BAB III KAJIAN PUSTAKA
M. Syafi’i Antonio,M. Ec. dalam buku yang dikarang oleh Drs. Muhamad, M. Ag editor dengan judul Bank Syari’ah : Analisis kekuatan, kelemahan, Peluang dan
Ancaman pada bab Bisnis dan Perbankan dalan Perspektif Islam halm 9. Terbitnya UU No. 10 tahun 1998 memiliki hikmah tersendiri bagi dunia perbankan nasional
dimana pemerintah membuka lebar kegiatan usaha perbankan dengan berdasarkan pada prinsip syariah. Hal ini guna menampung aspirasi dan kebutuhan yang
berkembang dimasyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan untuk medirikan bank berdasarkan prinsip syariah, termasuk juga kesempatan untuk menkonversi bank yang
kegiaan usahanya berdasarkan sistem konvensional menjadi pola syariah. Apabila dilihat secara makro ekonomi pengembangan bank syariah memiliki peluang besar
karena peluang pasarnya sejurus dengan mayoritas penduduk Indonesia. UU No. 10 tidak menutup kemungkinan bank BUMN, swasta nasional bahkan pihak asing
sekalipun untuk membuka cabang syariahnya di Indonesia. Dengan terbuka kesempatan ini jelas akan memperbesar peluang transaksi keuangan didunia
perbankan, terutama bila terjalin hubungan kerjasama antara bank – bank syariah. Penelitian di Al Hajjar, Saudi Arabia 1989 1990 memfokuskan kepada
persoalan pengintegrasian usaha kecil dalam proses perkembangannya. Penelitian ini
28
mempertanyakan apakah lembaga keuangan Islam menggunakan sistem bagi hasil profit loss sharing merupakan suatu jalan untuk mengatasi masalah kekurangan
modal pada usaha kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kaitannya dengan produk musyarakah, 176 83,4 persen responden dari 211 responden
menolak membagi kepemilikan usahanya dengan investor. Dari 6 sektor yang diteliti, 80 – 87,5 persen menolak musyarakah. Responden yang menerima musyarakah
berpendapat bahwa dengan sistem tersebut bank syariah dapat memenuhi kebutuhan manajerial dan teknis yang dibutuhkan perusahaan dan membantu terciptanya
diversifikasi hasil produk. Sedangkan responden yang menolak sistem musyarakah karena alasan untuk mempertahankan kepemilikan perusahaan dan agar tetap dapat
mewariskan usaha tersebut pada ahli waris mereka. Hasil peneitian yang dilakukan oleh Haron, Sudin et al 1993 dan Anang
Arief Susanto 2000 yang menunjukkan untuk kasus di Malaysia, bahwa 40 persen dari muslim menunjukkan bahwa agama merupakan faktor utama masyarakat untuk
mempertahankan rekeningnya di bank Syariah. 60 persen muslim yang lain masih mempertimbangkan faktor – faktor seperti lokasi sebagai kriteria penting pada saat
mereka menyeleksi suatu bank. Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitan Kajian Pembangunan
Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro yang bekerjasama dengan Bank Indonesia.2000, memaparkan preferensi masyarakat terhadap sistem perbankan
syariah di wilayah Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta :
29
1. Secara umum pandangan responden terhadap keuntungan relatif menunjukkan
sekitar 51,80 persen yang menyatakan setuju, sangat setuju 1,93 persen dan hanya 2,27 persen yang menyatakan tidak setuju.
2. Sedangkan sisanya adalah sebesar 44,00 persen menyatakan bahwa mereka
masih ragu-ragu karena belum mengetahui betul tentang Perbankan Syariah. Besarnya proporsi mereka yang menyetujui terhadap keuntungan relatif ini
kemungkinan disebabkan oleh pengetahuan tentang sistem bagi hasil yang diterapkan pada perbankan syariah.
3. Tingkat kompatibilitas yang menggambarkan pandangan responden tentang
kecocokan penerapan sistem bagi hasil maka terlihat ada 45,07 persen yang menyatakan tidak tahu. Hal ini lebih banyak disebabkan karena sebagian besar
responden belum menjadi nasabah perbankan syariah. Sedangkan proporsi terbesar justru mereka yang menyatakan tidak setuju 52,93 persen. Hal ini
kemungkinan disebabkan belum banyaknya responden yang belum mempunyai pengalaman menjadi nasabah perbankan syariah.
4. Tingkat kompleksitas menggambarkan sampai seberapa jauh Perbankan
Syariah mempunyai dimensi universal yang menyangkut aspek ekonomi dan sosial. Secara keseluruhan terlihat sebagian besar responden atau 63,93 persen
yang menyatakan setuju dan 22,60 persen yang menyatakan sangat setuju. Hasil ini mencerminkan bahwa sistem perbankan syariah dianggap
mempunyai keuntungan multi dimensi antara lain keutungan ekonomi, sosial dan agama.
30
5. Tingkat triabilitas mengambarkan tentang tingkat pencarian informasi yang
berkaitan dengan sistem perbankan syariah. Secara keseluruhan terdapat 53,3 persen yang menyataka setuju dan 17,0 persen yang menyatakan sangat
setuju, sedangkan yang tidak setuju terdapat 29,47 persen. Hasil ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden mengaku telah
mencoba mencari informasi lebih lanjut berkaitan dengan sistem dan produk perbankan syariah.
Penelitian tentang Preferensi Masyarakat Terhadap Bank Syariah Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia dan BNI Syariah dalam Simposium Nasional I :
Sistem Ekonomi Islam halm, 127 mengemukakan bahwa preferensi masyarakat terhadap bank syariah dikarenakan beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor Agamis
Metawa dan Almossawi 1998 menemukan bukti bahwa keputusan nasabah dalam memilih bank adalah karena lebih didorong faktor agama,
dimana nasabah menekankan pada hakekatnya terhadap prinsip – prinsip Islam, juga didorong oleh faktor keuntungan, dorongan keluarga dan teman juga
lokasi. Berdasarkan beberapa faktor tersebut selanjutnya dihubungkan dengan karakteristik responden, misal pendapatan dan pendidikan yang menunjukkan
hasil signifikan untuk menanti prinsip Islam mempengaruhi keputusan responden untuk memilih bank syariah.
31
2. Faktor Ekonomi
Menurut Gerrad dan Cunningham 1997 melalui studi empirisnya menunjukkan bahwa sikap muslim dan non – muslim dalam memilih bank
syariah secara signifikan tidak berbeda, dimana mereka memilih bank syariah karena pelayanan yang cepat dan efisiensi, kerahasian bank, reputasi dan imej
bank, ringannya biaya cek dan tersedianya tempat parkir. 3.
Ada perbedaan preferensi agamis dan pihak luar bagi nasabah di Bank Muamalat Indonesia dan Bank BNI Syariah dalam menabung.
4. Tidak adanya perbedaan preferensi ekonomis nagi nasabah di Bank Mumalat
Indonesia dan Bank BNI Syariah dalam menabung. 5.
Ada hubungan antara faktor selera ekonomis dan faktor agamis dalam menabung di bank syariah.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah mengindikasikan bahwa nasabah mempertimbangkan dua tingkat kepuasan dalam menabung di bank syariah, yaitu
duniawi dan ukhrawi akhirat. Karena setiap muslim dituntut untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat, yaitu melalui pemenuhan kebutuhan yang menunjang
hidup di dunia dan di akhirat. Hal ini merupakan konsep berfikir seorang muslim yang mengandung time horizon yang luas, yaitu sekarang dan nanti.
32
BAB IV LANDASAN TEORI