pada 5 pasien, namun satu pasien meninggal setelah terapi 2 minggu. Dari lima pasien tersebut yang pengobatannya diteruskan selama 6 bulan ternyata 2 pasien sembuh
total. Monolaurin juga efektif terhadap virus lain seperti cytomegalovirus CMV, measles, herpes simplex HSV-1, virus penyebab vesicular stomatitis dan visna virus
Enig 2000. Penelitian semakin dikembangkan pada derivat asam lemak lainnya yaitu
monokaprat dari asam kaprat, efeknya hampir sama baiknya dengan asam laurat. Asam kaprat juga merupakan asam lemak jenuh rantai sedang, yang akan berfungsi
jika diubah menjadi monokaprat di dalam tubuh manusia dan hewan. Menurut Enig 2000, monokaprat juga aktif melawan HIV dan sedang diuji terhadap beberapa virus
lainnya, selain itu juga bersifat antibakteri terhadap Chlamydia sp.
2.4. Mekanisme Kerja Asam Lemak dan Minyak sebagai Antimikrob
Secara umum kerja asam lemak jenuh sebagai antimikrob adalah langsung beraksi ke target membran sel sehingga menyebabkan kerusakan membran, walaupun
secara rinci mekanisme selanjutnya belum dapat dijelaskan Kabara 2000. Penelitian mengenai mekanisme antibakteri monogliserida masih terus dilakukan Wang dan
Johnson 1992. Pada dasarnya mekanisme kerja agen antimikrob diperantarai adanya interaksi agen antimikrob dengan stereospesifik, misalnya protein reseptor, enzim dan
lain-lain. Selain itu sifat-sifat fisikokimia antimikrob tegangan dan hidrofobisitas merupakan faktor penentu utama efektivitas antimikrob.
Efektivitas suatu antimikrob sangat bergantung pada kemampuannya mencapai target sasaran, terutama bagian-bagian sel sasaran dan sifat hidrofilik-hidrofobik
antimikrob ataupun sel mikrob Hogan 2003. Menurut Davidson 2001, ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikrob terhadap mikrob sasaran,
yaitu 1 merusak komponen penyusun sel, terutama pada bagian luar permukaan sel, 2 adanya reaksi antimikrob dengan membran sel yang mengakibatkan perubahan
permiabilitas dan hilangnya komponen penyusun sel, 3 menghambat kerja enzim yang berperan pada metabolisme sel, 4 mempengaruhi fungsi material genetik, dan 5
mempengaruhi kandungan ion Mg
2+
dan Ca
2+
pada membran. Sasaran awal antimikrob adalah permukaan luar sel mikrob, walaupun
permukaan setiap mikrob tidak sama sehingga akan mempengaruhi aktivitas antimikrob. Asam lemak dan monogliserida mampu merusak penyelubung virus dan
membran sel bakteri. Sifat lipofilik dari monogliserida memungkinnya untuk menembus membran plasma dan menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam
produksi energi atau transpor nutrisi Wang dan Johnson 1992. Monolaurat diduga mengakibatkan kerusakan membran, menyebabkan kebocoran protein intraseluler dan
asam nukleat, sehingga menurunkan aktivitas enzim yang berperan dalam metabolisme Kabara 1993.
Aktivitas monolaurin pada virus berkaitan dengan kemampuannya melarutkan lemak dan fospolipid yang menyebabkan disintegrasi penyelubung virus. Selain itu
kerja monolaurin sebagai antivirus juga berpengaruh pada pembentukan virus dan kematangan virus. Menurut Projan et al. 1994, aktivitas monolaurin sebagai
antibakteri adalah mempengaruhi atau mengganggu signal transduksi bakteri, hal yang sama juga terjadi pada asam laurat terhadap perangkat virus Hornung et al. 1994.
Sebagian asam lemak jenuh, seperti asam laurat C12 mempunyai aktivitas tinggi sebagai antiviral dibandingkan asam kaprilat C8, asam kaprat C10 atau asam
miristat C14. Gabungan antara beberapa monogliserida seperti gabungan monolaurin dengan monokaprin sangat efektif membunuh bakteri Gram negatif
seperti E. coli. Aktivitas antibakteri asam lemak dan monogliserida dapat bersifat bakterisidal
yang mengakibatkan distorsi irreversible karena efeknya seperti surfaktan pada membran sel bakteri dan menyebabkan dislokasi komponen sistem energi pada
mitokondria dan menghambat sistesa ATP Kabara 1993. Asam lemak dan monogliserida menyebabkan penurunan glikolisis dan menstimulasi glukoneogenesis.
Pengaruh kerja dari asam lemak dan monogliserida terhadap sistem oksidasi NADH2 memiliki kesamaan. Aktivitas sistem ini menurun 50. Pengaruh kedua antimikrob
ini adalah terhadap respirasi seluler, namun ada perbedaan aksi diantara keduanya. Efek penghambatan monogliserida terhadap sistem enzim menunjukkan bahwa
monogliserida hanya bekerja pada sisi oksigen dan gugus flavin dari NADH2 dehidrogenase, sedangkan asam lemak merupakan penghambat kurang spesifik yang
aktivitasnya beraksi pada beberapa sisi dan aksinya belum jelas. Perbedaan membran sel antara bakteri Gram positif dengan bakteri Gram negatif
menyebabkan perbedaan kemampuan antimikrob. Bakteri Gram positif mengandung 90 peptidoglikan yang terdiri dari turunan gula, asam amino L-alanin, D-alanin, D-
glutamat dan lisin serta lapisan tipis asam teikoat dan asam teikuronat Lay dan Hastowo 1992. Pada bagian luar bakteri Gram negatif terdapat peptidoglikan yang
sangat tipis 5-20 yang berbeda dengan bakteri Gram positif Gambar 1, namun dilapisi oleh membran luar yang terdiri dari lipopolisakarida, fosfolipid dan protein.
Membran luar bakteri, terutama membran luar bakteri Gram negatif berfungsi untuk mempertahankan permiabilitas sel, yang bertanggung jawab terhadap masuknya
molekul lain, seperti antibiotik, deterjen, pewarna untuk mencapai membran sitoplasma Galvez et al. 1991. Hanya molekul yang bersifat hidrofilik yang mampu
melewati lipopolisakarida membran sel bakteri Gram negatif. Pada bakteri Gram positif tidak ada lapisan lipopolisakarida, sehingga molekul yang bersifat hidrofilik
dan hidrofobik mampu melewati permukaan luar sel.
Gambar 1 Perbedaan permukaan sel bakteri Gram positif dan Gram negatif Moat dan Foster 1988
Mekanisme kerja antimikrob yang berasal dari lemak kelapa dapat disebabkan struktur lemak senyawa tersebut, yaitu monogliserida yang lebih aktif sebagai
antimikrob dibandingkan asam lemaknya Kabara 2000. Selain itu hanya monogliserida yang aktif sebagai antimikrob, sedangkan digliserida dan trigliserida
tidak aktif. Efek senyawa antimikrob minyak sangat dipengaruhi oleh spesifikasi minyak,
misalnya metode untuk memperoleh minyak atau cara ekstraksinya penggunaan larutan organik untuk ekstraksi Maguire 2000. Secara umum mekanisme kerja
minyak sebagai antibakteri terjadi dalam dua kategori, yaitu 1, secara langsung merusak membran sel, dan 2, secara tidak langsung berinteraksi dengan membran
melalui peningkatan permiabilitas, yang akhirnya sama-sama menyebabkan sel pecah Gambar 2.
Bakteri Gram positif Bakteri Gram negatif
flagella lipopolisakarida
Asam teikoat Lipid A
Membran luar Peptidoglikan
Ruang periplasma Membran sitoplasma
protein fosfolipid
rotor porin
lipoprotein kait
Protein M Jembatan silang peptida
Gambar 2 Mekanisme kerja antimikrob pada bakteri Maguire 2000 Pada kategori pertama minyak bisa bertindak seperti deterjen atau larutan
organik, melarutkan lemak pada membran bakteri dan langsung merusaknya. Pada kategori kedua, interaksi terjadi lebih spesifik pada lemak bilayer pada membran dan
membentuk lubang atau sumur, yang menyebabkan berbagai macam bahan masuk ke dalam sel, sehingga sel membengkak dan pecah. Pada beberapa kasus, minyak
kemungkinan mempunyai lebih banyak interaksi spesifik dengan beberapa bagian pelengkap metabolik pada sel, sehingga minyak dengan mudah dapat menghambat
kerja enzim yang membantu fungsi sel pada proses metabolisme, sehingga minyak menjadi toksik bagi bakteri.
antimikrob Bakteri Gram
negatif Bakteri Gram
positif Membran luar
antimikrob Ruang periplasma
peptidoglikan Membran sitoplasma
Antimikrob
lisis Bakteri berfilamen
Bakteri berfragmen tidak bisa
masuk porin
III. DETEKSI AWAL AKTIVITAS ANTIMIKROB MINYAK PLIEK U DAN EKSTRAK PLIEK U