101
101
Clarry Sada, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
Untuk memperjelas isi ungkapan para responden yang diwawancarai, maka sejalan dengan penelitian yang bersifat etnografis dalam penelitian
tindakan kelas, dilakukan penulisan kembali isi ungkapan responden direct speech tersebut Cresswell, 1998.
2. Analisis Data pada Tahap Pengujian Model
Pada tahap ini, analisis data dilakukan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Seperti dikatakan oleh Dick dan Carey dalam
Gall;Gall; Borg, 2003: 572, bahwa tahapan “formative evaluation” dilakukan secara utama dengan metode kualitatif, walaupun metode
kuantitatif seperti data tes atau laporan peringkat kemampuan diri juga diperbolehkan. Analisis data secara kualitatif pada tahap ini dilakukan
mengikuti kaidah-kaidah analisis data kualitatif sebagaimana dilakukan pada penelitian tindakan kelas. Kolaborasi dengan guru selaku praktisi dan
siswa serta pakar pendidikan terus dilakukan selama proses pengembangan model pembelajaran ini.
Untuk analisis data yang bersifat kuantitatif, digunakan statistik deskriptif. Penggunaan analisis ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
pada tahap pengembangan peneliti ingin melihat perkembangan hasil ujicoba dari ujicoba terbatas hingga ujicoba secara luas. Data yang
dianalisis adalah data hasil angket yang diberikan kepada siswa.
102
102
Clarry Sada, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
Hasil analisis dan refleksi ini menjadi bahan untuk dilakukan revisi terhadap model pada siklus berikutnya yang dikembangkan hingga
memperoleh rancangan model yang final.
3. Analisis Data pada Tahap Pengujian Model
Pada tahap pengembangan dari penelitian ini menghasilkan model yang sudah valid, namun masih harus diujicobakan lagi agar keefektifitas
model tersebut dalam pembelajaran dapat diketahui secara jelas. Data yang diperoleh dari hasil ujicoba tersebut, dianalisis dengan
statistik deskriptif dan kualitatif. Penggunaan statistik deskriptif didasarkan atas pertimbangan bahwa dalam ujicoba model ini peneliti
ingin mengetahui dampak yang dirasakan oleh guru dan siswa setelah keseluruhan pembelajaran selesai dilaksanakan.
F. Menguji Efektivitas
Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini akan menerapkan metode preexperimengtal design. Desain yang digunakan adalah Quasi-Experimental
Design yaitu Nonequivalent Pretest and Posttest Control group Design. Creswell 1994:132 mengemukakan ”... a popular approach to quasi-
experiments, the experimental group A and the control group B are selected without random assignment. Both groups take a pretest and a posttest, and
only the experimental group received the treatment. ”. Group A yang sebagai
103
103
Clarry Sada, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
kelompok eksperimen akan mendapatkan perlakukan sedangkan Group B sebagai kelompok kontrol control group tidak mendapatkan perlakuan.
Kedua kelompok akan mendapatkan tes awal pretest dan tes akhir posttest. Hasil tes tersebut akan dianalisis untuk melihat efek daripada perlakuan
tersebut.
Model Quasi-Experimental Design
Group A 0 ------ X ------ 0
Group B 0 ---------------- 0
Sumber: Creswell 1994:132 Catatan: X - treatment
Dalam penelitian kualitatif permasalahan dapat dilacak secara mendalam, data yang bersifat perasaan, norma, nilai, keyakinan, kebiasaan, budaya, sikap
mental, dan komitmen yang dianut oleh seseorang maupun kelompok orang dapat diungkap dengan jelas. Untuk dapat memahami dan memberikan makna
kepada data yang dikumpulkan, dilakukan dengan analisis dan interpretasi yang dilakukan secara terus menerus, yakni reduksi data, pemrosesan satuan,
104
104
Clarry Sada, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
kategorisasi data, triangulasi, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi, sehingga menghasilkan kesimpulan yang lebih “grounded“.
Penelitian ini lebih difokuskan untuk mengkaji suatu proses pengembangan model integrasi nilai, proses pembelajaran dan pembentukan
sikap, maka pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. McMillan dan Schumacher 2001:398 dalam suatu
pembahasan mendalam tentang pendekatan kualitatif mengemukakan bahwa “penelitian kualitatif didasarkan pada asumsi bahwa realitas merupakan
sesuatu yang bersifat ganda, saling berinteraksi, dan didalamnya terjadi pertukaran pengalaman-pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap
individu”. Berdasarkan pembahasan tersebut, penelitian kualitatif menyakini bahwa realitas sesungguhnya merupakan sebuah konstruksi sosial ketika
individu atau kelompok menemukan atau memperoleh sejumlah makna dalam satu kesatuan yang spesifik, seperti dari beberapa peristiwa, orang, proses atau
tujuan. Cressell 1994:145 mengemukakan bahwa “pendekatan kualitatif lebih
melihat sesuatu sebagaimana adanya dalam satu kesatuan yang saling terkait dan lebih menekankan pada proses daripada dampak atau hasil”. Dengan
demikian, kegiatan penelitian lebih memfokuskan pada proses pengintegrasian nilai-nilai cinta pada pembelajaran bahasa dan upaya pembentukan sikap
kebersamaan.
105
105
Clarry Sada, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
214
214
Clarry Sada, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN
Dalam masyarakat yang majemuk, pemahaman terhadap perbedaan masih bersifat
semu karena
seringkali terjadi
tindakan kekerasan
yang mengatasnamakan perbedaan tersebut. Di tingkat sekolah, perbedaan pendapat
atau pandangan antar pelajar baik yang satu sekolah maupun berbeda sekolah berakibat pada peristiwa yang fatal, yaitu perkelahian masal atau tawuran.
Peristiwa tersebut dapat disebabkan masih dangkalnya pemahaman pelajar atau peserta didik akan pentingnya membangun sikap kebersamaan, yaitu sifat saling
menghormati, berbaik hati dan rasa keadilan. Oleh karenanya, perlu upaya ke arah pembentukan sikap kebersamaan tersebut dan salah satu solusinya adalah
menanamkan nilai-nilai cinta pada setiap insan sekolah tersebut. Secara umum, penelitian ini menghasilkan potret kondisi sekolah, model
awal pembelajaran dan pengembangan model integrasi nilai-nilai cinta pada pembelajaran Bahasa Inggris. Pembelajaran Bahasa Inggris lebih menekankan
pada penguasaan kognitif sehingga aspek afektif belum tersentuh oleh guru. Kondisi tersebut memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang minim
mengenai pendidikan nilai secara umum, dan khususnya nilai-nilai cinta. Akibat