14
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pedagang kaki lima adalah salah satu kegiatan ekonomi
dalam wujud sektor informal. Pedagang kaki lima adalah orang yang membuka usahanya dalam bidang produksi dan jasa dengan
menggunakan modal yang relatif kecil dan menempati ruang publik.
2.1.2 Ciri-ciri Pedagang Kaki Lima Menurut jalan Buchari Alma, 2009:157 ada beberapa ciri-ciri
pedagang kaki lima ialah: a
Kegiatan usaha tidak terorganisir secara baik. b
Tidak memiliki surat izin usaha. c
Tidak teratur dalam kegiatan berusaha, baik ditinjau dari tempat usaha maupun jam kerja.
d Bergerombol di trotoir, atau di tepi-tepi jalan protokol, di pusat-
pusat dimana banyak orang ramai. e
Menjajakan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang berlari mendekati konsumen.
2.1.3 Indikator Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Kaki Lima
Kondisi sosial ekonomi pedagang kaki lima merupakan cerminan dari kehidupan sehari-hari mereka. Pengertian kondisi sosial ekonomi
cenderung memperlihatkan tingkat kedudukan dengan status sosial orang lain berdasarkan pada salah satu atau kombinasi yang
mencangkup tingkat pendidikan, pendapatan, dan kekuasaan Siagaan, 1998 : 124. Kondisi sosial ekonomi pedagang kaki lima yaitu:
15
a Pendapatan pedagang kaki lima
b Pendidikan formal
c Modal dan fungsi modal
d Tanggungan keluarga
e Pengalaman usaha dan lama usaha
f Umur pedagang kaki lima
2.1.4 Kebijakan Pengelola PKL
Sebuah keniscayaan terkala kota menjadi tumpuan harapan kehidupan. Kelengkapan fasilitas, jumlah penduduk yang besar
menjadikan kota sebagai tempat ramai. Berdirinya industri-industri pedagang dan pusat administrasi memberikan tawaran lapangan kerja
dengan iming-iming gaji besar, disisi lain desa yang telah memberikan tergusur oleh arus pembangunandan industri, hingga tanah desa pun
semakin menyempit dan tak mampu lagi menghidupi orang yang semakin hari bertambah banyak. Dan orang pun berbondong-bondong
datang ke kota dengan mempertaruhkan kehidupannya di desa. Harapan tinggalah harapan ketika lapangan kerja yang tersedia
tak cukup menampung jumlah pencarian kerja. Bahkan ketika terjadi krisis ekonomi yang memaksa perusahaan-perusahaan tersebut
mengefektifkan pengeluaran dengan mengurangi jumlah tenaga kerja yang ada, para urban ini pun tidak bisa berbuat banyak kecuali
mencoba tetap bertahan di kota. Sektor informal akhirnya menjadi pilihan penyumbang hidup.
16
Pemerintah Kabupaten Brebes adalah sebagai lembaga eksekutif di tingkat Kabupaten, kebijakan pemerintah harus bisa dipertanggung
jawabkan di depan lembaga legislatif, namun juga kebijakan pemerintah harus berpihak dalam rakyat, potensi daerah yang ada
harus dikembangkan, agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. PKL di Kabupaten Brebes adalah suatu aset pemerintah, melalui
retribusi lapak untuk berjualan mereka menyumbang pajak aset daerah PAD Kabupaten Brebes, haruskah mereka digusur, apakah lapangan
kerja untuk mereka sudah tersedia, bukankah mereka sudah memiliki potensi, penataan ke arah positiflah yang mereka harapkan.
Kebijakan dalam hal pengelolaan pedagang kaki lima sekarang lebih fokus. Melalui seksi pengelolaan PKL di kantor pengelolaan
pasar Kabupaten Brebes pedagang kaki lima lebih diayomi, hal ini menunjukan bahwa iktikat pemerintah dalam memecahkan masalah
PKL memang sungguh-sungguh. Yang tadinya di tangani oleh bagian keterdiban umum dan keuangan daerah.
Seperti telah dijelaskan diawal bahwa kebutuhan mendasar PKL adalah kebutuhan tentang masalah perizinan karena sebagaian besar
PKL tidak memiliki izin dan menempati ruang publik, dari kebutuhan tersebut upaya yang dilakukan pemerintah adalah sebagai berikut:
17
1. Pendatatan untuk proses perizinan
Pendatatan dilakukan untuk mengetahui jumlah PKL, kesesuaian tempat yang telah diizinkan, tahap ini adalah tahap awal sebagai
data base dan peta persebaran PKL di Kabupaten Brebes. 2.
Administrasi Adalah dokumentasi untuk pengembangan, evaluasi dan pelaporan
yang terkait dengan PKL. 3.
Pemenuhan prasarana dan sarana Pemenuhan sarana dan prasarana adalah lebih cenderung pada
peningkatan penataan kota dalam artian menyeimbangkan tata ruang kota dengan kebutuhan PKL.
4. Pembinaan PKL
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan penumbuhan kesadaran mentaati tata tertib yang ada.
5. Penataan PKL
Jembatan antara tata ruang kota dengan pedagang kaki lima. Contoh: PKL yang menempati simpang tuju ditata dan diatur jam
dagangannya. 6.
Monitoring dan Evaluasi Proses untuk mengontrol dan memperbaiki sisi lemah penanganan
PKL sebagai bahan pembinaan tahun berikutnya. Siksi pengelolaan PKL kabupaten Brebes
18
2.2 Kendala Pedagang Kaki Lima 2.2.1