63
Cap Gajah. Perangkap kuning digantung pada tiang penyangga dengan ketinggian 100 cm di atas permukaan tanah. Perangkap dibiarkan terpasang selama 24 jam
dan imago lalat pengorok daun yang terperangkap diindentifikasi dan dihitung jumlahnya.
Tabel 3.1 Kriteria skor kerusakan daun akibat serangan lalat pengorok daun Skor Kondisi
serangangejala 1
2 3
4 Tidak ada gejala korokan
Kerusakan rendah, gejala korokan hanya terbatas pada daun bagian bawah
Kerusakan sedang, gejala korokan terbatas pada daun bagian bawah dan tengah
Kerusakan hampir pada seluruh daun tanaman, kecuali daun puncuk Gejala korokan ditemukan pada semua daun tanaman
Jumlah Lalat Pengorok Daun dan Parasitoid yang Muncul, serta Tingkat Parasitisasi
O. chromatomyiae
Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan mengambil 15 helai daun bawang yang mengandung larva pengorok instar 2 atau 3 pada setiap petak.
Sebanyak 15 helai daun sampel dimasukkan ke dalam wadah plastik dengan diameter 30 cm dan tinggi 15 cm yang di dalamnya disangga oleh kawat kasa agar
daun tanaman tidak cepat busuk dan tutup kotak plastik diberi kain kassa. Imago lalat pengorok daun dan parasitoid yang muncul pada wadah plastik diambil
dengan menggunakan aspirator, kemudian dihitung dan diidentifikasi jumlah masing-masing spesies dan tingkat parasitisasi parasitoid.
Perhitungan Tingkat Parasitisasi
Jumlah imago parasitoid Tingkat parasitisasi =
100 Jumlah imago parasitoid + imago Liriomyza
Jumlah Anakan dan Hasil Panen
Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 10 mst. Berat tanaman ditimbang dari 15 tanaman contoh dan dihitung jumlah anakan pada masing-
masing tanaman contoh.
64
Analisis Data Data pengamatan selama kurun waktu penelitian yang meliputi populasi
imago lalat pengorok daun, banyaknya parasitoid yang muncul, tingkat parasitisasi, kerusakan tanaman, jumlah anakan dan berat bawang daun dianalisis
dengan sidik ragam pengamatan berulang dengan Program SAS 9.0.
Hasil dan Pembahasan Hasil
Kelimpahan Lalat dan Kerusakan Tanaman.
Analisis ragam untuk pengukuran berulang menunjukkan bahwa aplikasi insektisida tidak berpengaruh
nyata F=0.61, db=3,9, P=0.6107 terhadap banyaknya lalat pengorok daun yang tertangkap pada perangkap kuning, tetapi berpengaruh nyata F=10.03, db=3,9,
P0.0001 terhadap jumlah lalat yang muncul dari daun contoh dan terhadap tingkat kerusakan tanaman F=62.47, db=3,9, P P0.0001 Tabel 3.2.
Perbedaan waktu pengamatan berpengaruh nyata terhadap ketiga peubah tadi. Tabel 3.2 Perbandingan beberapa peubah infestasi Liriomyza pada petak
pertanaman bawang daun yang diaplikasi insektisida dan petak kontrol berdasarkan sidik ragam pengukuran berulang
Pengaruh Peubah
F db P Perlakuan Banyaknya
Liriomyza yang
tertangkap perangkap kuning Banyaknya Liriomyza yang muncul
dari daun contoh Tingkat kerusakan tanaman
0.61 10.03
62.47 3,9
0.6107 0.0001
0.0001 Waktu Banyaknya
Liriomyza yang
tertangkap perangkap kuning Banyaknya Liriomyza yang muncul
dari daun contoh Tingkat kerusakan tanaman
161.34 55.05
6.01 8,27
0.0003 0.0001
0.0001 Puncak tangkapan pada keempat petak perlakuan terjadi pada 7 mst
Gambar 3.1. Pengaruh waktu yang nyata terhadap banyaknya lalat pengorok
65
daun yang tertangkap diperkirakan berhubungan dengan peningkatan populasi yang terjadi pada umur 7 mst tadi.
Aplikasi insektisida memberikan pengaruh yang nyata terhadap banyaknya lalat Liriomyza yang muncul dari daun contoh Tabel 3.2. Jumlah imago lalat
pengorok daun yang muncul pada petak pertanaman bawang daun yang mendapat perlakuan insektisida kartap hidroklorida 53.22±70.75 lebih rendah
dibandingkan jumlah imago yang muncul pada petak pertanaman yang mendapat aplikasi insektisida abamektin 96.28±105.37 dan azadiraktin 94.31±87.33
Tabel 3.3. Aplikasi insektisida abamektin dan azadiraktin tidak memberikan pengaruh yang nyata dengan perlakuan kontrol 113.69±120.28 terhadap jumlah
imago yang muncul dari daun contoh. Pada pengamatan mingguan terlihat bahwa pengaruh aplikasi insektisida baru terlihat setelah 5 mst Gambar 3.2.
Identifikasi terhadap spesies imago lalat pengorok daun yang muncul dari daun contoh diketahui dua spesies lalat pengorok daun yang menyerang
pertanaman bawang daun yakni L. huidobrensis dan L. chinensis. Jumlah L. huidobrensis
lebih tinggi dibandingkan L. chinensis Gambar 3.2. Pada
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
2 3
4 5
6 7
8 9
10
Umur tanaman MST J
u m
lah i m
ago Li
ri om
y z
a y
ang
t er
tangk ap
Kontrol Abamektin
Azadirakhtin Kartap
Gambar 3.1 Rataan banyaknya imago lalat pengorok daun yang tertangkap perangkap kuning ekorperangkap pada pertanaman bawang
daun yang diaplikasikan insektisida. hidroklorida
mst
66
pengamatan 2 mst, rerata jumlah lalat L. huidobrensis lebih dari 200 ekor15 daun contoh, sedangkan jumlah speises L. chinensis sebesar 12.5 ekor15 daun
contoh. Tabel 3.3. Rataan beberapa peubah infestasi Liriomyza pada petak pertanaman
bawang daun yang diaplikasi insektisida dan petak kontrol berdasarkan analisis ragam pengukuran berulang
Peubah Perlakuan Rerata±SD
Kontrol Abamektin Azadiraktin
Kartap hidroklorida
Banyaknya Liriomyza yang tertangkap perangkap kuning
ekorperangkap Banyaknya Liriomyza yang
muncul dari daun contoh ekor15 daun
12.40±12.93a
113.69±120.28a 12.25±10.69a
96.28±105.37a 12.08±12.94a
94.31±87.33a 13.19±13.85a
53.22±70.75b
Tingkat kerusakan tanaman skor
2.83±0.33a 2.07±0.35c 2.37±0.25b 1.62±0.63d
Standar Deviasi Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf 5 menurut uji BNT.
Perlakuan insektisida juga berpengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan tanaman Tabel 3.2. Rataan skor kerusakan tanaman pada petak kontrol
2.83±0.33 lebih tinggi dari pada petak pertanaman yang mendapat aplikasi insektisida abamektin 2.07±0.35, azadiraktin 2.37±0.25 dan kartap
hidroklorida 1.62±0.63 Tabel 3.3. Pengamatan terhadap data mingguan pada Gambar 3.3 terlihat bahwa perbedaan tingkat kerusakan bawang daun sudah mulai
tampak pada umur 3 mst.
Jumlah Parasitoid dan Tingkat Parasitisasi.
Analisis ragam untuk pengukuran berulang menunjukkan bahwa aplikasi insektisida berpengaruh nyata
terhadap banyaknya parasitoid yang muncul dari daun contoh F=7.72, db=3,9, P=0.0001 dan terhadap tingkat parasitisasi F=6.22, db=3,9, P=0.0007. Waktu
pengamatan juga berpengaruh nyata terhadap banyaknya parasitoid yang muncul P0.0001 dan tingkat parasitisasi P0.0001 Tabel 3.4.
Rataan banyaknya parasitoid yang muncul dari daun contoh pada petak kontrol 19.14±14.22 tidak berbeda nyata dengan petak perlakuan abamektin
17.94±9.80 dan azadiraktin 21.11±14.94, namun ketiga perlakuan tersebut berbeda nyata dengan petak perlakuan kartap hidroklorida dengan jumlah
67
parasitoid yang muncul lebih rendah 12.47±13.68 Tabel 3.5. Sementara itu pengaruh perlakuan terhadap tingkat parasitisasi, aplikasi insektisida kartap
hidroklorida memperlihatkan tingkat parasitisasi yang lebih tinggi 31.50±26.56 dibandingkan perlakuan insektisida abamektin 23.55±15.95, azadiraktin 25.53±
20.93 dan kontrol 21.61±17.03.
50 100
150 200
250 300
350 400
2 3
4 5
6 7
8 9
10 Umur tanaman MST
Ju m
la h
L. c
h inen
s is
y ang
mu n
c u
l Kontrol
Agrimek Azadirakhtin
Kartap 50
100 150
200 250
300 350
400
2 3
4 5
6 7
8 9
10 Umur tanaman MST
Ju m
la h
L. hu
idobr ens
is ya
n g
m unc
u l
Kontrol Abamektin
Azadirakhtin Kartap
Gambar 3.2. Jumlah Liriomyza huidobrensis A dan Liriomyza chinensis B yang muncul dari tanaman bawang daun yang diaplikasikan
abamektin, azadiraktin, kartap hidroklorida, dan kontrol.
A
B
hidroklorida
mst
68
Tabel 3.4 Perbandingan kelimpahan parasitoid dan tingkat parasitisasi pada
pertanaman bawang daun yang diaplikasi beberapa jenis inseksitida dan pada petak kontrol berdasarkan analisis ragam pengukuran
berulang
Pengaruh Peubah
F db P Perlakuan
Banyaknya imago parasitoid yang muncul dari daun contoh
Tingkat parasitisasi 7.72
6.22 3,9
0.0001 0.0007
Waktu Banyaknya imago parasitoid yang
muncul dari daun contoh Tingkat parasitisasi
30.68 51.43
8,24 0.0001
0.0001 Tabel 3.5 Rataan beberapa peubah parasitoid pada petak pertanaman bawang
daun yang diaplikasi insektisida dan pada petak kontrol berdasarkan analisis ragam pengukuran berulang
Peubah Perlakuan Rerata±SD
Kontrol Abamektin Azadiraktin Kartap
hidroklorida Banyaknya imago
parasitoid yang muncul dari daun contoh
ekor15 daun 19.14±14.22a 17.94±9.80a 21.11±14.94a 12.47±13.68b
Tingkat parasitisasi 21.61±17.03b
23.55±15.95b 25.53±20.93b
31.50±26.56a Standar Deviasi
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji BNT.
1 2
3 4
2 3
4 5
6 7
8 9
10 Umur tanaman MST
S k
or k
er u
sa kan
ta nam
an Kontrol
Abamektin Azadirakhtin
Kartap
Gambar 3.3. Skor kerusakan tanaman bawang daun akibat serangan Liriomyza pada petak yang mendapat perlakuan abamektin,
azadiraktin, kartap hidroklorida, dan kontrol.
hidroklorida
mst
69
Identifikasi yang dilakukan terhadap imago parasitoid yang muncul dari daun contoh, diketahui dua spesies parasitoid yang memarasit lalat pengorok daun
pada pertanaman bawang daun, yaitu Opius chromatomyiae dan Hemiptarsenus varicornis
Gambar 3.4. Pengamatan data mingguan memperlihat jumlah yang seimbang antara populasi O. chromatomyiae dengan H. varicornis pada 2 mst,
setelah itu populasi didominasi oleh H. varicornis sampai 10 mst. Puncak populasi parasitoid terlihat pada 6 mst.
A
B
5 10
15 20
25 30
35
2 3
4 5
6 7
8 9
10 Umur tanaman MST
Ju m
la h
H . va
ri co
rn is
ya n
g
m unc
u l
Kontrol Agrimek
Azadirakhtin Kartap
5 10
15 20
25 30
35
2 3
4 5
6 7
8 9
10 Umur tanaman MST
Ju m
la h
O. ch
ro ma
to my
ia e
yan g
mu n
cu l
Kontrol Abamektin
Azadirakhtin Kartap
Gambar 3.4 Rataan banyaknya Opius chromatomyiae A dan Hemiptarsenus varicornis
B yang muncul dari daun contoh yang dikoleksi dari tanaman bawang daun yang diaplikasikan insektisida abamektin,
azadiraktin, kartap hidroklorida, dan kontrol.
hidroklorida
mst
mst
70
Hasil Panen. Perlakuan aplikasi insektisida abamektin, azadiraktin dan
kartap hidroklorida memperlihatkan pengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan daun tanaman bawang daun. Skor kerusakan daun pada aplikasi kartap
hidroklorida 1.10 ± 0.17 lebih rendah dibandingkan petak tanaman yang mendapat perlakuan abamektin 2.23 ± 0.21 dan azadiraktin 2.41 ± 0.04 Tabel
3.6. Namun ketiga perlakuan berbeda nyata dengan kontrol dengan nilai tingkat kerusakan yang lebih rendah dibandingkan kontrol 3.12 ± 0.08 yang artinya
hampir seluruh daun tanaman pada kontrol terserang oleh lalat pengorok daun. Tabel 3.6 Tingkat serangan, bobot bawang daun, dan jumlah anakan pada masing
masing petak perlakuan yang diaplikasi insektisida
Perlakuan Tingkat serangan
skor Bobot bawang
daun grrumpun Jumlah
anakan Rerata
± SD
Rerata ± SD Rerata ± SD
Kontrol 3.12 ± 0.08 a
235.27 ± 25.30 a 3.56 ± 0.26 a
Abamektin 2.23 ± 0.21 b
250.38 ± 08.60 a 3.38 ± 0.29 a
Azadiraktin 2.41 ± 0.04 b
204.14 ± 19.92 a 3.25 ± 0.42 a
Kartap hidroklorida 1.10 ± 0.17 c
244.52 ± 57.16 a 3.60 ± 0.54 a
Standar Deviasi Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji BNT. Perbedaan tingkat kerusakan daun tanaman tidak memberikan pengaruh
terhadap bobot bawang daun dan jumlah anakan. Pada Tabel 3.6 terlihat bahwa bobot bawang daun yang dihasilkan dari petak percobaan yang mendapatkan
keempat perlakuan relatif sama. Namun dalam angka, bobot bawang daun yang mendapat perlakuan abamektin 250.38±08.60 dan kartap hidroklorida
244.52±57.16 terlihat lebih tinggi dibandingkan kontrol 235.27±25.30. Pembahasan
Kelimpahan lalat Liriomyza yang tertangkap perangkap kuning tidak berbeda nyata di antara ketiga perlakuan insektisida. Hal ini diduga karena
adanya perpindahan imago lalat pengorok daun dari petak kontrol dan dari pertanaman di sekitarnya seperti bawang daun, horenso, kaylan, brokoli, dan
caisim yang juga merupakan tanaman inang dari lalat pengorok daun. Aktifitas petani di lahan sekitar percobaan seperti panen, penyiangan dan pemupukan
71
menyebabkan lalat pengorok daun yang berada pada areal pertanaman mereka berpindah ke lahan percobaan. Hasil yang sama juga diperlihatkan oleh penelitian
Hidrayani 2003, yang mengungkapkan bahwa jumlah imago lalat pengorok daun yang tertangkap tidak berbeda nyata antara petak kontrol dengan petak tanaman
yang diaplikasikan insektisida profenofos. Aplikasi ketiga jenis bahan aktif insektisida berpengaruh nyata terhadap
jumlah Liriomyza yang muncul dari daun contoh yang memperlihatkan gejala korokan. Dari data skor kerusakan daun tanaman Gambar 3.3 dan data jumlah
imago Liriomyza yang muncul Gambar 3.2 terlihat hubungan antara kedua variabel tersebut. Semakin rendah skor kerusakan tanaman maka jumlah
Liriomyza yang muncul dari daun juga semakin sedikit. Insektisida dengan bahan
aktif kartap hidroklorida terlihat sangat efektif dalam mengendalikan larva lalat pengorok daun yang berada dalam jaringan tanaman. Jumlah imago lalat
pengorok daun yang muncul dari daun contoh jauh lebih rendah dibandingkan dengan dua jenis insektisida yang diujicobakan. Hasil penelitian ini
mengungkapkan suatu hasil yang berbeda dari penelitian Tran et al. 2006 di Jepang, yang menyatakan bahwa kartap hidroklorida kurang efektif dalam
mengendalikan L. chinensis pada tanaman bawang daun. Kartap hidroklorida merupakan insektisida racun kontak dan sistemik
Komisi Pestisida 2004 dengan daya kerja membunuh yang cepat karena bekerja sebagai racun syaraf. Imago lalat pengorok daun yang hinggap pada permukaan
daun yang diaplikasikan kartap hidroklorida akan terbunuh. Imago lalat pengorok daun meletakkan telur pada daun dan telur menetas menjadi larva, maka dengan
sifat sistemik kartap hidroklorida akan dapat membunuh larva lalat pengorok daun yang berada di dalam jaringan tanaman. Insektisida abamektin dan azadiraktin
bersifat kontak dan translaminar sehingga keefektifanya sangat tergantung dari keberadaanya pada permukaan tanaman. Curah hujan akan mempengaruhi
persistensi bahan aktif pada permukaan daun tanaman. Morfologi daun tanaman bawang daun yang mempunyai lapisan lilin diduga juga mempengaruhi
persistensi kedua insektisida tersebut pada permukaan tanaman. Selama penelitian berlangsung, banyak terjadi hujan di lokasi penelitian. Hal ini
menyebabkan insektisida abamektin dan azadiraktin kurang efektif dibandingkan
72
kartap hidroklorida dalam mengendalikan larva Liriomyza yang berada dalam
korokan daun. Keefektifan insektisida abamektin dan azadiraktin masih dapat
ditingkatkan dengan memanipulasi habitat tanaman seperti pemakaian rumah plastik di lapangan pada daerah dengan curah hujan tinggi. Menurut Hamdani
2001 insektisida abamektin dan azadiraktin efektif dalam pengendalian lalat pengorok daun yang menyerang tanaman hias di rumah plastik. Keefektifan
abamektin untuk mengendalikan lalat pengorok daun juga diperkuat oleh penelitian Prijono et al. 2004 dalam percobaan di laboratorium.
Jika dilihat dari segi dampaknya terhadap parasitoid yang merupakan musuh alami andalan dari lalat pengorok daun, aplikasi insektisida kartap
hidroklorida berpengaruh negatif terhadap O. chromatomyiae dan H. varicornis yang merupakan parasitoid lalat pengorok daun yang muncul dari daun contoh.
Jumlah parasitoid yang muncul dari daun contoh perlakuan kartap hidroklorida jauh lebih rendah dibandingkan dengan tanaman kontrol dan tanaman yang
mendapat perlakuan jenis insektisida lainnya Tabel 3.5. Sementara insektisida abamektin dan azadiraktin tidak memberikan pengaruh negatif terhadap parasitoid
yang diperlihatkan dengan jumlah parasitoid yang muncul tidak berbeda nyata dengan kontrol. Terbunuhnya parasitoid oleh insektisida menyebabkan peranan
musuh alami ini berkurang. Diketahui bahwa parasitoid pada umunya lebih rentan terhadap insektisida dibandingkan dengan inangnya. Hal ini disebabkan oleh
ketidakmampuan parasitoid tersebut untuk mendetoksifikasi insektisida karena tidak memiliki enzim detoksifikasi, sedangkan inangnya memiliki enzim tersebut
Pedigo 1991. Aplikasi insektisida kartap hidroklorida lebih berpengaruh nyata
menurunkan tingkat kerusakan daun yang diperlihatkan dengan skor kerusakan yang lebih rendah dibandingkan tanaman yang mendapat aplikasi insektsida
abamektin dan azadiraktin Gambar 3.3. Skor kerusakan yang lebih rendah tidak mempengaruhi jumlah anakan tanaman bawang daun dan produksi berat bersih.
Serangan lalat pengorok daun pada tanaman bawang daun tidak mematikan tanaman tersebut, namun nilai bawang daun sangat ditentukan oleh nilai estetika
dari bawang daun itu sendiri. Gejala korokan Liriomyza pada daun bawang
73
menyebabkan kualitas bawang daun menurun sehingga tidak laku dipasaran, terutama pasar modern seperti supermarket.
Kesimpulan
Pertanaman bawang daun telah diinfestasi dua spesies lalat pengorok daun,
yaitu L. huidobrensis dan L. chinensis. Aplikasi insektisida kartap hidroklorida
dapat mengendalikan populasi lalat pengorok daun pada pertanaman bawang daun yang diaplikasikan satu kali per minggu. Namun aplikasi kartap hidroklorida
berpengaruh negatif terhadap O. chromatomyiae dan H. varicornis sebagai musuh alami lalat pengorok daun. Disamping itu sifat sistemik kartap hidroklorida akan
meninggalkan residu pada daun tanaman yang kurang aman bagi konsumen. Aplikasi insektisida abamektin dan azadiraktin masih cukup mampu menurunkan
tingkat serangan Liriomyza dan aman terhadap parasitoid.
Daftar Pustaka
Hamdani 2001. Keefektifan insektisida alami terhadap hama pengorok daun Liriomyza huidobrensis
Blanchard Diptera: Agromyzidae pada tanaman kentang dan tanaman hias. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor. Hidrayani. 2003. Bioekologi Hemiptarsenus varicornis Girault Hymenoptera:
Eulophidae, parasitoid Liriomyza huidobrensis Blanchard Dipetara: Agromyzidae [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor. Komisi pestisida. 2004. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Jakarta;
Direktorat Pupuk dan Pestisida. Departemen Pertanian. 472 hal. Pedigo LP. 1991. Entomology and Pest Management. Macmillan Publishing
Company. New York. Prijono J, Robinson M, Rauf A, Bjorksten T, Hoffmann A. 2004. Toxicity of
chemical commonly used in Indonesia vegetables crops to Liriomyza huidpbarensis
population and the Indonesian parasitoids Hemiptarsenus varicornis
, Opius sp., and Gronotoma micromorpha, as well as the Australia parasitoids Hemiptarsenus varicornis and Digylyphus isaea. J Econ Entomol
974:1191-1197. Purnomo. 2003. Liriomyza huidobrensis Blanchard Diptera: Agromyzidae:
Kesesuaian inang, perkembangan populasi, dan pengaruh insektisida translamina [disertasi]. Bogor; Program Pascasarjana IPB.
Rauf A. 1995. Liriomyza: hama pendatang baru di Indonesia. Bul HPT 81: 46– 48.
74
Rauf A. 1999. Persepsi dan tindakan petani kentang terhadap lalat pengorok daun, Liriomyza huidobrensis
Blanchard Diptera: Agromyzidae. Buletin HPT 111:1-13.
Rauf A, Shepard BM. 2001. Current status on the biology, ecology and management of Liriomyza spp. in Indonesia with emphasis on L. huidobrensis.
Paper presented at seminar on invasive arthropod pests of vegetables and economic food crops, Kualalumpur Malaysia, 13-14 March 2001.
Rauf A, Shepard BM, Johnson MW. 2000. Leafminers in vegetables, ornamental plants and weeds in Indonesia: surveys of host crops, species composition and
parasitoids. Intern J Pest Manage 464:257-266. Rustam R. 2002. Biologi Opius sp. Hymenoptera: Braconidae parasitoid lalat
pengorok daun kentang [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Supartha IW. 1998. Bionomi lalat pengorok daun, Liriomyza huidobrensis Blanchard Diptera: Agromyzidae, pada pertanaman kentang [disertasi].
Bogor; Program Pascasarjana IPB. Susilawati. 2002. Komposisi dan kelimpahan parasitoid lalat pengorok daun
Liriomyza sativae Blanchard Diptera: Agromyzidae [tesis]. Bogor: Program
Pascasarjana IPB. Tapahillah T. 2002. Survei lalat pengorok daun Liriomyza spp. Diptera:
Agromyzidae dan parasitoidnya pada berbagai tumbuhan inang dan ketinggian tempat di Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Tran DH, Le VH, Luong TBP. 2006. Field evaluation of cartap, Cyromazin, Permethrin and Phentoate for control of the stone leek leafminers Liriomyza
chinensis Diptera: Agromyzidae. J Fac Agr Kyushu Univ 512:265-268.
Weintraub PG, Horowitz AR. 1998. Effects of translaminar versus conventional insecticides on Liriomyza huidobrensis Diptera: Agromyzidae and Diglypus
isaea Hymenoptera: Eulophidae population in celery. J Econ Entomol 91:
1180-1185.
75
4. PARAMETER DEMOGRAFI PARASITOID Opius