4
2. Syarat Tumbuh
Wortel merupakan tanaman subtropis yang memerlukan suhu dingin 22- 24° C, lembap, dan cukup sinar matahari. Di Indonesia kondisi seperti itu
biasanya terdapat di daerah berketinggian antara 1200-1500 m dpl. Sekarang wortel sudah dapat ditanam di daerah berketinggian 600 m dpl. Dianjurkan untuk
menanam wortel pada tanah yang subur, gembur dan kaya humus dengan pH antara 5.5-6.5. Tanah yang kurang subur masih dapat ditanami wortel asalkan
dilakukan pemupukan intensif. Kebanyakan tanah dataran tinggi di Indonesia mempunyai pH rendah. Bila demikian, tanah perlu dikapur, karena tanah yang
asam menghambat perkembangan umbi.
3. Panen dan Pascapanen
a. Pemanenan
Wortel dapat dipanen setelah 100 hari tergantung dari jenisnya. Pemanenan tidak boleh terlambat karena umbi akan semakin mengeras berkayu sehingga
tidak disukai konsumen. Cara pemanenan dilakukan dengan jalan mencabut umbi beserta akarnya. Untuk memudahkan pencabutan sebaiknya tanah
digemburkan dahulu. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari agar dapat segera dipasarkan.
b. Pembersihan dan Sortasi
Pembersihan dilakukan dengan cara melepas untaian yang menempel pada umbi wortel, kemudian dilakukan pencucian. Setelah pencucian,dilakukan
sortasi untuk memisahkan umbi yang besar, sedang, dan kecil atau sesuai dengan kelas mutu yang sudah ditentukan. Umbi yang rusak dan terluka
dipisahkan karena mudah terkena infeksi mikroba pembusuk.
4. Standarisasi kualitas
Kualitas diartikan sebagai beberapa hal yang membuat sesuatu menjadi bernilai atau unggul. Tekstur tanaman hortikultura buahsayuran sangat
menentukan kualitas makanan dan masakan dan merupakan faktor yang diperlukan untuk mempertahankan cekaman selama pengiriman. Ada beberapa
komponen kualitas buah dan sayur segar yaitu: a.
Penampilanpenampakan visual 1. Ukuran
: dimensi, berat, volume 2. Bentuk
: perbandingan diameter dan kedalaman, kehalusan, keseragaman, dan kesegaran.
5 3. Kilap
: lapisan lilin alami 4. Cacat
: eksternal, internal morfologi, fisiologi, dan mekanik patologis dan entomologi
b. Tekstur: kekakuan, kekerasan, kelembutan, kerenyahan
c. Flavour rasa dan aroma : manis, asam, pahit, lipid, vitamin, dan mineral
d. Safety keamanan: senyawa toksik alami, kontaminan residu bahan kimia,
logam berat, mycotoksin, kontaminan mikroba. Standarisasi
merupakan fasilitas evaluasi selama transaksi. Dalam mekanisme yang komplek dari pemasaran sayur dan buah, standarisasi
memperkecil resiko kerugian pembeli saat memperoleh produk bermutu rendah dengan pembayaran yang tinggi. Beberapa jenis sayuran di Indonesia mempunyai
Standarisasi Nasional Indonesia SNI, standar ini dijadikan sebagai acuan untuk melakukan pengkelasan atau pemutuan produk. Selain mengacu pada SNI,
biasanya para petani mempunyai standar sendiri untuk melakukan pemutuan atau pengkelasan pada buah dan sayuran. Tabel 1 dan Tabel 2 dibawah ini menunjukan
standar pemutuan wortel ditingkat petani dan pemutuan berdasarkan SNI. Tabel 1. Standard pemutuan wortel di tingkat petani
Kriteria Mutu A I
Mutu B II
Diameter 3 cm D 4 cm
2 cm ≤ D ≤ 3 cm
Panjang 20 cm
≤ P ≤ 25 cm 15 cm P 20 cm
Bobot 100 gram
≤ B ≤ 200 gram 50 gram B 100 gram Fisik -
Permukaan halus -
Tidak bercabang -
Tidak ada benjolan -
Lurus -
Memiliki warna yang normal
- Tekstur keras
- Tidak ada luka akibat
pemanenan -
Permukaan halus -
Tekstur keras -
Memiliki warna yang normal
Sumber: Pacet Segar, Cianjur
6 Tabel 2. Standar pemutuan wortel segar berdasarkan SNI
Karakteristik Mutu I
Mutu II Pengujian
Kesamaan sifat varietas Seragam Seragam
Organoleptik Kekerasan Keras
Keras Organoleptik Warna Normal
Normal Organoleptik
Kerataan Cukup rata
Cukup rata Organoleptik
Kerusakan 5
10 -
Tekstur Tidak mengayu Tidak mengayu Organoleptik
Sumber: SNI 01-3163-1992
B. PENGOLAHAN CITRA