Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian Parameter yang Diamati Analisis Data

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Farmakologi dan Toksikologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2007. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi persiapan kandang, pakan, hewan coba, pembuatan simplisia, dan pembuatan ekstrak etanol buah belimbing wuluh. Sementara itu, tahap pelaksanaan terdiri atas tahap perlakuan dan pengamatan. 3.2 Persiapan Penelitian 3.2.1 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah sonde lambung, lap, evaporator, dan alat bantu lainnya yang dipergunakan sesuai keperluan. Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian adalah ekstrak etanol buah belimbing wuluh yang dibuat dengan larutan akuades dan etanol 96.

3.2.2 Kandang

Kandang yang dipergunakan terbuat dari plastik yang ditutup dengan ram kawat. Bagian dasar kandang dialasi dengan sekam padi. Alas sekam tersebut diganti setiap 5 hari. Kandang tersebut di tempatkan dalam ruangan indoor, dengan suhu normal ruangan 23 C.

3.2.3 Pakan dan Air minum

Pakan dan air minum mencit diberikan secara ad libitum. Pakan yang digunakan dalam percobaan ini adalah pelet standar. Komposisi dari pelet tersebut dapat disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Komposisi pelet Kandungan yang terdapat dalam pelet Jumlah Persentase Protein kasar 18.0 20.0 Serat kasar Maksimal 7.0 Lemak kasar Minimal 4.0 Kalsium Maksimal 2.0 Phosphor Maksimal 2.0 Abu Maksimal 13.0 Air Maksimal 10.0

3.2.4 Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah mencit jantan sebanyak 25 ekor strain DDY. Mencit tersebut memiliki kisaran berat badan mulai 25g sampai dengan 35g.

3.2.5 Pembuatan Simplisia

Buah belimbing wuluh yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari sekitar pekarangan rumah di daerah Dramaga Kabupaten Bogor. Pembuatan simplisia buah belimbing wuluh dilakukan dengan mencuci bersih buah belimbing wuluh. Kemudian, dipotong kecil-kecil dan dijemur dibawah sinar matahari sampai kering. Simplisia yang telah kering kemudian digiling sampai halus dan berbentuk bubuk Mamun et al. 2003.

3.2.6 Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Belimbing wuluh

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi berulang selama dua hari menggunakan campuran 60 bagian etanol 96 dan 40 bagian volume air DEPKES 1979. Dimana etanol yang digunakan sebanyak 6 liter dan akuades 4 liter. Pada hari pertama, dilakukan maserasi sebanyak 600g simplisia dengan 3 liter etanol 96 dan akuades 2 liter, lalu dimasukkan ke dalam bejana, aduk tiap jam selama 24 jam. Kemudian saring. Ampas tersebut direndam lagi dalam 3 liter etanol 96 dan 2 liter akuades. Aduk tiap jam selama 24 jam. Didapatkan hasil campuran larutan tersebut sebanyak 8 liter, yang kemudian diuapkan dengan evaporator pada suhu 50°C sampai dengan 60 C selama 24 jam. Didapat 500 ml ekstrak etanol buah belimbing wuluh. Kemudian ekstrak disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 4 C. Secara ringkas, tahapan simplisia dan ekstraksi buah belimbing wuluh dapat disajikan pada Gambar 3. Buah Belimbing Wuluh segar  Dicuci bersih Dipotong kecil – kecil   Penggilingan   ↖    Filtrat  Evaporasi memakai Evaporator  Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh Gambar 3 Diagram alir eksatraksi simplisia buah belimbing wuluh Jemur sampai kering di bawah sinar matahari Bubuk Simplisia buah belimbing wuluh Maserasi simplisia : pelarut etanol Temperatur ruang, 24 jam Penyaringan Residu

3.3 Pelaksanaan penelitian

Pengujian LD 50 bertujuan untuk menentukan dosis ekstrak etanol buah belimbing wuluh yang mematikan. Pengujian LD 50 dilakukan dengan menggunakan metode Thomson and Weil Sutisna et al. 2007. Lethal Dose yang diperoleh akan menjadi patokan penentuan dosis pemberian ekstrak etanol buah belimbing wuluh. Mencit yang digunakan dalam pengujian LD 50 ini sebanyak 25 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok dosis, yaitu 1, 5, 10, 12.5, dan 15 grkgBB. Mencit diamati selama 48 jam, jika mencit ada yang mati maka harus diidentifikasi kelompoknya dan dilakukan penghitungan. Selanjutnya kelompok perlakuan dapat disajikan sebagai berikut : Perlakuan I : Mencit percobaan dicekok ekstrak etanol buah belimbing wuluh dengan dosis 1 grkgBB. Perlakuan II : Mencit percobaan dicekok ekstrak etanol buah belimbing wuluh dengan dosis 5 grkgBB. Perlakuan III : Mencit percobaan dicekok ekstrak etanol buah belimbing wuluh dengan dosis 10 grkg BB. Perlakuan IV : Mencit percobaan dicekok ekstrak etanol buah belimbing wuluh dengan dosis 12.5 grkg BB. Perlakuan V : Mencit percobaan dicekok ekstrak etanol buah belimbing wuluh dengan dosis 15 grkg BB.

3.4 Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah nilai LD 50 ekstrak etanol buah belimbing wuluh, kisaran LD 50 , dan gejala klinis yang teramati sampai mencit tersebut mati.

3.5 Analisis Data

Jumlah mencit yang mati dicatat dan dianalisis dengan menggunakan Software Probit Analysis Program, sehingga dapat diketahui nilai LD 50 dan kisarannya dengan selang kepercayaan 95.

3.6 Protokol Penelitian