f Kesulitan orang lain merupakan tanggung
jawabnya sendiri. g
Bila bertemu
teman, saya
selalu menyapanya walau ia tidak melihat saya.
h Bila bertemu guru, saya selalu memberikan
salam, walau ia tidak melihat saya. i
Saya selalu
bercerita hal
yang menyenangkan
teman, walau
tidak seluruhnya benar.
j Bila ada orang yang bercerita, saya tidak
selalu mempercayainya. 3.
Menentukan skala instrumen Skala yang sering digunakan dalam instrumen penelilaian
afektif adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik. Dibawah ini adalah contoh Skala Thurstone:
Tabel 2.1 Minat terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam
No Keterangan
7 6 5 4 3 2 1 1.
Saya senang belajar PAI
2. Pelajaran PAI bermanfaat
3. Saya berusaha hadir tiap ada jam pelajaran
PAI
4. Saya berusaha memiliki buku pelajaran PAI
5. Pelajaran PAI membosankan
Dst
Tabel 2.2 Sikap terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam
No Pertanyaan
SS S
TS STS 1
Pelajaran PAI sulit 2
Tidak semua harus belajar PAI 3
Pelajaran PAI harus dibuat mudah 4
Pelajaran PAI bermanfaat
Keterangan: SS
: Sangat setuju S
: Setuju TS
: Tidak setuju STS
: Sangat tidak setuju
Tabel 2.3 Pelajaran Pendidikan Agama Islam
a b
c d
e F
g Menyenangkan
Membosankan Sulit
Mudah Bermanfaat
Sia-sia Menantang
Menjemukan Banyak
Sedikit 4.
Menentukan pedoman penskoran Sistem penskoran yang digunakan tergantung pada skala
pengukuran. Apabila digunakan skala Thurstone, maka skor tertinggi untuk tiap butir 7 dan skor terendah 1. Demikian pula
untuk instrumen dengan skala beda semantik, tertinggi 7 dan terendah 1. Untuk skala Likert, pada awalnya skor tertinggi tiap
butir 5 dan terendah 1. Dalam
pengukuran sering
terjadi kecenderungan
responden memilih jawaban pada katergori tiga 3 tiga untuk skala
Likert. Untuk menghindari hal tersebut skala Likert dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 empat pilihan, agar jelas sikap
atau minat responden. Skor perolehan perlu dianalisis untuk tingkat peserta didik dan tingkat kelas, yaitu dengan mencari rerata mean
dan simpangan baku skor. Selanjutnya ditafsirkan hasilnya untuk mengetahui minat masing-masing peserta didik dan minat kelas
terhadap suatu mata pelajaran. 5.
Menelaah instrumen Kegiatan pada telaah instrumen adalah menelaah apakah:
a Butir pertanyaanpernyataan sesuai dengan indikator.
b Bahasa yang digunakan komunikatif dan menggunakan
tata bahasa yang benar. c
Butir peranyaaanpernyataan tidak bias. d
Format instrumen menarik untuk dibaca e
Pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas f
Jumlah butir dan atau panjang kalimat pertanyaan pernyataan sudah tepat sehingga tidak menjemukan
untuk dibacadijawab. Telaah dilakukan oleh pakar dalam bidang yang diukur
dan akan lebih baik bila ada pakar penilaian. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman sejawat bila yang diinginkan adalah masukan
tentang bahasa dan format instrumen. Bahasa yang digunakan
adalah yang sesuai dengan tingkat pendidikan responden. Hasil telaah selanjutnya digunakan untuk memperbaiki instrumen.
Panjang instrumen
berhubungan dengan
masalah kebosanan, yaitu tingkat kejemuan dalam mengisi instrumen. Lama
pengisian instrumen sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Langkah pertama dalam menulis suatu pertanyaan pernyataan adalah
informasi apa yang ingin diperoleh, struktur pertanyaan, dan pemilihan kata-kata. Pertanyaan yang diajukan jangan sampai bias,
yaitu mengarahkan jawaban responden pada arah tertentu, positif atau negatif.
Hasil telaah instrumen digunakan untuk memperbaiki instrumen. Perbaikan dilakukan terhadap konstruksi instrumen,
yaitu kalimat yang digunakan, waktu yang diperlukan untuk mengisi instrumen, cara pengisian atau cara menjawab instrumen,
dan pengetikan. 6.
Merakit instrumen Setelah instrumen diperbaiki selanjutnya instrumen
dirakit, yaitu menentukan format tata letak instrumen dan urutan pertanyaan pernyataan. Format instrumen harus dibuat menarik
dan tidak terlalu panjang, sehingga responden tertarik untuk membaca dan mengisinya. Setiap sepuluh pertanyaan sebaiknya
dipisahkan dengan cara memberi spasi yang lebih, atau diberi batasan garis empat persegi panjang. Urutkan pertanyaan
pernyataan sesuai dengan tingkat kemudahan dalam menjawab atau mengisinya.
7. Melakukan ujicoba terbatas
Setelah dirakit lebih luas,instrumen diujicobakan kepada responden, sesuai dengan tujuan penilaian apakah kepada peserta
didik, kepada guru atau orang tua peserta didik. Untuk itu dipilih sampel yang karakteristiknya mewakili populasi yang ingin dinilai.
Bila yang ingin dinilai adalah peserta didik SMP, maka sampelnya juga peserta didik SMP. Sampel yang diperlukan minimal 30
peserta didik, bisa berasal dari satu sekolah atau lebih. Pada saat ujicoba yang perlu dicatat adalah saran-saran
dari responden atas kejelasan pedoman pengisian instrumen, kejelasan kalimat yang digunakan, dan waktu yang diperlukan
untuk mengisi instrumen. Waktu yang digunakan disarankan bukan waktu saat responden sudah lelah. Selain itu sebaiknya responden
juga diberi minuman agar tidak lelah. Perlu diingat bahwa pengisian instrumen penilaian afektif bukan merupakan tes,
sehingga walau ada batasan waktu namun tidak terlalu ketat. Agar responden mengisi instrumen dengan akurat sesuai
harapan, maka sebaiknya instrumen dirancang sedemikian rupa sehingga waktu yang diperlukan mengisi instrumen tidak terlalu
lama. Berdasarkan pengalaman, waktu yang diperlukan agar tidak jenuh adalah 30 menit atau kurang.
8. Menganalisis hasil ujicoba
Analisis hasil ujicoba meliputi variasi jawaban tiap butir pertanyaan pernyataan. Jika menggunakan skala instrumen 1
sampai 7, dan jawaban responden bervariasi dari 1 sampai 7, maka butir pertanyaanpernyataan pada instrumen ini dapat dikatakan
baik. Namun apabila jawabannya hanya pada satu pilihan jawaban saja, misalnya pada pilihan nomor 3, maka butir instrumen ini
tergolong tidak baik. Indikator yang digunakan adalah besarnya daya beda.
Bila daya beda butir instrumen lebih dari 0,30, butir instrumen tergolong baik. Indikator lain yang diperhatikan adalah
indeks keandalan yang dikenal dengan indeks reliabilitas. Batas indeks reliabilitas minimal 0,70. Bila indeks ini lebih kecil dari
0,70, kesalahan pengukuran akan melebihi batas. Oleh karena itu diusahakan agar indeks keandalan instrumen minimal 0,70.
9. Memperbaiki instrumen
Perbaikan dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan pernyataan yang tidak baik, berdasarkan analisis hasil ujicoba. Bisa
saja hasil telaah instrumen baik, namun hasil ujicoba empirik tidak baik. Untuk itu butir pertanyaanpernyataan instrumen harus
diperbaiki. Perbaikan termasuk mengakomodasi saran-saran dari responden ujicoba. Instrumen sebaiknya dilengkapi dengan
pertanyaan terbuka.
10. Pelaksanakan pengukuran
Pelaksanaan pengukuran perlu memperhatikan waktu dan ruangan yang digunakan. Waktu pelaksanaan bukan pada waktu
responden sudah lelah. Ruang untuk mengisi instrumen harus memiliki cahaya penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang
baik. Tempat duduk juga diatur agar responden tidak terganggu satu sama lain. Diusahakan agar responden tidak saling bertanya
pada responden yang lain agar jawaban kuesioner tidak sama atau homogen.
11. Menafsirkan hasil pengukuran
Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Untuk menafsirkan hasil pengukuran diperlukan suatu kriteria. Kriteria
yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir pertanyaanpernyataan yang digunakan. Misalkan digunakan skala
Likert yang berisi 10 butir pertanyaanpernyataan dengan 4 empat pilihan untuk mengukur sikap peserta didik. Skor untuk butir
pertanyaanpernyataan yang sifatnya positif:
Sangat setuju - Setuju - Tidak setuju - Sangat tidak setuju. 4 3
2 1
Sangat setuju - Setuju - Tidak setuju - Sangat tidak setuju. 1
2 3
4
Skor tertinggi untuk instrumen tersebut adalah 10 butir x 4 pilihan = 40, dan skor terendah 10 butir x 1 = 10. Skor ini
dikualifikasikan misalnya menjadi empat kategori sikap atau minat, yaitu sangat tinggi sangat baik, tinggi baik, rendah kurang,
dan sangat rendah sangat kurang. Berdasarkan kategori ini dapat ditentukan minat atau sikap peserta didik. Selanjutnya dapat dicari
sikap dan minat kelas terhadap mata pelajaran tertentu.
B. Prosedur Penelitian