Durasi tingkah laku
Hasil pengukuran berupa durasi masing-masing tingkah laku berdasarkan pengamatan pada rekaman CCTV, masing-masing domba selama 30 menit setiap
dua jam selama 24 jam total 360 menit dan pengamatan siang dan malam secara terpisah ditampilkan pada Tabel 3.6. Berbeda dengan frekuensi, hasil analisis
statistik menunjukkan bahwa durasi tingkah laku domba baik dalam pengamatan selama 24 jam maupun pengamatan siang dan malam secara terpisah dipengaruhi
oleh perlakuan jenis ransum dan waktu pemberian pakan maupun interaksi antar keduanya, kecuali tingkah laku agonistik.
Durasi Tingkah laku makan dan istirahat dalam pengamatan 24 jam maupun malam hari dipengaruhi oleh interaksi perlakuan, waktu pemberian pakan
pagi dan sore menyebabkan perbedaan yang nyata pada perlakuan ransum limbah tauge. Domba yang diberi ransum limbah tauge pada sore hari melakukan
aktivitas makan lebih lama dibandingkan perlakuan lainnya. Namun tingkah laku istirahat lebih lama dilakukan oleh domba yang diberi ransum limbah tauge pada
pagi hari. Sementara itu, pada pengamatan siang hari, durasi tingkah laku makan hanya dipengaruhi oleh waktu pemberian pakan, sedangkan tingkah laku istirahat
pagi hari.
Sementara itu, pada pengamatan siang hari, durasi tingkah laku makan hanya dipengaruhi oleh waktu pemberian pakan, sedangkan tingkah laku istirahat
dipengaruhi oleh kedua perlakuan. Sedangkan durasi tingkah laku lainnya hanya dipengaruhi oleh jenis ransum, baik pada pengamatan dalam 24 jam dan siang
malam secara terpisah. Domba yang diberi ransum rumput lebih lama melakukan aktivitas tingkah laku lainnya dibandingkan yang diberi ransum limbah tauge.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkah laku makan domba adalah normal, namun dengan waktu istirahat yang panjang. Hal ini disebabkan domba
dikandangkan secara terus menerus, sehingga waktunya banyak digunakan untuk istirahat. Waktu merumput domba berkisar antara 4.5-14.5 jam dan waktu istirahat
merenung, mengantuk dan tidur berkisar antara 7-9 jam per hari Dwyer 2009.
Perbedaan pola durasi tingkah laku siang dan malam hari secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 3.8; 3.9; 3.10; 3.11.
Tabel 3.6 Durasi tingkah laku domba garut selama pengamatan 24 jam
Tingkah Laku Ransum
Manajemen Pemberian Pakan Rataan
Pagi Sore
--------------------------------------------------- Makan
R1 16.72 ± 3.62AB 18.58 ± 2.04AB
17.65 ± 2.94 R2
12.90 ±2.63A 22.89 ± 2.76B
17.89 ± 5.85 Rataan
14.81 ± 3.60B 20.73 ± 3.22A
Istirahat R1
51.31 ± 3.43b 52.25 ± 4.17b
51.78 ± 3.63B R2
66.09 ± 11.24a 52.94 ± 6.39b
59.51 ± 11.06A Rataan
58.70 ± 11.05a 52.60 ± 5.10b
Agonistik R1
0.21 ± 0.18 0.17 ± 0.21
0.19 ± 0.18 R2
0.39 ± 0.45 0.97 ± 1.23
0.68 ± 0.93 Rataan
0.30 ± 0.34 0.57 ± 0.94
Tingkah Laku Lainnya R1
31.77 ± 6.49 29.00 ± 5.15
30.39 ± 5.71A R2
20.62 ± 9.69 23.20 ± 6.06
21.91 ± 7.74B Rataan
26.19 ± 9.74 26.10 ± 6.12
Pengamatan Siang Hari
Makan R1
14.50 ± 1.93 5.14 ± 1.27
9.82 ± 5.17 R2
10.83 ±2.72 4.48 ± 2.89
7.65 ± 4.27 Rataan
12.67 ± 2.95A 4.81 ± 2.13B
Istirahat R1
15.74 ± 1.83 28.25 ± 2.27
22.00 ± 6.87b R2
24.03 ± 8.63 29.25 ± 2.95
26.64 ± 6.67a Rataan
19.89 ± 7.33B 28.75 ± 2.54A
Agonistik R1
0.13 ± 0.12 0.17 ± 0.21
0.15± 0.16 R2
0.35 ± 0.41 0.74 ± 1.32
0.55 ± 0.94 Rataan
0.24 ± 0.31 0.45± 0.94
Tingkah Laku Lainnya R1
19.63 ± 3.58 16.44 ± 3.26
18.03 ± 3.64a R2
14.79 ± 6.85 15.54 ± 4.98
15.16 ± 5.66b Rataan
17.21 ± 5.75 15.99 ± 4.00
Pengamatan Malam Hari
Makan R1
2.22 ± 1.95b 13.43 ± 1.20ab
7.83 ± 6.10b R2
2.07 ±0.77b 18.41 ± 2.85a
10.24 ± 8.83a Rataan
2.14 ± 1.40B 15.92 ± 3.34A
Istirahat R1
35.56 ± 2.20ab 24.00 ± 2.18b
29.78 ± 6.43b R2
42.06 ± 2.79a 23.69 ± 4.13b
32.87 ± 10.23a Rataan
38.81 ± 4.16A 23.85 ± 3.12B
Agonistik R1
0.08 ± 0.09 0.00 ± 0.00
0.04 ± 0.07 R2
0.04 ± 0.04 0.23 ± 0.26
0.14 ± 0.20 Rataan
0.06 ± 0.07 0.12 ± 0.21
Tingkah Laku Lainnya R1
12.14 ± 3.29 12.56 ± 2.15
12.35 ± 2.63A R2
5.83 ± 2.84 7.66 ± 1.26
6.75 ± 2.29B Rataan
8.98 ± 4.41 10.11 ± 3.07
Keterangan : R1 = Ransum 160 konsentrat 1 + 40 rumput lapang; R2 = Ransum 2 60 konsentrat 2 +40 limbah tauge; Pagi = pemberian pakan pada pukul 06.00
WIB ; Sore = pemberian pakan pada pukul 17.00 WIB. Superskrip yang berbeda pada baris atau kolom yang sama a,b menunjukkan perbedaan nyata P0.05,
A,B P0.01.
Gambar 3.8 Pola durasi tingkah laku makan selama 24 jam
Gambar 3.9 Pola durasi tingkah laku istirahat selama 24 jam
Gambar 3.10 Pola durasi tingkah laku agonistik selama 24 jam
Gambar 3.11 Pola durasi tingkah laku tingkah laku lainnya selama 24 jam
Respon fisiologis, profil hematologis dan status metabolit darah 1.
Respon fisiologis
Respon fisiologis adalah respon terhadap berbagai macam faktor, baik secara fisik, kimia maupun lingkungan sekitar Yousef 1985. Respon fisiologis
yang diamati meliputi suhu tubuh, laju respirasi dan denyut jantung. Pengamatan respon fisiologis selama 24 jam dan pengamatan pada siang dan malam hari
secara terpisah disajikan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Respon fisiologis harian domba
Peubah Ransum
Waktu Pemberian Pakan Rataan
Pagi Sore
Pengamatan 24 jam Laju Respirasi
R1 42.27 ± 2.84
46.23 ± 8.28 44.25 ± 5.56
kalimenit
R2 50.33 ± 6.04
48.27 ± 7.57 49.30 ± 6.81
Rataan 46.30 ± 4.44
47.26 ± 7.93
Denyut jantung
R1 93.97 ± 3.68b
99.60 ±9.99ab 96.78 ± 6.83A
kalimenit R2
107.97± 5.84a 103.80± 3.59a
105.88±4.71B Rataan
100.97 ± 4.76 101.70 ± 6.79
Suhu rektal R1
38.84 ± 0.18 38.96 ± 0.15
38.90 ± 0.16 ºC
R2 38.99 ± 0.09
39.10 ± 0.21 39.05 ± 0.15
Rataan 38.92 ± 0.14
38.98 ± 0.18
Pengamatan siang hari Laju Respirasi
kalimenit R1
39.27±9.08 35.27±7.80
37.37±8.44 R2
38.87±6.45 38.47±5.23
38.67±5.84 Rataan
39.07±7.77 36.87±6.52
Denyut Jantung kalimenit
R1 97.40±1.91ab
97.60±8.59ab 97.50±5.25
R2 104.33±5.15a
94.88±7.51b 99.61±6.33
Rataan 100.87±3.53
96.24±8.05
Suhu Rektal ºC
R1 38.97±0.22
38.89±0.23 38.93±0.23
R2 37.56±2.80
38.94±0.21 38.25±1.51
Rataan 38.27±1.51
38.92±0.22
Pengamatan malam hari Laju Respirasi
R1 39.87±8.18
47.27±5.48 43.57±6.83
kalimenit R2
43.73±4.87 49.40±10.71
46.57±7.79 Rataan
41.80±6.53a 48.34±8.10b
Denyut Jantung R1
92.60±8.88b 94.53±12.49ab
93.57±10.69A
kalimenit
R2 107.40±9.15a
105.60±5.69ab 106.50±7.42B
Rataan 100.00±9.02
100.07±0.09
Suhu Rektal ºC
R1 38.70±0.18
39.02±0.09 38.86±0.14
R2 37.56±2.80
39.27±0.22 38.42±1.51
Rataan 38.13±1.49
39.15±0.16 Keterangan : Pengamatan siang dan malam hari dilakukan pada pukul 09.00 WIB, pukul 15.00 WIB, pukul
21.00 WIB, pukul 03.00 WIB; R1 = Ransum 160 konsentrat 1 + 40 rumput lapang; R2 = Ransum 2 60 konsentrat 2 +40 limbah tauge; Pagi = pemberian pakan pada pukul
06.00 WIB ; Sore = pemberian pakan pada pukul 17.00 WIB. Superskrip yang berbeda pada baris atau kolom yang sama a,b menunjukkan perbedaan nyata P0.05, A,B P0.01
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa denyut jantung , baik dalam pengamatan 24 jam maupun pengamatan siang dan malam secara terpisah sangat
nyata P0.01 dipengaruhi oleh perlakuan jenis ransum dan nyata P0.05 dipengaruhi oleh interaksi antara jenis pakan dan waktu pemberiannya. Sementara
itu, kedua perlakuan tersebut serta interaksinya tidak berpengaruh terhadap parameter respon fisiologis lainnya, yaitu laju respirasi dan suhu rektal domba.
Denyut jantung yang lebih tinggi pada domba yang diberi ransum limbah tauge R2 dibandingkan domba dengan ransum rumput R1, kemungkinan
disebabkan karena kandungan antinutrisi pada limbah tauge yaitu haemagglutinin Mubarak 2005. Haemagglutinin dapat menyebabkan penggumpalan sel darah
merah, sehingga jantung akan berdenyut lebih cepat untuk mengedarkan darah Marquadt et al. 1975. Namun secara keseluruhan denyut jantung domba dalam
penelitian ini 93.97-107.97 kali per menit masih termasuk dalam kategori normal. Menurut Duke 1995 jumlah denyut jantung pada domba berkisar antara
60-120 kali per menit.
Respirasi domba pada semua perlakuan dalam penelitian, dalam pengamatan 24 jam dan malam hari berkisar antara 41.80
– 50.33 kali per menit lebih tinggi dari respirasi normal dan termasuk dalam kategori stres panas ringan.
Sementara itu, laju respirasi pada siang hari pada semua perlakuan lebih rendah dari 40 kali per menit termasuk dalam kisaran normal. Menurut Silanikove 2000
respirasi normal pada domba berkisar antara 20-40 kali per menit dan terjadi stres panas ringan, apabila respirasi 40-60 kali per menit, stres panas sedang 60-80
kali per menit dan stres panas tinggi 80-200 kali per menit.
Sementara itu, suhu rektal domba hasil penelitian ini berkisar antara 38.84- 39.10ºC pengamatan selama 24 jam termasuk dalam kategori normal, sedangkan
suhu rektal domba dengan ransum limbah tauge pada pemberian pagi hari pada pengamatan siang dan malam secara terpisah lebih rendah dari normal. Kisaran
suhu tubuh domba adalah 38.8-39.9ºC Marai et al. 2007.
2. Profil Hematologis Darah
1 Eritrosit, Hemoglobin dan Hematokrit
Jumlah eritrosit, hemoglobin, dan nilai hematokrit darah domba Garut dengan perlakuan jenis ransum dan waktu pemberian yang berbeda dari hasil
penelitian ini disajikan pada Tabel 3.8. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah eritrosit dipengaruhi oleh perlakuan waktu pemberian pakan, jumlah
eritrosit domba yang diberi ransum pada pagi hari, baik ransum rumput maupun ransum limbah tauge 12,62x10
6
mm
3
sangat nyata P0,01 lebih tinggi dari domba yang diberi ransum sore hari 10,02 x 10
6
mm
3
. Hal ini kemungkinan disebabkan domba adalah hewan diurnal, yang pada malam hari banyak
beristirahat dan sebaliknya pada siang hari banyak melakukan aktifitas. Pada malam hari hingga pagi hari, suhu lingkungan berada dalam zona nyaman, maka
proses metabolism berlangsung dengan baik dan sirkulasi darah lancar, sehingga proses pembentukan eritrosit terjadi secara normal. Lingkungan panas pada siang
hari menyebabkan menurunnya proses metabolisme di dalam tubuh ternak, dengan demikian juga menurunkan pembentukan eritrosit, maka pada sore hari
jumlah eritrosit cenderung lebih rendah dari jumlah eritrosit pada pagi hari.
Tabel 3.8 Jumlah eritrosit, hemoglobin dan nilai hematokrit
Parameter Normal Ransum
Waktu Pemberian Pakan Rataan
Pagi Sore
Eritrosit 10
6
mm
3
9-15
a
R1 12.46±2.54
8.72±1.52 10.59±0.72
R2 12.78±1.29
11.31±1.87 12.05±0.41
Rataan 12.62±0.88
A
10.02±0.25
B
Hemoglobin gdl
8-16
b
R1 10.02±1.04
a
7.6±1.18
c
8.81±0.10 R2
9.52±0.80
b
9.34±0.77
b
9.43±0.02 Rataan
9.77±0.17
A
8.47±0.29
B
Hematokrit 28-32
c
R1 27.03±3.10
a
21.24±4.39
b
24.14±0.91 R2
26.31±2.00
a
26.82±1.63
a
26.57±0.26 Rataan
26.67±0.78 24.03±1.95
Keterangan: R1= Ransum 160 konsentrat 1 + 40 rumput lapang; R2 = Ransum 2 60 konsentrat 2 +40 limbah tauge; Pagi = pemberian pakan pukul 06.00 WIB ; Sore
= pemberian pakan pada pukul 17.00 WIB. Superskrip yang berbeda pada baris atau kolom yang sama a,b menunjukan perbedaan nyata P0.05. A,B P0.01;
a
Smith dan Mangkuwidjojo 1998,
b
Banks 1993,
c
Guyton dan Hall 1997
Kadar hemoglobin, dipengaruhi oleh interaksi antar perlakuan jenis ransum dan waktu pemberiannya. Kadar hemoglobin nyata dipengaruhi oleh
interaksi perlakuan. Ransum rumput dengan waktu pemberian pagi hari, ransum limbah tauge dengan waktu pemberian pagi maupun sore hari, yakni masing-
masing berturut-turut sebesar 10,02; 9,52; 9,34 gdl nyata P0,05 lebih tinggi dari kadar hemoglobin darah domba pada perlakuan ransum rumput dengan waktu
pemberian sore 7,6 gdl. Kadar hemoglobin diantaranya dipengaruhi oleh kecukupan pakan khususnya protein dalam ransum serta kecernaannya Schalm
et al
., 1986. Dalam penelitian ini, semua domba diberi ransum dengan kandungan protein yang cukup, yakni sekitar 13,63-14,00 Tabel 2 dengan konsumsi
protein total sebesar 89,54-133,84 gekhari Rahayu et al. 2016, mencukupi untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi domba.
Secara keseluruhan, jumlah eritrosit dan hemoglobin pada domba Garut hasil penelitian ini masing-masing berturut-turut berkisar antara 8,72-12,78
x10
6
mm
3
dan 7,60-10,02 gdl, masih termasuk dalam kisaran normal, yakni sekitar 9-15 jutamm
3
untuk eritrosit Smith dan Mangkuwidjojo 1998 dan sekitar 8-16 gdl untuk hemoglobin Banks, 1993, kecuali pada domba yang diberi
ransum rumput R1 dan waktu pemberian sore hari, baik jumalah eritrosit maupun hemoglobin sedikit lebih rendah dari normal.
Nilai hematokrit darah domba garut hasil penelitian ini berkisar antara 21,24-26,83, dan secara keseluruhan nilainya lebih rendah dari normal, yaitu
berkisar antara 28-32 Guyton dan Hall, 1997. Nilai hematokrit yang rendah ini kemungkinan disebabkan oleh pakan rumput dan limbah tauge diberikan dalam
bentuk segar yang mengandung kadar air yang tinggi, sehingga darah cenderung encer. Keadaan ini juga menunjukkan bahwa ternak tidak mengalami dehidrasi.
2 Leukosit, Neutrofil, Limfosit dan Rasio Neutrofil dengan Limfosit
Jumlah leukosit, persentase neutrofil dan limfosit serta rasio neutrofil dengan limfosit darah domba Garut dengan perlakuan jenis ransum dan waktu
pemberian yang berbeda dari penelitian ini disajikan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Jumlah Leukosit, Neutrofil, limposit dan rasio Neutrofil-limfosit
Parameter Normal
Ransum Waktu Pemberian Pakan
Rataan Pagi
Sore Leukosit
10
3
mm
3
4-12
d
R1 12.27±4.49
8.94±2.08 10.61±1.70
R2 10.07±4.11
10.34±4.38 10.21±0.19
Rataan 11.17±0.27
9.64±1.63 Neutrofil
10-50
d
R1 36.80±9.88
52.20±16.66 44.50±15.26
R2 33.00±14.20
36.60±13.78 34.80±13.32
Rataan 34.90±11.70
44.40±16.59 Limfosit
40-75
d
R1 40.20±4.60
38.80±13.10 39.50±9.29
R2 52.20±17.34
52.40±18.09 52.30±16.71
Rataan 46.20±13.53
45.60±16.53 Neutrofil
Limfosit ˂1.5
e
R1 0.93±0.29
1.66±1.26 1.29±0.94
R2 0.78±0.59
0.93±0.86 0.86±0.70
Rataan 0.85±0.44
1.30±1.09
Keterangan: : R1= Ransum 160 konsentrat 1 + 40 rumput lapang; R2 = Ransum 2 60 konsentrat 2 +40 limbah tauge; Pagi = pemberian pakan pada pukul 06.00 WIB ;
Sore = pemberian pakan pada pukul 17.00 WIB. Superskrip yang berbeda pada baris atau kolom yang sama a,b menunjukan perbedaan nyata P0.05. A,B P0.01;
d
Jain 1993,
e
Kannan et al 2000.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jumlah leukosit, persentase neutrofil dan limfosit serta rasio neutrofil dengan limfosit tidak dipengaruhi
perlakuan jenis ransum dan waktu pemberian pakan maupun interaksinya. Jumlah leukosit sebesar 8,94-12,27x10
3
mm
3
, termasuk dalam kisaran normal 4- 12x10
3
mm
3
Jain, 1993. Nilai neutrofil 33,00-52,20 termasuk dalam kisaran nilai neutrofil normal, yaitu sebesar 10-50 Jain, 1993, kecuali pada domba
dengan perlakuan ransum rumput dan waktu pemberian sore hari 52,20 sedikit lebih tinggi dari normal. Nilai limfosit sekitar 38,80-52,40 termasuk dalam
kisaran normal, yaitu sebasar 40-75 Jain, 1993, kecuali pada domba dengan perlakuan ransum rumput dan waktu pemberian sore hari 38,80 sedikit lebih
rendah dari normal.
Nilai rasio neutrofil dengan limfosit NL sekitar 0,78-1,66 termasuk dalam kisaran normal, yaitu lebih kecil dari 1,5 Kannan et al., 2000, kecuali
pada domba dengan perlakuan ransum rumput dan waktu pemberian sore hari 1,66 sedikit lebih tinggi dari normal. Rasio NL merupakan indikator yang
menunjukkan cekapan panas pada ternak domba Paull et al. 2008. 3.
Status Metabolit Darah
Status metabolit darah glukosa, urea-N BUN dan kolesterol domba Garut sesaat sebelum makan, 2 jam dan 4 jam setelah makan dengan perlakuan
jenis ransum dan waktu pemberian yang berbeda hasil penelitian ini disajikan pada Tabel 3.10
Tabel 3.10 Kadar glukosa, Urea-N dan kolesterol darah mgdl
Ransum Waktu Pemberian Pakan
Rataan Pagi
Sore
Kadar glukosa
Sesaat sebelum makan R1
46.65 ± 5.01ab 41.94 ± 3.38b
44.30 ± 4.19a R2
54.24 ± 9.65a 46.88 ± 4.63ab
50.56 ± 7.14b Rataan
50.45 ± 7.33a 44.41 ± 4.01b
2 jam setelah makan R1
51.59 ± 14.27 45.32 ± 5.80
48.46 ± 10.04 R2
55.65 ± 4.85 49.47 ± 14.73
52.56 ± 11.70 Rataan
53.62 ± 9.56 47.40 ± 10.27
4 jam setelah makan R1
67.23 ± 14.43a 45.94 ± 7.76b
56.59 ± 11.09 R2
57.00 ± 8.20ab 53.47 ± 10.65ab
55.24 ± 9.43 Rataan
62.12 ± 11.32A 49.71 ± 9.21B
Kadar Urea-N
Sesaat sebelum makan R1
29.91±7.07 32.79±5.94
31.35±6.51 R2
30.96±4.69 35.87±6.73
33.42±9.28 Rataan
30.44±5.88 34.33±6.34
2 jam setelah makan R1
33.62±6.79 27.13±7.45
30.38±7.12 R2
33.57±2.43 30.22±3.71
31.90±3.07 Rataan
33.60±4.61 28.68±7.20
4 jam setelah makan R1
34.51±8.57 27.89±2.68
31.20±5.63 R2
33.36±5.32 29.70±7.86
31.53±6.59 Rataan
33.94±6.95 28.80±5.27
Kadar kolesterol
Sesaat sebelum makan R1
30.28 ± 3.21 28.98 ± 3.87
29.63 ± 3.54 R2
24.57 ± 3.93 27.94 ± 5.17
26.26 ± 4.55 Rataan
27.43±3.57 28.46±4.52
2 jam setelah makan R1
35.41 ± 10.16 24.40 ± 4.69
29.91 ± 7.42 R2
26.80 ± 3.82 28.60 ± 5.51
27.70 ± 5.39 Rataan
31.11±6.99 26.50±5.83
4 jam setelah makan R1
33.39 ± 3.83 25.57 ± 1.86
29.48 ± 2.84 R2
26.69 ± 4.74 31.62 ± 10.82
29.16 ±7.98 Rataan
30.04±4.29 28.60±6.34
Ada interaksi
Keterangan : R1= Ransum 160 konsentrat 1 + 40 rumput lapang; R2 = Ransum 2 60 konsentrat 2 +40 limbah tauge; waktu pemberian pakan Pagi = pemberian pakan
pukul 06.00 WIB ; Sore = pemberian pakan pada pukul 17.00 WIB. Superskrip yang berbeda pada baris atau kolom yang sama a,b menunjukan perbedaan nyata
P0.05, A,B P0.01
Kadar Glukosa darah
Hasil analisis statistic menunjukkan bahwa perlakuan jenis ransum dan waktu pemberian pakan serta interaksinya berpengaruh nyata P0,05 terhadap
kadar glukosa darah pada pengamatan sebelum makan dan 4 jam sesudah makan, tetapi tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 2 jam sesudah makan. Walaupun
terdapat interaksi, pada pengamatan sebelum makan, perbedaan kadar glukosa darah lebih banyak dipengaruhi oleh jenis ransum dibandingkan oleh waktu
pemberian pakan. Sementara pada pengamatan 4 jam sesudah makan, waktu pemberian pakan berpengaruh sangat nyata P0.01 terhadap glukosa darah,
pemberian sore hari lebih rendah dari pagi hari. Glukosa merupakan salah satu nutrien dalam darah, yang konsentrasinya mudah berubah dari waktu ke waktu.
Oleh karenanya kadar glukosa sangat ditentukan oleh waktu pengambilan darah Riis, 1983.
Perbedaan kadar glukosa darah domba pada perlakuan waktu pemberian pakan pagi dan sore hari, kemungkinan disebabkan oleh perbedaan suhu
lingkungan kandang pada pagi dan sore hari tabel 3.4. Suhu lingkungan pada sore hari pukul 18 00 sekitar 28. 13°C turun menjadi 26.60°C pada malam hari
pukul 21.00 cenderung lebih rendah dibandingkan suhu lingkungan pada pagi hari 24.41°C meningkatkan glukosa darah. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Sano et al. 1985 menemukan bahwa setelah terpapar panas, kadar glukosa darah domba menurun, tetapi hasil ini bertentangan dengan hasil
penelitian Marai et al. 1992 yang menemukan bahwa tingkat glukosa darah
Namum demikian kadar glukosa darah pada pengukuran sebelum makan, 2 jam dan 4 jam sesudah makan hasil penelitian ini berkisar antara 41,94-67,23
mgdl, secara keseluruhan masih termasuk dalam kisaran normal, yaitu antara 34- 84 mgdl Panousis et al., 2012.
Kadar Urea-N darah
Kadar urea-N darah domba yang diberi limbah tauge cenderung lebih tinggi dari pada domba yang diberi ransum rumput, kecuali pada pengukuran 4
jam sesudah makan, kadar urea-N relatif sama. Berdasarkan waktu pemberian pakan, pada pengukuran sebelum makan, kadar urea-N darah domba yang diberi
pakan sore hari cenderung lebih meningkat dibandingkan pemberian pakan pada pagi hari, namun pada pengukuran 2 jam dan 4 jam sesudah makan cenderung
menurun. Kadar urea-N darah domba hasil penelitian ini secara keseluruhan 27,13-35,87 mgdl lebih tinggi dari kadar urea-N darah domba yang diberi pakan
rumput dan leguminosa hasil penelitian Carulla et al.2005, yakni sekitar 17,3- 17,9 mgdl.
Kadar Kolesterol Darah
Kandungan kolesterol darah domba yang diberi ransum limbah tauge cenderung lebih rendah dari pada domba yang diberi ransum rumput, kecuali pada
pengukuran 4 jam sesudah makan, kadar kolesterol darah relatif sama tabel 3.14. Secara keseluruhan kadar kolesterol darah domba yang diberi pakan rumput
maupun limbah tauge pada pengukuran sebelum makan maupun 2 jam dan 4 jam sesudah makan hasil penelitian ini berkisar 24,40-33,39 mgdl lebih rendah dari
kadar kolesterol darah 38,39-60,86 mgdl domba yang diberi pakan hijauan tropika hasil penelitian Astuti et al. 2011.
C. Performa Pertumbuhan dan Pasca Panen.
1. Performa Pertumbuhan
1 Konsumsi Bahan Pakan
Dalam penelitian ini, bahan pakan rumput dan limbah tauge diberikan dalam bentuk segar sehingga secara teknis tidak bisa dicampurkan dengan
konsentrat, tetapi hanya dapat diberikan secara berdampingan atau sistim kafetaria. Hal ini menyebabkan jumlah bahan pakan yang dikonsumsi domba
tidak sesuai dengan formula ransum perlakuan, yaitu perlakuan ransum R1 60 konsentrat 1 dan 40 rumput dan ransum R2 60 konsentrat 2 dan 40
limbah tauge. Konsumsi bahan pakan pada R1 yaitu konsentrat 1 66
– 70 dan rumput 30 - 34, masing-masing meningkat dan menurun sekitar 6
– 10 dari formula perlakuan. Sementara itu pada R2 terjadi sebaliknya, konsumsi
konsentrat 2 51 – 55 dan limbah tauge 45 – 49, masing-masing lebih
rendah dan lebih tinggi sekitar 5 – 9 dari formula perlakuan Tabel 3.11. Hal
ini menunjukkan bahwa limbah tauge lebih palatabel dibandingkan rumput, sehingga porsi konsumsi limbah tauge pada R2 cenderung meningkat dan
sebaliknya porsi rumput pada R1 cenderung menurun.
Tabel 3.11 Konsumsi bahan kering BK ransum berdasarkan bahan pakan
Ransum Bahan
Waktu Pemberian Pakan Rataan
pakan Pagi
Sore ------------------------- gekorhari --------------------------
R1 Konsentrat 1
438.84± 24.83 70.23
423.70± 42.55 65.89
431.27±33.80 68.06
Rumput 186.04± 46,25
29.77 219.31± 43.65
34.11 202.68±45.88
31.94 Total
624.88± 65.06 643.01± 63.04
633.95±61.15 R2
Konsentrat 2 525.73± 22.69
54.90 479.11± 37.94
50.97 502.62±37.43
52.93 Limbah
tauge 431.87± 37.94
45.10 460.83± 42.32
49.03 446.51±36.38
47.06 Total
957.60 ± 45.82 939.94± 74.16
949.75±56.55
Keterangan : R1 = Ransum 1 60konsentrat 1 + 40 rumput lapang; R2 = Ransum 2 60 konsentrat 2 + 40 limbah tauge; Pagi = pemberian pakan pada pukul 06.00 WIB;
Sore = pemberian pakan pada pukul 17.00 WIB; Angka persentase di dalam kurung menunjukkan porsi masing-masin bahan pakan yang dikonsumsi dari total ransum
yang dikonsumsI; menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antar bahan pakan R1 dan R2 Konsentrat 1 dengan Konsentrat 2, rumput dengan limbah tauge.
Dengan demikian secara otomatis, porsi konsumsi konsentrat 1 pada R1 meningkat dan konsentrat 2 pada R2 menurun. Palatabilitas bahan pakan
dipengaruhi diantaranya oleh bentuk fisik atau tekstur, aroma atau flavor, rasa