Latar Belakang Pemilihan Tema

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Jenis Karya

1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema

Wayang tidak hanya dikenal oleh masyakat Jawa, tapi juga masyarakat di luar Jawa baik di Indonesia maupun masyarakat dunia. Wayang kulit merupakan salah satu gambaran kebudayaan Jawa. Wayang merupakan manifestasi cipta, rasa dan karsa “manusia Jawa” dalam segala aspek kehidupan, bermasyarakat dan bernegara. Nilai-nilai kesenian, keindahan, filsafat pola tingkah laku, persepsi keagamaan, dambaan, cita-cita dan lain-lain, semuanya terkandung dan terlihat dalam dunia wayang Sujamto, 1992:42. Wayang sebagai salah satu hasil kebudayaan memang diciptakan oleh manusia, akan tetapi, wayang dapat membentuk kepribadian manusia, terutama penggemarnya Suhardi, 1996:52. Wayang memiliki berbagai nilai yang terkandung di dalamnya, termasuk makna filosofis yang tinggi. Kisah wayang adalah kisah yang bisa membuat kita bercermin, yakni kisah yang ada merupakan gambaran dari kehidupan yang kita alami dan kita dapat belajar dari kisah-kisah wayang tersebut. Karakter yang diperankan dalam wayang bisa terlihat dalam kehidupan kita sehari-hari, mulai dari karakter yang berbudi luhur sampai karakter yang berbudi jahat. Karakter dalam pewayangan merupakan lambang atau cerminan dari berbagai karakter dalam kehidupan manusia. Ada tokoh baik, ada tokoh jahat, ada yang menggambarkan tentang kejujuran, keadilan, kesucian, ada pula yang 1 2 menggambarkan tentang angkara murka, keserakahan, ketidakjujuran, dan lain sebagainya. Ada perilaku tokoh yang patut ditiru, ada pula sifat dan perilaku tokoh yang sepatutnya dijauhi. Perwatakan dalam wayang memiliki berbagai sifat yang bisa kita contoh, bahkan para Kurawa yang dianggap jahat sekalipun menyimpan sifat yang baik dan bisa dijadikan contoh lihat Amrih, 2007. Sri Mangkunegara IV 1809-1881 di Surakarta meninggalkan warisan penting bagi bangsa Indonesia berupa Serat Tripama yang menceritakan tiga tauladan utama Hendri, 2008. Tokoh wayang yang menjadi suri tauladan tersebut adalah : Bambang Sumantri, Kumbakarna, dan Adipati Karna. Dapat kita mengambil contoh dari Bambang Sumantri, seorang prajurit yang pandai, trampil, berani dan dengan semangat keprajuritannya rela berkorban di medan perang. Kemudian, sifat kepahlawanan dari Kumbakarna, seorang raksasa berwatak satria. Kumbakarna memenuhi tekad satrianya dengan mengorbankan jiwa dan raganya ketika tanah lahirnya diserang musuh Kamajaya, 1985. Semangat bela negara yang dilakukan Kumbakarna hendaknya bisa menjadi tauladan yang baik di tengah melunturnya sikap cinta tanah air dan bangsa. Terakhir, dapat kita mengambil contoh dari Adipati Karna, dengan watak dan tekadnya ketika berjanji ingin membalas budi hingga bertaruh nyawa. Tekadnya memegang janji yang tidak tergoyahkan merupakan sikap terpuji yang patut kita contoh. Contoh lain dapat kita lihat pada kisah Wahyu Cakraningrat yang bercerita tentang tiga kesatria yang memperebutkan wahyu agar keturunanya dapat menjadi raja di tanah Jawa. Ketiga kesatria tersebut adalah Raden Lesmana Mandrakumara, Raden Samba dan Raden Abimayu. Kisah ini mengajarkan kita 3 agar memiliki rasa toleransi dan peduli sosial, kisah ini juga mengajarkan kita bahwa kita harus selalu rendah hati dan tidak sombong ketika mendapatkan sesuatu yang besar, selain itu masih banyak nilai teladan yang baik yang terkandung dalam kisah Wahyu Cakaraningrat. Kisah wayang baik Mahabharata atau Ramayana, lebih dari sebuah epik, ini adalah roman yang menceritakan kisah yang heroik dan beberapa tokoh yang luar biasa Rajagopalacari, 2011. Wayang sebagai salah satu warisan luhur peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia, memiliki banyak sekali nilai-nilai luhur yang dapat menjadi contoh yang baik dalam kehidupan kita sehari-hari. Kisah-kisah tauladan yang ada pada tokoh wayang dapat menjadi contoh yang baik dalam rangka pembinaan karakter dalam dunia pendidikan. Nilai-nilai dalam pewayangan terutama terkait dengan karakter tokoh-tokohnya dapat diangkat menjadi tema yang menarik dalam ungkapan berkarya seni.

1.1.2 Latar Belakang Pemilihan Jenis Karya