Lokasi dan Waktu Peralatan dan Bahan Kerangka Pemikiran

IV. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Seksi PengelolaanTaman Nasional Wilayah II Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten. Penelitian dilaksanakan selama ± 3 bulan dari Juni hingga Agustus 2007. Penelitian dilakukan pada blok-blok pengamatan dengan penempatan unit contoh seperti disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Sebaran lokasi unit contoh pengamatan

B. Peralatan dan Bahan

Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: Peta Kawasan TNUK digital, aquades, teropong binokuler, GPS receiver, altimeter, kamera foto digital, termohigrometer, salinometer, pH meter tanah, kertas lakmus, tambang plastik, mistar ukur, ember plastik, pita meter dan daftar isian.

C. Kerangka Pemikiran

Kawasan hutan TNUK merupakan habitat alami dan ideal bagi berbagai jenis satwaliar, termasuk badak jawa. Habitat ideal merupakan satu kesatuan 28 kawasan yang terbentuk dari interaksi dan kombinasi berbagai faktor fisik dan biotik, yang dapat menjamin semua kebutuhan dan kelangsungan hidup satwaliar. Kebutuhan hidup minimal bagi setiap jenis satwaliar berbeda-beda. Oleh karena itu terdapat perbedaan kondisi habitat yang ditempati oleh setiap jenis satwaliar. Perbedaan kebutuhan hidup tersebut selanjutnya mengakibatkan tidak semua kawasan hutan digunakan sebagai habitat terpilih. Habitat terpilih bagi badak jawa di kawasan TNUK diduga akan semakin menyempit dan terfragmentasi akibat tekanan penduduk yang semakin meningkat. Tekanan ini timbul karena aktivitas masyarakat sekitar kawasan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, khususnya perburuan satwaliar dan perambahan hutan. Akibat selanjutnya dari tekanan penduduk ini adalah terancamnya kelestarian populasi badak jawa. Fragmentasi habitat diduga mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku bagi badak jawa karena jenis satwa ini merupakan satwa soliter dengan wilayah jelajah relatif luas, harus menempati habitat yang terbagi-bagi dalam luasan yang lebih sempit patch. Kondisi ini mengakibatkan badak jawa harus mampu beradaptasi dengan habitat yang relatif kurang mencukupi kebutuhan hidupnya. Dalam adaptasi tersebut maka diduga badak jawa akan memilih habitat-habitat yang lebih menguntungkan, terutama yang mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. Pemilihan habitat yang sesuai tersebut dapat diindikasikan oleh adanya konsentrasi populasi badak pada areal-areal tertentu yang secara relatif lebih banyak menyediakan kebutuhan hidup meliputi pakan, air dan garam mineral serta memberikan jaminan perlindungan dan tempat berkembangbiak. Namun demikian, kemampuan adaptasi setiap individu badak jawa terhadap perubahan lingkungan habitat berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor internal yang meliputi usia, bobot tubuh dan jenis kelamin, serta faktor eksternal antara lain kepadatan vegetasi, kondisi iklim, tanah dan topografi. Berdasarkan kemampuan adaptasi serta kebutuhan hidup minimum tersebut maka badak jawa tidak menggunakan seluruh kawasan TNUK sebagai habitatnya, namun hanya menggunakan beberapa areal tertentu yang mampu meyediakan seluruh kebutuhan hidup minimumnya sebagai habitat terpilih. Identifikasi 29 faktor-faktor dominan habitat yang menentukan disukai atau tidaknya habitat bagi badak jawa sangat diperlukan sebagai dasar dalam merumuskan tipologi habitat preferensial badak jawa di TNUK. Kerangka pemikiran penelitian tipologi habitat preferensial bagi badak jawa disajikan pada Gambar 5. Gambar 5 . Skema kerangka pemikiran penelitian tentang analisis tipologi habitat preferensial badak jawa di TNUK

D. Hipotesis