2.4.2. Kajian Lingkungan Aedes Aegypti
Karakteristik wilayah yang berhubungan dengan kehidupan Aedes aegypti sebagai berikut:
1. Ketinggian wilayah. Ketinggian wilayah merupakan faktor penting yang membatasi penyebaran
Aedes aegypti. Di Indonesia Aedes aegypti tersebar mulai ketinggian 0 hingga 100 meter Di atas Permukaan Laut dpl. Di dataran rendah tingkat populasi Aedes
aegypti dari sedang hingga tinggi. Di negara-negara Asia Tenggara dengan ketinggian 100-1.500 m dpl merupakan batas penyebaran Aedes aegypti. Di belahan
dunia lain seperti Kolombia, Aedes aegypti ditemukan di daerah yang memiliki ketinggian lebih dari 2.200m dpl.
Di atas ketinggian 1000 meter dpl, Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak karena pada ketinggian tersebut suhu udara telah rendah, sehingga tidak
memungkinkan kehidupan nyamuk Aedes aegypti. 2. Suhu Udara.
Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan Aedes aegypti. Aedes aegypti yang meletakkan telurnya pada temperatur
udara berkisar 20
o
-30
o
C. Telur yang diletakkan dalam air akan menetas dalam waktu 1-3 hari pada suhu 30
o
C, tetapi pada suhu 16
o
C Aedes aegypti membutuhkan waktu sekitar 7 hari.
Iskandar et al dalam Wahyu Tri mengatakan bahwa pada umumnya nyamuk akan meletakkan telurnya pada temperatur sekitar 20
o
-30
o
C. Toleransi terhadap suhu
tergantung pada spesies nyamuk. Menurut WHO dalam Wahyu Tri 2011, telur nyamuk tampak telah mengalami embriosasi lengkap dalam waktu 72 jam dalam
temperatur udara 25
o
-30
o
C. Pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10
o
C atau 40
o
C. 3. Kelembaban Udara.
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung di dalam udara yang dinyatakan dalam persen. Kelembaban udara mempengaruhi kebiasaan Aedes
aegypti dalam meletakkan telurnya. Sistem pernafasan Aedes aegypti menggunakan pipa-pipa udara yang disebut trachea dengan lubang-lubang pada dinding tubuhnya
yang disebut Spiracle yang terbuka lebar tanpa ada mekanisme pengaturannya. Pada kelembaban udara yang rendah akan menyebabkan penguapan air di dalam tubuh
Aedes aegypti. Oleh karena itu, salah satu musuh nyamuk dewasa adalah penguapan. Rata-rata kelembaban udara yang optimal bagi perkembangan nyamuk Aedes aegypti
adalah berkisar antara 70-90. 4. Curah Hujan.
Curah hujan akan memicu banyaknya genangan air yang akan tertampung pada tempat-tempat seperti botol bekas, kaleng-kaleng bekas, barang-barang bekas,
sehingga akan menambah jumlah tempat perindukan Aedes aegypti Soegijanto, S, 2004.
2.4.3. Lingkungan yang Menjadi Kesenangan Tempat Perindukan