Gambarfoto adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Oleh
karena itu, pepatah Cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata Sadiman, dkk 2009:29.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa media foto merupakan media yang mudah dimengerti oleh semua orang dan media yang
sangat sederhana.
Menurut Sadiman 2009:29, bahwa media gambarfoto mempunyai kelebihan dan yaitu sebagai berikut.
2.2.5.1 Beberapa kelebihan media gambarfoto:
1. sifatnya konkret; gambarfoto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata;
2. gambarnya dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; 3. media gambarfoto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita;
4. foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau
membetulkan kesalahpahaman; 5. foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa
memerlukan peralatan khusus.
2.2.5.2 Beberapa kelemahan media gambar foto:
1. gambarfoto hanya menekankan persepsi indera mata; 2.gambarfoto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan
pembelajaran; 3. ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
2.3Sintaks Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Think-Talk-
Write TTW
Model pembelajaran Think-Talk-Write TTW memiliki langkah-langkah sintaks dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
1. Guru membagi Lembar Kerja Peserta didik LKS yang berisi masalah
yang harus diselesaikan oleh peserta didik yang berupa gambar foto. Jika diperlukan diberikan sedikit petunjuk.
2. Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat
catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah
akan terjadi proses berpikir think pada peserta didik. Setelah itu peserta didik berusaha untuk meyelesaikan masalah tersebut secara individu.
Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat membedakan atau menyatukan ide-ide yang terdapat pada gambar foto untuk kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri. 3.
Peserta didik berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi catatan yang dibuatnya dan penyelesaian masalah dikerjakan secara
individu talk. Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata- kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi. Diskusi
diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. Diskusi akan efektif jika anggota kelompok tidak terlalu banyak dan terdiri dari
anggota kelompok dengan kemampuan yang heterogen. Hal ini sejalan dengan pendapat Huinker dan Laughlin dalam Martinis dan Ansari 2012:
84 yang menyatakan bahwa this strategy to be effective when students working in heterogeneous group to six students, are asked to explain,
summarize, or reflect . Artinya, metode TTW akan efektif ketika peserta
didik bekerja dalam kelompok yang heterogen yang terdiri dari 2 sampai 6 peserta didik yang bekerja untuk menjelaskan, meringkas, atau merefleksi.
4. Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan
berupa jawaban atas soal berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi dalam bentuk tulisan write dengan bahasanya sendiri. Pada
tulisan itu peserta didik menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi yang hasilnya berupa sebuah puisi yang berasal dari hasil
berfikir dan berbicara. 5.
Perwakilan kelompok menyajikan sebuah puisi hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
6. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas
materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih beberapa atau satu orang peserta didik sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya,
sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan atas puisi yang dibuat oleh kelompok lain.
2.4 Penerapan Model TTW melalui media foto dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Think-Talk-Write TTW
merupakan model
pembelajaran yang
dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin dalam Martinis dan Ansari 2012: 84 ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Model
pembelajaran Think-Talk-Write TTW didasarkan pada pemahaman bahwa
belajar adalah sebuah perilaku sosial. Dalam model pembelajaran ini, peserta didik didorong untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan berkenaan
dengan suatu topik. Metode ini merupakan metode yang dapat melatih kemampuan berpikir dan berbicara peserta didik.Menurut Suyatno 2009:66,
Model TTW adalah suatu pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi, hasil bacaannya
dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi. Langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut.
a. Siswa duduk dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 anggota
yang heterogen. b.
Siswa menyimak dengan cermat penjelasan guru mengenai tugas yang harus dikerjakanThink.
c. Peserta didik menerima sebuah objek gambarfoto mengenai pemandangan
alam.