1.1 1.3 1.4 1.2 6.2 29.8 Evaluasi Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata (L.) Wilczek) Pada Kecambah (Tauge)

Tabel 11. Rataan panjang radikula kecambah sebelum tanam cm Varietas Blok Total Rataan I II III V1 Sampeong 1.2 1.2 1.2 3.6 1.2 b V2 Gelatik 0.9 1.0 1.0

2.9 1.0 a

V3 Parkit 1.2 1.2 1.2

3.6 1.2 b

V4 Perkutut 1.4 1.5 1.4

4.3 1.4 d

V5 Sriti 1.2 1.2 1.4

3.8 1.3 c

Total 5.9 6.1 6.2

18.2 6.1

Rataan 1.2 1.2 1.2

3.6 1.2

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji beda nyata terkecil BNT pada taraf 5. Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa pengujian V4 menghasilkan panjang radikula kecambah terpanjang 1.4 cm. Pengujian V4 berbeda nyata dengan pengujian V1, V2, V3 dan V5. b. Sesudah tanam Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap panjang radikula kecambah yang diamati. Rataan panjang radikula kecambah sesudah tanam dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Panjang radikula kecambah sesudah sesudah tanam cm Varietas Blok Total Rataan I II III V1 Sampeong 1.2 1.2 1.2 3.6

1.2 a

V2 Gelatik 1.0 1.2 1.2

3.4 1.1

a V3 Parkit 1.2 1.2 1.5

3.9 1.3

ab V4 Perkutut 1.4 1.4 1.4

4.2 1.4

b V5 Sriti 1.2 1.2 1.2

3.6 1.2

a Total 6.0 6.2 6.5

18.7 6.2

Rataan 1.2 1.2 1.3

3.7 1.2

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji beda nyata terkecil BNT pada taraf 5. Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa pengujian V2 menghasilkan panjang radikula kecambah terpendek 1.1 cm. Pengujian V1 berbeda nyata dengan pengujian V4. Universitas Sumatera Utara Diameter Kecambah cm Data hasil pengamatan dan analisis sidik ragam diameter kecambah sebelum dan sesudah tanam dapat dilihat pada Lampiran 43 – 46. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda tidak nyata terhadap diameter kecambah yang diamati. Tabel. 13. Rataan diameter kecambah sebelum tanam Varietas Blok Total Rataan I II III V1 Sampeong 0.15 0.15 0.15

0.5 0.15

V2 gelatik 0.20 0.30 0.20

0.7 0.23

V3 Parkit 0.20 0.25 0.25

0.7 0.23

V4 Perkutut 0.30 0.20 0.30

0.8 0.27

V5 Sriti 0.20 0.20 0.30

0.7 0.23

Total 1.1 1.1 1.2

3.4 1.1

Rataan 0.2 0.2 0.2

0.7 0.2

Tabel. 14. Rataan diameter kecambah sesudah tanam Varietas Pasca Tanam Total Rataan I II III V1 Sampeong 0.15 0.15 0.15

0.5 0.15

V2 gelatik 0.20 0.30 0.20

0.7 0.23

V3 Parkit 0.20 0.20 0.30

0.7 0.23

V4 Perkutut 0.30 0.25 0.25

0.8 0.27

V5 Sriti 0.20 0.30 0.30

0.8 0.27

Total 1.1 1.2 1.2

3.5 1.2

Rataan 0.2 0.2 0.2

0.7 0.2

Universitas Sumatera Utara Bobot 100 Kecambah Segar g Data hasil pengamatan bobot 100 kecambah segar sebelum tanam dan sesudah tanam serta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 47 – 50. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa varietas berbeda nyata terhadap bobot 100 kecambah segar sebelum tanam yang diamati. Rataan bobot 100 kecambah segar sebelum tanam dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Bobot 100 kecambah segar biji sebelum tanam g Varietas Blok Total Rataan I II III V1 Sampeong 49.1 49.1 48.8 147.0 49.0 c c V2 Gelatik 41.1 41.1 41.5 123.7 41.2 e e V3 Parkit 53.7 53.7 53.5 160.9 53.6 a a V4 Perkutut 46.7 46.6 46.6 139.9 46.6 d d V5 Sriti 51.8 51.8 51.7 155.3 51.8 b b Total 242.4 242.3 242.1 726.8 242.3 Rataan 48.5 48.5 48.4 145.4 48.5 Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji beda nyata terkecil BNT pada taraf 5. Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa bobot 100 kecambah segar sebelum tanam yang paling berat terdapat pada pengujian V3 53.6 yang berbeda nyata dengan pengujian V1, V2, V4 dan V5. Tabel 16. Bobot 100 kecambah segar sesudah tanam g Varietas Blok Total Rataan I II III V1 Sampeong 45.3 45.2 45.3 135.8 45.3 b V2 Gelatik 42.9 42.9 42.9 128.7 42.9 c V3 Parkit 34.2 34.1 34.1 102.4 34.1 d V4 Perkutut 29.9 29.8 29.8

89.5 29.8

e V5 Sriti 66.6 66.6 66.6 199.8 66.6 a Total 218.9 218.6 218.7 656.2 218.7 Rataan 43.8 43.7 43.7 131.2 43.7 Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji beda nyata terkecil BNT pada taraf 5. Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa bobot 100 kecambah sesudah tanam segar yang paling berat terdapat pada pengujian V5 66.6 yang berbeda nyata dengan V1, V2, V3 dan V4. Heritabilitas Nilai duga heritabilitas h 2 untuk masing-masing karakter pada tanaman dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan kriteria heritabilitas yang didapatkan dari tanaman yang ditanam diperoleh 5 lima komponen hasil yang mempunyai heritabilitas sedang dan 11 sebelas komponen hasil yang mempunyai heritabilitas tinggi. Tabel 17. Nilai duga heritabilitas untuk masing-masing komponen hasil pada tanaman Paremeter δ2g δ2p h2 Ket. Tinggi Tanaman 10 mst 191.45 275.85 0.69 tinggi Umur Berbunga 3.04 5.50 0.55 tinggi Jumlah Cabang Primer 2.46 3.94 0.63 tinggi Jumlah Cabang Sekunder 0.47 0.67 0.70 tinggi Umur Panen 12.81 14.46 0.89 tinggi Jumlah Polong per Tanaman 23.81 90.99 0.26 sedang Panjang Polong 0.24 0.35 0.69 tinggi Jumlah Biji per Polong 0.60 1.24 0.49 sedang Bobot Biji per Tanaman 24.81 55.28 0.45 sedang Bobot 100 Biji 2.7 2.8 1.0 tinggi Sebelum Tanam Panjang Radikula Kecambah 0.03 0.03 0.8 tinggi Diameter kecambah 0.0011 0.004 0.31 sedang Bobot 100 Kecambah Segar 23.4 23.4 1.0 tinggi Sesudah Tanam Panjang Radikula Kecambah 0.01 0.02 0.5 tinggi Diameter kecambah 0.002 0.004 0.39 sedang Bobot 100 Kecambah Segar 202.8 202.8 1.0 tinggi Universitas Sumatera Utara Pembahasan Pengamatan terhadap tinggi tanaman pada umur 5 – 7 mst pengujian varietas menunjukkan perbedaan tidak nyata Lampiran 9 – 14. Pada pengamatan umur 8 – 10 mst Lampiran 15 – 20 menunjukkan perbedaan yang nyata dan diperoleh tanaman yang paling tinggi pada pengujian V1 Sampeong; 89.6 cm. Jika dibandingkan dengan deskripsi tanaman Lampiran 4 ternyata varietas ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi, diduga hal ini disebabkan oleh perbedaan genetik, yang menyebabkan perbedaan penampilan fenotip tanaman dengan penampilan ciri dan sifat yang khusus yang berbeda antara satu sama lain dengan pengaruh lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darliah, dkk 2001 bahwa pada suatu daerah yang memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotip dari tanaman bersangkutan dan salah satunya dapat dilihat dari pertumbuhannya. Berdasarkan data pengamatan umur berbunga dan hasil analisis sidik ragam diperoleh hasil bahwa pengujian varietas berbeda nyata Lampiran 21 – 22 yang paling cepat berbunga terdapat pada pengujian V3 Parkit; 39.6 hst. Jika dibandingkan dengan deskripsi tanaman Lampiran 6 ternyata varietas ini menunjukkan umur berbunga yang lebih lama. Hal ini berkaitan dengan pengaruh faktor berbunga tanaman, yang dipengaruhi oleh jenis tanah dan cuaca, curah hujan yang tinggi sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar serta kemampuan akar tanaman untuk menyerap unsur hara. Pertumbuhan sistem perakaran yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman yang baik dan akan mempengaruhi fase generatif yang baik pula. Tanaman kacang Universitas Sumatera Utara hijau umumnya dibudidayakan pada akhir musim hujan, pada penelitian ini penanaman dilakukan pada saat musim hujan. Akibatnya keadaan cuaca ini lebih memacu pertumbuhan vegetatif. Dengan perkataan lain umur berbunga lebih lambat. Keseragaman tanaman dapat terlihat pada fase vegetatif tanaman. Kebanyakan tanaman tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga. Buckman dan Brady 1982 berpendapat bahwa pori tanah yang besar akan meningkatkan perkembangan akar dan dan kemampuan akar menyerap air serta unsur hara yang pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini juga didukung pernyataan Nyakpa 1988 bahwa, suplai nitrogen di dalam tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan pemeliharaan atau peningkatan kesuburan tanah. Peranan N terhadap pertumbuhan tanaman adalah jelas, karena senyawa organik di dalam tanaman pada umumnya mengandung N antara lain asam-asam amino, enzim dan bahan lainnya yang menyalurkan energi. Berdasarkan data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam pada jumlah cabang primer dan cabang sekunder Lampiran 23 – 26 diperoleh hasil bahwa pengujian varietas menunjukkan perbedaan yang nyata. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan tertinggi terdapat pada pengujian V2 Gelatik sebesar 7.6 cabang primer yang menunjukkan jumlah cabang yang paling banyak dan rataan terendah terdapat pada pengujian V4 Perkutut sebesar 3.5 cabang yang menunjukkan jumlah cabang primer yang paling sedikit. Pembentukan cabang tanaman merupakan bagian dari pertumbuhan vegetatif tanaman. Pertumbuhan vegetatif tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksogen yaitu rangsangan dari lingkungan dan praktek Universitas Sumatera Utara budidaya, dan secara faktor endogen berupa rangsangan genetis yang menandakan varietas tanaman dan hormon yang saling terintegrasi. Dalam literatur Mangoendidjojo 2003 varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotip yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. Berdasrkan data pengamatan dan analisis sidik ragam lampiran 25 – 26 menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda nyata dan diperoleh varietas yang memiliki jumlah cabang sekunder terbanyak terdapat pada V1 Sampeong; 3.2 cabang. Jumlah cabang sekunder yang terbentuk merupakan pertumbuhan vegetatif yang diawali dari pertumbuhan cabang primer. Hal ini sesuai dengan literatur yang termuat dalam http:plantshormon.blogspot.com 2008 bahwa pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Berdasarkan data pengamatan umur panen dan hasil analisis sidik ragam Lampiran 27 – 28 menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda nyata dan diperoleh tanaman yang menunjukkan umur panen paling cepat panen pada Universitas Sumatera Utara pengujian V3 Parkit; 63.6 hst. Jika dibandingkan dengan deskripsi tanaman Lampiran 6 ternyata varietas ini menunjukkan umur panen yang lebih lama. Panen merupakan proses kelanjutan dari penyerbukan setelah pembungaan, maka umur panen dipengaruhi faktor yang mempengaruhi penyerbukan, dimana kelembaban jumlah air dibutuhkan lebih sedikit baik udara maupun pada tanah. Manik, dkk 2008 mengemukakan besarnya kerusakan tanaman sebagai dampak genangan tergantung pada fase tumbuhan. Fase yang peka genangan : fase perkecambahan, fase pembungaan dan pengisian. pada tingkat yang berlebihan menyebabkan genangan pada tanaman. Pengamatan dan analisis sidik ragam pada jumlah polong per tanaman menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda tidak nyata Lampiran 29 – 30. Bila dilihat dari parameter tinggi tanaman, V1 merupakan tanaman yang paling tinggi yang memungkinkan terbentuknya banyak ruas dimana tempat terbentuknya polong. Nasir 2002 yang menyatakan hasil maksimum akan dapat dicapai apabila suatu kultivar unggul menerima respon terhadap kombinasi optimum dari air, pupuk dan praktek budidaya lainnya. Semua kondisi input ini penting dalam mencapai produktivitas tinggi. Menurut Arsyad 2003 faktor iklim seperti curah hujan, suhu, radiasi surya, dan kelembaban sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman kacang-kacangan membutuhkan air yang cukup selama pertumbuhannya kondisi tanah yang lembab. Kondisi air yang berlebihan tergenang tidak baik bagi pertumbuhan tanaman. Apabila air irigasi tidak tersedia, maka curah hujan 100 – 200 mm bulan dinilai cukup bagi pertumbuhan tanaman. Universitas Sumatera Utara Dari data pengamatan dan analisis sidik ragam pada panjang polong menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda nyata Lampiran 31 – 32 bahwa polong yang paling panjang terdapat pada pengujian V5 Sampeong; 9.4 polong. Hal ini berkaitan dengan proses meristematis bagaian tanaman, dimana aktifitas tersebut merupakan aktifitas yang bersumber dari hormon yang terbentuk pada tanaman. Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan http:plantshormon.blogspot.com, 2008. Jumin 2002 dalam Ojimorinews 2011 mengemukakan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi proses fiksasi nitrogen adalah jumlah NH4+ yang terbentuk didalam tanah, populasi bakteri nitrifikasi, reaksi tanah, aerasi, kelembaban tanah, dan suhu. Jumlah NH4+ di dalam tanah lebih disukai organisme yang mengikat N2 dibanding bentuk – bentuk lain. Ada tiga hal penting dalam proses nitrifikasi yaitu:  Reaksi ini membutuhkan oksigen, oleh sebab itu proses ini berlangsung di tanah – tanah yang aerasinya baik  Reaksi ini membebaskan H+ yang merupakan penyebab terjadinya pengasaman tanah bila dipupuk dengan pupuk NH4  Kecepatan perubahan dipengaruhi oleh lingkungan. Berdasarkan data pengamatan dan analisis sidik ragam pada jumlah biji per polong menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda nyata Lampiran 33 – 34 produksi jumlah biji perpolong terbanyak pada pengujian V1 Sampeong; 12.1. Universitas Sumatera Utara Jika dibandingkan dengan deskripsi tanaman Lampiran 4 ternyata varietas ini menunjukkan jumlah yang sama. Hal ini merupakan sebagai dari proses pengisian, dimana hasil fotosintesis ditranslokasikan pada tiap cabang hingga mencapai polong telah terbentuk. Seperti yang dikemukakan Nasir 2002 bahwa hasil maksimum akan dapat dicapai apabila suatu kultivar unggul menerima respon terhadap kombinasi optimum dari air, pupuk dan praktek budidaya lainnya. Semua kondisi input ini penting dalam mencapai produktivitas tinggi. Dari data pengamatan dan analisis sidik ragam pada bobot biji per tanaman menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda tidak nyata Lampiran 35 – 36. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pengisian biji. Ma’rufah 2008 menyatakan bahwa didalam proses pemasakan dan pengisian biji terdapat faktor-faktor tingkat optimumnya proses tersebut, faktor internal dipengaruhi oleh jenis tanaman dan keberagaman gen antar varietas dalam species, faktor eksternal yang berorientasi pada lingkungan dipengaruhi oleh kondisi iklim, dan kondisi lahan, serta teknik budidaya. Dari data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam produksi bobot 100 biji Lampiran 37 – 38 menunjukkan bahwa pengujian varietas berbeda nyata dan yang paling berat terdapat pada V3 Parkit; 7.0 g. Hal ini menunjukkan keragaman fenotip yang merupakan interaksi genotip terhadap lingkungan, dimana ekspresi gen juga dipengaruhi keadaan lingkungan tumbuhnya. Kondisi tanah yang tergenang menyebabkan tertutupnya poro-pori tanah yang dapat mengganggu sistem perakaran tanaman dalam menyerap hara dari tanah dan udara tanah dalam proses fotosintesis karena peranan bintil akar dalam fiksasi N udara dari tanah juga terhambat. Sehubungan dengan itu biji yang dihasilkan Universitas Sumatera Utara dipengaruhi oleh translokasi fotosintat melalui jaringan floem. Dalam literatur Buckman dan Brady 1982 mengatakan Suplai nitrogen di dalam tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan pemeliharaan atau peningkatan kesuburan tanah. Peranan N terhadap pertumbuhan tanaman adalah jelas, karena senyawa organik di dalam tanaman pada umumnya mengandung N antara lain asam-asam amino, enzim dan bahan lainnya yang menyalurkan energi. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis secara statistik pada panjang radikula kecambah biji sebelum tanam, diperoleh pengujian varietas berbeda nyata Lampiran 39 – 40, dimana V2 Gelatik; 1.0 cm mememiliki radikula yang paling pendek, sesuai dengan kriteria pasar kecambah tauge yang baik adalah yang memiliki radikula yang pendek, karena umumnya tauge dikonsumsi pada bagian batangnya. Sedangkan pada pengujian kecambah sesudah tanam Lampiran 41 – 42, diperoleh kecambah yang memiliki radikula yang paling pendek juga terdapat pada V2 Gelatik; 1.1 cm. Hal ini menunjukkan bahwa pengujian kecambah baik sebelum maupun sesudah tanam dipengaruhi oleh genotip biji. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis secara statistik, diameter kecambah sebelum tanam maupun sesudah tanam, pengujian varietas menunjukkan perbedaan yang tidak nyata Lampiran 43 – 46. Hal ini diduga ada hubungannya dengan faktor genotip dan lingkungan kecambah. Dalam literature Tohari 1995 para ahli fisiologi menyatakan bahwa perkecambahan adalah munculnya radikula menembus kulit benih. Para agronomis menyatakan bahwa perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur penting embrio dari Universitas Sumatera Utara dalam benih dan menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan kecambah normal pada kondisi lingkungan yang optimum. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis secara statistik pada bobot 100 kecambah segar sebelum tanam, pengujian verietas berbeda nyata Lampiran 47 – 48, dimana pada pengujian V3 Parkit; 53.6 g menunjukkan bobot yang paling besar, dan bobot 100 kecambah sesudah tanam juga berpengaruh nyata Lampiran 49 – 50, dimana bobot yang paling besar terdapat pada pengujian V5 Sriti; 66.6 g. Hal ini sesuai dengan pernyataan Utomo 2006 perkecambahan ditentukan oleh kualitas benih vigor dan kemampuan berkecambah, perlakuan awal pematahan dormansi dan kondisi perkecambahan seperti air, suhu, media, cahaya dan terbebas dari hama dan penyakit. Cahaya, suhu, dan kelembaban merupakan tiga faktor utama. Nilai duga heritabilitas h 2 yang telah dievaluasi pada masing-masing paremeter dapat dilihat pada Table 13. Heritabilitas dari suatu karakter berkisar antara 0 – 1. Nilai heritabilitas 0 adalah seluruh variasi terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan sedangkan nilai heritabilitas 1 menunjukkan total variasi dipengaruhi oleh genetik. Karakter yang diamati memiliki kriteria heritabilitas tinggi dan sedang. Stansfield 2005 mengelompokkan kriteria heritabilitas atas tiga, yaitu : heritabilitas tinggi 0.5, heritabilitas sedang 0.2 – 0.5, dan heritabilitas rendah 0.2. Karakter yang memiliki nilai heritabilitas sedang terdapat pada karakter jumlah polong per tanaman 0.3, Jumlah biji per polong 0.5, bobot biji per tanaman 0.5, diameter kecambah sebelum tanam 0.3, diameter kecambah sesudah tanam 0.4. Karakter ini dipengaruhi perbandingan faktor genotif dan lingkungan. Menurut Crowder 1997 ragam fenotip merupakan total ragam biologis yang terdiri Universitas Sumatera Utara dari ragam genetik, ragam lingkungan dan interaksi antara keduanya. Variasi lingkungan ditimbulkan oleh lingkungan, variasi genetik timbul dari gen-gen yang sedang segregasi dan interaksinya dengan gen lain. Karekter yang memiliki kriteria nilai duga heritabilitas tinggi adalah tinggi tanaman umur 8 – 10 mat 0.8, umur berbunga 0.6, jumlah cabang primer 0.6, jumlah cabang sekunder 0.7, umur panen 0.9, panjang polong 0.7, bobot 100 biji 1.0, panjang radikula sebelum tanam 0.8, bobot 100 kecambah segar sebelum tanam 1.0, panjang radikula sesudah tanam 0.52, bobot 100 kecmabah segar sesudah tanam 1.0. Karakter ini menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki peranan lebih besar. Ragam genetik terjadi karena tanaman mempunyai karakter genetik berbeda, sedangkan penampilan fenotip tanaman merupakan hasil interaksi faktor lingkungan dan keragaman genetik. Nilai heritabilitas suatu tanaman sangat penting dalam menentukan keberhasilan seleksi karena heritabilitas dapat memberikan petunjuk apakah suatu sifat dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor lingkungan. Menurut Sjamsudin 1990 mengatakan melalui heritabilitas dapat diketahui apakah keragaman yang timbul oleh suatu karakter didominasi oleh faktor genetik atau faktor lingkungan. Dengan demikian pemulia tanaman dapat memperkirakan karakter yang akan memberikan respon terhadap usaha perbaikan yang dilakukan, yaitu karakter yang memiliki respon terhadap usaha perbaikan yang dilakukan, yaitu karakter yang memiliki heritabilitas tinggi. Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Varietas berbeda nyata terhadap parameter : tinggi tanaman 8 -10 mst, jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder, umur berbunga, umur panen, panjang polong, jumlah biji per polong, bobot 100 biji, dan diperoleh hasil penelitian yang terbaik terdapat pada V1 Lampiran 15–20; 25–28; 33–34 2. Varietas berbeda nyata terhadap parameter : panjang radikula kecambah segar sebelum tanam, panjang radikula kecambah segar sesudah tanam, bobot 100 kecambah segar sebelum tanam, dan bobot 100 kecambah segar sesudah tanam, dan diperoleh hasil penelitian yang terbaik terdapat pada V5 Lampiran 49–50 Saran Pada penelitian berikutnya, penanaman dilakukan pada waktu tanam dan varietas yang lebih banyak lagi. Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA Andrianto, T.T., dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta Allard, R.W., 2005. Principles of Plant Breeding. John Wiley and Sons, New York Anwari, et al, 2006. Pembentukan Varietas Unggul Kacang Hijau Tahan Penyakit Embun Tepung, Buletin Palawija No. 12, Hal. 35-42. Balitkabi, Malang Arsyad, D.M. dan H. Sembiring, 2003. Pengembangan Tanaman Kacang- Kacangan Di Nusa Tenggara Barat, Balai Penelitian Tanaman Kacang- Kacangan Dan Umbi-Umbian, Nusa Tenggara Barat Astawan, M. 2004. Kacang Hijau, Antioksidan Yang Membantu Kesuburan Pria. Health Man, Departemen Teknologi Pangan Dan Gizi – IPB, Bogor Atman, 2007. Teknologi Budidaya Kacang Hijau Vigna radiata L. Di Lahan Sawah. Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Sumatera Barat, Sumatera Barat Balitbiogen, 2008, Deskripsi Varietas Unggul Kacang Hijau 1945-2008. Bogor Barden, J.A, R. G., Halfacare and DJ. Parish, 1987. Plant Science. Mc-Grow Hill Book Company, Ltd., USA Buckman, H.O., dan Brady, N.O., 1982. Ilmu Tanah Terjemahan Sugiman. Bharata Karya Aksara, Jakarta Crowder, L.,V., 1997. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Darliah, I. Suprihatin, D. P. Devires, W. Handayani, T. Hermawati dan Sutater, 2001. Viabilitas Genetik, Heritabilitas, dan Penampilan Fenotipik 18 Klon Mawar Cipanas. Zuriat 3 No.11 Fachruddin, L., 2000. Budidaya kacang-Kacangan. Cet.VI, Kanisius. Jakarta Hakim, L., 2008. Jurnal Penelitian, Konservasi dan Pemanfaatan Sumberdaya Kacang Hijau. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Tanaman Pangan, Bogor Heettiarachchi K, 1985. Evaluation of Mungbean Varieties for Bean Sprouts. Mah Illuppallama, Sri Lanka http:id.wikipedia.orgwikiKacang_hijau. Diakses pada 02 Januari 2010 http:plantshormon.blogspot.com, 2008. Hormon Tumbuhan. Diakses 18 Nopember 2011 http:www.ojimori.com20110629proses-biokimia-dan-fisiologi-fiksasi- nitrogen. Diakses 4 Desember 2011 Kasno, A., 2007. Kacang Hijau, Alternatif yang Menguntungkan Ditanam di Lahan Kering. Sinar Tani, Edisi 23 – 29 Mei 2007, Balitkabi, Malang Universitas Sumatera Utara Ma’rufah, D. 2008. Pengisian dan Pemasakan Biji. Mata Kuliah Fisiologi Benih, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta Mangoendidjojo, W., 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanamn. Kanisius, Yogyakartra Manik T., Eliakim, R. Sulisstiani, Surianto, 2008. Pengaruh Kelebihan Air Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman. Sekolah Pasca Sarjana, USU, Medan Nasir, M., 2002. Bioteknologi Molekuler Teknik Rekayasa Genetika Tanaman. Citra Aditya Bakti, Bandung Poespodarsono, S., 1988. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor, Bogor Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi dan Gizi, Jilid Kedua. Penerjemah Catur Herison, Penerbit ITB, Bandung Rukmana, R. , 1997. Kacang Hijau, Budidaya dan Paska Panen. Penerbit Kanisius, Cet.I. Yogyakarta Sitompul, S.M., dan B. Guritno, 1995. Analisis pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Sjamsudin, E., 1990. Pendugaaan heritabilitas hasil kacang tanah Arachis hypogeal L. tipe Virgina di Queensland, Australia. Bull Agronomy 19 1: 1 – 7 Suhartina, 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbiumbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Balitkabi. Malang Sunantara, I.M.M., 2000. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. Pusat Penelitian Dan Pengambangan Tanaman Pangan Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau , Denpasar, Bali Somaatmadja, S. 1993. Prosea, Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 1, Kacang- Kacangan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Stansfield, W.D., 2005. Schaum’Sampeong Outline Series Theory and Problem of Genetics. Mc Graw Hill, New York Steel, R.G.D., dan J.H. Torrie, 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika, Penerjemah Bambang Sumantri. Erlangga, Jakarta Suprapto, HS., 2007. Bertanam Kacang Hijau.Cet.XX, Penebar Swadaya. Jakarta Tohari, S., 1995. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Terjemahan fari Peter R, Gold Worthy NM Fisher dari The Physiology of Tropical Field Crobs. Gadjah Mada University Press Utomo, B., 2006. EkologiBenih. Karya Ilmiah, Dept. Kehutanan Universitas Sumatera Utara, USU Repository, Medan Universitas Sumatera Utara 50 Lampiran 1. Bagan kegiatan penelitian PELAKSANAAN PENELITIAN Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 Persiapan Lahan x Persiapan Benih x Penanaman x Pemeliharaan Tanaman Penyiraman Susuai kondisi lapangan Pemupukan x x Penyiangan Sesuai kondisi lapangan Penyulaman x Pengendalian Hama Penyakit Sesuai kondisi lapangan Pemanenan x x x x x x Pembuatan Kecambah Tauge x Pengamatan Parameter Tahap I Tinggi Tanaman cm x x x Jumlah Cabang Primer cabang x Jumlah Cabang Sekunder cabang x Jumlah Polong per tanaman polong x Panjang Polong cm x Jumlah Biji per polong biji x Bobot Biji per Tanaman g x Umur Berbunga hst x Umur Panen hst x Bobot 100 Biji g x Tahap II Sebelum Tanam Panjang Radikula Kecambah cm x Diameter Kecambah cm x Bobot 100 Kecambah Segar g x Sesudah Tanam Panjang Radikula Kecambah cm x Diameter Kecambah cm x Bobot 100 Kecambah Segar g x Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Bagan plot penelitian : Tanaman percobaan : Tanaman Sampel percobaan 90 10 50 70 30 10 30 50 6 0 100 O O O O  O O  O O  O O O O 20 10 20 U O  Bagan Per cobaan 20 x 20 cm Universitas Sumatera Utara Lampiran 3. Bagan lahan penelitian BLOK I BLOK II BLOK III V5 V3 V2 V4 V1 V2 V5 V1 V3 V4 50 25 V3 V4 V2 V5 V1 U Universitas Sumatera Utara Lampiran 4. Deskripsi tanaman kacang hijau varietas sampeong Nama Varietas : Sampeong Kategori : MLG 1029 SK Mentan :135KptsTP.24022003 Tahun : 14 Pebruari 2003 Asal : Lokal Sumbawa Tetua :Lokal Sumbawa Rataan Hasil : 1,8 tha Potensi Hasil : 1,0 tha Warna Batang : Hijau Tua Warna Tangkai Daun : Hijau Kemerahan Rambut Daun : Agak Lebat Warna Kelopak Bunga : Merah Warna Mahkota Bunga : Kuning Warna Tangkai Polong : Hijau Kemerahan Jumlah Polong Tanaman : 11 – 16 buah Jumlah Biji Polong : 12 – 14 butir Warna Daun : Hijau Warna Kulit Biji : Hijau Mengkilat Warna Hilum : Putih Bentuk Biji : Agak Bulat-bulat Bentuk Polong : Bulat panjang dengan ujung runcing Panajng tangkai polong : 10 – 20 cm Warna Polong muda : Hijau Bergaris Ungu Warna Poloong tua : Hitam Posisi polong : Mendatar Periode berbunga : Serempak Umur berbunga : 34 – 36 hari Umur panen : 70 – 75 hari Tinggi tanaman : 60 – 80 cm Bobot 100 biji : 2.0 – 2.5 g Kadar protein biji : 26 Kadar lemak biji : Rendah 0.9 – 1.0 g Ketahanan terhadap hama : Peka hama thrips dan aphis Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan embun tepung dan bercak daun Karakter Khusus : - Polong tua tidak mudah pecah - Cocok untuk kecambah Pemulia : M. Anwari dan Astanto Kasno Peneliti : Ahmad Sarjana, Agil Husein, Zainuddin Sabir, Ardin Zain, Usman Fauzi, Nur Tasmin, TalipuddinFahrusrozu, A. Rahman, dan Hazairin. Sumber : Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Balitbiogen. Universitas Sumatera Utara Lampiran 5. Deskripsi tanaman kacang hijau varietas gelatik Nama Varietas : Gelatik Kategori : Varietas lokal landrace Tahun : 1985 Tetua : Introduksi dari AVRDC Taiwan Potensi Hasil : 1,5 tonha Pemulia : Tateng Sutarman, Lukman Hakim Nomor galur : VC 78146 Warna hipokotil : Hijau Warna epikotil : Hijau Warna daun : Hijau Warna polong tua : Hitam Warna biji : Hijau kusam Umur berbunga : 35 hari Umur matang : 58 hari Tinggi tanaman : 45 cm Bobot 1000 biji : ± 60 g Kadar protein : 20 Kadar lemak : 1,7 Sifat-sifat lain : - Polong masak serempak-polong tidak mudah pecah Ketahanan terhadap penyakit : - Tahan penykit becak daun Cescospora sp- cukup tahan penyakit Rhizoctonia sp. Benih Penjenis BS : Dipertahankan di Balittan Bogor Pemulia : Tateng Sutarnan dan Lukman Hakim Sumber : Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Balitbiogen. Universitas Sumatera Utara Lampiran 6. Deskripsi tanaman kacang hijau varietas parkit Nama Varietas : Parkit SK : 261KptsTP.24041988 tanggal 21 April 1988 Tahun : 1988 Tetua : Persilangan PHLV-18WC 1177 B Rataan Hasil : 1.350 kgha Pemulia : Lukman Hakim, Tateng Sutarman, Jumanta Nomor galur : CR 479-13-4-2B Warna hipokotil : Hijau Warna epikotil : Hijau Warna daun : Hijau muda Warna polong tua : Hitam Warna biji : Hijau mengkilap Umur berbunga : 34 hari Umur matang : 56 hari Tinggi tanaman : 40 cm Bobot 1000 biji : 67 g Ukuran biji : Sedang Kadar protein : 22,7 Kadar lemak : 1,96 Sifat-sifat lain : - polong masak serempak - polong tidak mudah pecah Ketahanan terhadap penyakit : Tahan penyakit embung tepung Benih Pejenis BS : Dipertahankan di Balittan Bogor Pemulia : Lukman Hakim dan Tateng Sutarman Sumber : Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Balitbiogen. Universitas Sumatera Utara Lampiran 7. Deskripsi tanaman kacang hijau varietas perkutut Nama Varietas : Perkutut Kategori : Varietas unggul nasional released variety SK : 125KptsTP.24022001 Tgl. 8 Pebuari 2001 Tahun : 2001 Tetua : Introduksi dari AVRDC, Taiwan, Tahun 1984, diseleksi di Balitkabi Rataan Hasil : 0.7-2.2 tonha Potensi Hasil : 1.5 tonha Nomor induk : MLG 1025 Nama galur : VC 2750 Umur berbunga 50 : 36 hari Umur panen : 60 hari Tinggi tanaman : 65 cm Warna batang : Hijau tua Warna daun : Hijau tua Warna tangkai daun : Hijau polos Warna kelopak bunga : Hijau Rambut daun : Berambut agak lebat Warna mahkota bunga : Kuning Periode berbunga : Serempak Jumlah polong per tanaman :12 Bobot 100 biji : 5 gram Jumlah biji per polong : Rata-rata 12 Bentuk polong : Bulat, ujung runcing Warna polong muda : Hijau Warna polong tua : Hitam Posisi polong : Terkulai Warna biji : Hijau mengkilat Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan penyakit bercak daun dan tahan penyakit embun tepung Benih Penjenis BS : Di rawat dan diperbanyak oleh Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Pemulia : M. Anwari, Rudy Suhendi, Hadi Purnomo, Rudi Iswanto, dan Agus supeno Fitopatologis : Sumartini Sumber : Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Balitbiogen. Universitas Sumatera Utara Lampiran 8. Deskripsi tanaman kacang hijau varietas sriti Dilepas Tahun : 3 November 1992 SK Mentan : 613KPTSTP.2401192 No. Galur : MLG 944 Asal : Hasil seleksi dari varietas introduksi asal AVRDC, Taiwan Hasil ratra-rata : 1.58 t habiji kering Warna hipokotil : Hijau Warna epikotil : Hijau Warna daun : Hijau Warna bunga : Kuning Warna batang : Hijau Warna biji : Hijau kusam Warna polong tua : Hitam Bentuk tanaman : Tegak Tinggi tanaman : 40 – 60 cm Umur 50 berbunga : 35 hari Umur polong masak : 30 – 60 hari Bobot 1000 biji : ± 60 – 65 g Kadar protein : 19.5 Kadatr lemak : 1.0 Karbohidrat : 66.0 Ketahanan terhadap penyakit : - Toleran terhadap penyakit bercak daun - Toleran penyakit embun tepung Sifat – sifat lain : - Letak polong diatas mahkota daun - Polong masak serempak Sumber : Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Balitbiogen. Universitas Sumatera Utara Lampiran 9. Data pengamatan tinggi tanaman 5 mst Varietas Blok Total Rataan I II III V1 Sampeong

20.6 17.7