chromatomyiae APLIKASI BEBERAPA JENIS INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN LALAT PENGOROK DAUN DAN

63 Cap Gajah. Perangkap kuning digantung pada tiang penyangga dengan ketinggian 100 cm di atas permukaan tanah. Perangkap dibiarkan terpasang selama 24 jam dan imago lalat pengorok daun yang terperangkap diindentifikasi dan dihitung jumlahnya. Tabel 3.1 Kriteria skor kerusakan daun akibat serangan lalat pengorok daun Skor Kondisi serangangejala 1 2 3 4 Tidak ada gejala korokan Kerusakan rendah, gejala korokan hanya terbatas pada daun bagian bawah Kerusakan sedang, gejala korokan terbatas pada daun bagian bawah dan tengah Kerusakan hampir pada seluruh daun tanaman, kecuali daun puncuk Gejala korokan ditemukan pada semua daun tanaman Jumlah Lalat Pengorok Daun dan Parasitoid yang Muncul, serta Tingkat Parasitisasi

O. chromatomyiae

Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan mengambil 15 helai daun bawang yang mengandung larva pengorok instar 2 atau 3 pada setiap petak. Sebanyak 15 helai daun sampel dimasukkan ke dalam wadah plastik dengan diameter 30 cm dan tinggi 15 cm yang di dalamnya disangga oleh kawat kasa agar daun tanaman tidak cepat busuk dan tutup kotak plastik diberi kain kassa. Imago lalat pengorok daun dan parasitoid yang muncul pada wadah plastik diambil dengan menggunakan aspirator, kemudian dihitung dan diidentifikasi jumlah masing-masing spesies dan tingkat parasitisasi parasitoid. Perhitungan Tingkat Parasitisasi Jumlah imago parasitoid Tingkat parasitisasi = 100 Jumlah imago parasitoid + imago Liriomyza Jumlah Anakan dan Hasil Panen Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 10 mst. Berat tanaman ditimbang dari 15 tanaman contoh dan dihitung jumlah anakan pada masing- masing tanaman contoh. 64 Analisis Data Data pengamatan selama kurun waktu penelitian yang meliputi populasi imago lalat pengorok daun, banyaknya parasitoid yang muncul, tingkat parasitisasi, kerusakan tanaman, jumlah anakan dan berat bawang daun dianalisis dengan sidik ragam pengamatan berulang dengan Program SAS 9.0. Hasil dan Pembahasan Hasil Kelimpahan Lalat dan Kerusakan Tanaman. Analisis ragam untuk pengukuran berulang menunjukkan bahwa aplikasi insektisida tidak berpengaruh nyata F=0.61, db=3,9, P=0.6107 terhadap banyaknya lalat pengorok daun yang tertangkap pada perangkap kuning, tetapi berpengaruh nyata F=10.03, db=3,9, P0.0001 terhadap jumlah lalat yang muncul dari daun contoh dan terhadap tingkat kerusakan tanaman F=62.47, db=3,9, P P0.0001 Tabel 3.2. Perbedaan waktu pengamatan berpengaruh nyata terhadap ketiga peubah tadi. Tabel 3.2 Perbandingan beberapa peubah infestasi Liriomyza pada petak pertanaman bawang daun yang diaplikasi insektisida dan petak kontrol berdasarkan sidik ragam pengukuran berulang Pengaruh Peubah F db P Perlakuan Banyaknya Liriomyza yang tertangkap perangkap kuning Banyaknya Liriomyza yang muncul dari daun contoh Tingkat kerusakan tanaman 0.61 10.03 62.47 3,9 0.6107 0.0001 0.0001 Waktu Banyaknya Liriomyza yang tertangkap perangkap kuning Banyaknya Liriomyza yang muncul dari daun contoh Tingkat kerusakan tanaman 161.34 55.05 6.01 8,27 0.0003 0.0001 0.0001 Puncak tangkapan pada keempat petak perlakuan terjadi pada 7 mst Gambar 3.1. Pengaruh waktu yang nyata terhadap banyaknya lalat pengorok 65 daun yang tertangkap diperkirakan berhubungan dengan peningkatan populasi yang terjadi pada umur 7 mst tadi. Aplikasi insektisida memberikan pengaruh yang nyata terhadap banyaknya lalat Liriomyza yang muncul dari daun contoh Tabel 3.2. Jumlah imago lalat pengorok daun yang muncul pada petak pertanaman bawang daun yang mendapat perlakuan insektisida kartap hidroklorida 53.22±70.75 lebih rendah dibandingkan jumlah imago yang muncul pada petak pertanaman yang mendapat aplikasi insektisida abamektin 96.28±105.37 dan azadiraktin 94.31±87.33 Tabel 3.3. Aplikasi insektisida abamektin dan azadiraktin tidak memberikan pengaruh yang nyata dengan perlakuan kontrol 113.69±120.28 terhadap jumlah imago yang muncul dari daun contoh. Pada pengamatan mingguan terlihat bahwa pengaruh aplikasi insektisida baru terlihat setelah 5 mst Gambar 3.2. Identifikasi terhadap spesies imago lalat pengorok daun yang muncul dari daun contoh diketahui dua spesies lalat pengorok daun yang menyerang pertanaman bawang daun yakni L. huidobrensis dan L. chinensis. Jumlah L. huidobrensis lebih tinggi dibandingkan L. chinensis Gambar 3.2. Pada 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Umur tanaman MST J u m lah i m ago Li ri om y z a y ang t er tangk ap Kontrol Abamektin Azadirakhtin Kartap Gambar 3.1 Rataan banyaknya imago lalat pengorok daun yang tertangkap perangkap kuning ekorperangkap pada pertanaman bawang daun yang diaplikasikan insektisida. hidroklorida mst 66 pengamatan 2 mst, rerata jumlah lalat L. huidobrensis lebih dari 200 ekor15 daun contoh, sedangkan jumlah speises L. chinensis sebesar 12.5 ekor15 daun contoh. Tabel 3.3. Rataan beberapa peubah infestasi Liriomyza pada petak pertanaman bawang daun yang diaplikasi insektisida dan petak kontrol berdasarkan analisis ragam pengukuran berulang Peubah Perlakuan Rerata±SD Kontrol Abamektin Azadiraktin Kartap hidroklorida Banyaknya Liriomyza yang tertangkap perangkap kuning ekorperangkap Banyaknya Liriomyza yang muncul dari daun contoh ekor15 daun 12.40±12.93a 113.69±120.28a 12.25±10.69a 96.28±105.37a 12.08±12.94a 94.31±87.33a 13.19±13.85a 53.22±70.75b Tingkat kerusakan tanaman skor 2.83±0.33a 2.07±0.35c 2.37±0.25b 1.62±0.63d Standar Deviasi Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji BNT. Perlakuan insektisida juga berpengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan tanaman Tabel 3.2. Rataan skor kerusakan tanaman pada petak kontrol 2.83±0.33 lebih tinggi dari pada petak pertanaman yang mendapat aplikasi insektisida abamektin 2.07±0.35, azadiraktin 2.37±0.25 dan kartap hidroklorida 1.62±0.63 Tabel 3.3. Pengamatan terhadap data mingguan pada Gambar 3.3 terlihat bahwa perbedaan tingkat kerusakan bawang daun sudah mulai tampak pada umur 3 mst. Jumlah Parasitoid dan Tingkat Parasitisasi. Analisis ragam untuk pengukuran berulang menunjukkan bahwa aplikasi insektisida berpengaruh nyata terhadap banyaknya parasitoid yang muncul dari daun contoh F=7.72, db=3,9, P=0.0001 dan terhadap tingkat parasitisasi F=6.22, db=3,9, P=0.0007. Waktu pengamatan juga berpengaruh nyata terhadap banyaknya parasitoid yang muncul P0.0001 dan tingkat parasitisasi P0.0001 Tabel 3.4. Rataan banyaknya parasitoid yang muncul dari daun contoh pada petak kontrol 19.14±14.22 tidak berbeda nyata dengan petak perlakuan abamektin 17.94±9.80 dan azadiraktin 21.11±14.94, namun ketiga perlakuan tersebut berbeda nyata dengan petak perlakuan kartap hidroklorida dengan jumlah 67 parasitoid yang muncul lebih rendah 12.47±13.68 Tabel 3.5. Sementara itu pengaruh perlakuan terhadap tingkat parasitisasi, aplikasi insektisida kartap hidroklorida memperlihatkan tingkat parasitisasi yang lebih tinggi 31.50±26.56 dibandingkan perlakuan insektisida abamektin 23.55±15.95, azadiraktin 25.53± 20.93 dan kontrol 21.61±17.03. 50 100 150 200 250 300 350 400 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Umur tanaman MST Ju m la h L. c h inen s is y ang mu n c u l Kontrol Agrimek Azadirakhtin Kartap 50 100 150 200 250 300 350 400 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Umur tanaman MST Ju m la h L. hu idobr ens is ya n g m unc u l Kontrol Abamektin Azadirakhtin Kartap Gambar 3.2. Jumlah Liriomyza huidobrensis A dan Liriomyza chinensis B yang muncul dari tanaman bawang daun yang diaplikasikan abamektin, azadiraktin, kartap hidroklorida, dan kontrol. A B hidroklorida mst 68 Tabel 3.4 Perbandingan kelimpahan parasitoid dan tingkat parasitisasi pada pertanaman bawang daun yang diaplikasi beberapa jenis inseksitida dan pada petak kontrol berdasarkan analisis ragam pengukuran berulang Pengaruh Peubah F db P Perlakuan Banyaknya imago parasitoid yang muncul dari daun contoh Tingkat parasitisasi 7.72 6.22 3,9 0.0001 0.0007 Waktu Banyaknya imago parasitoid yang muncul dari daun contoh Tingkat parasitisasi 30.68 51.43 8,24 0.0001 0.0001 Tabel 3.5 Rataan beberapa peubah parasitoid pada petak pertanaman bawang daun yang diaplikasi insektisida dan pada petak kontrol berdasarkan analisis ragam pengukuran berulang Peubah Perlakuan Rerata±SD Kontrol Abamektin Azadiraktin Kartap hidroklorida Banyaknya imago parasitoid yang muncul dari daun contoh ekor15 daun 19.14±14.22a 17.94±9.80a 21.11±14.94a 12.47±13.68b Tingkat parasitisasi 21.61±17.03b 23.55±15.95b 25.53±20.93b 31.50±26.56a Standar Deviasi Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji BNT. 1 2 3 4 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Umur tanaman MST S k or k er u sa kan ta nam an Kontrol Abamektin Azadirakhtin Kartap Gambar 3.3. Skor kerusakan tanaman bawang daun akibat serangan Liriomyza pada petak yang mendapat perlakuan abamektin, azadiraktin, kartap hidroklorida, dan kontrol. hidroklorida mst 69 Identifikasi yang dilakukan terhadap imago parasitoid yang muncul dari daun contoh, diketahui dua spesies parasitoid yang memarasit lalat pengorok daun pada pertanaman bawang daun, yaitu Opius chromatomyiae dan Hemiptarsenus varicornis Gambar 3.4. Pengamatan data mingguan memperlihat jumlah yang seimbang antara populasi O. chromatomyiae dengan H. varicornis pada 2 mst, setelah itu populasi didominasi oleh H. varicornis sampai 10 mst. Puncak populasi parasitoid terlihat pada 6 mst. A B 5 10 15 20 25 30 35 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Umur tanaman MST Ju m la h H . va ri co rn is ya n g m unc u l Kontrol Agrimek Azadirakhtin Kartap 5 10 15 20 25 30 35 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Umur tanaman MST Ju m la h O. ch ro ma to my ia e yan g mu n cu l Kontrol Abamektin Azadirakhtin Kartap Gambar 3.4 Rataan banyaknya Opius chromatomyiae A dan Hemiptarsenus varicornis B yang muncul dari daun contoh yang dikoleksi dari tanaman bawang daun yang diaplikasikan insektisida abamektin, azadiraktin, kartap hidroklorida, dan kontrol. hidroklorida mst mst 70 Hasil Panen. Perlakuan aplikasi insektisida abamektin, azadiraktin dan kartap hidroklorida memperlihatkan pengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan daun tanaman bawang daun. Skor kerusakan daun pada aplikasi kartap hidroklorida 1.10 ± 0.17 lebih rendah dibandingkan petak tanaman yang mendapat perlakuan abamektin 2.23 ± 0.21 dan azadiraktin 2.41 ± 0.04 Tabel 3.6. Namun ketiga perlakuan berbeda nyata dengan kontrol dengan nilai tingkat kerusakan yang lebih rendah dibandingkan kontrol 3.12 ± 0.08 yang artinya hampir seluruh daun tanaman pada kontrol terserang oleh lalat pengorok daun. Tabel 3.6 Tingkat serangan, bobot bawang daun, dan jumlah anakan pada masing masing petak perlakuan yang diaplikasi insektisida Perlakuan Tingkat serangan skor Bobot bawang daun grrumpun Jumlah anakan Rerata ± SD Rerata ± SD Rerata ± SD Kontrol 3.12 ± 0.08 a 235.27 ± 25.30 a 3.56 ± 0.26 a Abamektin 2.23 ± 0.21 b 250.38 ± 08.60 a 3.38 ± 0.29 a Azadiraktin 2.41 ± 0.04 b 204.14 ± 19.92 a 3.25 ± 0.42 a Kartap hidroklorida 1.10 ± 0.17 c 244.52 ± 57.16 a 3.60 ± 0.54 a Standar Deviasi Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji BNT. Perbedaan tingkat kerusakan daun tanaman tidak memberikan pengaruh terhadap bobot bawang daun dan jumlah anakan. Pada Tabel 3.6 terlihat bahwa bobot bawang daun yang dihasilkan dari petak percobaan yang mendapatkan keempat perlakuan relatif sama. Namun dalam angka, bobot bawang daun yang mendapat perlakuan abamektin 250.38±08.60 dan kartap hidroklorida 244.52±57.16 terlihat lebih tinggi dibandingkan kontrol 235.27±25.30. Pembahasan Kelimpahan lalat Liriomyza yang tertangkap perangkap kuning tidak berbeda nyata di antara ketiga perlakuan insektisida. Hal ini diduga karena adanya perpindahan imago lalat pengorok daun dari petak kontrol dan dari pertanaman di sekitarnya seperti bawang daun, horenso, kaylan, brokoli, dan caisim yang juga merupakan tanaman inang dari lalat pengorok daun. Aktifitas petani di lahan sekitar percobaan seperti panen, penyiangan dan pemupukan 71 menyebabkan lalat pengorok daun yang berada pada areal pertanaman mereka berpindah ke lahan percobaan. Hasil yang sama juga diperlihatkan oleh penelitian Hidrayani 2003, yang mengungkapkan bahwa jumlah imago lalat pengorok daun yang tertangkap tidak berbeda nyata antara petak kontrol dengan petak tanaman yang diaplikasikan insektisida profenofos. Aplikasi ketiga jenis bahan aktif insektisida berpengaruh nyata terhadap jumlah Liriomyza yang muncul dari daun contoh yang memperlihatkan gejala korokan. Dari data skor kerusakan daun tanaman Gambar 3.3 dan data jumlah imago Liriomyza yang muncul Gambar 3.2 terlihat hubungan antara kedua variabel tersebut. Semakin rendah skor kerusakan tanaman maka jumlah Liriomyza yang muncul dari daun juga semakin sedikit. Insektisida dengan bahan aktif kartap hidroklorida terlihat sangat efektif dalam mengendalikan larva lalat pengorok daun yang berada dalam jaringan tanaman. Jumlah imago lalat pengorok daun yang muncul dari daun contoh jauh lebih rendah dibandingkan dengan dua jenis insektisida yang diujicobakan. Hasil penelitian ini mengungkapkan suatu hasil yang berbeda dari penelitian Tran et al. 2006 di Jepang, yang menyatakan bahwa kartap hidroklorida kurang efektif dalam mengendalikan L. chinensis pada tanaman bawang daun. Kartap hidroklorida merupakan insektisida racun kontak dan sistemik Komisi Pestisida 2004 dengan daya kerja membunuh yang cepat karena bekerja sebagai racun syaraf. Imago lalat pengorok daun yang hinggap pada permukaan daun yang diaplikasikan kartap hidroklorida akan terbunuh. Imago lalat pengorok daun meletakkan telur pada daun dan telur menetas menjadi larva, maka dengan sifat sistemik kartap hidroklorida akan dapat membunuh larva lalat pengorok daun yang berada di dalam jaringan tanaman. Insektisida abamektin dan azadiraktin bersifat kontak dan translaminar sehingga keefektifanya sangat tergantung dari keberadaanya pada permukaan tanaman. Curah hujan akan mempengaruhi persistensi bahan aktif pada permukaan daun tanaman. Morfologi daun tanaman bawang daun yang mempunyai lapisan lilin diduga juga mempengaruhi persistensi kedua insektisida tersebut pada permukaan tanaman. Selama penelitian berlangsung, banyak terjadi hujan di lokasi penelitian. Hal ini menyebabkan insektisida abamektin dan azadiraktin kurang efektif dibandingkan 72 kartap hidroklorida dalam mengendalikan larva Liriomyza yang berada dalam korokan daun. Keefektifan insektisida abamektin dan azadiraktin masih dapat ditingkatkan dengan memanipulasi habitat tanaman seperti pemakaian rumah plastik di lapangan pada daerah dengan curah hujan tinggi. Menurut Hamdani 2001 insektisida abamektin dan azadiraktin efektif dalam pengendalian lalat pengorok daun yang menyerang tanaman hias di rumah plastik. Keefektifan abamektin untuk mengendalikan lalat pengorok daun juga diperkuat oleh penelitian Prijono et al. 2004 dalam percobaan di laboratorium. Jika dilihat dari segi dampaknya terhadap parasitoid yang merupakan musuh alami andalan dari lalat pengorok daun, aplikasi insektisida kartap hidroklorida berpengaruh negatif terhadap O. chromatomyiae dan H. varicornis yang merupakan parasitoid lalat pengorok daun yang muncul dari daun contoh. Jumlah parasitoid yang muncul dari daun contoh perlakuan kartap hidroklorida jauh lebih rendah dibandingkan dengan tanaman kontrol dan tanaman yang mendapat perlakuan jenis insektisida lainnya Tabel 3.5. Sementara insektisida abamektin dan azadiraktin tidak memberikan pengaruh negatif terhadap parasitoid yang diperlihatkan dengan jumlah parasitoid yang muncul tidak berbeda nyata dengan kontrol. Terbunuhnya parasitoid oleh insektisida menyebabkan peranan musuh alami ini berkurang. Diketahui bahwa parasitoid pada umunya lebih rentan terhadap insektisida dibandingkan dengan inangnya. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan parasitoid tersebut untuk mendetoksifikasi insektisida karena tidak memiliki enzim detoksifikasi, sedangkan inangnya memiliki enzim tersebut Pedigo 1991. Aplikasi insektisida kartap hidroklorida lebih berpengaruh nyata menurunkan tingkat kerusakan daun yang diperlihatkan dengan skor kerusakan yang lebih rendah dibandingkan tanaman yang mendapat aplikasi insektsida abamektin dan azadiraktin Gambar 3.3. Skor kerusakan yang lebih rendah tidak mempengaruhi jumlah anakan tanaman bawang daun dan produksi berat bersih. Serangan lalat pengorok daun pada tanaman bawang daun tidak mematikan tanaman tersebut, namun nilai bawang daun sangat ditentukan oleh nilai estetika dari bawang daun itu sendiri. Gejala korokan Liriomyza pada daun bawang 73 menyebabkan kualitas bawang daun menurun sehingga tidak laku dipasaran, terutama pasar modern seperti supermarket. Kesimpulan Pertanaman bawang daun telah diinfestasi dua spesies lalat pengorok daun, yaitu L. huidobrensis dan L. chinensis. Aplikasi insektisida kartap hidroklorida dapat mengendalikan populasi lalat pengorok daun pada pertanaman bawang daun yang diaplikasikan satu kali per minggu. Namun aplikasi kartap hidroklorida berpengaruh negatif terhadap O. chromatomyiae dan H. varicornis sebagai musuh alami lalat pengorok daun. Disamping itu sifat sistemik kartap hidroklorida akan meninggalkan residu pada daun tanaman yang kurang aman bagi konsumen. Aplikasi insektisida abamektin dan azadiraktin masih cukup mampu menurunkan tingkat serangan Liriomyza dan aman terhadap parasitoid. Daftar Pustaka Hamdani 2001. Keefektifan insektisida alami terhadap hama pengorok daun Liriomyza huidobrensis Blanchard Diptera: Agromyzidae pada tanaman kentang dan tanaman hias. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hidrayani. 2003. Bioekologi Hemiptarsenus varicornis Girault Hymenoptera: Eulophidae, parasitoid Liriomyza huidobrensis Blanchard Dipetara: Agromyzidae [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Komisi pestisida. 2004. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Jakarta; Direktorat Pupuk dan Pestisida. Departemen Pertanian. 472 hal. Pedigo LP. 1991. Entomology and Pest Management. Macmillan Publishing Company. New York. Prijono J, Robinson M, Rauf A, Bjorksten T, Hoffmann A. 2004. Toxicity of chemical commonly used in Indonesia vegetables crops to Liriomyza huidpbarensis population and the Indonesian parasitoids Hemiptarsenus varicornis , Opius sp., and Gronotoma micromorpha, as well as the Australia parasitoids Hemiptarsenus varicornis and Digylyphus isaea. J Econ Entomol 974:1191-1197. Purnomo. 2003. Liriomyza huidobrensis Blanchard Diptera: Agromyzidae: Kesesuaian inang, perkembangan populasi, dan pengaruh insektisida translamina [disertasi]. Bogor; Program Pascasarjana IPB. Rauf A. 1995. Liriomyza: hama pendatang baru di Indonesia. Bul HPT 81: 46– 48. 74 Rauf A. 1999. Persepsi dan tindakan petani kentang terhadap lalat pengorok daun, Liriomyza huidobrensis Blanchard Diptera: Agromyzidae. Buletin HPT 111:1-13. Rauf A, Shepard BM. 2001. Current status on the biology, ecology and management of Liriomyza spp. in Indonesia with emphasis on L. huidobrensis. Paper presented at seminar on invasive arthropod pests of vegetables and economic food crops, Kualalumpur Malaysia, 13-14 March 2001. Rauf A, Shepard BM, Johnson MW. 2000. Leafminers in vegetables, ornamental plants and weeds in Indonesia: surveys of host crops, species composition and parasitoids. Intern J Pest Manage 464:257-266. Rustam R. 2002. Biologi Opius sp. Hymenoptera: Braconidae parasitoid lalat pengorok daun kentang [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Supartha IW. 1998. Bionomi lalat pengorok daun, Liriomyza huidobrensis Blanchard Diptera: Agromyzidae, pada pertanaman kentang [disertasi]. Bogor; Program Pascasarjana IPB. Susilawati. 2002. Komposisi dan kelimpahan parasitoid lalat pengorok daun Liriomyza sativae Blanchard Diptera: Agromyzidae [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana IPB. Tapahillah T. 2002. Survei lalat pengorok daun Liriomyza spp. Diptera: Agromyzidae dan parasitoidnya pada berbagai tumbuhan inang dan ketinggian tempat di Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tran DH, Le VH, Luong TBP. 2006. Field evaluation of cartap, Cyromazin, Permethrin and Phentoate for control of the stone leek leafminers Liriomyza chinensis Diptera: Agromyzidae. J Fac Agr Kyushu Univ 512:265-268. Weintraub PG, Horowitz AR. 1998. Effects of translaminar versus conventional insecticides on Liriomyza huidobrensis Diptera: Agromyzidae and Diglypus isaea Hymenoptera: Eulophidae population in celery. J Econ Entomol 91: 1180-1185. 75

4. PARAMETER DEMOGRAFI PARASITOID Opius