1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman otoriter pers dikekang oleh pemerintah, karena pada saat itu jurnalisdipaksa patuh dan tidak boleh mengkritisi apa yang menjadi
kebijakannya. Media diwajibkan mendukung keputusan tersebut dengan cara mensosialisasikan ke publik.
Media yang membantah otomatis akan dicabut izin pernerbitannya. Bukan hanya itu, wartawan yang melakukan peliputan yang merugikan
pemerintah akan dijebloskan ke penjara. Indonesia mengalami sistem pers jenis ini saat pemerintahan Rezim Soeharto. Saat itu semua kegiatan Pers
diatur oleh pemerintah dan mereka juga harus mendukung apa yang dikehendaki. Bahkan, bukan hanya pers umum saja, sampai pers mahasiswa
saat itu juga terkena imbasnya. Namun, Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pers
tidak dikekang lagi karena mereka sudah melewati beberapa zaman diantaranya adalah pers bebas, pers bertanggung jawab sosial, dan masih ada
beberapa zaman lagi Kusumaningrat dan Kusumaningrat 2006: 19. Pengertian pers dibagi menjadi dua yaitu luas dan sempit. Pers dalam
arti sempit adalah yang menyangkut kegiatan komunikasi dengan perantara barang cetakan. Pers dalam arti luas adalah yang menyangkut kegiatan
2
komunikasi baik yang dilakukan dengan media cetak maupun media elektronik.
Sebelum menjadi sebuah produk, perusahaan pers perlu mencari bahan-bahan dan melewati beberapa proses produksi. Insan pers akan
melewati beberapa tahapa seperti Biaya produksi, Sumber Daya, Pemerintahan, dan Iklan.Sumber daya mencakup dua hal yaitu Sumber Daya
Manusia SDM dan teknologi. Biaya produksi terkait dengan besarnya pengeluaran seperti gaji wartawan, biaya cetak, biaya promosi.
Pemerintah berhubungan dengan kebijakan yang dikeluarkan tentang peraturan pers. Iklan berpengaruh terhadap besarnya biaya produksi karena
suntikan dana yang diperoleh media kebanyakan dari iklan. Media massa hadir sebagai bisnis demi mendapatkan keuntungan dari
khalayak dan pengiklan. Laba yang diperoleh tersebut tidak hanya digunakan untuk biaya produksi saja. Pemilik media yang terlindungi dari persaingan
bisa memilih membelanjakan, atau tidak, bunga ekonominya pada proyek yang kurang menguntungkan, seperti propaganda politik WBI 2006 : 215.
Bukan jadi rahasia lagi sekarang ini banyak pemilik media yang terjun dalam bidang politik. Di Indonesia sendiri ada contoh yang mencolok,
misalnya Aburizal bakrie dengan medianya ANTV, Tv one, Viva News. Di pihak lain ada Surya paloh dengan medianya Metro tv dan Media Indonesia.
Abu Rizal Bakrie mengikuti partai Golkar dan Surya Paloh menggawangi Nasional Demokrat.
3
Sebelumnya, Demsetz 1989 dan Lehn 1985 membuat hipotesis bahwa
“amenity potential” yang dikenal sebagai keuntungan pribadi yang diperoleh dari pengawasan Grossman dan Hart 1988. Artinya, Manfaat
nonfinansial seperti nama dan pengaruh dari kepemilikan surat kabar atau televisi lebih tinggi dari pada pemilik perusahaan tutup botol WBI 2006 :
179. Pembentukan pendapat atau perang kata-kata sudah ada sejak zaman
dahulu, dimana saat perang dunia pertama teknik propaganda ini dianggap paling mampu menguasai peperangan. Bahkan, setelah Amerika menerbitkan
buku berjudul
Words That Won the War
Kata-Kata yang Memenangkan Perang tidak mengherankan orang-orang begitu peduli pada teknik ini
menjelang perang dunia ke dua. Propaganda dalam artian paling luas adalah teknik mempengaruhi
tindakan manusia dengan memanipulasi reprentasi penyajian . Representasi bisa berbentuk lisan maupun tulisan, gambar atau musik Lasswell dalam
teori komunikasi Werner J Severin dan James W. Tankard, Jr 2011: 128. Lasswell menjelaskan salah satu teknik paling efektif untuk mencapai
satu diantara empat tujuan utama propaganda adalah menumbuhkan kebencian terhadap musuh.Pada tahap selanjutnya, produksi memerlukan skala dan
investasi modal yang besar. Banyak sajian hiburan gagal menarik minat masyarakat, dan karena itu media memerlukan bermacam jenis kepemilikan
untuk mengantisipasi risiko yang harus ditanggungya.
4
Selain itu, dalam dunia penerbitan surat kabar, peran editor sangat penting. Seleksi atau editing sajian kemasan adalah fungsi yang krusial dalam
setiap media massa. Dari puluhan ribu pesan yang berebut perhatian dan uang dari publik, hanya beberapa yang berhasil secara finansial.
Graeme Burton menjelaskan jika proses produksi media merupakan suatu proses yang merujuk pada bisnis produksi atau rangkaian peristiwa yang
berakumulasi pada penerimaan audiens. Ia juga mengkaitkan proses produksi dengan konsep-konsep komodifikasi, praktik kebudayaan dan sosial, serta
ideologi. Selain itu ada tiga aspek produksi media diantaranya adalah Imperatif-Imperatif produksi, Praktik-praktik produksi, konteks produksi
Burton 2008 : 95. Imperatif-Imperatif produksi berpandangan media adalah sebagai
bisnis dan produksi adalah proses kolaboratif, menggunakan kecakapan orang. Bagi media dan masyarakat, hubungan sosial dan hubungan ekonomi terjalin
satu sama lain. Imperatif-Imperatif produksi media adalah Kebutuhan, kekuatan kompetisi, dan Jatah tayang. Kebutuhan untuk menutupi investasi :
ketika industri surat kabar menginvestasikan jutaan dollar dalam pembuatan komposisi baru dan teknologi produksi sejak 1980-an, maka industri surat
kabar tersebut perlu menghasilkan sesuatu yang laku terjual. Praktik-Praktik Produksi, dibagi menjadi empat yaitu Materi
genre
, rutinitas produksi, interaksi media, dan pemasaran. Hal ini menanyakan
bagaimana media dapat mempengaruhi audiens. Selanjutnya, Konteks
5
Produksi, Produksi media beroprasi dalam pelbagai macam lingkungan komersial.
Pasar adalah bagian dari lingkungan, yang membentuk bagaimana dan mengapa produk-produk seperti acara dibuat dan diarahkan pada audiens
tertentu. Tetapi lebih dari itu, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi
cara oprasi
institusi-institusi media.
Hal-hal yang
mempengaruhi diantaranya Polarisasi, Ceruk Pasar, Peningkatan biaya. Ideologi, Media juga mengkomunikasikan ideologi pada audiensnya,
maka berita sebagai oprasi khusus dalam media adalah pembawa yang ampuh terhadap ideologi ini. Hal ini karena berita diduga termasuk dalam sesuatu
yang disebut fakta. Hal tersebut dikarenakan berita meliputi aktivitas politik, peristiwa-
peristiwa ekonomi, dan prilaku sosial. Secara umum berita menyokong ide-ide seperti aturan hukum melalui lembaga peradilan, keutamaan alami keluarga
sebagai unit sosial, dan pelbagai definisi tentang teroris seperti yang diuangkapkan oleh pemerintah.
Tahap-tahap yang mempengaruhi proses media tersebut tentunya dialami oleh semua media di dunia termasuk Indonesia. Ada beragam jenis
media yang lahir di Tanah Air, media nasional misalnya Kompas, Media Indonesia, Jawa Pos, Republika, dan masih banyak lagi. Media lokal Solo
sendiri ada SOLOPOS, Radar Solo Grup Jawa Pos, JogloSemar, Tribun Grup Kompas.
6
Nama-nama media tersebut adalah bukti bagaimana suburnya pertumbuhan media di Soloraya. Penulis tidak akan mengulas semua media
diatas, namun memfokuskan pada surat kabar SOLOPOS. Penulis memilih SOLOPOS karena surat kabar ini adalah yang tertua dan terbesar di Solo.
Selain itu, Ia adalah media lokal murni bukan gabungan media nasional. Media ini lahir pada tahun 1997 dan terbit 24 halaman. berbagai
konten diantaranya Headline HL, Umum, Jateng DIY, Gagasan, Inspirasi, Pendidikan, Ekonomi Bisnis, Internasional, Pergelaran, Olahraga 2
Halaman, Sepak Bola, Soloraya, kota Solo, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Sragen, Boyolali karanganyar, Cesspleng Iklan 3 Halaman, Satelit Solo.
Harian SOLOPOS menyuguhkan beragam jenis konten dan pemberitaan, misalnya saja Solo Raya, pemberitaan yang dibahas seputar kota
solo, wonogiri, dan berbagai daerah lainnya. Namun, dari berbagai konten dan pemberitaan yang sudah dimuat oleh media yang memiliki jargon
Meningkatkan Dinamika Masyarakat ini, penulis tertarik untuk mengulas proses produksi berita rekonsiliasi Keraton Surakarta Hadiningrat.
Penulis memilih pemberitaan tentang Kraton Surakarta Hadiningrat karena Ia termasuk dalam khazanah budaya. Selain itu, keberadaan kraton
untuk masyarakat solo sangat penting dibuktikan dengan banyaknya acara kraton yang masih intens di ikuti masyarakat Solo seperti
event
gunungan, skatenan.
Selain itu, kraton Surakarta juga termasuk salah satu budaya yang sudah sangat lama ada dan berpengaruh di Indonesia. Bahkan permasalahan
7
keretakan kraton Surakarta yang memiliki raja kembar juga sampai menjadi perbincangan Nasional. Saat penandatanganan rekonsilisasi beberapa waktu
lalu beberapa menteri sampai turun dan ikut menyaksikan. SOLOPOS termasuk media yang intens dan konsisten dalam
mengikuti dan mengulas pemberitaan Keraton Surakarta Hadiningrat. Hal itu dibuktikan dengan terbitnya buku Di Balik Suksesi Keraton Surakarta
Hadiningrat yang diterbitkan oleh PT. Aksara SOLOPOS. Buku itu berisi tentang sejarah dan awal mula konflik keraton sampai akhirnya lahirlah dua
raja yang dijuluki Raja kembar. Dalam buku itu disebutkan awal mula konflik keraton adalah saat
mangkatnya Paku Buwono XII, Raja Keraton Kasunanan yang telah bertahta selama 60 tahun. Konflik keraton mulai tercium saat pihak
intern
keraton bingung memikirkan siapa penerus tahta selanjutnya.
Putra dan putri keraton menyebutkan telah ada wasiat dari Paku Buwono XII di tawangmangu. Pergantian tahta di keraton akan mengacu pada
naluri dan angger-angger konvensi adat keraton, berarti penerus raja adalah putra tertua dari isteri permaisuri, namun jika tidak mempunyai istri
permaisuri, maka putera tertua dari istri selir yang akan menggantikannya. Lantaran tidak semua putra dan putri Paku Buwno XII melihatnya dan
mengaku tidak tahu-menahu prihal wasiat tersebut. Mencuatlah perbedaan pandangan siapa yang akan menggantikan raja. Rentetan konflik prihal calon
raja baru tersebut memang panjang, namun akhirnya ada dua orang yang
8
menjadi pilihan yaitu Kanjeng Gusti Pangeran Haryo KGPH Hangaberhi dan KGPH Tedjowulan.
Ketika muncul penolakan kerabat dan sentana dari Jakarta, persoalan suksesi keraton semakin memuncak. Sentana yang selama ini merasa
memberikan sumbangsih terhadap keberlangsungan keraton mendesak kepada tiga pengageng untuk segera mengeluarkan pernyataan sampai kemudian pada
tanggal 3 agustus 2004, dari hasil rapat putera putri dalem beserta sentana yang diadakan di kediaman BRAy Mooryati Soedibyo di Jakarta, ketiga
pengageng keraton akhirnya secara resmi menolak rencana Jumenengan KGPH Hangabehi menjadi raja pada yang akan berlangsung pada 10
September 2004. Sama-sama mempunyai pendukung dipihak masing-masing akhirnya
lahirlah raja kembar di Surakarta. KGPH Tedjowulan dikukuhkan sebagai pengganti Paku Buwono XII pada 27 Agustus 2004 oleh tiga pengageng
keraton dan selasa pagi, 31 Agustus 2004 bertempat di Dalem Purnama, Badran, Laweyan, Solo, KGPH Tedjowulan dinobatkan menjadi “Raja
Rakyat” oleh pendukungnya yang ditandai dengan pengalungan janur oleh rakyat.
KGPH Hangabehi dinobatkan pada 10 Sepetember di Krobongan Dalem Prabasuyasa. Suasana penobatan KGPH Hangabehi menggunakan
Bedaya Ketawang yang sakral. Acara diawali dengan pengucapan sumpah KGPH Hangabehi atas nama Tuhan dan leluhur di dalam krobongan Dalem
Ageng Prabasuyasa.
9
Pemimpin Umum Harian SOLOPOS, Sukamdani Sahid Gitosardjono dalam buku Di Balik Suksesi Keraton Surakarta Hadiningrat mengatakan :
“Buku ini merupakan bukti nyata partisipasi Harian Umum SOLOPOS dalam perannya ikut melestarikan budaya, karena setidaknya selama
kehadirannya dikota Solo Harian Umum SOLOPOS telah mencatat berbagai peristiwa sejarah, juga termasuk yang menyangkut Kasunanan Surakarta
Hadiningrat. Pencatatan itu direkam melalui berbagai peristiwa liputan yang tentunya digunakan sebagai pelengkap data dalam penulisan buku ini”
Mulyanto dkk, 2004: iii. Menurut William S. Maulsby
Getting the News
dalam Suryawati, Berita didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak
dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, serta dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut
Suryawati, 2011: 68. Sebelum suatu surat kabar mengeluarkan berita ada beberapa proses
produksi yang akan dilewati. Jabatan tertinggi adalah Pemimpin Umum PU, selanjutnya pemimpin redaksi dimana pemimpin redaksi tersebut bertanggung
jawab atas operasi keredaksian secara keseluruhan. Dibawahnya ada Redaktur pelaksana atau biasa disebut sebagai tangan
kanan pemimpin redaksi. Ia bertanggung jawab pelaksanaan peliputan berita yang seimbang. Redaktur pelaksana selain bertanggung jawab mengawasi
jalannya pelaksanaan dalam dapur redaksinya, ia juga bertanggung jawab kepada pemimpin redaksi.
10
Redaktur daerah adalah orang yang bertanggung jawab atau mengatur
desk
yang nantinya bertanggung jawab atas peliputan di wilayahnya masing
– masing. Misalnya redaktur kota Ia bertanggung jawab untuk berita kota, redaktur olahraga bertanggung jawab tentang pemberitaan di rubrik
olahraga. Namun, biasanya setiap surat kabar memiliki jumlah redaktur berbeda-beda sesuai kebutuhan media mereka.
Reporter adalah strata terbawah. Mereka yang mengeksekusi hasil rapat dan arahan redaktur. Dilapangan para kuli tinta sudah ditempatkan di
beat atau wilayah hunting masing-masing. Selain itu, wartawan biasanya juga mencari berita bersama rekan satu beat.
Dari pemaparan diatas, Peneliti tertarik untuk meneliti tentang produksi teks berita yang dilakukan SOLOPOS dalam berita rekonsiliasi
Keraton Surakarta Hadiningrat di harian umum SOLOPOS bulan mei-juni 2012.
B. Rumusan Masalah