II-10
h. Luas lahan pelabuhan, lahan darat 24,4 ha dan laut 37, 8 ha. 3.
Upaya yang dilakukan oleh Pemda Balihristi Provinsi Gorontalo telah melakukan pemantauan kualitas air laut
disekitar pelabuhan pada tahun 2008 dan hasil analisa laboratorium masih memenuhi baku mutu air laut.
Analisis Yuridis
1. Pelabuhan Anggrek tidak melaksanakan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan sebagaimana
tercantum dalam
dokumen Rencana
Pengelolaan Lingkungan RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan RPL. Hal ini telah melanggar RKL dan RPL Pelabuhan Anggrek dan
Pasal 67 Undang-undang No. 32 Th 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berbunyi :
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran danatau kerusakan
lingkungan hidup. 2.
Pelabuhan Anggrek tidak melaporkan pelaksanaan RKL dan RPL, Hal ini telah melanggar Pasal 32 ayat 1 Peraturan Pemerintah No.27 Th 1999
tentang AMDAL yang berbunyi:
Pemrakarsa usaha danatau kegiatan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana
pemantauan lingkungan hidup kepada instansi yang membidangi usaha danatau kegiatan yang bersangkutan, instansi yang ditugasi
mengendalikan dampak lingkungan dan Gubernur
Saran Tindak Lanjut Memberikan surat rekomendasi kepada Kepala Kantor Pelabuhan Anggrek
dengan tembusan Kepada Dirjen Perhubungan Laut yang pokok isinya agar Kepala Kantor Pelabuhan Anggrek :
a.
Memiliki dokumen AMDAL KA-ANDAL, ANDAL, dan RKLRPL dan menggunakan acuan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
b. Melaksanakan dan melaporkan pelaksanaan RKL dan RPL secara rutin
kepada BLH Kab. Gorontalo Utara, Balihristi Provinsi Gorontalo, Deputi MENLH bidang Tata Lingkungan dan Kapusreg Sumapapua.
c. Mengkoordinasikan rencana jangka panjang peningkatan fungsi
pelabuhan kepada Balihristi Provinsi Gorontalo dan BLH Kab. Gorontalo Utara.
d. Membuat Berita Acara pada setiap kejadian darurat seperti tumpahan
tetesan tebuminyak dll dan mengkoordinasikan dengan instansi terkait.
2. Pengolahan air limbah pabrik pengolahan rumput laut di Desa
Pongongaila, Kec. Pulubala, Kab. Gorontalo.
II-11
Gambar 2.4. Bak pengendapan akhir
Kegiatan Lapangan Tim verifikasi bertemu dengan:
1. Bpk Gani Bagian Produksi pabrik; 2. Bpk Sutrisno Wakil Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
Gorontalo; 3. Bpk. Rony Kaluku Direktur operasi PT. GFM
4. Verifikasi lapangan ke lokasi kegiatan pabrik, termasuk melakukan pengambilan photo instalasi produksi dan pengolahan air limbah serta
melakukan pengambilan air limbah di outlet IPAL.
Fakta dan Temuan Lapangan
1. Umum Administrasi a Pabrik telah memiliki dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan UKL
dan Upaya Pemantauan Lingkungan UPL yang disahkan pada bulan Desember Th 2008 oleh Kepala BLH Kabupaten Gorontalo;
b Menurut Bpk Gani bagian produksi dan Bpk Sutrisno Wakadis Perikanan Kelautan Provinsi Gorontalo. bahwa kegiatan pabrik
mulai beroperasi pada bulan Pebruari th 2010 tidak bisa menunjukkan izin usaha pabrik;
c Pabrik tidak memiliki Izin Pembuangan air limbah dari Bupati Gorontalo;
d Pabrik pengolahan rumput laut ini merupakan kerjasama antara Dinas Perikanan Kelautan Provinsi Gorontalo dengan PT.GFM dan
Departemen Perikanan Kelautan RI, namun belum ada serah terima aset pabrik dari Dinas Perikanan Kelautan Provinsi Gorontalo ke
PT.GFM.
2. Fakta dan Temuan Lapangan a Pabrik pengolahan rumput laut mengolah bahan baku rumput laut
menjadi tepung rumput laut kasar untuk di ekspor ke Malaysia dengan kapasitas produksi 1,6 ton bahan baku yang menghasilkan
tepung rumput laut sekitar 390 kghari. b Banyak rencana proyek yang belum terealisasi seperti pembangunan
gedung kantor, aula serbaguna, rumah genset, musholla, kantin. c IPAL
Instalasi Pengolah Air
Limbah tidak
dioperasikan secara
kontinyu, namun
hanya pada saat proses
produksi membuang
air limbah.
II-12
d Bak pengendap air limbah awal berkapasitas 1,5 meter kubik, yang seharusnya berkapasitas 3 meter kubik sesuai dengan kapasitas air
limbah.Tidak dipasang flow meter di outlet IPAL. e Terjadi rembesan di bak kontrol bak terakhirterjadi retakan dinding
di bak kontrol sehingga air limbah menyebar ke luar bak dan akhirnya tidak pernah terbuang ke sungai.
f Pengolahan air limbah tidak sesuai dengan yang tercantum dalam UKL dan UPL, misalnya :
Tidak ada tangki sebagai wadah penyuplai bahan kimia asam klorida atau HCl, asam sulfat yang berfungsi sebagai penetralisir
PH di bak Equalisasi dan
bak aerasi.
Bak pengendapan
akhir 1 dan 2 tidak
dilengkapi dengan filter
dari media batu.
Bak Flokulasi dan bak filter
tidak ada, jadi dari bak pengendap akhir 1 dan 2 langsung ke bak kontrol.
g Belum melakukan swapantau air limbah di outlet IPAL. h Belum melaporkan pelaksanaan UKL dan UPL ke BLH Kab. Gorontalo
dan BLH Provinsi Gorontalo. i
Laboratorium produksi tidak berfungsi. j Hasil analisa Lab. Air limbah di outlet IPAL menunggu dari Lab WLN
Manado, dibandingkan dengan Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha DanAtau Kegiatan Pengolahan Rumput Laut.
k Karyawan bagian produksi tidak disediakan alat K3 masker Gambar 2.2. Bak Pengendapan air limbah
Gambar 2.3. Outlet yang tidak dipasangi flowmeter
II-13
No Parameter
Hasil Satuan
Baku Mutu Keterangan
1. TDS
528 mgl
- MS
2. TSS
48 mgl
100 MS
3. pH
8,24 --
6 - 9 MS
4. BOD
5 mgl
100 MS
5. COD
35 mgl
250 MS
Analisis Yuridis
a. Pabrik Pengolahan Rumput Laut tidak memiliki izin pembuangan air limbah
b. Hal ini telah melanggar: c. Pasal 40 ayat 1 PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air yang berbunyi: Setiap usaha dan atau kegiatan yang akan membuang air limbah ke air
atau sumber air wajib mendapatkan izin tertulis dari BupatiWalikota. d. Pengolahan air limbah tidak sesuai dengan yang tercantum dalam UKL dan
UPL dan tidak melaporkan pelaksanaan UKL da UPL secara rutin. e. Hal ini melanggar dokumen UKL dan UPL Pabrik dan Pasal 3 ayat 4
Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL yang berbunyi: Bagi rencana usaha danatau kegiatan di luar usaha danatau kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 wajib melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup.
f. Perusahaan tidak memasang alat ukur debit flow meter pada outlet IPAL,
tidak melakukan pencatatan debit air limbah dan tidak melakukan pemeriksaan kadar parameter baku mutu air limbah secara periodik serta
terjadi retakan dan rembesan air limbah pada bak kontrol IPAL.
g. Hal ini melanggar pasal 6 huruf b,c,e, Kepmen LH No. 51 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Industri yang berbunyi :
Setiap penanggung jawab kegiatan industri sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 Keputusan ini wajib:
a. membuat saluran pembuangan limbah cair yang kedap air sehingga
tidak terjadi perembesan limbah cair ke lingkungan; b.
memasang alat ukur debit atau laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut;
c. memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair
sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini secara periodik sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan;
II-14
3. Pencemaran sungai di desa Mekar Jaya Kecamatan Wonosari