Aktivitas dan Efektivitas Daging Buah dan Minyak Kelapa sebagai Antimikrob

Sama halnya dengan minyak pliek u dan pliek u, produk fermentasi ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari menu sehari-hari masyarakat Aceh, terutama pliek u digunakan sebagai bumbu masak. Secara turun menurun sejak berpuluh tahun bahkan ratusan tahun yang lalu masyarakat NAD sudah memanfaatkan minyak pliek u atau minyeuk brôk untuk menggoreng dan sebagai obat. Selain itu pliek u yang dihasilkan juga dimanfaatkan sebagai bumbu untuk memasak sayur gulé pi’u, sambal dan bumbu rujak. Gulé pi’u merupakan makanan khas Aceh yang terdiri dari campuran bumbu pliek u, sayur nangka muda, pisang muda, ikan kering keumamah dan teri karéng Hurgronje 1985. Minyak pliek u memiliki nama-nama khusus sesuai dengan proses pengolahannya. Berdasarkan kamus Aceh-Indonesia Bakar et al. 1985, minyak pliek u adalah minyeuk brôk, namun berdasarkan informasi dari wawancara yang penulis lakukan di tempat produksi minyak pliek u dan pliek u menyebutkan bahwa daging buah kelapa yang diperam difermentasi selama beberapa hari sehingga menghasilkan minyak pliek u, diberi nama berdasarkan tahap proses fermentasi dan penjemuran menggunakan sinar matahari, yaitu minyak pliek u yang tidak dijemur disebut minyeuk simplahminyeuk retékminyeuk lepi, sedangkan yang dijemur disebut minyeuk brôk. Pliek u adalah ampas yang diperoleh dari daging buah kelapa yang telah diperam dan diparut dikukur dan setelah diperoleh minyak pliek u. Pliek u memiliki nama- nama yang lain seperti pi, piek atau piu Bakar et al. 1985, nama-nama tersebut juga tercantum dalam kamus Aceh-Belanda yaitu pi, pië’, plië’ dan pi oe Djajadiningrat dan Drewes 1934.

2.3. Aktivitas dan Efektivitas Daging Buah dan Minyak Kelapa sebagai Antimikrob

Kandungan asam lemak jenuh terutama rantai karbon pendek dan sedang dalam minyak kelapa ternyata memiliki aktivitas utama sebagai obat. Penelitian terhadap minyak kelapa sudah dilakukan sejak tahun 1966, terutama terhadap aktivitas asam laurat sebagai agen antimikrob Kabara 1978; Enig 1998. Komponen terbesar asam lemak jenuh pada daging buah dan minyak kelapa adalah asam laurat 48-50, yang sangat berperan dalam makanan berkaitan dengan fungsinya sebagai antibakteri, antijamur, antivirus dan antiprotozoa Enig 2000 serta tidak toksik terhadap mukosa saluran pencernaan Kabara 2000. Selain itu mengkonsumsi daging buah dan air kelapa secara alami dapat menormalkan lemak tubuh, mencegah kerusakan hati akibat alkohol, dan dapat meningkatkan sistem imun terhadap respon anti-inflammasi. Kabara 1978, melaporkan bahwa asam lemak jenuh dengan panjang rantai karbon sedang dan derivatnya monogliserida mempunyai aktivitas antimikrob terhadap beberapa mikrob, yaitu terhadap bakteri, jamur dan virus penyebab infeksi pada mukosa dan kulit. Asam laurat adalah asam lemak jenuh rantai sedang C12 yang fungsinya sangat penting karena dapat diubah menjadi monolaurat dalam tubuh manusia dan hewan. Monolaurat bersifat antibakteri, antivirus dan antiprotozoa. Monolaurat adalah monogliserida, paling aktif dibandingkan dengan asam laurat itu sendiri, yang digunakan untuk menghancurkan mikrob patogen. Menurut Wang et al. 1993, kandungan asam lemak jenuh rantai pendek dan rantai sedang yang sangat tinggi di dalam minyak kelapa menyebabkan substrat ini penting untuk sintesis monogliserida sebagai antimikrob. Monogliserida yang diisolasi dari minyak kelapa yang sudah dipatenkan dengan nama monolaurin mempunyai aktivitas antibakteri dan antivirus dan tidak menimbulkan resistensi, namun monogliserida dalam bentuk sintetis tidak memperlihatkan aktivitas antimikrob Kabara 2000. Monolaurat MC12 atau monolaurin diketahui mempunyai aktivitas antimikrob yang baik terhadap bakteri Gram positif, kapang dan khamir serta sebagian bakteri Gram negatif Kabara 1993; Wang dan Johnson 1992; Rohani-Razavi dan Griffith 1994. Pendapat tersebut didukung oleh Isaacs dan Thormar 1991, yang menyatakan bahwa monolaurat ternyata tidak aktif terhadap bakteri Gram negatif seperti E. coli yang diisolasi dari saluran pencernaan dan Salmonellae Enteritidis. Monolaurat juga aktif terhadap beberapa patogen seperti Listeria monocytogenes, Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae grup A, F dan G, dan juga sebagai antiprotozoa seperti Giardia lamblia. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa asam laurat mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Carnobacterium piscicola, Lactobacillus curvatus dan Lactobacillus sake Quattara et al. 1997. Pengujian aktivitas antimikrob dari monogliserida juga sedang dilakukan terhadap Helicobacter pylori Kabara 2000. Monolaurin juga digunakan untuk mengobati HIVAIDS Dayrit 2000. Penelitian yang dilakukan terhadap tujuh pasien HIVAIDS yang diterapi dengan monolaurin asal minyak kelapa pada dosis 2.4 g memberikan hasil yang sangat baik. Pasien HIVAIDS yang diterapi selama 3 bulan menunjukkan penurunan jumlah virus pada 5 pasien, namun satu pasien meninggal setelah terapi 2 minggu. Dari lima pasien tersebut yang pengobatannya diteruskan selama 6 bulan ternyata 2 pasien sembuh total. Monolaurin juga efektif terhadap virus lain seperti cytomegalovirus CMV, measles, herpes simplex HSV-1, virus penyebab vesicular stomatitis dan visna virus Enig 2000. Penelitian semakin dikembangkan pada derivat asam lemak lainnya yaitu monokaprat dari asam kaprat, efeknya hampir sama baiknya dengan asam laurat. Asam kaprat juga merupakan asam lemak jenuh rantai sedang, yang akan berfungsi jika diubah menjadi monokaprat di dalam tubuh manusia dan hewan. Menurut Enig 2000, monokaprat juga aktif melawan HIV dan sedang diuji terhadap beberapa virus lainnya, selain itu juga bersifat antibakteri terhadap Chlamydia sp.

2.4. Mekanisme Kerja Asam Lemak dan Minyak sebagai Antimikrob