Petani Mitra Manajemen Risiko Rantai Pasok Sayuran Organik (Studi Kasus PT. X Cisarua, Bogor, Jawa Barat)
15 produksi yang masuk dalam proses produksi hasil tersebut. Menurut
Simatupang dalam Dewi 2011 mendefinisikan nilai tambah sebagai penerimaan upah pekerja dan keuntungan pemilik modal atau nilai produksi dikurangi
pengeluaran barang antara. Perhitungan nilai tambah pada Simatupang dalam Dewi 2011tidak memperhitungkan unsur-unsur lain dalam proses pembentukan
nilai tambah, seperti bahan baku dan bahan penolong.
Sumber-sumber nilai tambah diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor produksi tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan manajemen untuk
menjamin agar produksi terus berjalan secara efektif dan efisien nilai tambah yang diciptakan perlu didistribusikan secara adil. Analisis nilai tambah dapat
dipandang sebagai usaha untuk melaksanakan prinsip-prinsip distribusi di atas dan berfungsi sebagai salah satu indikator keberhasilan sektor
agribisnis. Analisis ini merupakan metode perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat perlakuan mengalami perubahan nilai. Nilai tambah dipengaruhi
oleh faktor teknis dan non teknis.
Menurut Hayami dalam Marimin dan Maghfiroh, 2010, nilai tambah dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis
yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan, dan tenaga kerja. Faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga
kerja, harga bahan baku dan input lain. Besarnya nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya
terhadap nilai produk yang dihasilkan, termasuk tenaga kerja. Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen yang dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Nilai Tambah = f [K, B, T, U, H, h, L] 2
Dimana, K = Kapasitas Produksi
B = Bahan Baku yang digunakan T = Tenaga Kerja yang digunakan
U = Upah tenaga kerja H = Harga Output
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Salah satu aspek fundamental dalam SupplyChainManagement SCM adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Menurut Pujawan
2005, sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk : 1 melakukan monitoring dan pengendalian, 2 mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada
rantai pasok, 3 mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang ingin dicapai dan 4 menentukan arah
perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing.
Menurut Aranyam et al. 2006, terdapat beberapa metode yang telah dikembangkan untuk mengukur kineja SCM. Beberapa metode terbaik tersebut
antara lain: Supply Chain Council Operations Reference SCOR,
theBalancedScorecard BSC, Multi-CriteriaAnalysis, DataEnvelopmentAnalysis DEA, Life-Cycle Analysis dan Activity-BasedCosting. Pada studi ini pengukuran
16 kinerja pelaku rantai pasok dilakukan melalui pendekatan
DataEnvelopmentAnalysis DEA. DEA pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes 1978. DEA mempunyai keunggulan dalam mengevaluasi
berbagai pengukuran secara efisien seperti yang diperlukan untuk menemukan berbagai hubungan antar variabel yang berkaitan.
DEA juga mampu bekerja dengan cara yang unik melalui proses benchmarking sehingga tidak ada batasan limit dari atribut pengukuran DEA
dalam mencapai efisiensi yang diinginkan. Setiap unit atau organisasi yang akan menjadi objek pengukuran menggunakan metode DEA didefinisikan sebagai unit
pembuat keputusan DecisonMakingUnit atau DMU. Data Envelopment Analysis DEA adalah metode non-parametrik berdasarkan teknik pemograman linear
untuk mengevaluasi efisiensi dari masing-masing unit yang dianalisis.
Kemampuan DEA untuk mengukur beberapa jenis input dan output dan mengevaluasinya secara kuantitatif dan kualitatif membuat DEA menjadi salah
satu alat yang handal untuk menentukan tingkat efisiensi tertentu dari sebuah unit termasuk unitaktor dalam rantai pasok Wong dan Wong, 2007. DEA
merupakan teknik pengukuran kinerja yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif tiap unit decision making unit sehingga sangat tepat apabila
digunakan dalam pengukuran dan proyeksi efisiensi aktor dalam rantai pasok. Model dasar dari DEA adalah :
�
�
= ∑
�
��
�
� �
�
�=1
∑ �
��
�
� �
�
�=1
3 Dimana,
�
�
= Efisiensi unit pengambil keputusan ke-iyang akan dievaluasi �
��
= Bobot dari output unit ke-i elemen ke - j �
��
= Bobot dari input unit ke-i elemen ke - j �
�
= Nilai output elemen ke - j �
�
= Nilai input elemen ke - j �
�
= jumlah elemen output �
�
= jumlah elemen input Wong dan Wong, 2007
Manajemen Risiko Rantai Pasok
Keputusan dan implementasi tindakan manajemen risiko sangat diperlukan untuk melakukan pencegahanatau penanggulangan secara parsial atau total
terhadap risiko yang akan terjadi atau pada saat terjadinya kegagalan. Tindakan penanggulangan risiko dilakukan dengan mengurangi dampak risiko dalam
pengoperasian rantai pasok. Tindakan utama yang untuk menanggulangi risiko menurut literatur Chapman et al., 2002, Culp, 2002 adalah:
1.
Menghindari risiko, secara intuisi cara untuk menghindari risiko yang utama adalah tidak mengambil tindakan yang akan berpotensi terjadinya risiko yang
dimaksud. 2.
Mitigasi atau eliminasi risiko, tindakan penanggulangan risiko di identifikasi dengan meninjau ulang profil risiko dari keseluruhan aktor rantai pasok dan
merumuskan tindakan yang harus diambil dalam rangak mengurangi profil risiko tadi atau membuat penghalang dari dampak yang akan ditimbulkan
17 risiko terhadap perusahaan. MenurutHandfield dan Mccormack, 2007,
terdapat beberapa pendekatan yang berbeda dalam penanggulangan risiko : 1.
Mengambil tindakan yang bisa mengubah profil risiko. 2.
Mendistribusikan risiko kepada beberapa pemasok yang memiliki risiko profil yang lebih rendah.
3. Pengalihan risiko, sebuah prinsip yang umum dari strategi menajemen risiko
yang efektif adalah bahwa risiko harus didistribusikan jika mungkin pada semua pihak agar dapat dilakukan pengaturan dengan baik. Sebagai tindakan
ekstrim risiko dapat dialihkan pada perusahaan asuransi, dengan membayar premi yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya risiko tersebut atau
melakukan kontrak untuk menyediakan kompensasi terhadap seluruh pelaku yang terpengaruh oleh risiko.
4. Penyerapan dan pengumpulan risiko, ketika risiko tidak dapat dijustifikasi
secara ekonomi tidak dapat dieliminasi, dialihkan dan dihindari, maka harus diserap. Dalam suatu rantai pasok, hal ini tidak selalu disarankan hanya
sebuah perusahaan tertentu untuk menanggung semua risiko yang terserap. Risiko dapat dikurangi dengan melalui mekanisme pengumpulan pooling
kemungkinan melalui partisipasi.
Manajemen risiko rantai pasok melalui koordinasi dan penyeimbangan risiko dianggap sebagai salah satu tindakan penting dalam manajemen risiko
rantai pasok pada banyak kasus Arshinder et al., 2008, Arshinder et al., 2009 khususnya industri manufaktur Cachon dan Lariviere, 2005serta menjadi salah
satu cara untuk mengatasi persoalan risiko dalam rantai pasok Arshinder et al., 2011 dan Vorst, 2006. Tujuan umum dari manajemen risiko adalah untuk
menjaga kesinambungan pasokan dari pelaku rantai pasok. Mekanisme pengelolaan risiko secara sederhana bekerja dengan mendistribusikan sebagian
margin keuntungan dan insentif biaya akibat risiko pengiriman He dan Zhang, 2008, pendapatan dalam rantai pasok Rhee et al., 2010, Giannoccaro dan
Pontrandolfo, 2004, fleksibilitas jumlah pengiriman dan permintaan Tsay dan Lovejoy, 1999, Tummala dan Schoenherr, 2011, Tsay, 1999, serta penetapan
harga dasar untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok secara keseluruhan dalam menghadapi risiko Agrawal dan Seshadri, 2000.
Manajemen risiko rantai pasok yang dilakukan oleh He dan Zhang 2008 adalah dengan melakukan penilaian keuntungan antara dua aktor yang terlibat
dalam transaksi. Keuntungan pemasok diperoleh dari harga jual pengiriman permintaan oleh retailer dikurangi biaya budidaya dan juga biaya jika terjadi
pasokan di bawah permintaan seperti terlihat pada persamaan 4. Pertimbangan aspek risiko kekurangan pasokan diperoleh dengan menghitung margin
keuntungan dan besaran risiko seperti terlihat pada persamaan 5. Melalui pendekatan tersebut diharapkan diperoleh keputusan aliran material yang efisien
dalam menghadapi risiko dan permintaan.
�
�
= �� − �� − 1 − ��
�
[ � − ��
+
] 4 �
∗
= �
����� = �
1 − ��
�
5
��
Melalui pendekatan yang sama, untuk melakukan keputusan pemesanan yang optimal dalam mengahadapi permintaan konsumen serta risiko pasokan dari
18 pemasok, maka retailer perlu mendefinisikan keuntungannya. Nilai keuntungan
retailer diperoleh dari harga jual jumlah unit diterima, dikurangi biaya dari unit yang dipesan, dikurangi insentif biaya tambahan untuk membantu pemasok
menghadapi risiko budidaya ataupun kekurangan pasokan melalui persamaan 6. Pertimbangan risiko permintaan konsumen dan pasokan diperoleh dari persamaan
7 melalui pertimbangan margin keuntungan yang diperoleh He dan Zhang, 2008.
�
�
= ��
�,�
[ ���{�, �}] − �� − ��
�
�
�
[ � − ��
+
] 6 �
∗
= �
−1
� � − � − �
� � 7
Dimana, �
�
= nilai harapan keuntungan retailer �
�
= nilai harapan variabel acak pasokan �
�,�
= nilai harapan gabungan variabel acak pasokan dan permintaan �
= biaya menghasilkan satu unit komoditas �
�
= biaya karena menambah satu unit karena kekurangan pasokan �
= harga jual perusahaan kepada retailer per satu unit komoditas �
= harga jual retailer kepada konsumen per satu unit komoditas �
= jumlah unit yang diputuskan untuk budidaya oleh pemasok �
= jumlah unit yang diminta retailer kepada perusahaan �
= fraksi insentif biaya oleh retailer kepada perusahaan �
= variabel acak pasokan �
=variabel acak permintaan �
=sebaran permintaan konsumen �� =fungsi sebaran permintaan
�
−1
�= Invers fungsi sebaran kumulatif permintaan konsumen �
=deviasi permintaan dan pasokan �
∗
= jumlah unit optimal pasokan dari pemasok kepada retailer �
∗
= jumlah unit optimal permintaan retailer kepada pemasok
19
3 METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Komoditas pertanian organik mempunyai karakteristik khusus yang melekat yaitu jaminan bahwa komoditas harus memenuhi proses dan persyaratan budidaya
organik. Komoditas organik dianggap lebih sehat dibandingkan dengan komoditas pertanian konvensional. Komoditas organik juga dianggap lebih aman untuk
dikonsumsi dan lebih ramah lingkungan. Pada beberapa negara, komoditas organik dianggap lebih adil dalam pembagian pendapatan.
Perbedaan Pendapatan dan Nilai Tambah
Risiko Tidak Seimbang
Kompleksitas Penjaminan Organik
Harga Komoditas Organik Mahal
Rendahnya Minat Budidaya Oganik
Inefisiensi Aliran Material
Inefisiensi Kinerja Rantai Pasok
Penyeimbangan Risiko
Penyeimbangan Keuntungan
Efisiensi Aliran Material
Efisiensi Kinerja Rantai Pasok
Pengelolaan Rantai Pasok
Rantai Pasok Efisien
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Kualitas dan proses yang melekat pada komoditas organik menjadikan
konsumen menganggap wajar apabila komoditas tersebut mempunyai harga yang lebih mahal dibandingkan dengan komoditas konvensional. Harga komoditas
organik yang mahal menimbulkan pertanyaan apakah mahalnya harga komoditas
20 organik tersebut telah sesuai dan apakah mampu memberikan pembagian hasil
yang merata pada setiap aktor yang terlibat. Konsumen komoditas organik yang hanya terbatas pada masyarakat
golongan tertentu, atau masyarakat dengan kebutuhan khusus terhadap makanan sehat. Perhatian konsumen terhadap komoditas organik dibandingkan komoditas
konvensional masih terlihat minim dan menjadi salah satu indikasi bahwa komoditas organik belum sepenuhnya terjangkau. Pada sisi budidaya juga
menunjukkan minat petani konvensional memiliki ketertarikan yang rendah, selain dari permasalahan produktivitas dan kompleksitas budidaya yang harus
dihadapi.
Pendekatan rantai pasok dianggap tepat untuk menganalisa fenomena dan menyeleseaikan permasalahan di atas karena pendekatan rantai pasok dapat
menggambarkan setiap tahapan proses dalam rantai pasok, proses yang dilakukan tiap aktor dari sisi permintaan dan pengiriman, aspek finansial dan informasi yang
mendasari setiap keputusan dalam rantai pasok. Pada tahap berikutnya, melalui pendekatan rantai pasok dapat diketahui kinerja masing-masing aktor dan rantai
pasok secara keseluruhan berdasarkan tiga parameter tersebut. Asumsi-asumsi
Pengamatan dilakukan pada proses penjaminan organik, mekanisme permintaan dan pengiriman pasokan serta mekanisme penentuan harga dan biaya
dalam rantai pasok. Objek pengamatan dalam rantai pasok sayuran organik yang dikelola oleh PT. X adalah tiga aktor yaitu petani dan mitra tani, perusahaan dan
retailer. Petani dan mitra tani yang diamati hanya aktor yang telah menjalin kerjasama dan terikat dalam pengawasan serta penjaminan organik perusahaan.
Petani dan perusahaan diasumsikan sebagai pemasok atas permintaan komoditas organik yang dipesan oleh retailer.
Mekanisme penjaminan organik yang diamati adalah mekanisme penjaminan partisipatif atau disebut dengan participatory guaranteesystem PGS.
Pada mekanisme ini pasokan hanya diperoleh dari petani yang diawasi perusahaan dan retailer hanya tidak diperbolehkan memperoleh pasokan dari pihak lain untuk
jenis komoditas yang sama. Perhitungan biaya penjaminan organik yang dilakukan mengacu pada komponen komponen yang terdapat pada mekanisme
pengawasan dan penerapan proses organik pada mekanisme penjaminan PGS tersebut.
Parameter finansial yang diamati adalah penentuan biaya dan harga pada masing masing aktor yang mempengaruhi margin pendapatan dan nilai tambah.
Parameter aliran material berkaitan dengan keputusan permintaan dan pasokan yang dilakukan dalam proses bisnis. Parameter peluang dan kejadian risiko yang
dihadapi oleh masing-masing aktor merupakan semua kejadian yang tidak diinginkan untuk terjadi pada sisi permintaan dan pasokan serta berpengaruh
terhadap parameter finansial. Pengukuran risiko dilakukan berdasarkan peluang kejadian risiko yang diperoleh dari banyaknya peluang kejadian risiko yang
muncul dalam satu siklus pengamatan yaitu 100 kali dalam satu tahun.
Penentuan jenis risiko didasarkan pada parameter material dan informasi dalam rantai pasok. Parameter tersebut antara lain permintaan dan pasokan untuk
risiko material dan parameter keabsahan penjaminan organik dari sisi risiko informasi. Parameter risiko finansial berupa perubahan harga dan fluktuasi harga
21 dianggap tidak terdapat perubahan dalam jangka waktu yang lama. Risiko
perubahan dan fluktuasi harga diasumsikan tetap karena perubahan harga dilakukan setiap satu tahun sekali dan harga sayuran organik relatif stabil berbeda
dengan komoditas sayuran konvensional.
Pengamatan dan pengambilan data dalam proses bisnis organik dilakukan pada satu periode permintaan retailer dan pemenuhan pasokan oleh pemasok pada
bulan tertentu. Jenis komoditas yang diamati adalah jenis komoditas yang mempunyai permintaan paling tinggiyaitu jenis sayuran. Kondisi variasi hasil
panen dan penyusutan terhadap permintaan diasumsikan dalam rata-rata hasil variasi hasil panen dan penyusutan dari setiap periode dalam satu tahun kegiatan
bisnis yang dilakukan. Istilah pemasok digunakan untuk petani dan perusahaan sebagai sumber pasokan terhadap permintaan retailer. Petani dan perusahaan
terdapat dalam satu kesatuan karena keterkaitan langsung dalam proses penjaminan organik yang dilakukan.
Setiap permintaan retailer yang tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan akan dikenakan denda oleh retailer. Pihak pemasok dalam hal ini perusahaan dapat
memilih antara menerima konsekuensi berupa denda dari pihak retailer atau mencari sumber pasokan tambahan dari petani mitra namun dengan harga yang
lebih mahal dibandingkan harga beli dari petani perusahaan. Mengacu pada ketentuan penjaminan PGS maka diasumsikan bahwa setiap kekurangan pasokan
hanya boleh dipenuhi oleh rantai yang sama, sehingga tidak diperbolehkan mencari sumber pasokan dari luar rantai pasok tersebut.
Tata Laksana Penelitian Tahapan Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang disusun, penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan seperti terlihat pada Gambar 3, antara lain : 1 analisis
struktur rantai pasok untuk mengetahui aktor yang terlibat serta keputusan permintaan dan pengiriman yang dibuat. Pada tahap berikutnya adalah 2 analisis
nilai tambah untuk mengetahui pendapatan yang diterima serta seberapa besar usaha yang dilakukan tiap aktor dalam menghasilkan komoditas organik. 3
adalah tahapan penilaian risiko yang diterima tiap aktor. Hal ini perlu dilakukan untuk membandingkan permintaan dan pengiriman dan pendapatan terhadap
risiko. Pengukuran risiko berdasarkan pada peluang kejadian yang diamati dari banyaknya kejadian dalam satu siklus pengamatan.
Setelah tiga tahapan tersebut dilaksanakan maka dilakukan tahap selanjutnya yaitu tahap 4 pengukuran efisiensi kinerja dari parameter margin
pendapatan,keuntungan, keputusan permintaan dan keputusan pengirimanpemenuhan pasokan serta risiko yang dihadapi aktor dalam rantai
pasok.Pendekatan tersebutbertujuan untuk menunjukkan efisiensi kinerja berdasarkan patok duga benchmark rasio input dan output aktor dalam rantai
pasok sehingga diketahui aktor mana yang lebih efisien serta input yang perlu dikurangi atau output yang perlu ditingkatkan dalam rangka pencapaian efisiensi
kinerja seluruh aktor.
22
Berdasarkan nilai efisiensi kinerja yang diperoleh masing-masing aktor dapat dijadikan acuan adanya perbaikanproyeksi efisiensi kinerja untuk aktor
yang relatif kurang efisisen. Pencapaian efisiensi kinerja masing-masing aktor
Analisis Struktur Rantai Pasok
Keputusan Permintaan dan
Pasokan Analisis Nilai
Tambah Nilai Tambah
dan Margin Keuntungan
Pengukuran Efisiensi Kinerja
Nilai Efisiensi dan Proyeksi
Penyeimbangan Efisiensi
Efisiensi Tercapai
Rantai Pasok Efisien
Selesai YA
TIDAK Tahapan Analisis
Struktur Rantai Pasok, Nilai Tambah dan Risiko
Metode Hayami, SCOR
Tahapan Pengukuran
Kinerja Metode Data Envelopment
Analysis
Tahapan Pengelolaan Risiko
Model Kontrak He dan Zhang
Jenis dan Indeks Risiko
Perumusan Masalah
Analisis Risiko Tujuan Penelitian
Keseimbangan Keuntungan
Keseimbangan Biaya
Keseimbangan Pasokan dan
Permintan Latar Belakang
Penelitian Permasalahan
Mulai Studi Literatur dan
Studi Lapang
Evaluasi Penyeimbangan
Risiko Tahapan Perumusan
Masalah dan Penentuan Tujuan Penelitian
Gambar 3. Tahapan Penelitian
23 dapat dijadikan acuan untuk pengelolaan risiko sebagai tahap akhir dari penelitian.
Tujuan dari tahapan 5 adalah agar dapat tercapai efisiensi kinerja seluruh aktor. Indikasinya adalah efisiensi pasokan terhadap permintaan, serta keputusan
masing-masing aktor yang dapat meningkatkan keuntungan masing-masing aktor dan rantai pasok secara keseluruhan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan studi lapang pada petani dan lahan pertanian organik dari mitra perusahaan mulai bulan Nopember 2013 hingga Februari 2014.
Pengamatan secara langsung dilakukanterhadap proses budidaya sayuran organik pada lahan inti yang dimiliki perusahaan. Pengamatan juga dilakukan terhadap
proses administrasi dari pesanan retailer hingga perencanaan budidaya. Langkah selanjutnya adalahmengamati proses penanganan pascapanen yang dilakukan
perusahaan yang dilanjutkan dengan proses distribusi komoditas menuju retailer. Pada sisi retailer pengamatan dilakukan pada retailer pasar mainstream.
Pasar yang menjadi penelitian adalah jaringan supermarket “TBS” yang menjalin kerjasama dengan pihak perusahaan yang berada di Jakarta dan Bogor.
Jenis pasar lain yang diamati adalah jenis pasar khusus yaitu komunitas konsumen yang memasarkan komoditas organik PT.X. Komunitas ini telah lama mengetahui
dan mempercayai mekanisme penjaminan komoditas organik yang dilakukan perusahaan. Pengamatan pada pasar khusus dilakukan sebagai pembanding
terhadap pasar mainstream. Teknik-teknik yang digunakan
1.
Metode Analisis Nilai Tambah Hayami, digunakan untuk mengukur persentase nilai tambah yang didapatkan pelaku rantai pasok ketika melakukan
kegiatan usaha di dalam jaringan rantai pasok. Melalui analisis tersebut dapat diperoleh parameter nilai tambah, rasio nilai tambah, keuntungan, dan
pendapatan tenaga kerja.
2. Metode Analisis Rantai Pasok Supply Chain Operation Reference
SCOR,sebuah model referensi yang didasarkan pada tiga pilar utama, yaitu: 1 Pemodelan Proses, 2 Pengukuran performakinerja rantai pasokan dan 3
Penerapan best practice praktek-praktek terbaik.
3. Metode Pengukuran Indeks Risiko, merupakan metode untuk mendapatkan
nilai kuantitatif risiko untuk setiap tingkatan pelaku rantai pasok. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan hasil kontribusi nilai tambah tiap aktor,
koefisien tiap aktor dan probabilitas risiko yang dihadapi tiap aktor. Pengukuran peluang risiko dilakukan berdasarkan jumlah kejadian yang
muncul dalam satu siklus pengamatan. Siklus pengamatan yang digunakan adalah tiap bulan dalam satu tahun. Jumlah pengamatan yang dilakukan rata-
rata adalah 100 kali pengamatan dalam satu tahun.
4. Metode Analisis Efisiensi Data Envelopment Analysis DEA, merupakan
suatu metode pengukuran kinerja melalui perbandingan penggunaan input dan output dalam mencapai nilai efisiensi yang digunakan. Metode DEA yang
digunakan dalam penelitian ini adalah CCR-Input DEA melalui pendekatan yang bertujuan untuk meminimalkan input.
5. Metode Koordinasi Risiko Rantai Pasok, dilakukan untuk mengelola risiko
rantai pasok dengan menentukan keputusan unit permintaan dan pasokan
24 optimal yang dapat memaksimalkan keuntungan serta menurunkan biaya yang
timbul karena risiko dalam sebuah rantai pasok. Tujuan akhir dari koordinasi adalah efisiensi rantai pasok secara keseluruhan.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari laporan kajian terdahulu yang relevan dan jurnal ilmiah dengan
tujuan mendapatkan informasi yang berkaitan penelitian dan untuk melihat sejauh mana posisi penelitian berkaitan dengan pendekatanmekanisme pengelolaan risiko
yang akan diterapkan. Pengumpulandata primerdilakukan melalui beberapa cara antara lain:
1 Observasi lapangan, yakni melihat secara langsung kondisi lahan dan letak lahan, kondisi lingkungan sekitar dalam menunjang kegiatan budidaya
organik. Kegiatan-kegiatan pengelolaan komoditas organik dalam rantai pasok mulai dari petani, perusahaan, hinggamenuju retailer. Melalui observasi lapangan
diperoleh proses bisnis dan gambaran aktor yang terlibat serta peran masing- masing dalam sebuah rantai pasok.
2 Wawancara, dilakukan untuk memperoleh informasi dari masing-masing aktor dalam rantai pasok terkait proses budidaya komoditas organik yang
dilakukan petani serta produktivitas yang dicapai, proses pascapanen, pengiriman kepada perusahaan, dokumentasi hasil panen komoditas organik, kejadian serta
frekuensi risiko yang dihadapi, distribusi dan transportasi hingga komoditas dikirim kepada retailer. Keputusan yang diambil oleh tiap aktor dalam sebuah
rantai pasok untuk memenuhi kebutuhan komoditas organik
juga dipertimbangkan.
3 Focus Group Discussion FGD, meliputi petanikelompok tani, perusahaan, retailer dan perwakilan dari Aliansi Organis Indonesia AOI. Untuk
memperoleh informasi aturan atau regulasi dan pengawasan jaminan organik yang dijalankan, tantangan dan hambatan yang dialami, sistem dan mekanisme
penjaminan organik, mekanisme pemesanan dan pengiriman, komposisi biaya, harga dan pemasaran dalam rantai pasok yang diamati.
4 Pendapat pakar expert judgement, dilakukan untuk memperoleh basis pengetahuan melalui wawancara secara mendalam untuk memperoleh
pengetahuan dari ahli terkait dalam menemukan permasalahan serta pendekatan yang dapat digunakan dan telah dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut.
Pengukuran parameter risiko diperoleh berdasarkan observasi lapangan, wawancara dengan pengelola perusahaan serta data dokumentasi pihak
perusahaan terkait risiko dalam perencanaan budidaya dan hasil panen petani serta pasokan kepada retailer. Pengamatan dilakukan pada satu waktuperiode tertentu
dan tidak secara terus-menerus dalam waktu satu tahun dari proses bisnis yang dilakukan. Masing-masing risiko dalam perencanaan budidaya dan hasil panen
petani serta pasokan kepada retailer diukur dari banyaknya risiko yang terjadi selama ini. Nilai peluang diperoleh dari kemunculan risiko dibagi dengan
banyaknya pengamatan yang dilakukan.
25
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Struktur Rantai Pasok
Rantai pasok komoditas organik yang dikelola oleh PT. X terdiri dari tiga aktor yaitu petani, perusahaan dan retailer seperti terlihat pada Gambar 4.
Perusahaan dan petani berada pada satu mekanisme koordinasi berkaitan dengan penjaminan dan pengawasan organik. Mekanisme penjaminan organik yang
diterapkan oleh perusahaan dalam rantai pasok adalah mekanisme penjaminan partisipatif atau participatory guarantee system PGS. Penerapan mekanisme
penjaminan tersebut akan mengikat seluruh aktor yang terlibat dalam rantai pasok yang dikelola oleh perusahaan baik petani maupu retailer.
Mekanisme penjaminan organik PGS sangat ditentukan oleh aktor petani dan perusahaan. Perusahaan dan petani membentuk sebuah integrasi untuk
melakukan pengawasan dan penjaminan organik. Perusahaan tidak akan menerima pasokan komoditas dari luar petani binaannya. Pasokan komoditas dari
luar anggota binaan akan meningkatkan risiko penjaminan organik dan menurunkan kepercayaan konsumen. Perusahaan hanya menerima komoditas
organik yang telah diawasi dengan baik oleh perusahaan.
PetaniMitra Tani Konsumen
Retailer Perusahaan
Plan Supply
Chain Plan
Supply Chain
Plan to Make
Plan to Deliver
Make to Source
Make to Source
Deliver to Order
Deliver to Order
Plan to Source
Source to Order
Deliver to Order
Plan to Deliver
Plan to Source
Plan to Deliver
Source to Deliver
Deliver to Order
Consumer Order
Gambar 4. Struktur Rantai Pasok Komoditas Organik PT. X Permintaan dan pengiriman komoditas rantai pasok dari petani umumnya
melalui aktor perusahaan kemudian dilanjutkan kepada aktor retailer. Mekanisme tersebut biasanya terjadi pada petani yang mempunyai lahan terbatas atau para
petani yang mengerjakan lahan perusahaan. Petani dengan lahan terbatas tidak dapat masuk ke pasar retailer secara langsung. Petani tersebut harus
menghadapibatasan produktivitas sertamemerlukan penjaminan organik oleh pihak tertentu yang mempunyai wewenang. Komoditas dari petani yang telah
mendapat kepercayaan dari perusahaan bahwa hasil budidaya yang dilakukan memenuhi persyaratan organik yang bisa dipasarkan.
26 Mekanisme tersebut sedikit berbeda untuk beberapa mitra tani yang dapat
memasarkan secara langsung komoditas organik yang dihasilkan pada retailer. Mitra tani ini mempunyai lahan sendiri dan mempunyai produktivitas serta variasi
komoditas yang hampir sama dengan perusahaan. Petani mitra adalah binaan dari perusahaan PT. X dalam melakukan budidaya organik dan telah mampu untuk
mandiri. Mitra tani tersebut juga difungsikan sebagai sumber pasokan cadangan oleh perusahaan apabila terjadi keadaan kekurangan pasokan pada komoditas
tertentu. Mitra tani tersebut tetap terikat dalam mekanisme penjaminan partisipatif perusahaan.
Pengiriman komoditas dari perusahaan kepada retailer ditentukan oleh permintaan retailer. Keputusan retailer bersifat independen dimana permintaan
retailer yang menentukan jumlah pasokan. Karakteristik pengiriman tersebut terjadi pada mekanisme pasar mainstreamyang menuntut ketersediaan komoditas
dalam jumlah tepat sesuai permintaan. Jenis pasar mainstream mempunyai kemampuan untuk menentukan harga jual dan permintaan pasokan. Pasar khusus
mempunyai kondisi sedikit berbeda dengan pasar mainstream.Permintaan dan kebutuhan komoditas bersifat fleksibel. Retailer pada jenis pasar khusus tidak
dapat melakukan target penjualan maupun penentuan harga secara sepihak tanpa persetujuan perusahaan.
Peran aktor dalam rantai pasok
Aktor petani sangat berperan dalam hal budidaya dan pemanenan organik, sortasi dan pengemasan tingkat awal. Komoditas sayuran organik yang dipanen
harus segera dikirim pada perusahaan hari itu juga untuk menjaga kesegaran sayuran. Lama proses budidaya bermacam-macam tergantung dari jenis
komoditas. Proses pemanenan dan tindakan pasca-panen maksimal dilakukan 2 jam sebelum pengemasantindakan pascapanen di dalam perusahaan. Proses
distribusi dilakukan paling lambat 3 jam setelah proses pascapanen lanjutan pada perusahaan. Petani sangat berperan penting dalam keberhasilan budidaya dan hal
teknis terkait penjaminan dan pasokan komoditas organik.
Peran perusahaan PT. X sangat dibutuhkan dalam rantai pasok sebagai pengawas dan penjamin komoditas organik para petani. Perusahaan juga
mempunyai peran memberikan penyuluhan dan pembinaan budidaya organik bagi para petani yang ingin berbudidaya organik, serta penyedia bibit organik dan
sarana produksi lainnya. Perusahaan juga aktif membentuk komunitas konsumen dan menunjuk agen sebagai retailer pada pasar khusus. Pada mekanisme pasar
mainstream perusahaan berperan sebagai mediator serta pengelola keuangan petani. Perusahaan merupakan aktor yang pertama kali menerima permintaan
retailer dan mengkoordinasikan dalam bentuk keputusan hasil panen petani, sehingga petani hanya berada pada fungsi sumber pasokan yang kemudian
ditampung oleh perusahaan.
Peran aktor retailer pada pasar khusus cenderung lebih sederhana yaitu sebagai tempat koordinasi konsumen komoditas organik yang dikelola oleh
perusahaan. Pada mekanisme pasar khusus, tanggung jawab yang dihadapi lebih kecil dibandingkan pada retailer pasar mainstream. Retailer hanya sebagai
perantara perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Pada mekanisme pasar mainstream retailer mempunyai jangkauan pasar yang lebih luas karena
jaringan outlet pemasaran yang dimiliki. Pada jenis pasar tersebut retailer
27 mempunyai peran untuk menentukan harga jual secara sepihak dan memberikan
nilai tambah dari komoditas organik yang dihasilkan oleh perusahaan. Pola keputusan permintaan dan pasokandalam Rantai Pasok
Permintaan dan pasokan pada rantai pasok komoditas yang dikelola PT. X pada pasar mainstreamdimulai dari permintaan konsumen seperti terlihat pada
Gambar 5. Pola ini disebut pull-system, dimana keputusan hasil panen, pengiriman dan persediaan berdasarkan permintaan yang sudah terdefinisi.
Kekurangan pasokan tidak langsung dapat dipenuhi dari pemasok lain karena akan berdampak pada komitmen penjaminan organik dan kepercayaan konsumen.
Komoditas yang dikirim harus benar-benar dapat di pertanggung jawabkan keabsahan jaminan organik. Kondisi tersebut berbeda dengan komoditas
konvensional pasokan cenderung berorientasi pasokan atau push system. Konsumen pada pasar khusus cenderung sering mengalami kekurangan atau
kehabisan pasokan. Konsumen pada pasar khusus lebih fleksibel terhadap kondisi tersebut. Kejadian risiko kekurangan pasokan, tidak akan berpengaruh pada
retailer pada mekanisme pasar khusus. Pihak retailer hanya berfungsi sebagai koordinator permintaan konsumen dan tempat distribusi atau agen.
Pola permintaan dan pasokan pada mekanisme Pasar Mainstream Konsumen
Retailer PT.X
Petani Permintaan
Konsumen D
Keputusan Permintaan kepada
Perusahaan [q]
q = Q Keputusan
Pemenuhan Permintaan [Q
1
] Hasil Panen Petani
[Q
2
]
Permintaan Konsumen
Terpenuhi Pasokan sama
dengan Permintaan
Mengirim Pasokan ke Retailer
YA Jumlah Pasokan Ke
PT.X
TIDAK Pasokan Lebih
Rendah dari Permintaan
Permintaan Konsumen tidak
Terpenuhi DendaSanksi
Gambar 5. Pola permintaan danpasokanpada Pasar Mainstream
Pada pasar mainstream permintaan dari konsumen yang tidak terpenuhi akan berpengaruh pada retailer karena berkurangnya service levelatau standar
pelayanan konsumen. Kekurangan pasokan akan menyebabkan kerugian dari sisi permintaan yang tidak dapat terpenuhi. Retailer harus mempertimbangan dengan
baik antara permintaan konsumen dan pasokan. Retailer juga harus mempertimbangkan jumlah pemesanan komoditas organik dengan kerugian
apabila terjadi kekurangan pasokan dan kelebihan persediaan dalam menghadapi permintaan konsumen dengan rinci. Jumlah pasokan yang harus disediakan oleh
pemasok
� merupakan sebuah fungsi pasokan petani �
2
dan perusahaan �
1
28 dalam memenuhi permintaan retailer
�. Kondisi ideal agar pemasok dan retailer terhindar dari kerugian adalah terjadinya kesamaan jumlah pasokan dari pemasok
terhadap permintaan retailer � = �.
Retailer pada pasar mainstream mempunyai standar minimal pelayanan terhadap konsumen. Jumlah permintaan retailer harus terpenuhi untuk
menghindari kerugian. Pada mekanisme pasar mainstream umumnya telah berlaku kesepakatan pihak retailer akan memberikan dendasanksi bagi perusahaan atau
pemasok terhadap pesanan yang tidak terpenuhi. Perusahaan atau pemasok perlu menyiapkan cadangan pasokan untuk memenuhi permintaan retailer sehingga
tercapai standar pelayanan minimal konsumen untuk menghindari risiko kekurangan pasokan. Pemasok perlu mempertimbangkan antara denda atau biaya
tambahan yang muncul untuk mencari pasokan tambahan.
Keputusan permintaan dan pasokan dalam rantai pasok dimulai dari permintaan konsumen. Permintaan konsumen menjadi pertimbangan retailer
untuk melakukan pesanan kepada pemasok dalam hal ini perusahaan dan petani yang berada dalam pengawasan perusahaan. Keputusan permintaan retailer
dipengaruhi rata-rata permintaan dan margin yang bisa diperoleh. Keputusan perusahaan dipengaruhi oleh pertimbangan rata-rata penyusutan penanganan
pascapanen dan pasokan yang diperoleh dari petani. Pihak petani perlu mempertimbangkan kondisi alam dan faktor gangguan penyakit dan hama
tanaman yang mempengaruhi produktifitas dan pasokan komoditas yang dihasilkan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa aktor retailer cenderung memilih jumlah permintaanpesanan lebih rendah 5-15 persen dari rata-rata permintaan konsumen.
Pihak perusahaan melakukan pemenuhan permintaan retailer dengan meningkatkan keputusan permintaan dan pengiriman 20-30 persen lebih tinggi
untuk menghindari denda dan risiko kekurangan pasokan. Tindakan menghindari risiko yang dihadapi oleh kedua aktor tersebut menunjukkan fenomena
marginalisasi dalam penentuan jumlah permintaan dan pasokan terhadap pertimbangan keuntungan dan kerugian serta risiko tiap aktor Li et al., 2013.
Tabel 1. Keputusan permintaan dan pengiriman dalam Rantai Pasok
Komoditas Permintaan
Konsumen �
KgBulan Permintaan
Retailer �
KgBulan Pengiriman
Perusahaan �
�
KgBulan Hasil Panen
Petani
�
�
KgBulan
Wortel 2.380
1.900 2.185
2.513 Tomat buah
696 450
518 621
Broccoli 656
400 500
625 Caysim
604 390
488 609
Bayam hijau 600
350 403
483 Jagung manis
568 330
380 436
Bayam merah 540
300 345
414 Buncis
524 300
345 414
Selada cos 468
300 345
414 Petsai
448 300
375 469
Pakcoi hijau 416
250 288
345
29 Aktor petani mengalami kondisi yang sama dengan menetapkan target hasil panen
30-45 persen lebih tinggi agar perusahaan tidak mengalami kekurangan pasokan. Keputusan petani tersebut dikarenakan adanya risiko hasil panen dan umum
dengan istilah random yield. Random yield dapat dipahami sebagai keputusan penggunaan perlakukan satu unit input yang akan menghasilkan beberapa unit
output yang berbeda He dan Zhang, 2008, Wang, 2009. Struktur Harga Komoditas dalam Rantai Pasok
Harga sayuran organik yang diterima oleh konsumen akhir merupakan akumulasi dari penetapan harga dari setiap aktor dalam rantai pasok seperti
terlihat pada Tabel 2. Harga jual menjadi salah satu perameter nilai output yang diperoleh aktor dalam penilaian nilai tambah. Penentuan harga jualnilai output
pada tiap aktor diperoleh dari beberapa pertimbangan antara lain, upah tenaga kerja, biaya tetap, biaya tambahan, penanganan pascapanen, biaya penyusutan,
distribusi, pengemasan, administrasi dan komponen biaya pengawasan serta penjaminan organik. Biaya pengawasan dan penjaminan organik merupakan salah
satu komponen biaya yang ada pada aktor petani dan perusahaan.
Tabel 2. Harga Jual Komoditas Sayuran Organik dalam Rantai Pasok
Komoditas Harga Jual
Petani �
RpKg Harga Jual
Perusahaan �
RpKg Harga Jual
Retailer �
RpKg
Wortel 4.500,00
8.750,00 17.500,00
Tomat buah 4.000,00
8.000,00 16.500,00
Broccoli 15.000,00
24.500,00 37.000,00
Caysim 5.000,00
9.500,00 18.500,00
Bayam hijau 5.500,00
10.250,00 19.500,00
Jagung manis 7.500,00
13.250,00 22.000,00
Bayam merah 7.000,00
12.500,00 26.000,00
Buncis 6.500,00
11.750,00 23.000,00
Selada cos 8.500,00
14.750,00 27.500,00
Petsai 6.000,00
11.000,00 18.500,00
Pakcoi hijau 8.500,00
14.750,00 25.500,00
Harga jual aktor retailer dipengaruhi oleh biaya tenaga kerja dan peralatan penyimpanan juga harga sayuran organik dari sumber pasokan lain. Komposisi
biaya penyusun harga dapat dilihat pada Lampiran 1, Lampiran 2 dan Lampiran 3. Hargajual aktor retailer yang tinggi menunjukkan bahwa sayuran organik yang
dihasilkan cenderungdapat diterima konsumen sehingga pihak retailer mampu mengambil margin yang tinggi. Penentuan harga jual retailer kepada konsumen
juga mempertimbangkan harga dari sayuran organik sejenis dari pemasok lain. Risiko karakteristik komoditas yang cepat rusak perishable juga menjadi
pertimbangan retailer. Pada jenis tertentu komoditas sayuran organik hanya bertahan antara 1-2 hari saja. Pihak retailer menganggap perlu
mempertimbangkan biaya akibat komoditas tidak terjual.
Harga jual aktor perusahaan dipengaruhi oleh biaya-biaya yang timbul selama proses penanganan pascapanen di tingkat perusahaan. Biaya tersebut
antara lain pengemasan, penyusutan dan distribusi serta transportasi. Pada jenis
30 komoditas tertentu mempunyai rendemen yang rendah serta kebutuhan kemasan
untuk pengiriman. Biaya transportasi juga menjadi salah satu komponen biaya yang ada dalam setiap komoditas organik yang dikirim.
Biaya sewa lahan dan biaya penjaminan organik menjadi tanggungan perusahaan apabila hasil budidaya diperoleh dari lahan perusahaan. Pada pasokan
yang berasal dari lahan pribadi petani maka kedua biaya tersebut menjadi komponen biaya petani untuk diperhitungkan dalam pendapatan petani. Harga jual
komoditas sayuran organik dari petani mitra dengan lahan sendiri lebih tinggi dari harga jual komoditas petani yang mengerjakan lahan perusahaan. Keseluruhan
perhitungan biaya dalam rantai pasok yang dikelola oleh perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Aktorpetani yang mengerjakan lahan perusahaan hanya perlu mempertimbangkan biaya sewa lahan bibit organik dan upah sebagai tenaga kerja
yang harus diterima. Pendapatan yang diperoleh seluruh petani sangat bergantung pada produktivitas komoditas saat panen. Produktivitas panen dari setiap
komoditas dipengaruhi oleh faktor konversi bibit menjadi komoditas serta faktor eksternal berupa cuaca serta hama penyakit. Faktor konversi adalah banyaknya
komoditas dalam satuan tertentu yang dapat dihasilkan dari beberapa unit input bibit. Nilai konversi dari setiap komoditas diperoleh dari hasil panen terhadap
kebutuhan bibit seperti terlihat pada Lampiran 4. Nilai tersebut menjadi pertimbangan dalam penentuan harga jualpada petani serta perusahaan yang
terdapat pada Lampiran 4.
Nilai pendapatan tiap aktor untuk semua komoditas dapat terlihat pada Tabel 3.Parameter pendapatan tiap aktor diperoleh dari harga jual dikurangi biaya
mendapatkan pasokan atau harga beli komoditas. Retailer mempunyai prosentase pendapatan paling tinggi dibandingkan dengan aktor lainnya. Pendapatan
langsung aktor retailer rata-rata mencapai 53 dari keseluruhan pendapatan aktor lain dalam rantai pasok komoditas organik. Aktor retailer memperoleh pendapatan
sebesar Rp.10.227,27 Kg. Aktor perusahaan rata-rata memperoleh prosentase sebesar 29 atau sebesar Rp. 5.545,45Kg. Margin pendapatan aktor petani rata-
rata sebesar 16 atau sebesar Rp. 3.500,00Kg lebih rendah dari aktor lain.
Tabel 3. Margin Pendapatan Aktor Rantai Pasok Komoditas Sayuran Organik
Margin Pendapatan RpKg Komoditas
Petani Perusahaan
Retailer
Wortel 3.500,00
4.250,00 8.750,00
Tomat buah 3.000,00
4,000,00 8.500,00
Broccoli 3.500,00
9.500,00 12.500,00
Caysim 3.000,00
4.500,00 9,000,00
Bayam hijau 3.500,00
4.750,00 9.250,00
Jagung manis 4.000,00
5.750,00 8.750,00
Bayam merah 4.500,00
5.500,00 13.500,00
Buncis 3.500,00
5.250,00 11.250,00
Selada cos 3.500,00
6.250,00 12.750,00
Petsai 3.500,00
5,000,00 7.500,00
Pakcoi hijau 3.000,00
6.250,00 10.750,00
31
Analisis Nilai Tambah Rantai Pasok
Nilai tambah masing-masing aktor dalam rantai pasok diperoleh dari nilai output yang diperoleh dikurangi harga bahan baku dan input tambahan. Nilai
output diperoleh dari harga jual dikalikan dengan faktor konversi. Nilai faktor konversi yang tinggi akan meningkatkan nilai tambah serta nilai output
denganharga bahan baku dan biaya diasumsikan tetap. Nilai tambah tiap komoditas yang diperoleh masing-masing aktor dalam rantai pasok dapat dilihat
pada Tabel 4. Parameter nilai tambah mengindikasikan kemampuan aktor untuk menghasilkan satu unit komoditas dengan nilai output tertentu serta usaha dan
biaya yang dikeluarkan.
Tabel 4. Nilai Tambah Aktor dalam Rantai Pasok Komoditas Sayuran Organik
Nilai Tambah RpKg Komoditas
Petani Perusahaan
Retailer
Wortel 7.562,50
3.250,00 5.750,00
Tomat buah 6,000,00
3,000,00 4.500,00
Broccoli 13.750,00
5.500,00 8.500,00
Caysim 4.352,94
3.500,00 6,000,00
Bayam hijau 6,000,00
3.750,00 6.150,00
Jagung manis 7.090,91
4.250,00 6.750,00
Bayam merah 5.653,85
2.416,67 7.136,36
Buncis 7.750,00
4.250,00 7.750,00
Selada cos 5.115,38
2.791,67 6.250,00
Petsai 7.200,00
4,000,00 5,000,00
Pakcoi hijau 5.541.67
3.909,09 7.750,00
Perbandingan parameter nilai tambah terhadap nilai output menunjukkan parameter rasio nilai tambah. Parameter rasio nilai tambah mengindikasikan
seberapa besar proporsinilai tambah yang dihasilkan terhadap nilai output yang diperoleh.Aktor yang mempunyai rasio nilai tambah tinggi mengindikasikan aktor
tersebut mempunyai kontribusi nilai tambah tinggi terhadapnilai outputyang dihasilkan. Rasio nilai tambah masing-masing aktor dalam rantai pasok seperti
terlihat pada Tabel 5. Nilai Tambah Petani
Berdasarkan parameter nilai tambah pada Tabel 4 dan rasio nilai tambah pada Tabel 5 menunjukkan bahwa rata rata nilai tambah petani lebih tinggi yaitu
sebesar Rp. 6.900Kg. Pencapaian nilai tambah aktor petani melebihi rata-rata margin pendapatan yang diperoleh dengan rata-rata sebesar Rp 3500Kg seperti
terlihat pada Tabel 3. Nilai tambah aktor petani sangat ditentukan oleh faktor konversi dari masing-masing komoditas karena faktor konversi sangat
menentukan nilai output yang dihasilkan. Aktor petani sangat tergantung pada karakteristik komoditas dan produktivitas lahan.
Produktivitas lahan pada petani organik juga didukung dengan pola budidaya organik yang menerapkan sistem rotasi dan tumpangsari sehingga biaya
input lebih rendah. Peran aktor petani juga sangat besar dalam penerapan standar organik yang merupakan ciri khusus dan nilai tambah oleh komoditas lain.
Komoditas organik dianggap lebih sehat, lebih aman serta ramah lingkungan.
32 Tabel 5. Rasio Nilai Tambah Aktor dalam Rantai Pasok Komoditas Sayuran
Rasio Nilai Tambah Komoditas
Petani Perusahaan
Retailer
Wortel 79,08
37,14 32,86
Tomat buah 60,00
37,50 27,27
Broccoli 52,38
22,45 22,97
Caysim 59,20
36,84 32,43
Bayam hijau 66,67
36,59 31,54
Jagung manis 61,18
32,08 30,69
Bayam merah 61,76
23,20 30,19
Buncis 63,80
36,17 33,70
Selada cos 46,02
22,71 25,00
Petsai 70,59
36,36 27,03
Pakcoi hijau 46,02
29,15 30,39
Nilai Tambah Perusahaan
Hasil pengukuruan nilai tambah pada Tabel 4menunjukkan bahwa aktor perusahaan memperoleh nilai tambah yang lebih rendah dengan dibandingkan dua
aktor lain rata rata Rp 3.692,00Kg. Nilai tambah aktor perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan aktor petani. Hal ini disebabkan pihak perusahaan harus
mengalokasikan biaya untuk distribusi dan transportasi, penanganan pascapanen, pengemasan, administrasi serta pengawasan budidaya organik petani.Aktor
perusahaan diuntungkan karena mampu menjual komoditas dengan harga yang lebih tinggi dan mengeluarkan biaya yang lebih rendah untuk memperoleh
pasokan dari petani sehingga meningkatkan nilai tambah perusahaan.
Nilai tambah aktor perusahaan yang rendah berpengaruh terhadap rasio nilai tambah aktor perusahaan dibandingkan dengan aktor petani. Rasio nilai tambah
aktor perusahaan sebesar 31 lebih rendah daripada aktor petani.Hal ini disebabkan nilai output yang diperoleh aktor perusahaan lebih tinggi
dibandingkan dengan aktor petani. Nilai output aktor perusahaan tidak ditentukan oleh faktor konversi komoditas tetapi karena harga jual komoditas yang lebih
tinggi dan harga beli yang rendah. Hal ini berbeda dengan aktor petani yang mempunyai harga jual dan margin yang rendah namun mempunyai faktor
konversi lebih tinggi.
Nilai tambah aktor perusahaan sangat dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan dan memasarkan komoditas organik kepada
retailer dan konsumen. Nilai tambah yang diberikan pada aktor perusahaan juga dihasilkan dari aktivitas pascapanen seperti sortasi, pengemasan, alokasi pasokan
dan pemenuhan permintaan. Pihak perusahaan juga mempunyai kemampuan untuk mengelola dan memperoleh sumber pasokan lebih besar sehingga proses
distribusi dan pemasaran menjadi lebih efisien. Perusahaan harus mempertahankan efisiensi biaya dan maksimasi utilitas sumberdaya agar dapat
memperoleh nilai tambah.
Nilai Tambah Retailer
Nilai tambah yang diperoleh aktor retailer rata-rata sebesar Rp. 6.500,00Kg hampir sama dengan nilai tambah yang diperoleh aktor petani. Nilai tambah aktor
retailer yang tinggi disebabkan oleh kemampuan aktor retailer menentukan harga output secara lebih leluasa. Nilai tambah retailer tidak dihasilkan dari faktor
33 konversi komoditas seperti pada petani. Retailer meningkatkan nilai tambah
melalui pengemasan dan penyimpanan, strategi promosi dan penjualan kepada konsumen serta strategi harga.
Retailer diuntungkan karena harga sayuran organik dengan rata-rata2 kali lebih mahal dibandingkan harga sayuran konvensional dianggap wajar oleh
konsumen. Perbandingan harga sayuran konvensional dan organik dapat dilihat pada Lampiran 6. Konsumen menilai sayuran organik dianggap lebih sehat, aman
dan lebih ramah lingkungan. Berdasarkan perhitungan biaya pada Lampiran 1- 3sertaacuan penentuan harga petani dan perusahaan pada Lampiran 4 serta
penentuan harga retailer pada Lampiran 5 yang ditetapkan perusahaan diketahui bahwa aktor retailer menentukan harga jual 21 lebih tinggi kepada konsumen
dari acuan harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan. Pihak perusahaan juga mengambil margin keuntungan yang tinggi yaitu sekitar 50 terhadap harga beli
dari petani.
Penetapan harga jual tersebut dilakukan oleh faktor peluang risiko kerugian akibat sayuran mengalami kerusakan selama berada di retailer atau karena tidak
terjual. Sayuran organik secara umum lebih cepat rusak dan dapat bertahan maksimal 1 hari untuk komoditas tertentu. Pihak retailer juga harus mengeluarkan
biaya input lain seperti pajak pertambahan nilai dan peralatan yang harus disediakan seperti pendingin dan penyimpanan sayuran. Kemampuan pihak
retailer untuk memperkirakan permintaan dengan tepat menjadi penting untuk memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio nilai tambah menunjukkan bahwa aktor retailer mempunyai rata-rata rasio nilai tambah yang lebih rendah dibandingan
dengan dua aktor lainnya yaitu hanya sebesar 29.46 seperti terlihat pada Tabel 5. Hasil tersebut menunjukkan perbedaan yang tinggi antara nilai tambah dengan
nilai output yang diperoleh. Retailer mengeluarkan biaya memperoleh pasokan dan biaya input yang relatif lebih rendah dengan aktor lain untuk menghasilkan
sayuran dengan margin pendapatan yang diperoleh.
Analisis Risiko Rantai Pasok
Pengambilan keputusan tiap aktor dalam rantai pasok tidak lepas dari kondisi risiko yang dihadapi. Kondisi ini terlihat dari fenomena keputusan
permintaan dan pengiriman pasokan, nilai tambah dan nilai output sayuran organik dalam rantai pasok. Berdasarkan analisis struktur rantai pasok dengan
menggunakan representasi SCOR diketahui tahapan proses yang dilakukan oleh masing-masing aktor seperti terlihat pada Gambar 4 serta keputusan masing-
masing aktor terlihat pada Tabel 1. Melalui pemetaan proses tersebut juga diperoleh beberapa jenis risiko yang menyertai proses permintaan dan pengiriman
sayuran organik dari hulu hingga hilir.
Berdasarkan hasil analisis struktur dan keputusan diperoleh sembilan jenis risiko seperti terlihat pada Tabel 6. Sembilan jenis risiko tersebut merupakan
kondisi yang selalu dihadapi dan menjadi pertimbangan para aktor dalam mengambil keputusan. Masing-masing aktor mempunyai tiga jenis risiko yang
berkaitan dengan permintaan dan pengiriman pasokanserta penjaminan organik. Pada rantai pasok sayuran organik yang dikelola oleh PT. X risiko dari sisi
finansial seperti perubahan harga jual hampir tidak ditemukan karena harga
34 sayuran organik relatif stabil di pasaran. Risiko tersebut tidak menjadi
pertimbangan dalam pengambilan keputusan masing masing aktor. Risiko penjaminan organik menjadi jenis risiko yang hampir selalu ada pada
setiap aktor dalam rantai pasok sayuran organik. Hal ini menunjukkan bahwa penjaminan organik menjadi komitmen keseluruhan aktor dalam rantai pasok.
Konsekuensi dari penjaminan organik tertuang dalam kerjasama yang dilakukan oleh setiap aktor. Salah satunya adalah sayuran yang dijual kepada konsumen
pada sebuah retailer tidak boleh berasal dari sumber pasokan lain dari luar PT. X. Tidak boleh terdapat satu jenis sayuran organik yang sama dari pemasok lain.
Pihak perusahaan juga tidak menerima sumber pasokan dari luar petani yang telah dibina oleh perusahaan meskipun dapat menunjukkan bahwa sayurannya telah
melalui proses tahapan organik.
Risiko pasokan dari petani hingga konsumen adalah kegagalan panen serta hasil panen di bawah target pasokan untuk aktor petani. Pada aktor perusahaan
terdapat risiko penyusutan pasca panen dan pengiriman di bawah target. Pada aktor retailer terdapat risiko permintaan dan pengiriman berupa pasokan di bawah
permintaan dan kekurangan persediaan. Masing-masing risiko tersebut merupakan kejadian yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu risiko
permintaan dan pengiriman pada bagian hulu akan mempengaruhi permintaan dan pengiriman pada sisi hilir. Tindakan penanganan risiko perlu diterapkan sejak dari
sumber pasokan.
Tabel 6. Risiko pada tiap tahapan dan Aktor dalam Rantai Pasok
AktorTahapan Jenis Risiko
Petani Make to Source
Kegagalan Panen Make to Source
Jaminan Organik tidak terpenuhi Deliver to Order
Hasil Panen di bawah target
PT. X Source to Deliver
Penyusutan Pasca Panen Source toDeliver
Jaminan Organik Deliver to Order
Pengiriman di bawah target
Retailer Source toDeliver
Pasokan di bawah permintaan
Source to Deliver Jaminan Organik
Deliver to Order Kekurangan Persediaan
Risiko Petani
Jenis risiko yang menjadi pertimbangan petani salah satunya adalah risiko kegagalan panen. Kegagalan panen akan menyebabkan kerugian secara langsung
bagi pendapatan aktor petani. Kegagalan panen juga akan berdampak luas terhadap aktor selanjutnya yaitu perusahaan dan retailer. Kegagalan panen petani
merupakan jenis risiko yang masuk dalam kategori sumber pasokan dan proses budidaya organik make to source. Risiko berikutnya adalah kegagalan
penjaminan organik yang termasuk pada tahapan yang sama dengan kegagalan panen seperti terlihat pada Tabel 7.
Risiko kegagalan penjaminan organik selain berdampak pada keseluruhan aktor juga memerlukan waktu penanganan yang lama apabila benar-benar terjadi.
Risiko kegagalan penjaminan organik dapat terjadi akibat faktor posisi lahan
35 seperti tercemarnya sumber mata air karena adanya budidaya konvensional di
sekitar lahan atau karena adanya industri yang merusak aliran mata air. Risiko kegagalan panen terjadi sekitar 15-25 untuk satu siklus pengamatan dalam satu
tahun.Lahan pertanian organik diharapkan jauh dari sumber pencemaran. Faktor penggunaan bibit dan pestisida serta pengelolaan hama penyakit juga menjadi
pertimbangan penting dalam menghindari risiko kegagalan penjaminan organik. Risiko kegagalan panen mempunyai dampak lebih besar namun mempunyai
frekuensi yang lebih rendah dibandingkan dengan risiko kekurangan pasokan.
Peluang risiko paling tinggi bagi petani adalah risiko penurunan hasil panen untuk pengiriman pasokan kepada perusahan Deliver To Order.Petani tidak
dapat menghindari risiko tersebut dan mempunyai persentase rata-rata 35-45 dari total hasil panen setiap bulan dalam satu tahun.Risiko tersebut mengikuti
kondisi cuaca ekstrim tertentu yang tidak sesuai dengan karakeristik sayuran. Sayuran dengan genus brassicana mempunyai risiko paling tinggi disebabkan
oleh karakteristik dari sayuran. Risiko penurunan hasil panen mempunyai dampak lebih rendah namun mempuyai frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
risiko kegagalan panen dan jaminan organik.
Tabel 7. Jenis dan Peluang Risiko Aktor Petani
Jenis dan Peluang Risiko Sayuran
Kegagalan Panen
Jaminan Organik
Hasil Panen di bawah target
Wortel 15
4 35
Tomat buah 20
4 40
Broccoli 25
4 45
Caysim 25
4 35
Bayam hijau 20
4 35
Jagung manis 15
4 35
Bayam merah 20
4 35
Buncis 20
4 35
Selada cos 20
4 35
Petsai 25
4 35
Pakcoi hijau 20
4 35
Risiko jaminan organik pada aktor petani menunjukkan peluang yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan risiko yang lain. Risiko tersebut lebih jarang
terjadi apabila ditinjau dari frekuensi kejadian. Pihak petani dan perusahaan juga melakukan pengawasan secara ketat penjaminan organik berbeda dengan dua
risiko yang lain. Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi yang diperoleh risiko tersebut dapat dideteksi lebih dini sehingga mudah diantisipasi. Peluang
kemunculan risiko jaminan organik pada petani berasal dari lingkungan sekitar seperti sumber air serta keakuratan dokumentasi budidaya. Frekuensi munculnya
risiko tersebut rata-rata empat kali dalam 100 kali pengawasan. Risiko penurunan hasil panen dan kegagalan panen tidak dapat diantisipasi dengan baik karena
faktor alam pada beberapa tahun terakhir.
Risiko Perusahaan
Aktor perusahaan mempunyai risiko pada tahap pengusahaan pasokan untuk pemenuhan permintaan retailer seperti terlihat pada Tabel 8. Risiko tersebut antara
lain terjadinya penyusutan sayuran karena proses sortasi, trimming serta
36 pengemasan. Risiko penyusutan pasca-panen merupakan risiko yang tidak bisa
dihindarkan. Aktor perusahaan tidak dapat menghindari risiko penyusutan pasca panen karena proses sortasi, trimming, pengemasan serta karakeristik jenis
sayuran sehingga berakibat pada penurunan kuantitas sebesar 15-25 setiap penanganan terlebih ketika cuaca kurang mendukung.
Risiko penurunan kuantitas mengakibatkan perusahaan harus menerima risiko pengiriman di bawah target permintaan dengan bobot lebih besar yaitu 20-
30 untuk total pengiriman selama bulan dalam satu tahun. Risiko penyusutan pasca panen juga berdampak langsung terhadap risiko penurunan pengiriman
kepada retailer.Peluang dari risiko penurunan pengiriman lebih tinggi dari risiko penyusutan pasca-panen yaitu rata-rata sebesar 20-35 untuk semua jenis
sayuran. Risiko tersebut masih dapat diantisipasi dengan mencari sumber pasokan tambahan dari petani mitra yang telah menjadi binaan dari pihak perusahaan
meskipun terdapat konsekuensi biaya tambahan dan harga beli yang sedikit lebih mahal.
Risiko jaminan organik pada aktor perusahaan juga cenderung dapat diawasi dan dikendalikan yaitu dengan mekanisme pembatasan sumber pasokan.Peluang
risiko jaminan organik pada perusahaan adalah sama untuk semua jenis sayuran.Rendahnya peluang risiko penjaminan organik terjadi karena perusahaan
tidak menerima pasokan dari luar petani binaan meskipun petani tersebut telah menyatakan melakukan budidaya secara organik. Pihak perusahaan selalu rutin
dan ketat dalam melakukan pengawasan organik terhadap mitra petani.Tindakan yang diambil salah satunya adalah dengan penyuluhan dan pendampingan serta
penyediaan bibit organik.
Tabel 8. Jenis dan Peluang Risiko Aktor Perusahaan
Jenis dan Peluang Risiko Sayuran
Penyusutan Pasca Panen
Jaminan Organik
Pengiriman di bawah target
Wortel 15
3 20
Tomat buah 15
3 25
Broccoli 25
3 30
Caysim 25
3 20
Bayam hijau 15
3 20
Jagung manis 15
3 20
Bayam merah 15
3 20
Buncis 15
3 20
Selada cos 15
3 20
Petsai 25
3 20
Pakcoi hijau 15
3 20
Risiko Retailer
Risiko yang diterima oleh aktor retailer sangat dipengaruhi oleh risiko permintaan dan pengiriman aktor petani dan perusahaan. Aktor retailer tidak dapat
menghindari risiko pasokan yang lebih rendah dari permintaan konsumen pada tahap pemenuhan permintaan seperti terlihat pada Tabel 9. Risiko pasokan
berdampak langsung terhadap persediaan sehingga kekurangan pasokan untuk memenuhi permintaan retailer. Risiko penjaminan organik retailer relatif lebih
kecil karena tidak secara langsung terlibat dalam budidaya dan pengawasan.
37 Secara umum risiko yang dihadapi aktor rantai pasok sayuran organik berkaitan
dengan permintaan dan pengiriman dan legalitas penjaminan organik. Risiko permintaan dan pengiriman pada aktor petani dan perusahaan
berdampak pada risiko rendahnya pasokan dari permintaan retailer. Penurunan jumlah pasokan rata-rata berkisar antara 5-15 persen untuk setiap pengiriman per
bulan dalam satu tahun. Dampak penurunan jumlah pasokan adalah penurunan pelayanan konsumen sebesar 5-7 persen pada setiap sayuran dalam kurun waktu
satu bulan. Risiko jaminan organik pada aktor retailer lebih rendah dari aktor perusahaan dan petani. Risiko jaminan organik mempunyai risiko lebih besar
selama proses budidaya, pemenuhan pasokan dan distribusi. Kejadian risiko kerusakan dan penurunan hasil panen sayuran organik pada petani dan PT. X
berkisar antara 11-13 lebih tinggi dari sayuran konvesional Yulianti, 2009.
Tabel 9. Jenis dan Peluang Risiko Aktor Retailer
Jenis dan Peluang Risiko Jenis Sayuran
Pasokan di bawah
Permintaan Jaminan
Organik Kekurangan
Persediaan
Wortel 5
1 5
Tomat buah 10
1 6
Broccoli 15
1 7
Caysim 5
1 5
Bayam hijau 5
1 5
Jagung manis 5
1 5
Bayam merah 5
1 5
Buncis 5
1 5
Selada cos 5
1 5
Petsai 5
1 5
Pakcoi hijau 5
1 5
Risiko kegagalan penjaminan organik pada tiap aktor tidak menunjukkan peluang dan kejadian yang tinggi. Rendahnya risiko tersebut disebabkan
pengawasan dan penjaminan organik sangat ketat sehingga risiko tersebut sangat jarang terjadi.Selain itu kondisi ini didukung dengan kebijakan perusahan yang
mensyaratkan sebuah rantai yang tertutup sehingga dapat diawasi dan meminimalkan pelanggaran terhadap jaminan sayuran organik yang dihasilkan.
Pihak konsumen dan retailer tidak ragu bahwa petani dan perusahaan akan melakukan kecurangan dengan memberikan sayuran non-organik. Pihak
perusahaan tidak akan mengambil pasokan dari sumber lain untuk memenuhi permintaan atau untuk memenuhi kekurangan pasokan.
Pengukuranpeluang risiko hanya menunjukkan risiko tiap aktor dari sisi frekuensi kejadian. Pengukuranrisiko perlu mempertimbangkan risiko aktor,
parameter nilai tambah dan bobot konsekuensi tiap aktor. Melaluipengukuran tersebut diperoleh pemahaman risiko aktor dalam rantai pasok dilihat dari usaha
masing masing aktor dalam memberikan nilai tambah dan kontribusi masing masing aktor terhadap aktor yang lain. Aktor yang mampu memberikan nilai
tambah dan kontribusi lebih tinggi dari aktor lain dalam rantai pasok perlu dikategorikan aktor dengan risiko yang lebih tinggi dari aktor lain meskipun
mempunyai peluang risiko yang sama.
38 Hasil penilaian indeks risiko aktor pada Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai
indeks risiko tertinggi rata-rata dihadapi aktor petani, Nilai indeks risiko dipengaruhi oleh parameter persentase nilai tambah
�, peluang kemunculan risiko dan konsekunsi tiap aktor
�. Aktor dengan indeks risiko paling tinggi dan mempunyai kemampuan untuk membangkitkan nilai tambah yang tinggi
cenderung mempunyai indeks risiko yang lebih tinggi. Nilai konsekuensi aktor diasumsikan bernilai satu yang berarti setiap aktor mempunyai peran yang tidak
dapat dengan mudah digantikan.
Tabel 10. Indeks Risiko Aktor dalam Rantai Pasok
Indeks Risiko Jenis Sayuran
Petani Perusahaan
Retailer
Wortel 37,14
12,64 3,50
Tomat buah 32,35
14,31 4,43
Broccoli 31,64
11,02 4,99
Caysim 31,49
15,40 3,45
Bayam hijau 33,39
12,45 3,36
Jagung manis 28,73
10,92 3,27
Bayam merah 30,93
7,90 3,22
Buncis 31,95
12,31 3,59
Selada cos 23,05
7,73 2,66
Petsai 37,55
15,20 2,88
Pakcoi hijau 23,05
9,92 3,24
Pengukuran Efisiensi Kinerja Rantai Pasok
Pengukuran efisiensi kinerja diperlukan untuk mengetahui seberapa besar kinerja pemenuhan permintaan dan pasokan serta pendapatan yang diperoleh tiap
aktor dibandingkan dengan usaha yang dikeluarkan untuk mencapai kinerja tersebut. Aktor disebut telah efisien dalam pencapaian kinerja apabila usaha yang
dilakukannya atau input digunakan dapat menghasilkan pencapaian atau output yang relatif lebih tinggi dibandingkan aktor yang lain. Pengukuran efisiensi
kinerja aktor rantai pasok sayuran organik perlu dilakukan untuk mengetahui aktor yang relatif kurang efisien dalam sebuah rantai pasok. Berdasarkan
indikatorefisiensikinerja dapat dilakukan perbaikan efisiensi kinerja keseluruhan aktor dalam rantai pasok.
Pengukuran efisiensi kinerja rantai pasok sayuran organik dilakukan dengan terlebih dahulu mendefinisikan input yang digunakan dan output yang ingin
dicapai oleh aktor. Parameter input dan output diperoleh dari analisis nilai tambah, analisis risiko serta keputusan permintaan dan pengiriman pasokan aktor dalam
rantai pasok dari tahapan sebelumnya. Parameter input yang digunakan dalam pengukuran adalah keputusan permintaan dan pasokanserta indeks risiko.
Parameter output yang dijadikan parameter pengukuran adalah margin pendapatan langsung serta keuntungan yang diperoleh masing-masing aktor.
Berdasarkan parameter tersebut kemudian dibandingkan efisiensi dari rasio input-output masing masing aktor untuk mengetahui efisiensi relatif aktor dalam
rantai pasok. Hasil dari tahapan ini adalah nilai efisiensi relatif masing-masing aktor. Aktor yang kurang efisien adalah aktor yang mempunyai input yang lebih
besar dibanding output yang diterima. Kondisi tersebut menunjukkan perlu
39 pengurangan input atau peningkatan output yang mengacu pada rasio input output
aktor yang lebih efisien. Tahapan selanjutnya adalah penyeimbangan input dan output aktor yang kurang efisien terhadap aktor yang relatif lebih efisien.
Efisiensi Kinerja Rantai Pasok
Hasil pengukuruan efisiensi kinerja mengindikasikan adanya perbedaan nilai efisiensi pada masing-masing aktor seperti terlihat dari pada Tabel 11.
Pengukuran efisiensi kinerja terhadap parameter input dan output masing-masing aktor menunjukkan aktor retailer relatif mempunyai efisiensi paling tinggi pada
seluruh jenis sayuran dibandingkan aktor petani dan perusahaan. Aktor petani rata-rata mempunyai efisiensi sebesar 33,80, sedangkan aktor perusahaan
sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 54.20.
Tabel 11. Perbandingan Efisiensi Kinerja Aktor dalam Rantai Pasok
Efisiensi Jenis Sayuran
Petani Perusahaan
Retailer
Wortel 30,2
50,5 100
Tomat buah 44,5
62,4 100
Broccoli 17,9
60,8 100
Caysim 21,3
48,1 100
Bayam hijau 33,2
56,8 100
Jagung manis 1,00
70,7 100
Bayam merah 24,2
35,4 100
Buncis 23,1
48,4 100
Selada cos 19,9
42,6 100
Petsai 36,8
70,2 100
Pakcoi hijau 20,2
50,5 100
Efisiensi aktor petani dan perusahaan yang lebih rendah dibanding dengan aktor retailer mengindikasikan bahwa aktor petani dan perusahaaan cenderung
memperoleh output yang relatif lebih rendah dibandingkan input beban risiko dan jumlah pemenuhan permintaan dan pengiriman pasokan yang harus disediakan
untuk memenuhi permintaan retailer.
Efisiensi Kinerja Petani
Berdasarkan hasil penilaian efisiensi kinerja aktor petani menunjukkan aktor petani hanya mampu memiliki efisiensi maksimal pada sayuran jagung manis.
Selisih efisiensi kinerja aktor petani terhadap aktor perusahaan rata rata sebesar 20,5 dengan kisaran antara 19-44,50. Selisih terendah terdapat pada sayuran
bayam merah sedangkan selisih tertinggi terdapat pada sayuran Broccoli. Selisih efisiensi aktor petani dengan aktor retailer rata-rata 66,2 mencapai dengan
kisaran antara 55,5-82,1. Selisih terendah terdapat pada sayuran Tomat Buah sedangkan selisih tertinggi terdapat pada sayuran Broccoli. Perbedaan efisiensi
tersebut disebabkan karena aktor petani mempunyai beban risiko yang lebih tinggi dari sisi risiko. Beban risiko tersebut mengakibatkan aktor petani harus
mempersiapkan pasokan yang lebih tinggi agar permintaan retailer dapat terpenuhi.
Perbedaan efisiensi kinerja aktor petani terhadap aktor perusahaan dan retailer mengindikasikan bahwa petani cenderung mempunyai posisi yang kurang
40 diuntungkan. Berdasarkan mekanisme penentuan harga yang diterima aktor petani
saat ini perlu dikaji lebih lanjut dengan mempertimbangkan aspek risiko biaya- biaya yang dikeluarkan serta kewajiban yang ditanggung dalam pemenuhan
pasokan. Mekanisme yang dapat ditempuh antara lain pemberian insentif terhadap biaya yang timbul akibat risiko yang dihadapi, seperti kegagalan panen dan
penurunan hasil panen. Mekanisme pemberian insentif juga perlu diberikan apabila petani mampu memenuhi permintaan aktor perusahaan dan retailer.
Efisiensi aktor petani sangat dipengaruhi oleh luas lahan dan produktivitas yang sangat dipengaruhi faktor cuaca.
Efisiensi Kinerja Perusahaan
Berdasarkan penilaian efisiensi kinerja tiap aktor dalam rantai pasok pada Tabel 11menunjukkan bahwa aktor perusahaan mempunyai efisiensi yang lebih
tinggi dari aktor petani namun lebih rendah dari aktor retailer. Perbedaan efisiensi aktor perusahaan dengan aktor retailer berkisar antara 29,3-57,4. Selisih
tertinggi terdapat pada sayuran wortel sedangkan sedangkan selisih terendah terdapat pada sayuran brocolli. Rata-rata perbedaan efisiensi kinerja aktor
perusahaan dengan aktor retailer adalah sebesar 45,80.
Efisiensi aktor perusahaan terhadap aktor retailer relatif lebih rendah dibandingkan dengan efisiensi aktor petani terhadap perusahaan dan retailer.
Perusahaan mampu memperoleh margin dari pendapatan langsung yang tinggi yaitu sebesar 50 dari selisih harga beli sayuran petani. Aktor perusahaan juga
mampu memperoleh keuntungan yang lebih tinggi untuk sayuranyang dibudidayakan pada lahan perusahaan. Strategi budidaya melalui sistem tumpang
sari, pembagian jenis dan penjadwalan budidaya, lahan yang luas dan variasi sayuran juga mampu meningkatkan efisiensi aktor perusahaan.
Pencapaian efisiensi kinerja yang relatif tinggi dari aktor perusahaan memungkinkan bagi perusahaan menjadi bagian dari aktor retailer untuk
memberikan insentif untuk mengurangi beban input dan beban risiko yang ditanggung oleh aktor petani. Pihak perusahaan juga dapat meningkatkan output
pendapatan petani melalui penetapan ulang harga beli sayuran yang dihasilkan petani. Pemberian insentif dapat diberikan pada aktor petani yang menanggung
risiko lebih besar dalam menghasilkan sayuran organik.
Efisiensi Kinerja Retailer
Efisiensi kinerja aktor retailer mempunyai nilai paling tinggi dari seluruh aktor dalam rantai pasok sayuran organik yang dikelola oleh PT. X. Selisih
efisiensi aktor retailer terhadap aktor petani rata-rata mencapai 66,2 lebih tinggi. Selisih efisiensi dengan aktor perusahaan mencapai 45,8. Salah satu faktor
penentu tingginya nilai efisiensi aktor retailer adalah perolehan margin pendapatan langsung. Pihak retailer mempunyai keleluasaan untuk menentukan
harga jual karena selisih harga yang tinggi antara harga beli dari perusahaan dengan harga jual konsumen. Harga jual juga dipengaruhi oleh harga sayuran
organik dari pemasok lain.
Selisih harga jual aktor retailer dibandingkan dengan aktor petani berkisar antara 66-76 sedangkan selisih harga jual aktor retailer dengan aktor retailer
dengan aktor perusahaan berkisar antara 38-49. Hal ini mengindikasikan bahwa aktor retailer mempunyai kemampuan untuk membantu aktor lain terutama aktor
petani. Aktor retailer juga mempunyai bobot input yang lebih rendah yaitu
41 keputusan pemesanan permintaan kepada pemasok dalam menghadapi permintaan
konsumen. Aktor retailer cenderung memilih untuk menghindari risiko kelebihan pasokan dengan memesan jumlah yang relatif jauh lebih sedikit dari rata-rata
permintaan konsumen.
Penyeimbangan Efisiensi Kinerja
Pencapaian efisiensi kinerja keseluruhan aktor dalam rantai pasok dapat tercapai apabila masing-masing aktor yang kurang efisien menyeimbangkan input
maupun output yang ada terhadap input dan output aktor lain yang relatif lebih efisien. Aktor yang kurang efisien diasumsikan dapat mengurangi beban input
untuk memperoleh output yang lebih tinggi atau meningkatkan output dengan kondisi input yang dimiliki saat ini. Mekanisme pengurangan bobot parameter
input untuk pencapaian output maka disebut penyeimbangan dengan orientasi input, sedangkan apabila dilakukan penambahan output dengan input maka
disebut dengan penyeimbangan berorientasi output. Besaran penyesuaian pengurangan input dan output mengacu pada hasil penyeimbangan dari analisis
DEA Data Envelopment Analysis pada kedua jenis mekanisme tersebut.
Penyeimbangan kinerja aktor dalam rantai pasok dilakukan dengan menggunakan model CCR berorientasi input. Melalui penyeimbangan input
diharapkan ketidakseimbangan input berupa inefisiensi pada sisi permintaan dan pengiriman serta beban risiko yang besar dapat dikurangi agar kinerja pelaku
rantai pasok lebih efisien. Hasil penyeimbangan dengan orientasi input menunjukkan bahwa aktor petani perlu memperoleh pengurangan input risiko
hingga rata-rata 27,16 dan input pemenuhan pasokanrata rata sebesar 449,811 Kg. Penyeimbangan input aktor petani untuk setiap sayuran dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12. Penyeimbangan Efisiensi melalui penurunan Input Petani
Jenis Sayuran Indeks
Risiko Pasokan
KgBulan
Wortel 35,74
1.753,00 Tomat buah
29,63 344,57
Broccoli 30,24
513,00 Caysim
30,34 479,00
Bayam hijau 31,85
322,53 Jagung manis
0,00 0,00
Bayam merah 29,86
314,00 Buncis
30,81 318,44
Selada cos 22,32
331,65 Petsai
35,89 296,50
Pakcoi hijau 22,15
275,23
Penyeimbangan efisiensi dengan pengurangan input aktor perusahaan berdasarkan DEA secara rinci dapat dilihat padaTabel 13. Aktor perusahaan perlu
menyeimbangkan input yang dibutuhkan dengan melakukan pengurangan input rata-rata sebesar 9,12 persen dan pengurangan inefisiensi pasokan dengan rata-
rata 260,325 Kg. Hasil pengukuran efisiensi dan penyeimbangan input menunjukkan bahwa keputusan pengiriman dan pemenuhan pasokan tidak
42 melebihi dari jumlah permintaan retailer. Pemenuhan pasokan aktor petani dan
perusahaan dalam memenuhi permintaan dinilai terlalu besar sehingga dapat menurunkan efisiensi petani dan perusahaan.
Tabel 13. Penyeimbangan Efisiensi melalui penurunan Input Perusahaan
Jenis Sayuran Indeks
Risiko Pasokan
KgBulan
Wortel 10,61
1.081,00 Tomat buah
11,13 194,79
Broccoli 7,23
196,00 Caysim
13,32 253,22
Bayam hijau 10,25
174,13 Jagung manis
3,83 111,43
Bayam merah 6,59
222,78 Buncis
10,31 177,89
Selada cos 6,43
197,94 Petsai
12,67 111,75
Pakcoi hijau 8,04
142,65
Pengelolaan Risiko Rantai Pasok
Berdasarkan hasilpenyeimbangan efisiensi aktor dalam rantai pasok seperti terlihat pada Tabel 12 dan Tabel 13diperlukan pengelolaan risiko pada aktor
petani dan perusahaan. Pengelolaan tersebut dapat ditempuh melalui efisiensi dan penyeimbangan permintaan retailer terhadap permintaan konsumen serta efisiensi
pemenuhan dan pengiriman pasokan petani dan perusahaan terhadap permintaan retailer dalam memenuhi permintaan konsumen. Mekanisme pengelolaan risiko
yang digunakan mengacu pada mekanisme pengelolaan risiko dengan penyeimbangan permintaan dan pasokan oleh He dan Zhang 2008. Formulasi
pengelolaan risiko yang diajukan oleh He dan Zhang 2008 terdapat pada persamaan 4 hingga 7. Mekanisme dan proses pengelolaan risiko secara deskriptif
dapat dilihat pada Gambar 6.
Melalui pengelolaan risiko tersebut diharapkan pihak retailer berada dalam kondisi terlindungi dari risiko kekurangan pasokan dan pihak petani serta
perusahaan terlindungi dari risiko rendahnya pemenuhan pasokan karena faktor budidaya dan penanganan pasca panen. Perhitungan pengelolaan risiko dilakukan
dengan mempertimbangkan parameter biaya dan harga dan kondisi yang berlaku saat iniseperti terlihat pada Tabel 14. Parameter risiko pada analisis risiko serta
jumlah pasokan dan permintaan masing-masing aktor pada analisis struktur rantai pasok juga dijadikan pertimbangan perhitungan.
43
Mekanisme Pengelolaan Risiko Rantai Pasok Komoditas Organik PT. X dengan Pembagian Resiko Kekurangan Pasokan Konsumen
Retalier PT.X
Petani Petani Mitra
Permintaan Konsumen
D Keputusan
Permintaan kepada Perusahaan
q
Pasokan Kurang ?
Keputusan Pemenuhan
Permintaan Q
1
Keputusan Hasil Panen Petani
Q
2
Permintaan Konsumen
Terpenuhi Menerima Pasokan
dalam Jumlah yang tepat
Jumlah Pasokan sama dengan
Jumlah Permintaan
Keputusan Pasokan
tambahan
Mengirim Pasokan ke Retailer
Pasokan tambahan dari Petani Mitra
YA TIDAK
Jumlah Pasokan Ke PT.X
Risiko kekurangan Pasokan D q atau Kelebihan
Pasokan q D Rata-rata Permintaan
Konsumen DminDmax Risiko Kekurangan Pasokan
Karena penanganan pasca panen u
1
Risiko Kekurangan Pasokan Faktor budidaya Random
Yield u
2
Harga Jual Retailer ke Konsumen P
Harga Jual Perusahaan ke Retailer W
Harga Jual Petani ke Perusahaan C
Biaya Pasokan Tambahan
Ce
Gambar 6. Kerangka Pengelolaan Risiko menurut He dan Zhang2008 Parameter margin pendapatan petani adalah harga jual petani
� kepada perusahaan dikurangi dengan biaya budidaya
�
�
. Margin pendapatan perusahaan adalah harga jual perusahaan
� kepada retailer dikurangi dengan harga jual petani
� kepada perusahaan. Margin pendapatan retailer adalah harga jual � dikurangi dengan harga jual perusahaan
� . Biaya pasokan tambahan �
�
merupakan biaya yang harus dikeluarkan pemasok apabila terjadi pasokan di bawah permintaan. Biaya tersebut juga menjadi denda bagi pemasok apabila tidak
dapat memenuhi permintaan.
Melalui mekanisme pengelolaan yang diajukan, pihak petani dan perusahaan dapat menentukan keputusan pemenuhan pasokan dengan
pertimbangan risiko. Risiko pasokan terjadi karena faktor random yield dengan sebaran tertentu. Parameter tersebut dinotasikan dengan variabel acak
�� yang terdapat pada petani
�
2
dan perusahaan �
1
yang terjadi karena variasi hasil panen dan penyusutan beratsayuran setelah penanganan pasca panen. Risiko pada
sisi perusahaan berupa variasi permintaan konsumen dinotasikan dengan ��
sebagai variabel acak permintaan. Retailer harus mempertimbangkan jumlah permintaan pasokan kepada pemasok
� dengan pertimbangan sebaran permintaan konsumen
�. Pihak pemasok dalam hal ini petani dan perusahaan harus
mempertimbangkan keputusan pasokan dan hasil panen terhadap random yield dari masing-masing pemasok
�
2
dan �
1
agar terhindar dari kekurangan pasokan terhadap permintaan retailer. Apabila terjadi kekurangan pasokan maka
akan dikeluarkan biaya untuk memperoleh pasokan tambahan sebesar �
�
. Variabel acak dari parameter permintaan dan hasil panen diasumsikan mempunyai
sebaran yang seragam uniform. Peluang kejadian masing-masing parameter dianggap mempunyai peluang yang sama karena kondisi cuaca dan faktor alam
lain sangat mudah terjadi perubahan setiap hari.
44 Tabel 14. Struktur Harga dalam Rantai Pasok
Jenis Sayuran Biaya
Budidaya RpKg
�
�
Harga Jual Petani
RpKg �
Harga Jual Perusahaan
RpKg �
Harga Jual Retailer
RpKg
� Pasokan
Tambahan RpKg
�
�
Wortel 1.000,00
4.500,00 8.750,00
17.500,00 6.000,00
Tomat buah 1.000,00
4.000,00 8.000,00
16.500,00 6.100,00
Broccoli 11.500,00
15.000,00 24.500,00
37.000,00 19.500,00
Caysim 2.000,00
5.000,00 9.500,00
18.500,00 8.500,00
Bayam hijau 2.000,00
5.500,00 10.250,00
19.500,00 9.500,00
Jagung manis 3.500,00
7.500,00 13.250,00
22.000,00 11.000,00
Bayam merah 2.500,00
7.000,00 12.500,00
26.000,00 10.500,00
Buncis 3.000,00
6.500,00 11.750,00
23.000,00 10.000,00
Selada cos 5.000,00
8.500,00 14.750,00
27.500,00 13.000,00
Petsai 2.500,00
6.000,00 11.000,00
18.500,00 10.000,00
Pakcoi hijau 5.500,00
8.500,00 14.750,00
25.500,00 13.2000,00
PenyeimbanganPermintaan dan Pasokan
Fenomena marginalisasi keputusan permintaan aktor retailer adalah rendahnya keputusan permintaan dan pengiriman aktor retailer terhadap
permintaan konsumen untuk menghindari kerugian karena kelebihan pasokan. Pada aktor perusahaan dan petani fenomenamarginalisasidiindikasikan dengan
peningkatan jumlah pasokan untuk mengantisipasi risiko pasokan di bawah permintaan retailer dan mengakibatkan denda bagi pemasok. Fenomena tersebut
tampak pada analisis struktur rantai pasok dan permintaan serta pengiriman pasokanseperti terlihat pada Tabel 1. Aktor retailer cenderung memesan dengan
rata-rata jumlah permintaan 239 Kg lebih rendah dari permintaan konsumen pada setiap sayuran. Inefisiensi pemenuhan permintaan konsumen tertinggi terdapat
pada sayuran Wortel dengan inefisiensi sebesar 480 Kg. Aktor petani dan perusahaan menyiapkan pasokan rata-rata 82-106 Kg lebih tinggi dari permintaan
retailer.