5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya PERKENI, 2015.
2.1.2 Epidemiologi Diabetes Melitus
Menurut International Diabetes Federation 2013, sekitar 382 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes dengan kecenderungan yang makin meningkat
tiap tahunnya, dan diperkirakan dalam 20 tahun mendatang jumlah penderitanya mencapai 592 juta orang. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2003 diperkirakan
terdapat 13,7 juta penderita diabetes dengan perkiraan akan meningkat sebanyak 20,1 juta orang pada tahun 2030 PERKENI, 2015.
2.1.3 Klasifikasi Diabetes Melitus
Diabetes melitus dapat diklasifikasi menjadi 4 tipe, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional PERKENI, 2015. Diabetes tipe 1
disebabkan oleh penghancuran sel β pankreas karena proses autoimun ataupun
idiopatik, yang akhirnya menjurus ke defisiensi insulin absolut. Diabetes tipe 2 diakibatkan oleh resistensi terhadap insulin disertai defisiensi insulin. Diabetes
tipe lain disebabkan oleh cacat genetik sel β pankreas ataupun kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas misalnya fibrosis kistik, endokrinopati, infeksi,
imunologi, dan tipe yang diinduksi oleh obat maupun zat kimia Smith dan Singleton, 2012; PERKENI, 2015.
2.1.4 Diagnosis Diabetes Melitus
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan bila terdapat keluhan klasik seperti poliuria, polidipsia, polifagia, serta penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya, dapat disertai dengan keluhan lain berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada
wanita PERKENI, 2015. Diagnosis DM secara sederhana ditentukan oleh pemeriksaan glukosa darah puasa dan uji toleransi glukosa oral, meskipun kriteria
terbaru juga menggunakan pengukuran hemoglobin A1c HbA1c Smith dan Singleton, 2012.
Kriteria diagnosis DM yaitu PERKENI, 2015: 1. Pemeriksaan glukosa
plasma puasa ≥126 mgdL. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam, atau
2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mgdL 2 jam setelah tes toleransi glukosa
oral TTGO dengan beban 75 gram, atau 3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200 mgdL dengan keluhan klasik, atau
4. Pemeriksaan HbA1c 6,5 mgdL dengan menggunakan metode High- Performance Liquid Chromatography HPLC yang terstandarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarization Program NGSP. Saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi standar NGSP, sehingga harus
hati-hati dalam membuat interpretasi terhadap hasil pemeriksaan HbA1c.
2.1.5 Penatalaksanaan Diabetes Melitus