Salinitas Oksigen terlarut pH

menentukan derajat panas. Semakin banyak sinar matahari yang masuk, maka semakin tinggi suhu perairan, sebaliknya peningkatan kedalaman akan menurunkan suhu Welch 1952.

2. Salinitas

Salinitas adalah ukuran dari total garam dalam gram air laut. Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi Busroni et al. 1996. Salinitas dinyatakan dalam satuan gkg atau promil ‰. Setiap jenis algae mempunyai kisaran salinitas yang berbeda untuk mendukung pertumbuhannya. Salinitas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap organisme air dalam mempertahankan tekanan osmotik yang layak antara protoplasma organisme dengan air sebagai lingkungan hidupnya Effendi 2003. Chaetoceros sp. mempunyai kisaran salinitas 25-40 ‰, sedangkan Rhizosolenia sp. berkisar antara 20-25 ‰ untuk mendukung pertumbuhannya. Salinitas 20-35 ‰ dapat mendukung pertumbuhan Skeletonema sp. Kurniastuty dan Isnansetyo 1995

3. Oksigen terlarut

Oksigen terlarut di perairan menggambarkan jumlah kandungan gas oksigen yang terlarut dalam air. Sumber utama oksigen terlarut di perairan berasal dari difusi dari udara dan fotosintesis oleh fitoplankton. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh organisme akuatik untuk mendukung kehidupannya Novotny dan Olem 1994. Kadar oksigen yang terlarut di perairan tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas yang ada di udara maupun di air, kadar garam, serta unsur- unsur yang mudah teroksidasi dalam air. Semakin tinggi suhu air, tekanan parsial gas-gas terlarut, dan kadar garam maka kelarutan oksigen semakin berkurang Effendi 2003. Secara tidak langsung oksigen terlarut mempengaruhi proses regenerasi unsur hara dalam air, sebagai contoh dalam proses nitrifikasi diperlukan oksigen untuk pembentukan nitrat.

4. pH

pH merupakan hasil pengukuran aktivitas ion hidrogen dalam perairan dan menunjukkan keseimbangan antara asam dan basa air. pH juga merupakan faktor lingkungan yang mengendalikan fitoplankton dalam proses pengambilan nutrien, keseimbangan nutrien karbondioksida, fosfat, dan nitrogen, serta keseimbangan logam beracun. Keseimbangan ion CO 2 , CO 3 - dan CO 3 2- sangat sensitif terhadap perubahan pH Novotny dan Olem 1994. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: aktivitas biologi seperti fotosintesis dan respirasi organisme, suhu, dan keberadaan ion-ion dalam perairan tersebut Pescod 1973. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Media yang basa dapat mendorong proses perombakan atau penguraian bahan organik yang ada dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasi oleh fitoplankton, sehingga pH turut berperan dalam menentukan produktivitas perairan. Menurut Novotny dan Olem 1994 nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimia perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah, sehingga bila nitrifikasi tidak berjalan lancar maka akan terjadi penumpukan nitrit NO 2 .

III. METODE

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2004 selama 15 hari di Laboratorium Kultur Algae, analisis fisika dan kimia dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat dan bahan yang digunakan dalam tahap persiapan dan tahap penelitian Lampiran 1.

C. Persiapan Penelitian 1. Sterilisasi alat dan bahan

Sterilisasi peralatan seperti stoples, selang, gelas ukur, botol plastik, dan alat-alat yang lain dilakukan dengan mencuci bersih dengan sabun, dibilas dengan air bersih, kemudian ditiriskan. Setelah itu pada bagian dalam dan luar wadah disemprot dengan alkohol 70 secara merata. Ruangan yang digunakan dibersihkan, kemudian disemprot alkohol 70 secara merata ke seluruh ruangan.

2. Penyediaan air laut

Air laut yang digunakan diperoleh dengan cara membeli di toko akuarium. Air laut yang digunakan diendapkan terlebih dahulu dan diturunkan salinitasnya menjadi 28 dengan penambahan akuades, kemudian direbus sampai mendidih pertama kali untuk menghilangkan organisme kontaminan. Setelah air laut tersebut menjadi dingin, lalu dimasukkan dalam stoples-stoples yang sudah disterilisasi sebanyak 2,5 liter dan kemudian disimpan di ruangan gelap untuk menghindari adanya pemanfaatan unsur hara oleh fitoplankton.