DINAMIKA POPULASI Liriomyza spp. DIPTERA:

40

2. DINAMIKA POPULASI Liriomyza spp. DIPTERA:

AGROMYZIDAE DAN PARASITOIDNYA PADA DUA VARIETAS TANAMAN BAWANG DAUN Allium fistulosum L. Abstrak Tanaman inang sebagai sumber makanan serangga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan populasi serangga di lapangan. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari perkembangan populasi Liriomyza spp. dan parasitoidnya pada dua varietas tanaman bawang daun di lapangan. Percobaan dinamika populasi lalat pengorok daun dan parasitoidnya dilakukan dengan mengambil 20 helai daun terserang lalat pengorok daun dan pemasangan perangkap kuning setiap minggu. Dari analisis pengamatan data berulang terhadap data pengamatan mingguan, ternyata perbedaan varietas tanaman bawang daun tidak mempengaruhi jumlah Liriomyza yang tertangkap perangkap kuning namun mempengaruhi jumlah Liriomyza dan parasitoid yang muncul dari daun contoh. Terdapat dua spesies pengorok daun yang menyerang pertanaman bawang daun, yaitu L. huidobrensis dan L. chinensis dengan rerata jumlah Liriomyza yang muncul dari bawang daun varietas Erwor dan RP berturut-turut sebanyak 54.50 individu dan 18.65 individu. Jumlah parasitoid yang muncul dari bawang daun varietas Erwor 13.68 individu berlimpah dibandingkan varietas RP 6.90 individu. Spesies parasitoid yang muncul dari daun contoh kedua varietas adalah Hemiptarsenus. varicornis dan Opius chromatomyiae dengan tingkat parasitisasi kedua spesies hampir sama pada kedua varietas bawang daun. Tingkat kerusakan tanaman lebih berat terjadi pada bawang daun varietas Erwor Kata kunci: populasi, lalat pengorok daun, parasitoid, bawang daun Abstract In general, host plant plays an important role in affecting the development of insect populating. The study aimed to investigate the population growth of leafminers and its parasitoids on two varieties of shallot in the field. To obtain the aim, 20 damage leaves were collected and 5 yellow traps were placed. The observation was conducted every week. The result showed that shallot varieties did not affect the number of leafminers trapped on yellow sticky trap, but they significantly influenced the number of leafminers and its parasitoids. Two species were found, L. huidobrensis and L. Chinensis. In Erwor and RP variety, the average of individual reached 54.50 and 18.65 respectivelly, in consequences, crop damage was also significantly higher in Erwor rather than in RP variety. In term of parasitoids, only two species were found on both Erwor and RP varieties. They were Hemiptarsenus varicornis and Opius chromatomyiae. Host plant influenced the number of of parasitoid population in which the population was higher in Erwor than RP variety reaching 13.68 and 6.90 individual per 20 damage respectively. However, host plant did not affect to parasitim rate. Keyword: population, leafminer, parasitoid, shallot 41 Pendahuluan Bawang daun merupakan tanaman utama pada pertamanan sayuran dataran tinggi di Kabupaten Cianjur. Namun dalam upaya peningkatan produksinya petani menghadapi kendala karena serangan hama pengorok daun Liriomyza spp. Hal ini merupakan masalah yang sangat penting pada tanaman bawang daun karena yang diserang adalah bagian tanaman yang langsung dipasarkan sehingga menurunkan harga jual. Sampai saat ini telah diketahui tiga spesies Liriomyza yang menginfestasi pertanaman sayuran di Indonesia. Liriomyza huidobrensis Blanchard spesies yang pertama kali ditemukan pada sekitar tahun 1994 di Cisarua Rauf 1995, dua tahun kemudian diikuti oleh L. sativae Blanchard Rauf et al. 2000. Jenis yang ketiga adalah L. chinensis Koto yang tiba di Indonesia pada tahun 2000 Rauf Shepard 2001. Spesies L. huidobrensis dan L sativae bersifat polifag dan menyerang sekitar 45 spesies tanaman Rauf et al. 2000, sedangkan L. chinensis hanya menyerang pada jenis tanaman bawang. Kerusakan pada tanaman yang terserang oleh ketiga spesies pengorok ini adalah karena tusukan ovopisitor imago pada daun yang menurunkan nilai produksi daun dan korokan larva pada jaringan daun yang menyebabkan menurunya kemampuan fotosintesis tanaman. Serangan berat menyebabkan daun mengering dan gugur sebelum waktunya. Menurut Rauf dan Shepard 1999, serangan hama pengorok ini dapat menurunkan hasil panen sampai 70. Pada keadaan populasi tinggi, serangan dapat menyebabkan kegagalan panen atau kematian pada tanaman Spencer 1973. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, bawang daun merupakan tanaman yang dominan ditanam pada pertanaman sayuran dataran tinggi di Cianjur dan mendapat serangan lalat pengorok daun. Dua varietas yang banyak ditanam adalah varietas RP dan Erwor. Kedua varietas tersebut merupakan varietas lokal yang dibudidayakan petani pada pertanaman sayuran dataran tinggi di Kabupaten Cianjur. Tabel 2.1, Lampiran 2.1. Saat ini upaya pengendalian hama pengorok daun lebih difokuskan pada pengendalian hama terpadu PHT yang komponen utamanya adalah pengendalian hayati, karena pengendalian 42 dengan insektisida kurang efektif. Dalam PHT, informasi tentang dinamika populasi hama yang akan dikendalikan sangat diperlukan. Tabel 2.1 Deskripsi tanaman bawang daun Kategori Varietas bawang daun RP Erwor Panjang batang semu cm 18-25 15-17 Panjang daun cm 30-35 40-55 Diameter batang cm 1.7-2.25 1.5-2.0 Warna pangkal batang Putih orange Batang semu kokoh agak kokoh Warna daun Hijau tua hijau muda Ketebalan daun Tebal kurang tebal Anakan sedikit banyak Sampai saat ini, belum pernah dilaporkan tentang kajian dinamika populasi hama lalat pengorok daun dan parasitoidnya pada tanaman bawang daun . Oleh karena itu, kajian ekologi hama pengorok daun pada tanaman bawang daun perlu dilakukan termasuk parasitoidnya yang meliputi populasi imago dan tingkat kerusakan daun oleh serangan hama pengorok daun, spesies parasitoid yang menyerang hama pengorok daun pada tanaman bawang dan menganalisis hubungan antara kelimpahan larva hama penggorok daun dan parasitoidnya. Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan di lahan petani Desa Sindang Jaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada ketinggian tempat 1350 m di atas permukaan laut dpl yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai Oktober 2006. Percobaan dilakukan pada pertanaman bawang daun yang ditanam pada lahan seluas 500 m². Lahan percobaan dibagi menjadi delapan subpetak, masing- masing berukuran 50 m². Bawang daun ditanam dalam bedengan berukuran 5 m x 1 m. Jarak antar subpetak 75 cm dan jarak bedengan dalam subpetak 30 cm. Cara budidaya tanaman disesuaikan dengan kebiasaan petani setempat. Pupuk 43 kandang yang diberikan sebanyak 20 tonha, Urea 300 kgha, TSP 400 kgha dan KCl 200 kgha. Percobaan disusun dalam bentuk Rancangan Acak Kelompok dengan dua perlakuan dan empat ulangan. Peubah yang diamati mencakup populasi imago lalat Liriomyza yang terperangkap, jumlah Liriomyza dan parasitoid yang muncul, tingkat parasitisasi parasitoid, dan tingkat kerusakan tanaman. Pengamatan Populasi Imago Liriomyza spp. Untuk memantau populasi imago pengorok daun digunakan perangkap kuning seperti yang dilakukan oleh Robin dan Mitcheli 1987. Perangkap kuning berukuran 15 cm x 10 cm yang terbuat dari lembaran plastik bewarna kuning. Plastik transparan yang telah dioles tipis dengan lem tikus Cap Gajah yang bewarna bening ditempelkan pada kedua sisi lembaran perangkap kuning. Perangkap kuning dipasang pada ketinggian 100 cm dari permukaan tanah selama 24 jam. Pemasangan perangkap dilakukan setiap minggu dan dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam mst hingga panen 10 mst. Jumlah perangkap kuning yang dipasang pada tiap subpetak contoh adalah sebanyak 5 buah dan tersebar sesuai arah diagonal. Pengamatan Kelimpahan Liriomyza spp. dan Parasitoid Kelimpahan Liriomyza dan parasitoid diamati dengan cara mengambil contoh daun bawang daun yang terserang Liriomyza. Untuk setiap subpetak diambil daun contoh secara acak sebanyak 20 helai daun. Pengambilan daun contoh ini dilakukan setiap minggu, sejak tanaman berumur 1-10 mst. Daun-daun contoh dibawa ke laboratorium dan dimasukkan ke dalam wadah plastik diameter 25 cm dan tinggi 15 cm sebanyak 20 helai daun. Wadah plastik dialasi dengan jalinan kawat kasa agar tersedia ruangan antara daun dan dasar wadah. Banyaknya lalat Liriomyza dan imago parasitoid yang muncul dihitung dan dicatat setiap hari. Imago Liriomyza dan parasitoid dimasukkan ke dalam botol film yang berisi alkohol 70 untuk diidentifikasi. Identifikasi parasitoid dilakukan dengan menggunakan program Lucid Liriomyza Parasitoid of South East Asia Fisher et al. 2006, sedangkan identifikasi Liriomyza dilakukan dengan menggunakan program Lucid Liriomyza. 44 Perhitungan Tingkat Parasitisasi Jumlah imago parasitoid Tingkat parasitisasi = x 100 Jumlah imago parasitoid + imago Liriomyza Pengamatan Tingkat Kerusakan Tanaman Kerusakan tanaman bawang daun akibat serangan Liriomyza diamati secara langsung pada daun tanaman contoh. Pengamatan dilakukan pada 20 tanaman contoh untuk setiap subpetak percobaan yang tersebar secara diagonal. Pengamatan ini dilakukan setiap minggu, sejak tanaman berumur 1 – 10 mst. Penentuan tingkat kerusakan dilakukan dengan menilai kerusakan tanaman menggunakan skala 0-4 berdasarkan kriteria seperti pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Kriteria skor kerusakan daun akibat serangan Liriomiyza Skor Kondisi serangangejala 1 2 3 4 Tidak ada gejala korokan pada daun Kerusakan rendah, gejala korokan hanya terbatas pada daun bagian bawah Kerusakan sedang, gejala korokan terbatas pada daun bagian bawah dan tengah tanaman Gejala korokan hampir pada seluruh daun tanaman kecuali daun pucuk Gejala korokan ditemukan pada semua daun tanaman Analisis Data Data penelitian selama kurun waktu pengamatan yang meliputi populasi imago lalat pengorok daun, banyaknya parasitoid yang muncul, tingkat parasitisasi, dan tingkat kerusakan tanaman, dianalisis dengan sidik ragam pengamatan berulang dengan Program SAS 9.0. Hasil dan Pembahasan Hasil Kelimpahan Imago Lalat Pengorok Daun. Analisis ragam untuk pengukuran berulang menunjukkan perbedaan varietas tanaman bawang daun tidak berpengaruh nyata F=5.13 db=1,3, P=0.2970 terhadap banyaknya lalat pengorok daun yang tertangkap perangkap kuning, tetapi berbeda nyata terhadap 45 jumlah Liriomyza yang muncul dari daun contoh F=14.38, db=1,3, P=0.0005. Pengaruh perbedaan waktu pengamatan berpengaruh nyata terhadap kedua peubah tersebut Tabel 2.3. Tabel 2.3 Perbandingan beberapa peubah infestasi Liriomyza pada petak pertanaman bawang daun varietas RP dan Erwor berdasarkan sidik ragam pengukuan berulang Pengaruh Peubah F db P Perlakuan Banyaknya Liriomyza yang tertangkap perangkap kuning Banyaknya Liriomyza yang muncul dari daun contoh 5.13 14.38 1,30 0.2970 0.0005 Waktu Banyaknya Liriomyza yang tertangkap perangkap kuning Banyaknya Liriomyza yang muncul dari daun contoh 26.30 3.21 9,27 0.0001 0.0060 Perbedaan varietas bawang daun tidak mempengaruhi jumlah imago Liriomyza yang mendatangi areal pertanaman bawang daun. Rataan jumlah imago Liriomyza yang tertangkap perperangkap kuning sebanyak 57.95±36.33 pada varietas RP dan 68.13±47.59 pada varietas Erwor Tabel 2.4. Namun pengaruh waktu menyebabkan jumlah lalat pengorok daun yang tertangkap perangkap kuning terlihat berbeda dari minggu ke minggu. Lalat pengorok daun langsung menyerang pertanaman bawang daun setelah bibit bawang daun ditanam di areal percobaan Gambar 2.1. Pengamatan pada minggu pertama setelah tanam memperlihatkan jumlah imago lalat pengorok daun yang tertangkap sebanyak 50 imago per perangkap pada varietas RP dan 48 imago pada varietas Erwor. Jumlah imago yang terperangkap perangkap kuning jauh meningkat pada pengamatan minggu kedua, yaitu menjadi dua kali lipat. Peningkatan jumlah imago yang terperangkap terjadi hingga 3 mst, kemudian terjadi penurunan pada pengamatan berikutnya. Diduga perbedaan pengaruh waktu akibat populasi Liriomyza yang terperangkap pada 3 mst lebih tinggi dibandingkan minggu sebelum dan sesudahnya. 46 Tabel 2.4 Rataan beberapa peubah infestasi Liriomyza dan parasitoid pada petak pertanaman bawang daun varietas RP dan Erwor berdasarkan analisis ragam pengukuran berulang Peubah Perlakuan Rerata±SD 1 RP Erwor Banyaknya Liriomyza yang tertangkap perangkap kuning individuperangkap Banyaknya Liriomyza yang muncul dari daun contoh individu20 daun 57.95±36.33a 18.65±19.31b 68.13±47.59a 54.50±56.75a Banyaknya imago parasitoid yang muncul dari daun contoh individu20 daun 6.90±9.71b 13.68±10.20a Tingkat parasitisasi 28.45±28.33a 24.36±16.54a Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji BNT. 1 Standar deviasi Identifikasi yang dilakukan terhadap imago lalat pengorok daun yang terperangkap pada perangkap kuning, ditemukan dua spesies lalat pengorok daun yang mendatangi areal percobaan bawang daun. Kedua spesies lalat pengorok daun tersebut adalah L. huidobrensis dan L. chinensis. Jumlah imago L. huidobrensis yang terperangkap lebih tinggi dibandingkan dengan spesies L. chinensis. 129.5 47.5 40.25 48 96.5 34.75 49 78.25 26.25 37.8 34.25 25.75 50.5 40 62.25 99.5 50 45.5 109.25 99.5 20 40 60 80 100 120 140 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu pengamatan MST P o pul as i L ir iomy z a i nd iv idu per ang k ap RP Erwor Gambar 2.1 Rataan banyaknya Liriomyza yang tertangkap perangkap kuning pada bawang daun varietas RP dan Erwor. mst 47 Kelimpahan Imago Lalat Pengorok Daun yang Muncul dari Daun Contoh. Imago lalat pengorok daun lebih tertarik menginfestasi bawang daun varietas Erwor dibandingkan varietas RP. Pada Tabel 2.4, terlihat jumlah imago lalat pengorok daun yang muncul dari bawang daun varietas Erwor 54.50±56.75 berlimpah dibandingkan dengan bawang daun varietas RP 18.65±19.31. Pada pengamatan 1 mst, jumlah imago yang muncul dari daun contoh varietas RP sebanyak 12.25 individu, sedangkan pada daun bawang varietas Erwor jumlah imago yang muncul hampir 5 kali lipat dari varietas RP dengan jumlah 52.25 individu Gambar 2.2. Perbedaan ini terlihat juga pada pengamatan 2, 3, 4 dan 5 mst dengan puncak populasi terjadi pada 5 mst, kemudian terjadi penurunan populasi pada minggu-minggu berikutnya. Pada Gambar 2.3 terlihat bahwa dari jumlah lalat pengorok daun yang muncul dari kedua varietas bawang daun, jumlah spesies L. huidobrensis lebih berlimpah dibandingkan spesies L. chinensis. Pada bawang daun varietas RP, puncak populasi terjadi pada 7 mst, dengan jumlah L. huidobrensis 210 individu, sedangkan L. chinesnsis 1 individu. Pada varietas Erwor, puncak populasi terjadi lebih awal yakni pada 5 mst dengan jumlah L. huidobrensis 739 individu dan L. chinensis 34 individu. 12.25 3 1.75 2.27 12.25 22 37 22.75 20 52.25 16.5 21 54.75 193.25 37.5 54.5 45.25 52.75 45.75 28.5 50 100 150 200 250 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu pengamatan MST P opul as i Li ri om y z a i ndi v idu 20 daun RP Erwor Gambar 2.2 Rataan banyaknya Liriomyza yang muncul dari daun contoh pada bawang daun varietas RP dan Erwor. mst 48 Kelimpahan Parasitoid Lalat Pengorok Daun pada Pertanaman Bawang Daun. Analisis ragam untuk pengukuran berulang menunjukkan bahwa perlakuan varietas tanaman bawang daun berpengaruh nyata F=13.76 db=1,3, P=0.0007 terhadap banyaknya parasitoid yang muncul dari daun contoh, namun tidak berbeda nyata terhadap tingkat parasitisasi parasitoid F=0.77, db=1,3, P=0.3869. Pengaruh waktu memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap kedua variabel tersebut Tabel 2.5. Parasitoid lebih banyak memparasit larva Liriomyza yang menginfestasi pertanaman bawang daun varietas Erwor 13.68±10.20 dibandingkan varietas RP 6.90±9.71 Tabel 2.4. Jumlah parasitoid yang muncul pada daun contoh varietas Erwor lebih tinggi dibandingkan varierats RP Gambar 2.4. Pada pengamatan 1 mst terlihat jumlah imago parasitoid yang muncul dari 20 helai A B 10 6 2 1 2 6 1 9 9 4 39 6 5 10 47 82 139 82 76 210 100 200 300 400 500 600 700 800 K ep ada tan po pul as i Li ri om y z a i ndi v idu L. chinensis L. huidobrensis Gambar 2.3 Kelimpahan populasi Liriomyza huidobrensis dan Liriomyza chinensis pada bawang daun varietas RP A dan Erwor B. 5 22 7 34 20 11 21 17 22 204 44 77 219 739 130 207 162 164 92 100 200 300 400 500 600 700 800 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu pengamatan MST K epa dat an po pul as i L ir io m yza i n d iv id u mst 49 daun bawang daun sebanyak 70 individu pada varietas Erwor, sedang pada varietas RP sebanyak 34 individu Tabel 2.5 Perbandingan beberapa peubah parasitoid Liriomyza pada petak pertanaman bawang daun varietas RP dan Erwor berdasarkan sidik ragam pengukuran berulang Pengaruh Peubah F db P Perlakuan Banyaknya parasitoid yang muncul dari daun contoh Tingkat parasitisasi 13.76 0.77 1,3 0.0007 0.3869 Waktu Banyaknya parasitoid yang muncul dari daun contoh Tingkat parasitisasi 5.49 3.67 9,27 0.0001 0.0024 Jumlah imago parasitoid yang muncul dari daun contoh juga dipengaruhi oleh waktu. Puncak kemunculan imagokedua jenis parasitoid pada varietas RP terjadi pada saat tanaman berumur 8 mst 111 individu, sedangkan pada varietas Erwor puncak kemunculam imago parasitoid terjadi pada saat tanaman berumur 6 mst 108 individu Gambar 2.4. Hal ini mengindikasikan bahwa parasitoid lebih menyukai untuk memarasit larva Liriomyza yang menginfestasi bawang daun varietas Erwor dari pada bawang daun varietas RP. Pengamatan pada kedua varietas bawang daun menemukan dua spesies parasitoid larva pengorok daun. Kedua spesies parasitoid tersebut adalah Hemiptarsenus varicornis dan Opius chromatomyiae. Populasi H. varicornis lebih berlimpah dibandingkan populasi O. chromatomyiae pada kedua varietas tanaman bawang daun Gambar 2.4. Selama pengamatan jumlah spesies O. chromatomyiae yang muncul dari daun contoh varietas Erwor 6 individu lebih banyak dibandingkan varietas RP 3 individu Gambar 2.4. Perlakuan varietas bawang daun tidak mempengaruhi tingkat parasitisasi parasitoid, namun perbedaan waktu, mempengaruhi tingkat parasitisasi. Tingkat parasitisasi parasitoid lalat pengorok daun berkisar antara 6.19 – 66.67 pada bawang daum varietas RP dan 3.52 – 48.44 pada bawang daun varietas Erwor Gambar 2.5. Pada bawang daun varietas RP terdapat dua puncak parasitisasi yakni pada 2 mst dan 7 mst dengan nilai sebesar 66.67 dan 42.86. Pada 50 bawang daun varietas Erwor puncak parasitisasi terjadi pada 2 mst dan 6 mst dengan nilai parasitisasi 48.44 dan 41.86. 40.96 66.67 36.36 8.33 9.26 24.14 15.6 42.86 6.19 25.09 48.44 14.29 3.52 5.85 41.86 21.86 30.15 25.51 23.49 23.08 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu pengamatan MST T in g ka t p a ra si ti sa s i RP Erwor Gambar 2.5 Rataan tingkat parasitisasi parasitoid pada bawang daun varietas RP dan Erwor. mst 70 62 13 8 43 108 61 79 62 35 1 5 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu pengamatan MST K epa dat a n po pul a s i pa ras it oi d in d iv id u 34 24 4 1 5 27 39 110 6 23 1 1 1 20 40 60 80 100 120 K el im paha n p opul as i paras it oi d i n d iv id u H. varicornis O. chromatomyiae Gambar 2.4 Kelimpahan populasi Hemiptarsenus varicornis dan Opius chromatomyiae pada bawang daun varietas RP A dan Erwor B. A B mst 51 Tingkat Kerusakan Tanaman. Tingkat kerusakan daun tanaman pada awal pengamatan memperlihatkan kerusakan yang lebih parah pada bawang daun varietas Erwor nilai skor 2.25 dibandingkan varietas RP nilai skor 1.49 Gambar 2.6. Lalat pengorok daun lebih menyukai varietas Erwor dibandingkan varietas RP. Tingkat kerusakan tanaman bawang daun varietas Erwor meningkat dengan bertambahnya umur tanaman dan mencapai puncak pada 5 mst nilai skor 3.50 kemudian terjadi penurunan pada minggu-minggu berikutnya. Sementara itu kerusakan tanaman bawang daun varietas RP terlihat mendatar sampai pengamatan 5 mst dengan nilai kerusakan 1.27, kemudian terjadi peningkatan pada 6 mst dan mencapai puncak pada 7 mst nilai skor 2.24. Jumlah Anakan. Pengamatan jumlah anakan tanaman bawang daun yang dilakukan pada saat akhir pengamatan 10 mst memperlihatkan bahwa jumlah anakan bawang daun varietas Erwor lebih banyak daripada bawang daun varietas RP Gambar 2.7. Tanaman bawang daun yang ditanam satu batang per rumpun menghasilkan 2.44 anakan per rumpun pada bawang daun varietas RP, pada bawang daun varietas Erwor menghasilkan 4.85 anakan per rumpun. Pembahasan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa lalat pengorok daun langsung mendatangi areal pertanaman kedua varietas tanaman bawang daun setelah 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu pengamatan MST S k o r ke ru sa k a n t a n a m a n Varietas RP Varietas Erwor Gambar 2.6 Perkembangan tingkat kerusakan tanaman pada bawang daun varieras RP dan Erwor. mst 52 tanaman berada di lapangan. Hal ini ditandai dengan banyaknya imago lalat pengorok daun yang tertangkap pada perangkap kuning. Tidak ada pengaruh varietas tanaman terhadap jumlah imago lalat pengorok daun yang tertangkap perangkap kuning tersebut Tabel 2.3. Penggunaan perangkap kuning sangat efektif untuk memonitor populasi lalat pengorok daun di lapangan Robin Mitcheli 1987. Identifikasi lalat pengorok daun yang tertangkap, menunjukkan ada dua spesies lalat pengorok daun, yakni L. huidobrensis dan L. chinensis. Cepatnya imago lalat pengorok daun mendatangi areal pertanaman nampaknya terjadi karena lalat pengorok daun telah berada pada pertanaman sekitarnya seperti tanaman caisim, lobak cina, brokoli, horenso dan bawang daun yang merupakan tanaman inang dari lalat pengorok daun ini. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Parrella 1987; Murphy LaSalle 1999; dan Rauf et al. 2000, lalat pengorok daun L. huidobrensis ini bersifat polifag, sedangkan L. chinensis bersifat monofag pada bawang. Proses infestasi lalat pengorok daun ini lebih cepat dibandingkan dengan yang diteliti oleh Herlinda et al. 2005 pada tanaman ketimun, yaitu infestasi lalat pengorok daun baru dimulai pada minggu ke-2 setelah tanam . Jumlah imago yang tertangkap sangat dipengaruhi oleh waktu pengamatan. Ketersediaan makanan di lapangan menyebabkan jumlah imago yang mendatangi areal pertanaman bertambah dengan bergesernya waktu. Puncak populasi lalat pengorok daun yang tertangkap perangkap kuning terjadi pada 3 mst 2.44 4.85 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 Varietas RP Varietas Erwor Varietas bawang daun J u m lah anak an p er rum pun bat a ng Gambar 2.7 Rerata jumlah anakan bawang daun per rumpun. 53 Gambar 2.1, namun jumlah imago yang tertangkap sangat fluktuatif antara minggu. Menurut Hidrayani 2003, jumlah imago lalat pengorok daun yang tertangkap sangat dipengaruhi oleh perpindahan lalat pengorok daun dari pertanaman sayuran disekitar aeral percobaan. Kelimpahan lalat pengorok daun yang tertangkap perangkap kuning yang relatif sama pada kedua varietas tanaman bawang daun tidak diiringi dengan jumlah imago yang muncul dari daun contoh. Lalat pengorok daun lebih menyukai tanaman bawang daun varietas Erwor sebagai makanan untuk kelanjutan generasinya. Jumlah lalat pengorok daun yang muncul dari daun contoh varietas Erwor lebih berlimpah dibandingkan varietas RP Gambar 2.2. Diduga ukuran daun yang lebih lebar dan tidak terlalu tebal menyebabkan lalat pengorok daun lebih tertarik pada tanaman bawang daun varietas Erwor sebagai sumber nutrisi. Penelitian yang dilakukan oleh Herlinda et al. 2005 juga mengungkapkan hal sama, yang mana L. sativae lebih menyukai daun yang lebih lebar sebagai sumber makanan dan tempat bertelurnya . Perkembangan populasi lalat pengorok daun mencapai puncak pada 5 mst pada varietas Erwor, sedangkan pada varietas RP baru mencapai puncak populasi pada 7 mst Gambar 2.3 dengan jumlah L. huidobrensis sangat berlimpah dibandingkan L. chinensis. Jumlah lalat pengorok daun yang datang pada areal pertanaman bawang daun sangat mempengaruhi jumlah lalat pengorok daun yang muncul dari daun contoh. Puncak kedatangan imago di pertanaman pada 3 mst, mengakibatkan puncak jumlah lalat pengorok daun yang muncul dari daun contoh terjadi pada 5 mst. Perbedaan waktu dua minggu ini merupakan akibat fase pradewasa lalat pengorok daun yang berlangsung sekitar 2 minggu Purnomo 2003. Serangan lalat pengorok daun pada tanaman menyebabkan gejala bintik- bintik putih pada daun yang merupakan bekas hostfeeding imago lalat pengorok daun, sedangkan peletakan telur pada daun menyebabkan gejala korokan yang dibuat oleh larva yang menetas di dalam jaringan daun Rauf 2001. Perbedaan varietas bawang daun mempengaruhi kemunculan parasitoid dari daun contoh. Diketahui dua spesies parasitoid menginfestasi larva lalat pengorok daun pada pertanaman bawang daun, yakni H. varicornis dan O. chromatomyiae . Jumlah H. varicornis jauh berlimpah dibandingkan O. 54 chromatomyiae. Kelimpahan parasitoid pada tanaman bawang daun varietas Erwor dipengaruhi oleh jumlah larva Liriomyza yang berlimpah pada tanaman tersebut. Susilawati 2002 menyatakan bahwa meningkatnya kelimpahan parasitoid di pertanaman dipengaruhi oleh kelimpahan larva pada daun tanaman inang. Kelimpahan parasitoid dipengaruhi oleh kelimpahan larva inangnya. Parasitoid yang berlimpah ini dipandu menemukan inangnya antara lain oleh rangsangan kimia, rangsangan fisik Waseloh 1981. .Salah satu bentuk ransangan fisik adalah gerakan, sedang rangsangan kimia misalnya kotoran yang dikeluarkan. Disamping itu, getaran pada daun memudahkan parasitoid menemukan inangnya Casas et al. 1998 Perbedaan jumlah parasitoid yang muncul dari daun contoh tidak diiringi oleh perbedaan tingkat parasitisasi. Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat parasitisasi parasitoid pada kedua varietas tanaman bawang daun. Hal ini karena jumlah larva pada varietas RP lebih sedikit, sehingga tetap terjadi keseimbangan antara parasitioid dan inangnya sehingga tingkat parasitisasi pada kedua varietas tanaman tidak berbeda. Kelimpahan populasi inang parasitoid mempengaruhi jumlah inang yang terparasit. Pucak populasi inang pada varietas Erwor pada 5 mst menghasilkan kelimpahan parasitoid pada 6 mst, sedang pada varietas RP kelimpahan parasitoid terjadi pada 8 mst disaat kelimpahan inang pada 7 mst. Hal ini menandakan adanya korelasi positif antara kelimpahan inang dengan tingkat parasitisasi. Tingkat parasitisasi yang mencapai 66.67 pada tanaman bawang daun varietas RP Gambar 2.5 memperlihatkan potensi yang besar dari kedua parasitoid dalam mengendalikan lalat pengorok daun. Infestasi lalat pengorok daun pada pertanaman bawang daun telah menimbulkan kerusakan pada tanaman. Serangan lalat pengorok daun pada daun telah menurunkan nilai jual dari tanaman bawang daun tersebut karena daun tanaman bawang daun merupakan bagian yang dipanen. Serangan lalat pengorok daun telah menyebabkan kerusakan daun tanaman varietas Erwor hingga skor 3.5 Gambar 2.6 yang artinya hampir semua daun tanaman terserang lalat pengorok daun 55 Serangan lalat pengorok daun tidak mematikan tanaman bawang daun, namun dapat menurunkan kualitas dan kuantitas tanaman karena daun merupakan bagian utama yang dipanen. Jumlah anakan tanaman bawang daun varietas Erwor dua kali lebih banyak dibandingkan varietas RP Gambar 2.7. Petani akan mensortir daun tanaman yang terserang lalat pengorok daun. Pasar tradisional masih memberikan toleransi terhadap gejala korokan pada daun, namun untuk pasar supermarket kerusakan pada tanaman harus nol sehingga pensortiran pada tanaman bawang daun mengurangi kuantitas tanaman. Pada saat percobaan berlangsung, tanaman bawang daun juga diserang oleh hama kutu daun, Neotoxoptera sp. Hemiptera: Aphididae, ulat daun Spodoptera exigua Lepidoptera: Noctuidae dan jamur patogen Alternaria porri yang menyebabkan gejala bercak ungu pada daun bawang daun. Serangan hama kutu daun dan penyakit bercak unggu memperberat kerusakan tanaman pada kedua varietas tanaman bawang daun. Kutu daun hidup secara berkoloni pada tanaman bawang daun dan menyebabkan kerusakan tanaman bawang daun dengan menghisap cairan tanaman sehingga tanaman menjadi kerdil. Serangan lanjut kutu daun ini dapat menjadikan tanaman mengering dan mati. Kesimpulan Perbedaan varietas tanaman bawang daun tidak mempengaruhi jumlah Liriomyza yang tertangkap perangkap kuning namun mempengaruhi jumlah Liriomyza dan parasitoid yang muncul dari daun contoh. Liromyza lebih menyukai tanaman bawang daun varietas Erwor sebagai sumber makanannya. Jumlah parasitoid yang muncul dari bawang daun varietas Erwor lebih berlimpah dibandingkan dengan varietas RP, namun tidak mempengaruhi tingkat parasitisasi. Terdapat dua spesies Liriomyza yang menginfestasi pertanaman bawang daun, L. huidobrensis dan L. chinensis, sedangkan parasitoid yang berasosiasi dengan kedua spesies Liriomyza tersebut adalah H. varicornis dan O. chromatomyiae . Serangan Liriomyza lebih berat terjadi pada tanaman varietas Erwor sehingga menurunkan kualitas tanaman bawang daun. 56 Daftar Pustaka Casas J, Bacher S, Tautz J, Meyhover R, Piere D. 1998. Leaf vibration and air movement in leafminers-parasitoid system. Bio Cont 11:147-153. Fisher N, Ubaidillah R, Reina P, La Salle J. 2006. Liriomyza Parasitoids of South East Asia . Australia. Herlinda S, Rosalina LP, Pujiastuti Y, Sodikin E, Rauf A. 2005. Populasi dan serangan Liriomyza sativae Blanchard Diptera: Agromyzidae, serta potensi parasitoidnya pada pertanaman ketimun. J HPT Tropika 52:73-81. Hidrayani. 2003. Bioekologi Hemiptarsenus varicornis Girault Hymenoptera: Eulophidae, parasitoid Liriomyza huidobrensis Blanchard Diptera: Agromyzidae [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Murphy ST, LaSalle J. 1999. Balancing biological control strategies in the IPM of new world invasive Liriomyza leafminers in field vegetable crops. Biocontrol News and Information 20: 91-104. Parrella MP. 1987. Biology of Liriomyza. Annu Rev Entomol 32:201-224. Purnomo. 2003. Liriomyza huidobrensis Blanchard Diptera: Agromyzidae: Kesesuaian inang, perkembangan populasi, dan pengaruh insektisida translamina [disertasi]. Bogor; Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rauf A. 1995. Liriomyza: hama pendatang baru di Indonesia. Bul HPT 81: 46– 48. Rauf A, Shepard BM. 1999. Leafminers in vegetables in Indonesia: surveys of host crops. Species composition, parasitoids and control practices. Worhshop of Leafminers of Vegetables in Southeast Asia; Selangor, 2-5 February 1999. Rauf A, Shepard BM. 2001. Current status on the biology, ecology and management of Liriomyza spp. in Indonesia with emphasis on L. huidobrensis. Paper presented at seminar on invasive arthropod pests of vegetables and economic food crops, Kualalumpur Malaysia, 13-14 March 2001. Rauf A, Shepard BM, Johnson MW. 2000. Leafminers in vegetables, ornamental plants and weeds in Indonesia: surveys of host crops, species composition and parasitoids. Intern J Pest Manage 464:257-266. Robin MR, Mitchell WC. 1987. Sticky trap for monitoring leafminers Liriomyza sativae and Liriomyza trifolii Diptera: Agromyzidae and their assosiated Hymenopterous parasites in watermelon. J Econ Entomol 806:1345-1347. Spencer KA. 1973. Agromyzidae Diptera of Economic Importance. Junk BVW, editor. The Hague, 418 p. Susilawati. 2002. Komposisi dan kelimpahan parasitoid lalat pengorok daun Liriomyza sativae Blanchard Diptera: Agromyzidae [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 57 Weseloh RM. 1981. Host location by parasitoid. In: Nordlund DA, Jones RL, Lewis WJ, editor. Semiochemicals, Their Role in Pest Control. New York: Jhos Wiley and sons. p 79-95. 58 Lampiran 2.1 Gambar tanaman bawang daun varietas RP dan Erwor Varietas Erwor Varietas RP 102 KESIMPULAN DAN SARAN Lalat pengorok daun yang menyerang pertanaman sayuran dataran tinggi di Kabupaten Cianjur dan Bogor adalah L. huidobrensis, L. sativae, L. chinensis dan C. horticola. Spesies parasitoid yang berasosiasi dengan lalat pengorok daun adalah Hemiptarsenus varicornis, Asecodes deluchii, Neochrysocharis okazakii, Neochrysocharis formosa , Neocrhysocharis sp. Quadrastichus liriomyzae Eulophidae, Opius chromatomyiae Braconidae dan Gronotoma micromorpha Eucoilidae. Spesies yang umum ditemukan adalah H. varicornis dan O. chromatomyiae Bawang daun varietas RP lebih toleran dibandingkan varietas Erwor terhadap serangan lalat pengorok daun. Lalat pengorok daun spesies L. huidobrensis merupakan spesies yang dominan menyerang pertanaman bawang daun, dan parasitoid yang banyak ditemukan adalah H. varicornis dan O. chromatomyiae. Parasitoid O. chromatomyiae mempunyai sifat yang unggul sebagai agens pengendalian hayati lalat pengorok daun. Di antaranya adalah memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi serta tanggap terhadap peningkatan populasi inangnya, sehingga dapat diandalkan dalam mengendalikan lalat pengorok daun yang menyerang pertanaman bawang daun di lapangan. Kinerja parasitoid O. chromatomyiae bersamaan dengan H. varicornis dalam mengendalikan lalat pengorok daun dapat dijadikan sebagai komponen utama dalam pengendalian hama terpadu PHT lalat pengorok daun pada pertanaman bawang daun. Pada pertanaman sayuran secara umum di lapangan, pemanfaatan parasitoid dapat dilakukan melalui pendekatan konservasi. Pada pertanaman sayuran yang diusahakan di rumah kacaplastik, pengendalian hayati lalat pengorok daun dapat dilakukan dengan pelepasan parasitoid. Aplikasi insektisida merupakan komponen pengendalian yang terakhir dilakukan apabila parasitoid belum mampu mengendalikan lalat pengorok daun. Kartap hidroklorida merupakan insektisida yang efektif dalam mengendalikan populasi lalat pengorok daun, namun penggunaan insektisida kartap hidroklorida merupakan langkah terakhir yang dilakukan apabila aplikasi insektisida abamektin dan azadiraktin tidak mampu lagi menurunkan tingkat serangan lalat pengorok 103 daun di lapangan. Kedua insektisida biologi ini kompatibel dengan parasitoid sebagai musuh alami lalat pengorok daun. 59

3. APLIKASI BEBERAPA JENIS INSEKTISIDA UNTUK MENGENDALIKAN LALAT PENGOROK DAUN DAN