Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses desalinasi di PLTU, hanya 40 air laut dapat diubah menjadi air bersih, sedangkan 60 sisanya yang disebut brine water yang mengandung kadar garam tinggi akan dibuang kembali ke laut sebagai limbah. Brine water tiruan mempunyai komposisi yang mirip dengan brine water asli yang berasal dari air laut natural seawater. Sintesis Brine water tiruan dibuat analog dengan cara membuat larutan air laut tiruan yang formulanya dikemukakan oleh Lyman dan Fleming 1940. Garam-garam utama yang terdapat dalam air laut tiruan dalam gkg adalah klorida 19,353, natrium 10,764, sulfat 2,701, magnesium 1,297, kalsium 0,406, kalium 0,387 dan sisanya teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, stronsium dan florida. Kandungan Mg 2+ dalam konsentrasi tinggi pada brine water tiruan dapat dimanfaatkan untuk sintesis Mg-AlHidrotalsit. Mg-AlHydrotalcite-like HTlc telah dikenal sebagai salah satu mineral yang menarik, prospektif dan menjanjikan karena dapat disintesis dengan mudah serta berguna dalam berbagai aplikasi Tong et. al., 2003. Dalam aplikasi HTlc sebagai katalis dan atau prekusor lain, beberapa studi menunjukkan bahwa HTlc terkalsinasi memiliki aktivitas moderat dalam reaksi transesterifikasi Cantrell et. al., 2005; Xie et. al., 2006. Shumaker et. al., 2007 menggunakan Li-AlHTlc untuk mengkatalisis minyak kedelai dengan metanol, dan Liu et. al., 2007 menggunakan Mg-AlHTlc terkalsinasi untuk mengkatalisis minyak poultry dengan metanol. Akan tetapi, dalam penelitiannya, katalis Mg-AlHTlc dan juga oksida terkalsinasinya menunjukkan aktivitas yang rendah selama reaksi antara minyak dan metanol pada temperatur rendah sekitar titik didih metanol dibandingkan dengan Li-AlHTlc. Untuk memperbaiki keadaan ini, ke dalam Mg-AlHTlc sering ditambahkan zat-zat aktif agar aktivitas HTlc sebagai katalis akan semakin tinggi. Gao et. al., 2008 dalam 1 commit to user reaksi transesterifikasi minyak sawit menjadi biodiesel telah mencampurkan KF pada HTlc dan menghasilkan metil ester asam lemak mencapai 92 . Minyak sawit sebagai bahan baku pembuatan metil ester merupakan bahan alternatif pengganti bahan bakar diesel dan termasuk sumber daya yang dapat diperbaharui renewable. Proses pengolahan dan pemanfaatan biodiselnya aman bagi manusia dan lingkungan karena minyak sawit dapat terbiodegradasi. Konversi minyak sawit menjadi bentuk metil ester asam lemak atau biodiesel melalui reaksi transesterifikasi minyak sawit dengan metanol serta penambahan katalis, baik katalis basa maupun katalis asam. Reaksi transesterifikasi dapat dikatalisis dengan katalis asam atau basa. Katalis asam yang sering digunakan adalah asam sulfat dan asam klorida. Penggunaan katalis asam membutuhkan waktu refluk yang sangat lama 48-96 jam, perbandingan mol metanol yang dibutuhkan besar 30-150:1. Sedangkan katalis basa yang sering digunakan adalah kalium hidroksida, natrium hidroksida dan karbonatnya. Aktivitas katalis basa lebih cepat dibandingkan katalis asam, katalis asam lebih korosif, katalis basa lebih disukai dan sering digunakan Ilgen, 2007. Mengingat belum adanya pemanfaatan brine water tiruan yang mengandung logam magnesium dalam konsentrasi yang tinggi serta potensi senyawa hydrotalcite- like yang cukup baik sebagai katalis, akan dilakukan penelitian sintesis dan karakterisasi Mg-AlHidrotalsit-KF dari brine water tiruan sebagai katalis transesterifikasi minyak kelapa sawit menjadi biodiesel.

B. Perumusan Masalah