Pengaduan tentang tumpahan tetes tebu ke laut dari kapal di

II-8 Tabel C.1 Batas waktu pencapaian. Batas waktu pencapaian Nasional Provinsi Gorontalo Sampai dengan tahun 2009 20 70 Sampai dengan tahun 2010 40 75 Sampai dengan tahun 2011 60 85 Sampai dengan tahun 2012 80 95 Sampai dengan tahun 2013 100 100 4. Target Pencapaian SPM Oleh Daerah Target pencapaian dan realisasi SPM pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran danatau perusakan lingkungan disajikan dalam Tabel C.2. Tabel C.2 Target pencapaian dan realisasi SPM pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran danatau perusakan lingkungan. No Jenis Pelayanan Target Realisasi 1 Tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan atau perusakan lingkungan 70 100 5. Realisasi Kasus yang diadukan di tahun 2009 ada 3 dan ditindaklanjuti semuanya sehingga prosentase jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti adalah 100 dari target yang ditetapkan 70. Adapun kasus-kasus tersebut adalah:

1. Pengaduan tentang tumpahan tetes tebu ke laut dari kapal di

Pelabuhan Anggrek di desa Ilangata, Kec. Anggrek, Kab.Gorontalo Utara Kegiatan Lapangan Tim verifikasi bertemu dengan: 1. Bapak Okstivanus Staf kantor pelabuhan Anggrek; 2. Menghubungi Bapak Stanley Kakanpel Pelabuhan Anggrek dan Bapak Kasim Kakanpel sebelumnya via telepon untuk menanyakan dokumen AMDAL dan berita acara penanggulangan kejadian tumpahan tetes tebu pada bulan Desember 2009; II-9 3. Verifikasi lapangan ke lokasi pelabuhan, termasuk melakukan pengambilan photo dan membuat Berita Acara Verifikasi Pengaduan. Fakta dan Temuan Lapangan 1. Umum Administrasi a. Pelabuhan Aggrek telah memiliki dokumen AMDAL yang disahkan pada tanggal 20 Desember 2005 oleh Kepala Balitbang Pedalda Provinsi Gorontalo; b. Pelabuhan Anggrek merupakan pelabuhan nasional dan mulai beroperasi pada Tahun 1996; c. Penanggung jawab pelabuhan Anggrek adalah Dinas Perhubungan Provinsi Gorontalo dan Dirjen Perhubungan Laut. 2. Fakta dan Temuan Lapangan a. Pelabuhan Anggrek memiliki dokumen AMDAL yang disetujui pada tahun 2005; b. Ada rencana jangka panjang sampai dengan Th 2020 tentang peningkatan fungsi pelabuhan dari pelabuhan nasional menjadi pelabuhan internasional, namun hal ini belum dikoordinasikan dengan Balihristi Provinsi Gorontalo dan BLH Kabupaten Gorontalo Utara tentang revisi dokumen AMDAL; c. Pernah terjadi kebocoran dan tumpahan tetesan tebu dari kapal ke laut di sekitar dermaga pelabuhan Anggrek pada bulan Desember 2009, namun telah dilakukan penanggulangan oleh Adpel setempat berkoordinasi dengan Adpel Kota Bitung, namun tidak memiliki dokumen berita acara. Peristiwa kebocoran dan penanggulangan tersebut juga tidak diinformasikan dan dikoordinasikan dengan BLH Kab.Gorontalo Utara; d. Kantor Pelabuhan Anggrek tidak menyimpan dokumen AMDAL, jadi ada dugaan kuat pihak penanggung jawab pelabuhan tidak memiliki acuan dan tidak melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. e. Pelabuhan Anggrek tidak melaporkan pelaksanaan RKL dan RPL kepada Balihristi Provinsi Gorontalo dan BLH Kab. Gorontalo Utara. f. Belum memiliki penampungan bahan kimia dan bahan pelumas di sertai treatment. g. Belum melakukan pemantauan kualitas lingkungan kualitas air di kawasan sekitar pelabuhan seperti tertuang pada dokumen RPL. Gambar 2.1. Pelabuhan Anggrek II-10 h. Luas lahan pelabuhan, lahan darat 24,4 ha dan laut 37, 8 ha. 3. Upaya yang dilakukan oleh Pemda Balihristi Provinsi Gorontalo telah melakukan pemantauan kualitas air laut disekitar pelabuhan pada tahun 2008 dan hasil analisa laboratorium masih memenuhi baku mutu air laut. Analisis Yuridis 1. Pelabuhan Anggrek tidak melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sebagaimana tercantum dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan RPL. Hal ini telah melanggar RKL dan RPL Pelabuhan Anggrek dan Pasal 67 Undang-undang No. 32 Th 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berbunyi : Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup. 2. Pelabuhan Anggrek tidak melaporkan pelaksanaan RKL dan RPL, Hal ini telah melanggar Pasal 32 ayat 1 Peraturan Pemerintah No.27 Th 1999 tentang AMDAL yang berbunyi: Pemrakarsa usaha danatau kegiatan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup kepada instansi yang membidangi usaha danatau kegiatan yang bersangkutan, instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan dan Gubernur Saran Tindak Lanjut Memberikan surat rekomendasi kepada Kepala Kantor Pelabuhan Anggrek dengan tembusan Kepada Dirjen Perhubungan Laut yang pokok isinya agar Kepala Kantor Pelabuhan Anggrek : a. Memiliki dokumen AMDAL KA-ANDAL, ANDAL, dan RKLRPL dan menggunakan acuan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan. b. Melaksanakan dan melaporkan pelaksanaan RKL dan RPL secara rutin kepada BLH Kab. Gorontalo Utara, Balihristi Provinsi Gorontalo, Deputi MENLH bidang Tata Lingkungan dan Kapusreg Sumapapua. c. Mengkoordinasikan rencana jangka panjang peningkatan fungsi pelabuhan kepada Balihristi Provinsi Gorontalo dan BLH Kab. Gorontalo Utara. d. Membuat Berita Acara pada setiap kejadian darurat seperti tumpahan tetesan tebuminyak dll dan mengkoordinasikan dengan instansi terkait.

2. Pengolahan air limbah pabrik pengolahan rumput laut di Desa