Tabel 11. Rataan panjang radikula kecambah sebelum tanam cm Varietas
Blok Total
Rataan
I II
III V1 Sampeong
1.2 1.2
1.2 3.6 1.2
b
V2 Gelatik 0.9
1.0 1.0
2.9 1.0 a
V3 Parkit 1.2
1.2 1.2
3.6 1.2 b
V4 Perkutut 1.4
1.5 1.4
4.3 1.4 d
V5 Sriti 1.2
1.2 1.4
3.8 1.3 c
Total 5.9
6.1 6.2
18.2 6.1
Rataan 1.2
1.2 1.2
3.6 1.2
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji beda nyata terkecil BNT pada taraf 5.
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa pengujian V4 menghasilkan panjang radikula kecambah terpanjang 1.4 cm. Pengujian V4 berbeda nyata dengan
pengujian V1, V2, V3 dan V5. b.
Sesudah tanam Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap
panjang radikula kecambah yang diamati. Rataan panjang radikula kecambah sesudah tanam dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Panjang radikula kecambah sesudah sesudah tanam cm Varietas
Blok Total
Rataan
I II
III V1 Sampeong
1.2 1.2
1.2 3.6
1.2 a
V2 Gelatik 1.0
1.2 1.2
3.4 1.1
a
V3 Parkit 1.2
1.2 1.5
3.9 1.3
ab
V4 Perkutut 1.4
1.4 1.4
4.2 1.4
b
V5 Sriti 1.2
1.2 1.2
3.6 1.2
a Total
6.0 6.2
6.5
18.7 6.2
Rataan 1.2
1.2 1.3
3.7 1.2
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji beda nyata terkecil BNT pada taraf 5.
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa pengujian V2 menghasilkan panjang radikula kecambah terpendek 1.1 cm. Pengujian V1 berbeda nyata dengan
pengujian V4.
Universitas Sumatera Utara
Diameter Kecambah cm
Data hasil pengamatan dan analisis sidik ragam diameter kecambah sebelum dan sesudah tanam dapat dilihat pada Lampiran 43 – 46.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda tidak nyata terhadap diameter kecambah yang diamati.
Tabel. 13. Rataan diameter kecambah sebelum tanam Varietas
Blok Total
Rataan I
II III
V1 Sampeong 0.15
0.15 0.15
0.5 0.15
V2 gelatik 0.20
0.30 0.20
0.7 0.23
V3 Parkit 0.20
0.25 0.25
0.7 0.23
V4 Perkutut 0.30
0.20 0.30
0.8 0.27
V5 Sriti 0.20
0.20 0.30
0.7 0.23
Total 1.1
1.1 1.2
3.4 1.1
Rataan 0.2
0.2 0.2
0.7 0.2
Tabel. 14. Rataan diameter kecambah sesudah tanam Varietas
Pasca Tanam Total
Rataan I
II III
V1 Sampeong 0.15
0.15 0.15
0.5 0.15
V2 gelatik 0.20
0.30 0.20
0.7 0.23
V3 Parkit 0.20
0.20 0.30
0.7 0.23
V4 Perkutut 0.30
0.25 0.25
0.8 0.27
V5 Sriti 0.20
0.30 0.30
0.8 0.27
Total 1.1
1.2 1.2
3.5 1.2
Rataan 0.2
0.2 0.2
0.7 0.2
Universitas Sumatera Utara
Bobot 100 Kecambah Segar g
Data hasil pengamatan bobot 100 kecambah segar sebelum tanam dan sesudah tanam serta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 47 – 50.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap bobot 100 kecambah segar sebelum tanam yang diamati. Rataan bobot
100 kecambah segar sebelum tanam dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Bobot 100 kecambah segar biji sebelum tanam g Varietas
Blok Total
Rataan I
II III
V1 Sampeong 49.1
49.1 48.8
147.0 49.0 c
c
V2 Gelatik 41.1
41.1 41.5
123.7 41.2 e
e
V3 Parkit 53.7
53.7 53.5
160.9 53.6 a
a
V4 Perkutut 46.7
46.6 46.6
139.9 46.6 d
d
V5 Sriti 51.8
51.8 51.7
155.3 51.8 b
b Total
242.4 242.3
242.1 726.8
242.3 Rataan
48.5 48.5
48.4 145.4
48.5
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji beda nyata terkecil BNT pada taraf 5.
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa bobot 100 kecambah segar sebelum tanam yang paling berat terdapat pada pengujian V3 53.6 yang berbeda nyata
dengan pengujian V1, V2, V4 dan V5.
Tabel 16. Bobot 100 kecambah segar sesudah tanam g Varietas
Blok Total
Rataan I
II III
V1 Sampeong 45.3
45.2 45.3
135.8 45.3
b
V2 Gelatik 42.9
42.9 42.9
128.7 42.9
c
V3 Parkit 34.2
34.1 34.1
102.4 34.1
d
V4 Perkutut 29.9
29.8 29.8
89.5 29.8
e
V5 Sriti 66.6
66.6 66.6
199.8 66.6
a Total
218.9 218.6
218.7 656.2
218.7 Rataan
43.8 43.7
43.7 131.2
43.7
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji beda nyata terkecil BNT pada taraf 5.
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa bobot 100 kecambah sesudah tanam segar yang paling berat terdapat pada pengujian V5 66.6 yang berbeda nyata
dengan V1, V2, V3 dan V4.
Heritabilitas
Nilai duga heritabilitas h
2
untuk masing-masing karakter pada tanaman dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan kriteria heritabilitas yang didapatkan
dari tanaman yang ditanam diperoleh 5 lima komponen hasil yang mempunyai heritabilitas sedang dan 11 sebelas komponen hasil yang mempunyai
heritabilitas tinggi.
Tabel 17. Nilai duga heritabilitas untuk masing-masing komponen hasil pada tanaman
Paremeter δ2g
δ2p h2
Ket. Tinggi Tanaman 10 mst
191.45 275.85
0.69 tinggi
Umur Berbunga 3.04
5.50 0.55
tinggi Jumlah Cabang Primer
2.46 3.94
0.63 tinggi
Jumlah Cabang Sekunder 0.47
0.67 0.70
tinggi Umur Panen
12.81 14.46
0.89 tinggi
Jumlah Polong per Tanaman 23.81
90.99 0.26 sedang
Panjang Polong 0.24
0.35 0.69
tinggi Jumlah Biji per Polong
0.60 1.24
0.49 sedang Bobot Biji per Tanaman
24.81 55.28
0.45 sedang
Bobot 100 Biji 2.7
2.8 1.0
tinggi
Sebelum Tanam Panjang Radikula Kecambah
0.03 0.03
0.8 tinggi Diameter kecambah
0.0011 0.004
0.31 sedang Bobot 100 Kecambah Segar
23.4 23.4
1.0 tinggi Sesudah Tanam
Panjang Radikula Kecambah 0.01
0.02 0.5 tinggi
Diameter kecambah 0.002
0.004 0.39 sedang
Bobot 100 Kecambah Segar 202.8
202.8 1.0 tinggi
Universitas Sumatera Utara
Pembahasan
Pengamatan terhadap tinggi tanaman pada umur 5 – 7 mst pengujian varietas menunjukkan perbedaan tidak nyata Lampiran 9 – 14. Pada pengamatan
umur 8 – 10 mst Lampiran 15 – 20 menunjukkan perbedaan yang nyata dan diperoleh tanaman yang paling tinggi pada pengujian V1 Sampeong; 89.6 cm.
Jika dibandingkan dengan deskripsi tanaman Lampiran 4 ternyata varietas ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi, diduga hal ini disebabkan oleh perbedaan
genetik, yang menyebabkan perbedaan penampilan fenotip tanaman dengan penampilan ciri dan sifat yang khusus yang berbeda antara satu sama lain dengan
pengaruh lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darliah, dkk 2001 bahwa pada suatu daerah yang memiliki kondisi lingkungan yang berbeda
terhadap genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotip dari tanaman bersangkutan dan salah satunya dapat
dilihat dari pertumbuhannya. Berdasarkan data pengamatan umur berbunga dan hasil analisis sidik
ragam diperoleh hasil bahwa pengujian varietas berbeda nyata Lampiran 21 – 22 yang paling cepat berbunga terdapat pada pengujian V3 Parkit; 39.6 hst. Jika
dibandingkan dengan deskripsi tanaman Lampiran 6 ternyata varietas ini menunjukkan umur berbunga yang lebih lama. Hal ini berkaitan dengan pengaruh
faktor berbunga tanaman, yang dipengaruhi oleh jenis tanah dan cuaca, curah hujan yang tinggi sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar
serta kemampuan akar tanaman untuk menyerap unsur hara. Pertumbuhan sistem perakaran yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman yang
baik dan akan mempengaruhi fase generatif yang baik pula. Tanaman kacang
Universitas Sumatera Utara
hijau umumnya dibudidayakan pada akhir musim hujan, pada penelitian ini penanaman dilakukan pada saat musim hujan. Akibatnya keadaan cuaca ini lebih
memacu pertumbuhan vegetatif. Dengan perkataan lain umur berbunga lebih lambat. Keseragaman tanaman dapat terlihat pada fase vegetatif tanaman.
Kebanyakan tanaman tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk
berbunga. Buckman dan Brady 1982 berpendapat bahwa pori tanah yang besar akan meningkatkan perkembangan akar dan dan kemampuan akar menyerap air
serta unsur hara yang pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini juga didukung pernyataan Nyakpa 1988 bahwa, suplai nitrogen
di dalam tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan pemeliharaan atau peningkatan kesuburan tanah. Peranan N terhadap
pertumbuhan tanaman adalah jelas, karena senyawa organik di dalam tanaman pada umumnya mengandung N antara lain asam-asam amino, enzim dan bahan
lainnya yang menyalurkan energi. Berdasarkan data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam pada jumlah
cabang primer dan cabang sekunder Lampiran 23 – 26 diperoleh hasil bahwa pengujian varietas menunjukkan perbedaan yang nyata. Dari Tabel 3 dapat dilihat
bahwa rataan tertinggi terdapat pada pengujian V2 Gelatik sebesar 7.6 cabang primer yang menunjukkan jumlah cabang yang paling banyak dan rataan terendah
terdapat pada pengujian V4 Perkutut sebesar 3.5 cabang yang menunjukkan jumlah cabang primer yang paling sedikit. Pembentukan cabang tanaman merupakan bagian
dari pertumbuhan vegetatif tanaman. Pertumbuhan vegetatif tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksogen yaitu rangsangan dari lingkungan dan praktek
Universitas Sumatera Utara
budidaya, dan secara faktor endogen berupa rangsangan genetis yang menandakan varietas tanaman dan hormon yang saling terintegrasi. Dalam literatur
Mangoendidjojo 2003 varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga,
buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotip yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan
apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. Berdasrkan data pengamatan dan analisis sidik ragam lampiran 25 – 26
menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda nyata dan diperoleh varietas yang memiliki jumlah cabang sekunder terbanyak terdapat pada V1 Sampeong; 3.2
cabang. Jumlah cabang sekunder yang terbentuk merupakan pertumbuhan vegetatif yang diawali dari pertumbuhan cabang primer. Hal ini sesuai dengan
literatur yang termuat dalam http:plantshormon.blogspot.com 2008 bahwa pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa
golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor.
Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula
tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Berdasarkan data pengamatan umur panen dan hasil analisis sidik ragam
Lampiran 27 – 28 menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda nyata dan diperoleh tanaman yang menunjukkan umur panen paling cepat panen pada
Universitas Sumatera Utara
pengujian V3 Parkit; 63.6 hst. Jika dibandingkan dengan deskripsi tanaman Lampiran 6 ternyata varietas ini menunjukkan umur panen yang lebih lama.
Panen merupakan proses kelanjutan dari penyerbukan setelah pembungaan, maka umur panen dipengaruhi faktor yang mempengaruhi penyerbukan, dimana
kelembaban jumlah air dibutuhkan lebih sedikit baik udara maupun pada tanah. Manik, dkk 2008 mengemukakan besarnya kerusakan tanaman sebagai dampak
genangan tergantung pada fase tumbuhan. Fase yang peka genangan : fase perkecambahan, fase pembungaan dan pengisian. pada tingkat yang berlebihan
menyebabkan genangan pada tanaman. Pengamatan dan analisis sidik ragam pada jumlah polong per tanaman
menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda tidak nyata Lampiran 29 – 30. Bila dilihat dari parameter tinggi tanaman, V1 merupakan tanaman yang paling
tinggi yang memungkinkan terbentuknya banyak ruas dimana tempat terbentuknya polong. Nasir 2002 yang menyatakan hasil maksimum akan dapat
dicapai apabila suatu kultivar unggul menerima respon terhadap kombinasi optimum dari air, pupuk dan praktek budidaya lainnya. Semua kondisi input ini
penting dalam mencapai produktivitas tinggi. Menurut Arsyad 2003 faktor iklim seperti curah hujan, suhu, radiasi surya, dan kelembaban sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman kacang-kacangan membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhannya kondisi tanah yang lembab. Kondisi air
yang berlebihan tergenang tidak baik bagi pertumbuhan tanaman. Apabila air irigasi tidak tersedia, maka curah hujan 100 – 200 mm bulan dinilai cukup bagi
pertumbuhan tanaman.
Universitas Sumatera Utara
Dari data pengamatan dan analisis sidik ragam pada panjang polong menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda nyata Lampiran 31 – 32 bahwa
polong yang paling panjang terdapat pada pengujian V5 Sampeong; 9.4 polong. Hal ini berkaitan dengan proses meristematis bagaian tanaman, dimana aktifitas
tersebut merupakan aktifitas yang bersumber dari hormon yang terbentuk pada tanaman. Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan
beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai
prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Rangsangan
lingkungan memicu
terbentuknya hormon
tumbuhan http:plantshormon.blogspot.com, 2008. Jumin 2002 dalam Ojimorinews
2011 mengemukakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi proses fiksasi nitrogen adalah jumlah NH4+ yang terbentuk didalam tanah, populasi bakteri
nitrifikasi, reaksi tanah, aerasi, kelembaban tanah, dan suhu. Jumlah NH4+ di dalam tanah lebih disukai organisme yang mengikat N2 dibanding bentuk –
bentuk lain. Ada tiga hal penting dalam proses nitrifikasi yaitu:
Reaksi ini membutuhkan oksigen, oleh sebab itu proses ini berlangsung di tanah – tanah yang aerasinya baik
Reaksi ini membebaskan H+ yang merupakan penyebab terjadinya
pengasaman tanah bila dipupuk dengan pupuk NH4
Kecepatan perubahan dipengaruhi oleh lingkungan. Berdasarkan data pengamatan dan analisis sidik ragam pada jumlah biji per
polong menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda nyata Lampiran 33 – 34 produksi jumlah biji perpolong terbanyak pada pengujian V1 Sampeong; 12.1.
Universitas Sumatera Utara
Jika dibandingkan dengan deskripsi tanaman Lampiran 4 ternyata varietas ini menunjukkan jumlah yang sama. Hal ini merupakan sebagai dari proses
pengisian, dimana hasil fotosintesis ditranslokasikan pada tiap cabang hingga mencapai polong telah terbentuk. Seperti yang dikemukakan Nasir 2002 bahwa
hasil maksimum akan dapat dicapai apabila suatu kultivar unggul menerima respon terhadap kombinasi optimum dari air, pupuk dan praktek budidaya lainnya.
Semua kondisi input ini penting dalam mencapai produktivitas tinggi. Dari data pengamatan dan analisis sidik ragam pada bobot biji per tanaman
menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda tidak nyata Lampiran 35 – 36. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses
pengisian biji. Ma’rufah 2008 menyatakan bahwa didalam proses pemasakan dan pengisian biji terdapat faktor-faktor tingkat optimumnya proses tersebut,
faktor internal dipengaruhi oleh jenis tanaman dan keberagaman gen antar varietas dalam species, faktor eksternal yang berorientasi pada lingkungan dipengaruhi
oleh kondisi iklim, dan kondisi lahan, serta teknik budidaya. Dari data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam produksi bobot 100
biji Lampiran 37 – 38 menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda nyata dan yang paling berat terdapat pada V3 Parkit; 7.0 g. Hal ini menunjukkan
keragaman fenotip yang merupakan interaksi genotip terhadap lingkungan, dimana ekspresi gen juga dipengaruhi keadaan lingkungan tumbuhnya. Kondisi
tanah yang tergenang menyebabkan tertutupnya poro-pori tanah yang dapat mengganggu sistem perakaran tanaman dalam menyerap hara dari tanah dan udara
tanah dalam proses fotosintesis karena peranan bintil akar dalam fiksasi N udara dari tanah juga terhambat. Sehubungan dengan itu biji yang dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh translokasi fotosintat melalui jaringan floem. Dalam literatur Buckman dan Brady 1982 mengatakan Suplai nitrogen di dalam tanah
merupakan faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan pemeliharaan atau peningkatan kesuburan tanah. Peranan N terhadap pertumbuhan tanaman adalah
jelas, karena senyawa organik di dalam tanaman pada umumnya mengandung N antara lain asam-asam amino, enzim dan bahan lainnya yang menyalurkan energi.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis secara statistik pada panjang radikula kecambah biji sebelum tanam, diperoleh pengujian varietas berbeda
nyata Lampiran 39 – 40, dimana V2 Gelatik; 1.0 cm mememiliki radikula yang paling pendek, sesuai dengan kriteria pasar kecambah tauge yang baik adalah
yang memiliki radikula yang pendek, karena umumnya tauge dikonsumsi pada bagian batangnya. Sedangkan pada pengujian kecambah sesudah tanam
Lampiran 41 – 42, diperoleh kecambah yang memiliki radikula yang paling pendek juga terdapat pada V2 Gelatik; 1.1 cm. Hal ini menunjukkan bahwa
pengujian kecambah baik sebelum maupun sesudah tanam dipengaruhi oleh genotip biji.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis secara statistik, diameter kecambah sebelum tanam maupun sesudah tanam, pengujian varietas
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata Lampiran 43 – 46. Hal ini diduga ada hubungannya dengan faktor genotip dan lingkungan kecambah. Dalam literature
Tohari 1995 para ahli fisiologi menyatakan bahwa perkecambahan adalah munculnya radikula menembus kulit benih. Para agronomis menyatakan bahwa
perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur penting embrio dari
Universitas Sumatera Utara
dalam benih dan menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan kecambah normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis secara statistik pada bobot 100 kecambah segar sebelum tanam, pengujian verietas berbeda nyata Lampiran 47 – 48,
dimana pada pengujian V3 Parkit; 53.6 g menunjukkan bobot yang paling besar, dan bobot 100 kecambah sesudah tanam juga berpengaruh nyata Lampiran 49 – 50,
dimana bobot yang paling besar terdapat pada pengujian V5 Sriti; 66.6 g. Hal ini sesuai dengan pernyataan Utomo 2006 perkecambahan ditentukan oleh kualitas
benih vigor dan kemampuan berkecambah, perlakuan awal pematahan dormansi dan kondisi perkecambahan seperti air, suhu, media, cahaya dan
terbebas dari hama dan penyakit. Cahaya, suhu, dan kelembaban merupakan tiga faktor utama.
Nilai duga heritabilitas h
2
yang telah dievaluasi pada masing-masing paremeter dapat dilihat pada Table 13. Heritabilitas dari suatu karakter berkisar
antara 0 – 1. Nilai heritabilitas 0 adalah seluruh variasi terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan sedangkan nilai heritabilitas 1 menunjukkan total variasi dipengaruhi
oleh genetik. Karakter yang diamati memiliki kriteria heritabilitas tinggi dan sedang. Stansfield 2005 mengelompokkan kriteria heritabilitas atas tiga, yaitu : heritabilitas
tinggi 0.5, heritabilitas sedang 0.2 – 0.5, dan heritabilitas rendah 0.2. Karakter yang memiliki nilai heritabilitas sedang terdapat pada karakter
jumlah polong per tanaman 0.3, Jumlah biji per polong 0.5, bobot biji per tanaman 0.5, diameter kecambah sebelum tanam 0.3, diameter kecambah sesudah
tanam 0.4. Karakter ini dipengaruhi perbandingan faktor genotif dan lingkungan. Menurut Crowder 1997 ragam fenotip merupakan total ragam biologis yang terdiri
Universitas Sumatera Utara
dari ragam genetik, ragam lingkungan dan interaksi antara keduanya. Variasi lingkungan ditimbulkan oleh lingkungan, variasi genetik timbul dari gen-gen yang
sedang segregasi dan interaksinya dengan gen lain. Karekter yang memiliki kriteria nilai duga heritabilitas tinggi adalah tinggi
tanaman umur 8 – 10 mat 0.8, umur berbunga 0.6, jumlah cabang primer 0.6, jumlah cabang sekunder 0.7, umur panen 0.9, panjang polong 0.7, bobot 100
biji 1.0, panjang radikula sebelum tanam 0.8, bobot 100 kecambah segar sebelum tanam 1.0, panjang radikula sesudah tanam 0.52, bobot 100 kecmabah segar
sesudah tanam 1.0. Karakter ini menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki peranan lebih besar. Ragam genetik terjadi karena tanaman mempunyai karakter
genetik berbeda, sedangkan penampilan fenotip tanaman merupakan hasil interaksi faktor lingkungan dan keragaman genetik. Nilai heritabilitas suatu tanaman sangat
penting dalam menentukan keberhasilan seleksi karena heritabilitas dapat memberikan petunjuk apakah suatu sifat dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor
lingkungan. Menurut Sjamsudin 1990 mengatakan melalui heritabilitas dapat diketahui apakah keragaman yang timbul oleh suatu karakter didominasi oleh faktor
genetik atau faktor lingkungan. Dengan demikian pemulia tanaman dapat memperkirakan karakter yang akan memberikan respon terhadap usaha perbaikan
yang dilakukan, yaitu karakter yang memiliki respon terhadap usaha perbaikan yang dilakukan, yaitu karakter yang memiliki heritabilitas tinggi.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Varietas berbeda nyata terhadap parameter : tinggi tanaman 8 -10 mst,
jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder, umur berbunga, umur panen, panjang polong, jumlah biji per polong, bobot 100 biji, dan diperoleh hasil
penelitian yang terbaik terdapat pada V1 Lampiran 15–20; 25–28; 33–34 2.
Varietas berbeda nyata terhadap parameter : panjang radikula kecambah segar sebelum tanam, panjang radikula kecambah segar sesudah tanam, bobot 100
kecambah segar sebelum tanam, dan bobot 100 kecambah segar sesudah tanam, dan diperoleh hasil penelitian yang terbaik terdapat pada V5
Lampiran 49–50
Saran
Pada penelitian berikutnya, penanaman dilakukan pada waktu tanam dan varietas yang lebih banyak lagi.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, T.T., dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta
Allard, R.W., 2005. Principles of Plant Breeding. John Wiley and Sons, New York
Anwari, et al, 2006. Pembentukan Varietas Unggul Kacang Hijau Tahan Penyakit Embun Tepung, Buletin Palawija No. 12, Hal. 35-42. Balitkabi, Malang
Arsyad, D.M. dan H. Sembiring, 2003. Pengembangan Tanaman Kacang- Kacangan Di Nusa Tenggara Barat, Balai Penelitian Tanaman Kacang-
Kacangan Dan Umbi-Umbian, Nusa Tenggara Barat Astawan, M. 2004. Kacang Hijau, Antioksidan Yang Membantu Kesuburan Pria.
Health Man, Departemen Teknologi Pangan Dan Gizi – IPB, Bogor Atman, 2007. Teknologi Budidaya Kacang Hijau Vigna radiata L. Di Lahan
Sawah. Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Sumatera Barat, Sumatera Barat
Balitbiogen, 2008, Deskripsi Varietas Unggul Kacang Hijau 1945-2008. Bogor Barden, J.A, R. G., Halfacare and DJ. Parish, 1987. Plant Science. Mc-Grow Hill
Book Company, Ltd., USA Buckman, H.O., dan Brady, N.O., 1982. Ilmu Tanah Terjemahan Sugiman.
Bharata Karya Aksara, Jakarta Crowder, L.,V., 1997. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta Darliah, I. Suprihatin, D. P. Devires, W. Handayani, T. Hermawati dan Sutater,
2001. Viabilitas Genetik, Heritabilitas, dan Penampilan Fenotipik 18 Klon Mawar Cipanas. Zuriat 3 No.11
Fachruddin, L., 2000. Budidaya kacang-Kacangan. Cet.VI, Kanisius. Jakarta Hakim, L., 2008. Jurnal Penelitian, Konservasi dan Pemanfaatan Sumberdaya
Kacang Hijau. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Tanaman Pangan, Bogor
Heettiarachchi K, 1985. Evaluation of Mungbean Varieties for Bean Sprouts. Mah Illuppallama, Sri Lanka
http:id.wikipedia.orgwikiKacang_hijau. Diakses pada 02 Januari 2010 http:plantshormon.blogspot.com, 2008. Hormon Tumbuhan. Diakses 18
Nopember 2011 http:www.ojimori.com20110629proses-biokimia-dan-fisiologi-fiksasi-
nitrogen. Diakses 4 Desember 2011 Kasno, A., 2007. Kacang Hijau, Alternatif yang Menguntungkan Ditanam di
Lahan Kering. Sinar Tani, Edisi 23 – 29 Mei 2007, Balitkabi, Malang
Universitas Sumatera Utara
Ma’rufah, D. 2008. Pengisian dan Pemasakan Biji. Mata Kuliah Fisiologi Benih, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Mangoendidjojo, W., 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanamn. Kanisius, Yogyakartra Manik T., Eliakim, R. Sulisstiani, Surianto, 2008. Pengaruh Kelebihan Air
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman. Sekolah Pasca Sarjana, USU, Medan
Nasir, M., 2002. Bioteknologi Molekuler Teknik Rekayasa Genetika Tanaman. Citra Aditya Bakti, Bandung
Poespodarsono, S., 1988. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor, Bogor
Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi dan Gizi, Jilid Kedua. Penerjemah Catur Herison, Penerbit ITB, Bandung
Rukmana, R. , 1997. Kacang Hijau, Budidaya dan Paska Panen. Penerbit Kanisius, Cet.I. Yogyakarta
Sitompul, S.M., dan B. Guritno, 1995. Analisis pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Sjamsudin, E., 1990. Pendugaaan heritabilitas hasil kacang tanah Arachis hypogeal L. tipe Virgina di Queensland, Australia. Bull Agronomy 19 1: 1
– 7 Suhartina, 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbiumbian.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Balitkabi. Malang
Sunantara, I.M.M., 2000. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. Pusat Penelitian Dan Pengambangan Tanaman Pangan Teknologi Produksi Benih Kacang
Hijau , Denpasar, Bali Somaatmadja, S. 1993. Prosea, Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 1, Kacang-
Kacangan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Stansfield, W.D., 2005. Schaum’Sampeong Outline Series Theory and Problem
of Genetics. Mc Graw Hill, New York Steel, R.G.D., dan J.H. Torrie, 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika, Penerjemah
Bambang Sumantri. Erlangga, Jakarta Suprapto, HS., 2007. Bertanam Kacang Hijau.Cet.XX, Penebar Swadaya. Jakarta
Tohari, S., 1995. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan fari Peter R, Gold Worthy NM Fisher dari The Physiology of Tropical Field Crobs.
Gadjah Mada University Press Utomo, B., 2006. EkologiBenih. Karya Ilmiah, Dept. Kehutanan Universitas
Sumatera Utara, USU Repository, Medan
Universitas Sumatera Utara
50
Lampiran 1. Bagan kegiatan penelitian
PELAKSANAAN PENELITIAN
Minggu 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
17 18
Persiapan Lahan x
Persiapan Benih x
Penanaman x
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman Susuai kondisi lapangan
Pemupukan x
x Penyiangan
Sesuai kondisi lapangan Penyulaman
x Pengendalian Hama Penyakit
Sesuai kondisi lapangan Pemanenan
x x
x x
x x
Pembuatan Kecambah Tauge x
Pengamatan Parameter
Tahap I
Tinggi Tanaman cm x
x x
Jumlah Cabang Primer cabang x
Jumlah Cabang Sekunder cabang x
Jumlah Polong per tanaman polong x
Panjang Polong cm x
Jumlah Biji per polong biji x
Bobot Biji per Tanaman g x
Umur Berbunga hst x
Umur Panen hst x
Bobot 100 Biji g x
Tahap II
Sebelum Tanam Panjang Radikula Kecambah cm
x Diameter Kecambah cm
x Bobot 100 Kecambah Segar g
x Sesudah Tanam
Panjang Radikula Kecambah cm x
Diameter Kecambah cm x
Bobot 100 Kecambah Segar g x
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Bagan plot penelitian
: Tanaman percobaan : Tanaman Sampel percobaan
90 10
50
70 30
10 30
50
6 0 100
O O
O
O
O
O
O
O
O
O O
O
20
10
20
U
O
Bagan Per cobaan 20 x 20 cm
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Bagan lahan penelitian
BLOK I
BLOK II
BLOK III
V5
V3
V2
V4
V1 V2
V5
V1
V3 V4
50 25
V3
V4
V2
V5 V1
U
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Deskripsi tanaman kacang hijau varietas sampeong
Nama Varietas : Sampeong
Kategori : MLG 1029
SK Mentan :135KptsTP.24022003
Tahun : 14 Pebruari 2003
Asal : Lokal Sumbawa
Tetua :Lokal Sumbawa
Rataan Hasil : 1,8 tha
Potensi Hasil : 1,0 tha
Warna Batang : Hijau Tua
Warna Tangkai Daun : Hijau Kemerahan
Rambut Daun : Agak Lebat
Warna Kelopak Bunga : Merah
Warna Mahkota Bunga : Kuning
Warna Tangkai Polong : Hijau Kemerahan
Jumlah Polong Tanaman : 11 – 16 buah
Jumlah Biji Polong : 12 – 14 butir
Warna Daun : Hijau
Warna Kulit Biji : Hijau Mengkilat
Warna Hilum : Putih
Bentuk Biji : Agak Bulat-bulat
Bentuk Polong : Bulat panjang dengan ujung runcing
Panajng tangkai polong : 10 – 20 cm
Warna Polong muda : Hijau Bergaris Ungu
Warna Poloong tua : Hitam
Posisi polong : Mendatar
Periode berbunga : Serempak
Umur berbunga : 34 – 36 hari
Umur panen : 70 – 75 hari
Tinggi tanaman : 60 – 80 cm
Bobot 100 biji : 2.0 – 2.5 g
Kadar protein biji : 26
Kadar lemak biji : Rendah 0.9 – 1.0 g
Ketahanan terhadap hama : Peka hama thrips dan aphis
Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan embun tepung dan bercak daun Karakter Khusus
: - Polong tua tidak mudah pecah -
Cocok untuk kecambah Pemulia
: M. Anwari dan Astanto Kasno Peneliti
: Ahmad Sarjana, Agil Husein, Zainuddin Sabir, Ardin Zain, Usman Fauzi, Nur Tasmin,
TalipuddinFahrusrozu, A. Rahman, dan Hazairin. Sumber : Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Balitbiogen.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Deskripsi tanaman kacang hijau varietas gelatik
Nama Varietas : Gelatik
Kategori : Varietas lokal landrace
Tahun : 1985
Tetua : Introduksi dari AVRDC Taiwan
Potensi Hasil : 1,5 tonha
Pemulia : Tateng Sutarman, Lukman Hakim
Nomor galur : VC 78146
Warna hipokotil : Hijau
Warna epikotil : Hijau
Warna daun : Hijau
Warna polong tua : Hitam
Warna biji : Hijau kusam
Umur berbunga : 35 hari
Umur matang : 58 hari
Tinggi tanaman : 45 cm
Bobot 1000 biji : ± 60 g
Kadar protein : 20
Kadar lemak : 1,7
Sifat-sifat lain : - Polong masak serempak-polong tidak mudah
pecah Ketahanan terhadap penyakit : - Tahan penykit becak daun Cescospora sp-
cukup tahan penyakit Rhizoctonia sp. Benih Penjenis BS
: Dipertahankan di Balittan Bogor Pemulia
: Tateng Sutarnan dan Lukman Hakim
Sumber : Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Balitbiogen.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Deskripsi tanaman kacang hijau varietas parkit
Nama Varietas : Parkit
SK : 261KptsTP.24041988 tanggal 21 April 1988
Tahun : 1988
Tetua : Persilangan PHLV-18WC 1177 B
Rataan Hasil : 1.350 kgha
Pemulia : Lukman Hakim, Tateng Sutarman, Jumanta
Nomor galur : CR 479-13-4-2B
Warna hipokotil : Hijau
Warna epikotil : Hijau
Warna daun : Hijau muda
Warna polong tua : Hitam
Warna biji : Hijau mengkilap
Umur berbunga : 34 hari
Umur matang : 56 hari
Tinggi tanaman : 40 cm
Bobot 1000 biji : 67 g
Ukuran biji : Sedang
Kadar protein : 22,7
Kadar lemak : 1,96
Sifat-sifat lain : - polong masak serempak
- polong tidak mudah pecah
Ketahanan terhadap penyakit : Tahan penyakit embung tepung Benih Pejenis BS
: Dipertahankan di Balittan Bogor Pemulia
: Lukman Hakim dan Tateng Sutarman Sumber : Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Balitbiogen.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Deskripsi tanaman kacang hijau varietas perkutut
Nama Varietas : Perkutut
Kategori : Varietas unggul nasional released variety
SK : 125KptsTP.24022001 Tgl. 8 Pebuari 2001
Tahun : 2001
Tetua : Introduksi dari AVRDC, Taiwan, Tahun 1984,
diseleksi di Balitkabi Rataan Hasil
: 0.7-2.2 tonha Potensi Hasil
: 1.5 tonha Nomor induk
: MLG 1025 Nama galur
: VC 2750 Umur berbunga 50
: 36 hari Umur panen
: 60 hari Tinggi tanaman
: 65 cm Warna batang
: Hijau tua Warna daun
: Hijau tua Warna tangkai daun
: Hijau polos Warna kelopak bunga
: Hijau Rambut daun
: Berambut agak lebat Warna mahkota bunga
: Kuning Periode berbunga
: Serempak Jumlah polong per tanaman :12
Bobot 100 biji : 5 gram
Jumlah biji per polong : Rata-rata 12
Bentuk polong : Bulat, ujung runcing
Warna polong muda : Hijau
Warna polong tua : Hitam
Posisi polong : Terkulai
Warna biji : Hijau mengkilat
Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan penyakit bercak daun dan tahan penyakit embun tepung
Benih Penjenis BS : Di rawat dan diperbanyak oleh Balai Penelitian
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Pemulia
: M. Anwari, Rudy Suhendi, Hadi Purnomo, Rudi Iswanto, dan Agus supeno
Fitopatologis : Sumartini
Sumber : Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Balitbiogen.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Deskripsi tanaman kacang hijau varietas sriti
Dilepas Tahun : 3 November 1992
SK Mentan : 613KPTSTP.2401192
No. Galur : MLG 944
Asal : Hasil seleksi dari varietas introduksi asal AVRDC,
Taiwan Hasil ratra-rata
: 1.58 t habiji kering Warna hipokotil
: Hijau Warna epikotil
: Hijau Warna daun
: Hijau Warna bunga
: Kuning Warna batang
: Hijau Warna biji
: Hijau kusam Warna polong tua
: Hitam Bentuk tanaman
: Tegak Tinggi tanaman
: 40 – 60 cm Umur 50 berbunga
: 35 hari Umur polong masak
: 30 – 60 hari Bobot 1000 biji
: ± 60 – 65 g Kadar protein
: 19.5 Kadatr lemak
: 1.0 Karbohidrat
: 66.0 Ketahanan terhadap penyakit : - Toleran terhadap penyakit bercak daun
- Toleran penyakit embun tepung
Sifat – sifat lain : - Letak polong diatas mahkota daun
- Polong masak serempak
Sumber : Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Balitbiogen.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Data pengamatan tinggi tanaman 5 mst Varietas
Blok Total
Rataan I
II III
V1 Sampeong
20.6 17.7