Kontraindikasi Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi .1 Indikasi

harus menyesuaikan tekniknya agar dapat menghadapi kesulitan-kesulitan dan komplikasi yang mungkin timbul akibat pencabutan dari tiap gigi. 1-3,8 2.2.1 Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi 2.2.1.1 Indikasi Ada beberapa indikasi dilakukannya tindakan pencabutan gigi. Indikasi dilakukan pencabutan gigi adalah pada gigi supernumerary, gigi impaksi, gigi yang diduga sebagai fokal infeksi, gigi yang mengalami nekrosis, infeksi periapikal yang tidak dapat dilakukan terapi endodontik, gigi yang terlibat kista dan tumor, dan gigi sulung yang persistensi. 5,18 Selain itu tindakan pencabutan gigi juga dapat dilakukan pada gigi yang sehat dengan tujuan memperbaiki maloklusi untuk kepentingan perawatan orthodontik dan prostodonsia. 5 Sedangkan menurut Starhak 1980 dan Kruger 1974, indikasi dilakukan pencabutan gigi adalah sebagai berikut : 5,18 1. Gigi dengan patologis pulpa, baik akut ataupun kronik, yang tidak mungkin dilakukan terapi endodontik harus dicabut. 2. Gigi dengan karies yang besar, baik dengan atau tanpa penyakit pulpa atau periodontal. 3. Penyakit periodontal yang terlalu parah untuk dilakukan perawatan merupakan indikasi. Pertimbangan ini juga meliputi keinginan pasien untuk kooperatif dalam rencana perawatan total dan untuk meningkatkan oral hygiene sehingga menghasilkan perawatan yang bermanfaat. 4. Gigi malposisi. 5. Gigi yang mengalami trauma harus dicabut untuk mencegah kehilangan tulang yang lebih besar lagi. 6. Beberapa gigi yang terdapat pada garis fraktur rahang harus dicabut untuk mengurangi kemungkinan infeksi, penyembuhan yang tertunda atau tidak menyatunya rahang. 7. Keperluan ortodontik misalnya gigi premolar dan keperluan prostetik.

2.2.1.2 Kontraindikasi

Ada beberapa kontraindikasi untuk dapat dilakukannya tindakan pencabutan gigi: 18 Universitas Sumatera Utara 1. Faktor lokal Perikoronitis akut pada molar 3 dengan fasial selulitis, gingivitis, stomatitis, sinusitis akut maksila pada molar dan premolar atas. 2. Faktor sistemik a. Diabetes melitus tidak terkontrol. b. Kelainan darah hemofili, leukemia, anemia. c. Kehamilan pada trimester ke-1 dan trimester ke-3. d. Kelainan kardiovaskular hipertensi. e. Pasien dengan kelainan hati hepatitis.

2.3 Perawatan Pasca Pencabutan