interval 7 hari sekali.

Persentase Serangan
Persentase serangan hama dihitung dengan cara mengamati jumlah polong yang
terserang sesuai dengan gejala serangan yang ditimbulkan oleh masing-masing hama
pada setiap fase pertumbuhan kedelai, yaitu fase pembibitan

(O. phaseoli, B.

tabaci dan P. inclusa), fase vegetatif (S. litura, P. chalcites dan L. indicata) serta fase
generatif (E. zincknella, R. linearis dan N. viridula).

Persentase serangan hama ini dihitung menggunakan rumus:
a
P = — x 100%
Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

b

Keterangan :
P

= persentase serangan larva

a

= jumlah polong yang terserang

b

= jumlah polong yang tidak terserang

Jumlah Produksi
Panen dilakukan bila tanaman telah masak dan daunnya telah rontok. Produksi
kering tiap plot ditimbang dan dikonversikan ke dalam kg/Ha dengan menggunakan
rumus :
Produksi/Ha =

produksi kering /ton
Luas Plot Panen/ha

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

Parameter yang diamati selama penelitian adalah tinggi tanaman, hama polong
yaitu E.zinckenella dan R.linearis serta produksi. Hasil yang diperoleh selama
penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tinggi Tanaman
Data pengamatan tinggi tanaman dari pengamatan pertama sampai dengan
keempat dan daftar sidik ragamnya masing – masing dapat dilihat pada Lampiran 5, 6,
7 dan 8.
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa pada setiap pengamatan,
persentase tinggi tanaman berbeda nyata setiap minggunya karena tanaman sedang
dalam masa vegetatif. Pengujian dengan uji jarak Duncan terhadap rataan tinggi
tanaman kedelai pada lampiran yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan tinggi tanaman kedelai pada pengamatan 14, 21, 28, dan 35 hst.
Pengamatan
Perlakuan
I
II
III
IV
P0
11,12A
26,62C
48,59A
68,29A
P1
11,25A
28,5AB
49,08A
67,71A
P2
10,57AB
28,82A
47,95A
67,44AB
P3
7,89C
26,39C
48,35A
66,78BC
P4
9,76B
27,51BC
45,16B
67,78A
P5
11,12A
28,87A
47,86A
66,22C
Keterangan: Notasi huruf besar yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan
beda nyata pada taraf 1% berdasarkan uji Jarak Duncan.

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

Rataan tinggi tanaman kedelai selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 7
80

Rataan (cm)

70
60

P0

50

P1
P2

40

P3

30

P4

20

P5

10
0
I

II

III

IV

Pengamatan

Gambar 7. Histogram Rataan Tinggi Tanaman kedelai selama penelitian

Persentase Serangan Etiella zinckenella Tr.
Data pengamatan persentase serangan E.zinckenella dari pengamatan pertama
sampai dengan pengamatan keempat dan daftar sidik ragamnya masing-masing dapat
dilihat pada Lampiran 9, 10, 11, dan 12.
Pengujian dengan uji jarak Duncan terhadap rataan persentase serangan pada
lampiran dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rataan Persentase Serangan (%) E.zinckenella pada pengamatan 51, 58, 65
dan 72 hst.
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
P5

Pengamatan
I
45A
40AB
35BC
32,5CD
27,5CD
22,5D

II
45A
35AB
27,5BC
17,5CD
22,5D
17,5D

III
50A
17,5B
10BC
12,5C
10C
2,5D

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

IV
55A
17,5B
12,5BC
10C
5D
2,5D
Hama Polong Pada Tanaman

Keterangan : Notasi huruf besar yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan beda
nyata pada taraf 1% berdasarkan uji jarak Duncan.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan pada umur 72 hst memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap persentase serangan dimana persentase serangan
tertinggi pada perlakuan P1 (100 ml/liter air) sebesar 17,5% dan terendah pada
perlakuan P5 (300ml/liter air) yaitu sebesar 2,5%. Perlakuan P5 berbeda sangat nyata
terhadap kontrol (P0), tidak berbeda nyata terhadap P4 yaitu sebesar 5% dan berbeda
nyata terhadap P3 sebesar 10%, P2 sebesar 12,5%.
Tabel 3 juga menunjukkan bahwa dari pengamatan pertama sampai pengamatan
terakhir persentase serangan hama polong E.zinckenella semakin menurun. Ini
disebabkan karena pemberian insektisida nabati yang diaplikasikan dapat menekan
bahkan membunuh hama ini. Hal ini sesuai dengan literatur Anonim (2005) yang
menyatakan bahwa Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang
berasal dari tumbuhan dan dapat digunakan untuk mencegah organisme pengganggu
tanaman (OPT). Pestisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak (repellent), penarik
(attractan), pemandul (antifertilitas) atau pembunuh.
Tingkat persentase serangan E.zinckenella selama penelitian dengan tingkat
konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada gambar 8.
60,00
50,00

Persentase

P0
40,00

P1
P2

30,00

P3
P4

20,00

P5
10,00
0,00
I

II

III

IV

Pengamatan

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

Gambar 8. Histogram Perssentase Serangan (%) E.zinckenella dengan Beberapa Tingkat
Konsentrasi.

Persentase Serangan Riptortus linearis L.

Data pengamatan persentase serangan R.linearis dari pengamatan pertama
sampai pengamatan keempat dan daftar sidik ragamnya masing-masing dapat dilihat
pada Lampiran 13, 14, 15 dan 16.
Dari analisa sidik ragam menunjukkan bahwa Persentase serangan R.linearis
pada tanaman kedelai tanpa perlakuan (P0) menjukkan perbedaan yang sangat nyata
terhadap perlakuan P5. Untuk mengetahui perlakuan yang sangat berbeda nyata , maka
dilakukan uji jarak Duncan. Rataan Persentase Serangan Riptortus linearis L. dapat di
lihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rataan Persentase Serangan Riptortus linearis L. pada Pertanaman Kedelai
Pengamatan
Perlakuan
I
II
III
IV
P0
75A
85A
95A
95A
P1
57,5B
47,5B
45B
27,5B
P2
50BC
40BC
30BC
20C
P3
40CD
35CD
27,5C
17,5C
P4
35CD
32,5D
25C
15C
P5
27,5D
22,5D
10D
5D
Keterangaan : Notasi huruf besar yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan beda
nyata pada taraf 1% berdasarkan uji jarak Duncan.

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan pada umur 51 hst memberikan
pengaruh yang nyata terhadap persentase serangan dimana persentase serangan tertinggi
pada perlakuan P1 (100 ml/liter air) sebesar 57,5% dan terendah pada perlakuan P5
(300ml/liter air) yaitu sebesar 27,5%. Perlakuan P5 berbeda sangat nyata terhadap
Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

kontrol (P0), tidak berbeda nyata terhadap P4 yaitu sebesar 35% dan berbeda nyata
terhadap P3 sebesar 40%, P2 sebesar 50%, dan P1 sebesar 57%.

Pada pengamatan berikutnya, yaitu

58 hst, 65 hst, dan 72 hst, perlakuan

menunjukkan pengaruh yang sangat nyata, bahkan pada pengamatan 72 hst, serangan
hanya tinggal 5 % pada perlakuan P5. Ini disebabkan karena konsentrasi yang
diaplikasikan semakin tinggi maka daya racunnya juga tinggi sehingga mempengaruhi
proses metabolisme dan aktivitas makan serangga. Hal ini sesuai dengan literatur
Sudarmadji (1991) yang menyatakan bahwa Salamin berperan sebagai penurun nafsu
makan (anti-feedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun,
walaupun serangganya sendiri belum mati.
Tingkat persentase serangan R. linearis selama penelitian dengan tingkat
konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada gambar 9.
120
100
P0

Rataan

80

P1
P2

60

P3
P4

40

P5
20
0
I

II

III

IV

Pengam atan

Gambar 9.
Histogram Perssentase Serangan (%)R. linearis dengan Beberapa Tingkat
Konsentrasi.

Perbandingan Persentase Serangan E.zinckenella dan R. linearis

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

Pada percobaan yang dilakukan selama penelitian, terdapat perbedaan persentase
serangan antara E.zinckenella dan R. linearis. Walaupun waktu aplikasi dan pengamatan
yang dilakukan terhadap kedua hama ini bersamaan, tetapi serangan R. linearis lebih
besar dibandingkan dengan serangan E.zinckenella. Hal ini sesuai dengan literatur
Prayogo dan Suharsono (2005) yang menyatakan penyebaran hama R. linearis lebih
cepat dari pada hama lainnya dan juga sesuai dengan literatur BPTP-SU (2008) yang
menyatakan p ada umur tanaman 31-50 hst serangan R. linearis keberadaannya sangat
membahayakan, sedangkan E.zinckenella keberadaannya membahayakan.
Penggunaan pestisida nabati (campuran nimba, lengkuas dan sereh) efektif untuk
mengendalikan hama penggerek polong E.zinckenella dan peghisap polong R. linearis.
Dapat dilihat dari Tabel 3 persentase serangan E.zinckenella pada 72 hst sebesar 2,5%
dan pada tabel 4 persentase serangan R.linearis pada 72 hst sebesar 5 %. Hal ini
disebabkan karena sereh dan lengkuas mengandung minyak atsiri ( Yuharmen 2002 dan
Anonim 2007c), dan nimba mengandung Meliantriol yang berfungsi sebagai repellent
(penolak) (Ruskin, 1993) sehingga serangan ke-2 hama ini dapat dikendalikan.
Perbandingan tingkat persentase serangan E.zinckenella dan R. linearis pada
pengamatan terakhir dapat dilihat pada gambar 10.

Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

100

Persentase Serangan

90
80
70
60
E.zinkenella

50

R.linearis

40
30
20
10
0
1

2

3

4

5

6

Gambar 10. Perbandingan tingkat persentase serangan E.zinckenella dan R. linearis pada

pengamatan terakhir
Produksi
Data pengamatan produksi dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada
lampiran. Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dengan ekstrak nimba
memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah produksi yang dihasilkan.
Pengujian dengan uji jarak Duncan terhadap rataan produksi kedelai pada
lampiran yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Rataan produksi Biji Kedelai (kg/plot)
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
P5

Produksi
1,36C
1,56C
1,84B
1,99AB
2,07A
2,09A

Keterangan : Notasi huruf besar yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan beda
nyata pada taraf 1% atau 5% berdasarkan uji jarak Duncan.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian perlakuan menunjukkan pengaruh
yang sangat nyata terhadap jumlah produksi yang dihasilkan. Produksi tertinggi
terdapat pada perlakuan P5 yaitu 2,09 ton/ha. Produksi terendah terdapat pada
Sri Wahyuni Sinaga : Pengaruh Pemberian Insektisida Nabati Terhadap Serangan
Kedelai (Glycine max L. Merill) Di Lapangan, 2009.
USU Repository © 2009

Hama Polong Pada Tanaman

perlakuan P1 (100ml/liter air) yaitu 1,56 ton/ha. Ini berarti bahwa pemberian pestisida
nabati dengan dosis 300ml/liter air (P5) lebih efektif dibandingkan dengan perlakuan
yang lain. Karena semakin tinggi konsentrasi larutan yang diberikan semakin besar
pula persentase kematian hama dan diikuti dengan kehilangan hasil yang semakin
kecil.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pestisida nabati dapat menekan serangan hama
polong yang terdapat pada pertanaman kedelai sehingga kehilangan produksi dapat
ditekan sekecil mungkin. Hal ini sesuai dengan literature Setiawati dan Muharam
(2003) yang menyatakan bahwa campuran ekstrak nimba (Azadirachta indica),
lengkuas (Alpinia galanga) dan sereh (Cymbopogon nardus) dengan perbandingan 2 :
1,5 :1,5 mampu memberantas hama tanaman.
Tingkat produksi kedelai dengan kons