Manajemen rantai pasokan brokoli organik (Studi Kasus PT Agro Lestari di Cibogo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

(1)

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK

(Studi Kasus Agro Lestari di Cibogo,Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

SKRIPSI

WINDY RIWANTI H34096121

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

RINGKASAN

WINDY RIWANTI. Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik (Studi Kasus : PT Agro Lestari Cibogo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan LUKMAN M BAGA).

Salah satu komoditas hortikultura yang potensial adalah sayuran, dimana komoditas unggulannya adalah brokoli dengan pangsa pasar Indonesia 15-20 persen/tahun. Namun demikian jaminan kualitas, jumlah pasokan kurang dan pengiriman yang belum tepat waktu merupakan penyebab belum efisiennya kinerja rantai pasokan brokoli. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi dan mengkaji pengelolaan rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari, (2) menganalisis kinerja rantai pasokan brokoli organik dalam hal efisiensi dan pelaksanaan kemitraan, dan (3) menganalisis alternatif kebijakan pengembangan manajemen rantai pasokan berdasarkan hasil evaluasi rantai pasokan.

Penelitian akan dilakukan di PT Agro Lestari, Jl. Raya Puncak Jl. Diklat PLN No. 1 Cibogo Kabupaten Bogor dan kebun petani mitra yang berada di daerah Cisarua, Kabupaten Bogor. Penelitian mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik tersebut dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2011. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan langsung, kuesioner dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Responden dalam penelitian ini adalah petani brokoli organik yang berada di Desa Cisarua, PT Agro Lestari, pihak PT X , dan Lotte Mart. Penelitian dilakukan dengan metode analisis deskriptif kerangka Food Supply Chain Networking (FSCN), analisis tataniaga, dan analisis deskriptif dengan menggunakan kesesuaian atribut.

Pembahasan mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari dengan menggunakan kerangka kerja FSCN akan menganalisis beberapa aspek yakni sasaran rantai, struktur rantai, manajemen rantai, sumberdaya rantai, proses bisnis rantai, serta analisis kinerja rantai pasokan. Sasaran rantai meliputi sasaran pasar, sasaran pengembangan, serta pengembangan kemitraan. Pasar utama dari produk brokoli organik pada PT Agro Lestari adalah untuk memenuhi permintaan konsumen pasar modern (supermarket) dengan karakteristik konsumen yang yang kritis terhadap kualitas produk yang dihasilkan, sehingga standarisasi kualitas sayuran menjadi hal yang penting. Sasaran pengembangan rantai pasokan brokoli organik yang ingin dituju antara lain pelaksanaan kemitraan secara berkesinambungan dalam kerjasama kemitraan. Pengembangan kemitraan dibangun dengan tujuan agar tercipta kemitraan yang baik, sehingga akan menjamin ketersediaan brokoli organik dan mampu memenuhi permintaan yang lebih luas. Pelaku rantai pasokan brokoli organik yaitu petani PT Agro Lestari, PT X dan supermarket, sedangkan

stakeholders yaitu Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor yang merupakan perwakilan dari pihak pemerintah daerah yang memiliki kepentingan terhadap keberlangsungan sektor pertanian di wilayah Cisarua Bogor, karena letak dari PT Agro Lestari dan petani mitranya berada di wilayah Cisarua Bogor.


(3)

Manajemen rantai yang diupayakan oleh pelaku rantai dituangkan dalam kesepakatan kontraktual. Kesepakatan yang terjalin antara petani dengan PT Agro Lestari maupun PT Agro Lestari dengan PT X terjalin berdasarkan pada kepercayaan. Namun, kesepakatan antara PT X dengan supermarket terjalin dengan adanya kontrak tertulis. Sistem transaksi dilakukan secara tunai antara petani dengan PT Agro Lestari sedangkan PT Agro Lestari dengan PT X maupun PT X dengan supermarket menggunakan faktur penjualan. Kolaborasi yang terjadi selama ini dalam rantai pasokan brokoli organik berada pada tingkatan

cooperative collaboration, karena telah melibatkan interaksi pertukaran informasi. Namun tingkat kedalaman hubungan kolaborasi antara PT Agro Lestari dengan PT X masih belum intensif. Hal ini didasari kenyataan bahwa hubungan kolaborasi meliputi pembinaan serta pembagian risiko belum dilakukan secara intensif. Sumberdaya rantai berupa lahan yang terus dimanfaatkan potensinya, sedangkan sumberdaya teknologi sudah memadukan teknologi konvensional dan modern, untuk sumberdaya manusia sudah cukup mendukung kegiatan produksi.

Hubungan proses bisnis yang tercipta mengarah pada proses pull, yaitu proses yang dilakukan untuk merespon permintaan konsumen. Posisi tawar dalam rantai pasokan brokoli organik ini cukup berimbang antara petani dengan PT Agro Lestari, karena kedua pelaku rantai pasokan saling membutuhkan, sedangkan PT Agro Lestari memiliki posisi tawar yang lemah dengan PT X. Aliran distribusi brokoli organik yang didistribusikan langsung kepada supermarket yang sesuai dengan pesanan yang datang. Aliran informasi yang terjalin terus dikomunikasikan antar pelaku yang bersumber pada informasi pasar. Informasi pasar dari konsumen brokoli organik yang disalurkan melalui rantai pasokan ini telah memiliki merek dagang, yaitu PT X .

PT X memiliki nilai margin tiga kali lebih besar dari petani dan PT Agro Lestari. Farmer’s share dari petani relatif kecil sebesar 18,75 persen dari harga jual akhir. Pembagian manfaat dan keuntungan dalam rantai pasokan belum merata dimana PT X menjadi pihak yang mendapatkan keuntungan paling besar dibandingkan pelaku rantai pasok yang lain. Rantai pasokan juga dapat dikatakan belum efisien karena beberapa komponen biaya tataniaga sebenarnya masih bisa diminimalisir secara rasional. Dari 11 atribut kemitraan belum seluruhnya memiliki kinerja yang sesuai dengan keinginan seluruh pelaku rantai pasokan. Atribut kemitraan yang masih dipersepsikan rendah kinerjanya menurut keempat pelaku rantai pasok adalah akses permodalan dan efisiensi biaya transaksi dan pemasaran, sedangkan atribut kemitraan yang dianggap memiliki kinerja yang baik adalah penerapan standar budidaya dan kualitas produk.

Alternatif kebijakan yang dapat direkomendasikan bagi pengembangan rantai pasokan brokoli organik antara lain dukungan kredit, trust building, dukungan pemerintah dan kesepakatan kontraktual. Dukungan kredit dan dukungan pemerintah diarahkan kepada bantuan modal usaha kepada pelaku rantai pasokan brokoli organik terutama petani mitra. Trust building ditujukan agar kerjasama kemitraan yang terjalin atas dasar kepercayaan dapat dirasakan secara konsisten oleh seluruh pihak. Kesediaan supermarket untuk memberikan dana tunai pada saat transaksai berlangsung dapat menanggulangi risiko secara adil, hal ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan.


(4)

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK

(Studi Kasus Agro Lestari di Cibogo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

WINDY RIWANTI H34096121

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

Judul Skripsi : MANAJEMEN RANTAI PASOKAN BROKOLI ORGANIK (Studi Kasus PT Agro Lestari di Cibogo, Kabupaten Bogor,

Jawa Barat) Nama : Windy Riwanti

NIM : H34096121

Disetujui, Pembimbing

Ir. Lukman. M. Baga, MA. Ec NIP. 19640220 198903 1001

Diketahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Manajemen Rantai

Pasokan Brokoli Organik (Studi Kasus PT Agro Lestari CibogoKabupaten Bogor,

Jawa Barat)” belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011

Windy Riwanti H34096121


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Windy Riwanti yang dilahirkan di kota Bogor pada tanggal 22 Februari 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, sebagai anak kandung dari Bapak Iwan Hadi Siswoyo dan Ibunda Srie Susilawati.

Pada tahun 1992 penulis memulai pendidikan di TK Kemuning selama dua tahun dan selesai pada tahun 1994. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SDN Semplak 2 Bogor selama enam tahun dan lulus pada tahun 2000. Penulis melanjutkan sekolah menengah lanjutan pertama di SLTPN 4 Bogor dan selesai pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di SMUN 5 Bogor dan selesai pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis berhasil diterima di Program Diploma III Program Keahlian Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan studi ke Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dengan tujuan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi yang ditulis mengambil topik mengenai “Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik (Studi Kasus PT Agro Lestari Cibogo Kabupaten Bogor, Jawa Barat)“. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengelolaan rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari, menganalisis kinerja rantai pasokan brokoli organik dalam hal efisiensi dan pelaksanaan kemitraan rantai pasokan, menganalisis alternatif kebijakan pengembangan manajemen rantai pasokan berdasarkan hasil evaluasi rantai pasokan.

Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kita mengenai manajemen rantai pasokan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Bogor, Agustus 2011 Windy Riwanti


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang direncanakan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada :

1. Ir. Lukman. M. Baga, MA. Ec selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah meluangkan waktu dan memberikan masukkan dalam proposal penelitian. 3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang

skripsi.

4. Rahmat Yanuar, SP, M. Si selaku dosen perwakilan dari komisi akademik pada sidang skripsi.

5. Ir. Narni Farmayanti M.Si yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen Departemen Agribisnis.

6. Tri Judadmadji SE, selaku pembimbing lapang sekaligus pemilik PT Agro Lestari yang telah banyak memberikan masukan, informasi, pengalaman dan pengetahuan yang sangat besar kepada penulis selama menjalankan penelitian.

7. Kedua orang tua tercinta dan adik atas segala dorongan, cinta, doa restu, kasih sayang, dan perhatian serta dukungan moril dan materil yang sangat berharga.

8. Seluruh karyawan PT Agro Lestari yang telah memberikan informasi dan pengalamannya serta kerjasama yang baik selama penelitian.

9. Keluarga besar Hadi Siswoyo dan keluarga besar Besar Reksoprojo yang telah memberikan dukungan dan kasih sayang yang sangat besar selama ini dan dalam penyelesaian skripsi ini.


(10)

10.Rory Rifki Andita dan rekan-rekan Ekstensi Agribisnis yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. 11.Rekan dalam tim bimbingan, atas semangat dan motivasi kepada penulis

selama menyelesaikan skripsi ini.

12.Sahabat penulis Sonia Pramita dan Olga Novianti atas motivasi yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Pihak-pihak lain yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Demikian kiranya penulis berterima kasih atas bantuan dan kebaikan Bapak/Ibu dan rekan-rekan.

Bogor, Agustus 2011 Windy Riwanti


(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Kajian Brokoli Organik ... 8

2.2 Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management ... 9

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17

3.1.1 Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management ... 17

3.1.2 Kemitraan ... 22

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 25

IV METODE PENELITIAN ... 28

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 28

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 28

4.3.1 Model Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT. Agro Lestari ... 29

4.3.1.1 Sasaran Rantai ... 29

4.3.1.2 Struktur Jaringan ... 30

4.3.1.3 Manajemen Rantai ... 30

4.3.1.4 Sumberdaya Rantai ... 31

4.3.1.5 Proses Bisnis Rantai ... 31

4.3.2 Analisis Kinerja Rantai Pasokan ... 31

4.3.2.1 Efisiensi Rantai Pasokan ... 31


(12)

xii

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 35

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 35

5.2 Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan ... 36

5.3 Aspek Sumberdaya Perusahaan ... 36

5.3.1 Sumberdaya Fisik ... 37

5.3.2 Sumberdaya Manusia ... 37

5.3.3 Sumberdaya Modal ... 38

5.4 Deskripsi Kegiatan Perusahaan Secara Umum... 39

5.4.1 Budidaya Brokoli Organik ... 39

5.4.2 Kegiatan Pemasaran ... 42

5.4.3 Pola Kemitraan ... 43

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

6.1 Sasaran Rantai ... 45

6.1.1 Sasaran pasar ... 45

6.1.2 Sasaran Pengembangan ... 47

6.2 Struktur Rantai Pasokan ... 48

6.2.1 Petani Mitra ... 48

6.2.2 PT Agro Lestari ... 50

6.2.3 PT. X ... 51

6.2.4 Supermarket ... 52

6.2.5 Stakeholder ... 53

6.3 Manajemen Rantai ... 53

6.3.1 Pemilihan Mitra ... 53

6.3.2 Kesepakatan Kontraktual ... 57

6.3.3 Sistem Transaksi ... 60

6.3.4 Dukungan Pemerintah ... 61

6.3.5 Kolaborasi Rantai Pasokan ... 62

6.3.5.1 Lingkup Kolaborasi ... 62

6.3.5.2 Perencanaan Kolaboratif ... 63

6.3.5.3 Trust Building ... 64

6.4 Sumberdaya Rantai ... 64

6.4.1 Sumberdaya Fisik ... 64

6.4.2 Sumberdaya teknologi ... 66

6.4.3 Sumberdaya Manusia ... 67

6.4.4 Sumberdaya Modal ... 67

6.5 Proses Bisnis Rantai ... 67

6.5.1 Hubungan Proses Bisnis Rantai ... 67

6.5.2 Pola Distribusi ... 73

6.5.2.1 Aliran Produk ... 73

6.5.2.2 Aliran Uang ... 75

6.5.2.3 Aliran Informasi ... 76

6.5.3 Keragaan Manajemen Rantai Pasokan ... 78

6.5.4 Jaminan Identitas Merek ... 79

6.6 Kinerja Rantai ... 80


(13)

xiii 6.6.1.1 Kinerja Kemitraan di Tingkat Petani Mitra

Brokoli Organik ... 81

6.6.1.2 Kinerja Kemitraan di Tingkat PT Agro Lestari ... 84

6.6.1.3 Kinerja Kemitraan di Tingkat Parung Farm .... 86

6.6.1.4 Kinerja Kemitraan di Tingkat Supermarket ... 87

6.6.2 Efisiensi Rantai Pasokan ... 89

6.6.2.1 Margin Tataniaga ... 90

6.6.2.2 Farmer’s Share ... 92

6.7 Alternatif Kebijakan Pengembangan Rantai Pasokan ... 93

6.7.1 Trust Building ... 94

6.7.2 Dukungan Kredit dan Dukungan Pemerintah ... 94

6.7.3 Kesepakatan Kontraktual ... 95

VII KESIMPULAN ... 97

7.1 Kesimpulan ... 97

7.2 Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas

Komoditas Hortikultura di Indonesia Tahun 2008-2009 ... 1

2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kubis

di Kabupaten Bogor Tahun 2005-2010 ... 2

3. Permintaan Brokoli Organik di PT Agro Lestari

pada Tahun 2009-2011 ... 4

4. Perbandingan Manajemen Rantai Pasokan dengan Tataniaga .. 11

5. Atribut Kemitraan dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik pada Agro Lestari ... 32

6. Sumberdaya Manusia di PT Agro Lestari Pada Tahun 2011 .... 38

7. Kriteria Pemilihan Mitra ... 57

8. Penilaian Terhadap Petani, Pengumpul, Supplier, dan Retailer

Dalam Rantai Pasokan ... 60

9. Penjualan Brokoli Organik Petani pada Tahun 2007-2010 ... 83

10. Perbandingan Perolehan Biaya Margin Anggota Rantai

Pasokan Brokoli Organik ... 83 11. Perbandingan Perolehan Biaya Tataniaga Anggota Rantai

Pasokan Brokoli Organik ... 92

12. Perbandingan Perolehan Margin Anggota Rantai

Pasokan Brokoli Organik ... 92


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tingkat-Tingkat Rantai Pasokan ... 18

2. Kerangka Analisis Manajemen Rantai Pasokan (Van Der Vorst, 2005) ... 20

3. Tingkatan dan Spektrum Kolaborasi ... 25

4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ... 27

5. Struktur Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro Lestari Tahun 2011 ... 48

6. Siklus-siklus Proses dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro Lestari ... 69

7. Posisi Tawar Anggota Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro Lestari ... 73

8. Alur Distribusi Produk Rantai Pasokan Brokoli Organik ... 75

9. Alur Distribusi Uang Rantai Pasokan Brokoli Organik ... 76

10. Alur Distribusi Informasi Rantai Pasokan Brokoli Organik ... 78

11. Keragaan Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro Lestari... 78


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perhitungan Margin Tataniaga ... 103

2. Lembar Kuisioner... 104


(17)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi yang penting untuk kemajuan perekonomian di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada 2010 dari 108,21 juta penduduk Indonesia yang bekerja, terdapat 38 persen penduduk Indonesia bekerja pada sektor pertanian. Selain itu, kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional Indonesia dapat dilihat berdasarkan besarnya peningkatan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2008 hasil sektor pertanian atas dasar harga berlaku yaitu sebesar Rp 716.065,3 Milyar meningkat menjadi Rp 858.252,0 Milyar, pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 19,9 persen (BPS, 2009).

Salah satu komoditas pertanian adalah hortikultura. Hortikultura menempati posisi yang penting sebagai produk pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Komoditas hortikultura di Indonesia sangat beragam, terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Pada tahun 2008-2009, luas panen sayuran meningkat dari 1201,4 menjadi 1304,3 begitu juga dengan produksinya yang meningkat dari 10,8 menjadi 11,9 sehingga dapat diketahui peningkatan produktivitasnya dari 0,0090 menjadi 0,0092. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas hortikultura di Indonesia.

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Komoditas Hortikultura di Indonesia Tahun 2008-2009

Komoditas

Luas Panen (Ribu Ha)

Produksi (Juta Ton)

Produktivitas (Juta Ton/Ribu Ha)

2008 2009 2008 2009 2008 2009

Buah-buahan 843,2 880,6 20,1 20,5 0,0239 0,0233

Sayuran 1201,4 1304,3 10,8 11,9 0,0090 0,0092

Tanaman hias 1,3 1,5 228,9* 295,4* 177,9** 190,8**

Biofarmaka 23,5 21,2 0,4 0,5 0,0189 0,0214

Sumber : Departemen Pertanian,2011 www.deptan.co.id (Diolah)

Keterangan : * satuan produksi dalam juta tangkai, ** satuan produktivitas dalam juta tangkai/ribu Ha

Seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, pola konsumsi dan kesadaran masyarakat akan kesehatan maka


(18)

2 masyarakat mulai mengkonsumsi bahan makanan yang bersifat alami. Hal ini menyebabkan pertanian organik mulai diterapkan dengan didukung adanya gerakan back to nature. Saat ini, petani menerapkan budidaya sayuran organik sebagai respon terhadap semakin perlunya kesehatan konsumen dan produsen, serta sebagai upaya untuk membuat pertanian yang berwawasan lingkungan.1

Salah satu produk pertanian yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia adalah brokoli. Brokoli (Brassica oleracea) adalah sayuran oriental famili kubis-kubisan yang memiliki kandungan vitamin A dan vitamin D tinggi. Pada tahun 2009-2010, luas panen kubis di kota Bogor meningkat dari 25 ha menjadi 31 ha begitu juga dengan produksinya yang meningkat dari 4.194 kw menjadi 5.058 kw, namun produktivitasnya menurun dari 167,76 menjadi 163,94. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang menunjukkan perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas komoditas hortikultura di Kabupaten Bogor.

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kubis di Kabupaten Bogor Tahun 2005-2010

Tahun Luas Panen

(Ha)

Produksi (Kw)

Produktivitas (Kw/Ha)

2005 35 5.865 167,57

2006 17 2.846 167,41

2007 53 13.620 256,98

2008 39 8.948 229,46

2009 25 4.194 167,76

2010 31 5.058 163,94

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2011)

Brokoli merupakan sayuran yang sedang mengalami peningkatan permintaan. Menurut United States Agency International Development (USAID) chapter Indonesia, peningkatan pangsa pasar brokoli di Indonesia dengan sasaran pasar modern meningkat 15-20 persen/tahun. Oleh karena itu hal tersebut menjadi peluang pasar yang strategis, sehingga perlu diperhatikan peningkatan kualitas, tingkat produk yang ditolak, peningkatan masa segar, kuantitas dan fleksibilitas pasokan, standar keamanan pangan, sertifikasi, serta sistem pembayaran.

Bogor merupakan salah satu kota yang memiliki potensi permintaan yang meningkat untuk produk sayuran yang salah satunya yaitu brokoli (Dinas

1 Dikutip dari Riza dan Tahjadi. ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2007/TPH/potensipemanfaatan.doc [20 April


(19)

3 Pertanian, 2010) 2. Oleh karena itu, pengembangan terhadap usaha budidaya brokoli perlu dikembangkan. Namun pengembangan usaha brokoli masih terkendala dalam jaminan kesinambungan kualitas produk, minimnya jumlah pasokan, dan ketepatan waktu pengiriman. Penyebab lainnya adalah belum efisiennya kinerja rantai pasokan. Sehingga, Manajemen Rantai Pasokan memegang peranan penting dalam peningkatan bisnis brokoli dan perlu dilakukan dengan baik.

Brokoli secara umum mempunyai karakteristik antara lain: (1) produk mudah rusak, (2) budidaya dan pemanenan sangat tergantung iklim dan musim, (3) kualitas bervariasi dan (4) bersifat kamba. Empat faktor ini perlu dipertimbangkan dalam menganalisis Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik, dan sebagai konsekuensi sistem pengukuran kinerja sangat diperlukan. Manajemen Rantai Pasokan merupakan proses penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dari persediaan, aliran kas dan aliran informasi.

1.2 Rumusan Masalah

PT Agro Lestari merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bisnis sayuran organik dan salah satu komoditi unggulanya adalah brokoli organik. Permintaan untuk brokoli organik sangat tinggi, sedangkan lahan yang ada sangat terbatas. Permintaan untuk brokoli organik di PT Agro Lestari dapat dilihat pada Tabel 3. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa brokoli organik memiliki permintaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan permintaan baby corn dan labu siem sebagai salah satu produk organik di PT Agro Lestari. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan supply dari petani brokoli organik lain untuk memenuhi permintaan yang ada.

2


(20)

4 Tabel 3. Permintaan Brokoli Organik di PT Agro Lestari pada Tahun 2009-2011

Tahun Brokoli/Kg Baby Corn/Kg Labu Siam/Kg

2009 14.440 13.750 9.875

2010 17.650 10.450 12.840

2011 12.850* 7.850* 7.500*

Sumber : PT Agro Lestari Keterangan : * data sementara

Pada awalnya, permasalahan kualitas dan pemasaran brokoli organik dialami oleh petani brokoli organik di wilayah Cisarua, Kabupaten Bogor. Usaha pertanian di wilayah Cisarua dilakukan secara individual oleh petani baik dalam hal budidaya hingga pemasaran produk. Kegiatan budidaya berupa pemeliharaan yang dilakukan oleh para pemilik brokoli organik belum intensif. Hal ini menyebabkan brokoli yang dihasilkan beragam, yang artinya hasil dari panen brokoli tidak sama. Terkadang petani melakukan panen dengan masa panen yang terlalu lama sehingga brokoli organik yang dihasilkan cepat menguning dan memiliki harga jual yang rendah. Selain itu, petani juga tidak memiliki pengetahuan yang baik terhadap pasar sasaran dari produk brokoli organik yang mereka hasilkan. Petani hanya memasarkan produknya di pasar tradisional dengan tidak melihat kualitas dari produk yang dihasilkan.

Berkembangnya pengetahuan masyarakat terhadap produk yang sehat untuk dikonsumsi, meningkatkan pamor dari produk organik sendiri. Sehingga harga dari produk organik lebih tinggi dari harga produk non organik, contohnya untuk brokoli non organik di petani berkisar antara Rp 3000 - Rp 5000 /kg 3 sedangkan untuk harga brokoli organik di petani berkisar antara Rp 9.000 – Rp11.000/kg 4. Berdasarkan harga diatas dapat dilihat bahwa harga untuk produk organik lebih tinggi dari produk non organik. Namun petani yang berada di wilayah Cisarua hanya menjual brokoli organik dengan harga yang hampir sama dengan brokoli non organik, yaitu sebesar Rp 6000 – Rp 7000/kg 5. Perbedaan harga yang signifikan tersebut pada akhirnya mendorong petani untuk bekerjasama dengan suatu distributor atau perusahaan yang dapat memasarkan produknya untuk meningkatkan posisi tawar.

3

http://gudangilmu.net/kompas/harga-brokoli-anjlok_6530658H38o_May2011.html [20 April 2011]

4 Petani mitra PT Agro Lestari [18 April 2011] 5


(21)

5 Pada tahun 2009, PT Agro Lestari bekerjasama dengan petani brokoli yang berada di daerah Cisarua. PT Agro Lestari memberikan informasi kepada petani brokoli organik yang bermitra, mengenai kriteria dari brokoli organik yang diinginkan. Selain itu, PT Agro Lestari juga memberikan pengarahan mengenai pola tanam yang sebaiknya dilakukan oleh petani mitra tersebut. Dari kerjasama yang telah terjalin menguntungkan kedua belah pihak yang terlibat, yakni bagi petani dalam hal kepastian pasar dan harga yang lebih tinggi dari sebelumnya yaitu sebesar Rp 9.000 – Rp 11.000/kg, sedangkan pihak PT Agro Lestari mendapatkan kepastian pasokan produk sesuai dengan kualitas yang telah disepakati. Selain itu, PT Agro Lestari juga melakukan kejasama dengan PT X, selaku perusahaan yang mendistribusikan brokoli organik tersebut ke

supermarket. Jadi kerjasama yang dilakukan tidak hanya sebatas mitra jual beli, namun terdapat juga pertukaran informasi yang terjalin di dalamnya, termasuk kriteria brokoli yang menjadi keinginan konsumen seperti brokoli yang segar dengan kemasan yang higienis serta bentuk fisik yang baik (warna brokoli hijau yang artinya tidak kuning atau coklat, batang pohon sepanjang tiga jari tangan dan bentuk fisik dari bunga brokoli rapat).

Para pelaku usaha brokoli organik yakni petani, PT Agro Lestari, PT X, dan supermarket selaku penyalur yang langsung menyampaikan brokoli organik ke konsumen dengan kualitas yang sesuai dengan keinginan konsumen yaitu berupa brokoli yang segar dengan kemasan yang higienis dan bentuk fisik yang baik (warna brokoli yang hijau yang artinya tidak kuning atau coklat, batang pohon sepanjang tiga jari tangan dan bentuk fisik dari bunga brokoli rapat). Hal tersebut dapat dilakukan melalui integrasi, kolaborasi, maupun koordinasi meliputi seluruh anggota rantai pasokan agar tercipta daya saing komoditas brokoli organik. Kerjasama pemasaran brokoli organik maupun peningkatan kualitas yang telah dilakukan merupakan bentuk upaya pengelolaan Manajemen Rantai Pasokan yang terintegrasi.

Upaya manajemen rantai pasokan brokoli organik di PT Agro Lestari yang baru berjalan kurang dari dua tahun tersebut masih menghadapi berbagai kendala dan permasalahan. Salah satu permasalahan yang terjadi dalam rantai pasokan brokoli organik di PT Agro Lestari yaitu keterbukaan informasi antar pelaku


(22)

6 rantai, khususnya antara PT X dengan PT Agro Lestari. PT X tidak memberikan kejelasan mengenai produk tolakan yang di kirimkan oleh PT Agro Lestari. Hal tersebut membuat PT Agro Lestari sulit untuk menilai hal apa yang menjadi penyebab tolakan produk brokoli organik tersebut. Selain itu masalah yang masih sering terjadi pada rantai pasokan di PT Agro Lestari yaitu berkaitan dengan komitmen pelaku rantai pasokan serta efesiensi rantai pasokan maupun hambatan dari segi pemenuhan kriteria produk yang telah ditentukan.

Manajemen Rantai Pasokan merupakan integrasi dari proses bisnis utama (proses bisnis, struktur jaringan dan komponen manajemen) dari produsen melalui para pemasok yang menyampaikan produk, jasa dan informasi yang memiliki nilai tambah bagi konsumen. Setiap pelaku usaha melakukan koordinasi secara langsung melalui berbagai informasi secara transparan dalam pengambilan keputusannya yang bertujuan untuk memuaskan konsumen dengan pencapaian efisiensi dalam rantai pasokan secara menyeluruh. Konsep Manajemen Rantai Pasokan dilakukan agar peningkatan daya saing suatu produk tidak hanya dilakukan melalui perbaikan produktivitas dan kualitas produk, tetapi juga melalui pengemasan, pemberian merek, efisiensi, transportasi, dan informasi.

Kinerja dari proses pengelolaan rantai pasokan brokoli organik tentunya juga harus terus dievaluasi agar rantai pasokan tersebut dapat terus berkembang menyesuaikan dengan perubahan lingkungan bisnisnya. Evaluasi dari penerapan MRP tersebut dapat dijadikan landasan bagi perumusan alternatif kebijakan pengembangan rantai pasokan brokoli organik pada masa yang akan datang.

Berdasarkan uraian masalah dan fenomena yang telah dijabarkan tersebut, muncul suatu rumusan permasalahan yang menarik untuk dikaji yaitu :

1. Bagaimana kondisi Manajemen Rantai Pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari?

2. Bagaimana kinerja dari pelaksanaan Manajemen Rantai Pasokan brokoli organik dari PT Agro Lestari?

3. Alternatif kebijakan apa yang dapat diterapkan dalam pengembangan Manajemen Rantai Pasokan brokoli organik ?


(23)

7 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Mengidentifikasi dan mengkaji pengelolaan rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari.

2. Menganalisis kinerja rantai pasokan brokoli organik dalam hal efisiensi dan pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan.

3. Menganalisis alternatif kebijakan pengembangan Manajemen Rantai Pasokan berdasarkan hasil evaluasi rantai pasokan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yakni : 1. Sebagai informasi bagi segenap pelaku dalam rantai pasokan brokoli organik

yang meliputi petani, PT Agro Lestari, PT X dan supermarket.

2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan berguna sebagai suatu contoh penerapan Manajemen Rantai Pasokan dalam pengembangan sektor hortikultura.

3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menjadi sarana untuk peningkatan kompetensi diri dalam hal menganalisis potensi dan permasalahan riil dalam sektor agribisnis secara sistematis.

4. Sebagai suatu referensi bagi berbagai pihak yang berminat terhadap penerapan Manajemen Rantai Pasokan dalam bidang agribisnis.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pembahasan mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik ini terbatas menganalisis empat pelaku rantai pasokan brokoli organik yakni petani mitra PT Agro Lestari, PT Agro Lestari, PT X, supermarket. Konsumen akhir tidak dianalisis karena keterbatasan waktu dan biaya. Keberhasilan Manajemen Rantai Pasokan dilihat dari pelaksanaan elemen dari kerangka kerja FSCN yang meliputi sasaran rantai, struktur rantai, manajemen rantai, sumberdaya rantai, proses bisnis rantai serta kinerja (performa) rantai. Pengukuran performa rantai pasokan juga terbatas pada performa efisiensi dan kemitraan.


(24)

8

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Brokoli Organik

Brokoli (Brassica oleracea L. kelompok Italica) merupakan tanaman sayuran sub tropis yang termasuk dalam suku kubis-kubisan atau Brassicaceae.

Brokoli sebagai grup Italica dan memiliki nama umum lainnya yaitu calibrese, memiliki morfologi mirip dengan kubis bunga putih (cauliflower). Brokoli membentuk sejenis kepala bunga yang terdiri dari kuntum-kuntum berwarna hijau dengan tangkai bunga yang berdaging dan lonjong berdaun lebar. Cabang banyak dan tangkai bunga muncul dari dasar daun. Brokoli adalah salah satu tanaman dataran tinggi yang hidup pada ketinggian 650-2000 dpl dengan suhu 18-23ºC. Brokoli merupakan tanaman yang sangat peka terhadap temperatur, terutama pada periode pembentukan bunga 6. Brokoli cocok ditanam dengan jenis tanah lempung berpasir tetapi mampu beradaptasi terhadap tanah ringan seperti endosol. Namun syarat yang paling penting adalah keadaan tanahnya subur, gembur, kaya bahan organik, tidak mudah becek (menggenang), kisaran pH tanah adalah 5,5-6,5 dan pengairannya cukup memadai, sedangkan untuk umur panen brokoli sangat bervariasi, tergantung varietas atau kultivar yang ditanam (Rukamana, 1994) 7.

Brokoli dapat dibudidayakan dengan sistem pertanian konvensional maupun sistem pertanian organik. Menurut Pracaya (2009)8, dalam pertanian konvensional sering digunakan bahan kimia buatan pabrik berupa pupuk, pestisida sintesis, perangsang tumbuh, antibiotik, dan lain-lain untuk meningkatkan produksi pangan. Produksi meningkat tetapi di sisi lain terjadi pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan akibat pemakaian produk tersebut. Selain itu, petani menjadi ketergantungan pada bahan kimia yang berharga mahal dan kadang langka. Keadaan ini menyebabkan produksi merosot dan biaya produksi tinggi. Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengembangkan pertanian organik. Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang tidak mempergunakan bahan kimia, tetapi menggunakan bahan organik. Adapun pestisida yang digunakan

6

http://www.minggupagi.com [20 April 2011]

7 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20747/4/Chapter%20II.pdf [20 April 2011] 8


(25)

9 untuk memberantas hama dan penyakit dapat diganti dengan pestisida organik yang mudah dalam pembuatannya, tidak mencemari udara, tidak berbahaya, tidak meracuni konsumen karena cepat terurai, dan tanamannya mudah diperoleh (Pracaya, 2009).

Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis mengenai brokoli, diantaranya yaitu (Suryani, Emilda. 2010) yang melakukan penelitian tentang sayuran brokoli pada PT XYZ dan (Asril, Zikra. 2009) yang melakukan penelitian tentang sayuran brokoli di sentra hortikultura Cipanas-Cianjur, Jawa Barat. (Suryani, Emilda. 2010) menganalisis pemilihan pemasok brokoli, sedangkan (Asril, Zikra. 2009) menganalisis kondisi dan desain indikator kinerja rantai pasokan Brokoli. Kedua penelitian sebelumnya, membahas mengenai rantai pasok brokoli organik sehingga informasi dari skripsi sebelumnya akan sangat berguna bagi penelitian yang akan dilakukan penulis terkait penerapan manajemen rantai pasokan brokoli organik pada studi kasus PT Agro Lestari Cibogo, Bogor.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada komoditas yang menjadi objek penelitian, dimana penelitian ini hanya meneliti brokoli organik, sedangkan kedua penelitian sebelumnya meneliti komoditi brokoli dengan sistem penanaman konvensional. Selain itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya juga terkait pada metode penelitian yang digunakan.

2.2 Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management

Kotler (2003)9 mengatakan bahwa manajemen rantai pasokan adalah pendekatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah (proses budidaya), mentransformasikan bahan mentah tersebut (penanganan panen dan pascapanen) dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen oleh pencari, pengumpul, dan pengecer melalui sistem distribusi. Hal ini tidak jauh berbeda dengan Heizer dan Render (2001), manajemen rantai pasokan adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan,

9


(26)

10 perubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Mencakup semua interaksi diantara pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan.

Anatan L (2000) mendefinisikan manajemen rantai pasokan sebagai integrasi proses bisnis dari pengguna akhir melalui pemasok yang memberikan produk, jasa, informasi, dan bahkan peningkatan nilai untuk konsumen dan karyawan. Melalui rantai pasokan, perusahaan dapat membangun kerjasama melalui penciptaan jaringan kerja (network) yang terkoordinasi dalam penyediaan barang maupun jasa bagi konsumen secara efisien. Salah satu hal terpenting dalam manejemen rantai pasokan adalah saling berbagi informasi, oleh karena itu dalam aliran material, arus kas, dan aliran informasi merupakan keseluruhan elemen dalam rantai pasokan yang perlu diintegrasikan.

Menurut Jebarus (2001) Manajemen Rantai Pasokan merupakan pengembangan lebih lanjut dari konsep tataniaga untuk memenuhi permintaan konsumen. Konsep ini menekankan pada pola terpadu yang menyangkut proses aliran produk dari supplier, manufacture, retailer hingga kepada konsumen. Dari sini aktivitas antara supplier hingga konsumen akhir berada dalam satu kesatuan tanpa sekat pembatas yang besar, sehingga mekanisme informasi antara berbagai elemen tersebut berlangsung secara transparan. Pembahasan mengenai perbedaan konsep Manajemen Rantai Pasokan dengan tataniaga dilihat berdasarkan definisi, tujuan serta interaksi kedua konsep tersebut. Berdasarkan definisi dari beberapa pakar, Manajemen Rantai Pasokan merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir dengan mengkordinasikan arus barang, arus informasi dan arus modal antar rantai. Sedangkan tataniaga merupakan segala kegiatan yang bersangkut paut dengan semua aspek proses yang terletak diantara fase kegiatan sektor produksi barang-barang dan jasa-jasa sampai kegiatan sektor konsumen. Tujuan Manajemen Rantai Pasokan berdasarkan pendapat para pakar adalah untuk melakukan efektifitas dan efisiensi mulai dari suppliers, manufacturers, warehouse dan stores. Tidak adanya koordinasi yang baik antara pihak-pihak yang terkait akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Jadi keterbukaan antar rantai sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan Manajemen Rantai Pasokan. Syarat efisiensi Manajemen Rantai


(27)

11 Pasokan yaitu mampu menyalurkan produk ke konsumen tepat pada waktunya dan sesuai dengan kualitas serta kuantitas yang dibutuhkan oleh konsumen. Selain itu, mampu mengalirkan dana dari harga yang dibayarkan oleh konsumen secara adil sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh anggota rantai pasokan. Sedangkan tujuan dari tataniaga menurut beberapa pakar yaitu untuk meningkatkan kepuasan konsumen dengan mengefisiensikan biaya. Syarat efisiensinya tataniaga yaitu mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya. Interaksi yang terjadi dalam Manajemen Rantai Pasokan memiliki arus bolak-balik antara anggota rantai pasokan, mulai dari petani hingga konsumen akhir. Sedangkan interaksi yang terjadi pada konsep tataniaga memiliki arus searah antar anggota rantai pasokan. Perbandingan Manajemen Rantai Pasokan dengan tataniaga, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. PerbandinganManajemen Rantai Pasokandengan Tataniaga

No. Item Manajemen Rantai

Pasokan Tataniaga

1. Definisi MRP merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir dengan mengkordinasikan arus barang, arus informasi dan arus modal antar rantai. (1)(2)

Tataniaga adalah segala kegiatan yang bersangkut paut dengan semua aspek proses yang terletak diantara fase kegiatan sektor produksi barang-barang dan jasa-jasa sampai kegiatan sektor konsumen. (3)

2. Tujuan Untuk melakukan efektifitas dan efisiensi mulai dari

suppliers, manufacturers, warehouse dan stores. (4)

Untuk meningkatkan kepuasan konsumen dengan mengefisiensikan biaya. (5)

3. Interaksi Interaksi dari suppliers, manufacturers, warehouse

dan stores memiliki arus bolak-balik. (1)(2)

Interaksi dari suppliers, manufacturers, warehouse

dan stores memiliki arus searah. (1)(2)(4)

Keterangan : (1) Kotler (2003) (2) Kalakota (2002) (3) Kamaluddin (2009)

http://kamaluddin86.blogspot.com/2009/06/biaya-dan-margin- pemasaran.html (4) http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/supply-chain-management-scm-definisi.html


(28)

12 Beberapa penelitian yang menganalisis mengenai Manajemen Rantai Pasokan, diantaranya (Suryani, Emilda. 2010) menganalisis pemilihan pemasok brokoli pada PT XYZ, (Adinugroho, Brahmantyo. 2010) menganalisis Manajemen Rantai Pasokan sayuran studi kasus Frida Agro Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dan (Asril, Zikra. 2009) menganalisis kondisi dan desain indikator kinerja rantai pasokan brokoli di sentra hortikultura Cipanas-Cianjur, Jawa Barat.

Objek ketiga penelitian tersebut merupakan komoditas hortikultura, dimana ketiga peneliti tersebut menggunakan komoditi yang potensial. Ketiga peneliti tersebut sepakat bahwa kualitas produk, kuantitas produk, serta distribusi produk merupakan hal yang penting untuk kerberlangsungan suatu usaha. Oleh karena itu (Suryani, Emilda. 2010) (Adinugroho, Brahmantyo. 2009), dan (Asril, Zikra. 2009 ) menggunakan analisis rantai pasok dalam penelitiannya.

Suryani, Emilda (2010) menganalisis mengenai pemilihan pemasok brokoli pada PT XYZ. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menganalisis kondisi rantai pasokan PT XYZ dan metode Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk memilih pemasok, kriteria, dan sub kriteria yang dipertimbangkan PT XYZ dalam memilih pemasok. Sedangkan (Adinugroho, Brahmantyo. 2010) menganalisis Manajemen Rantai Pasokan sayuran studi kasus Frida Agro, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat menggunakan metode analisis deskriptif kerangka Food Supply Chain Networking (FSCN) dan analisis kesesuaian atribut. (Asril, Zikra. 2009) yang melakukan analisis kondisi dan desain indikator kinerja rantai pasokan brokoli di sentra hortikultura Cipanas-Cianjur, Jawa Barat juga menggunakan alat analisis yang berbeda dari (Suryani, Emilda. 2010) dan (Adinugroho, Brahmantyo. 2010). Dalam penelitian (Asril, Zikra. 2009) menggunakan analisis deskriptif, metode Hayami, Supply Chain Operations Reference (SCOR) dan Proses Hirarki Analitik (PHA).

Menurut (Asril, Zikra. 2009), aliran rantai pasokan dalam penelitian ini dimulai dari petani ke bandar, lalu ke Usaha Dagang (UD) dan Sub Terminal Agribisnis (STA), selanjutnya dikirim ke retail atau pedagang pengumpul. Berdasarkan perhitungan alat analisis yang digunakan oleh (Asril, Zikra. 2009), maka petani memperoleh rasio nilai tambah 16,67 persen dengan tingkat


(29)

13 keuntungan 11,67 persen. Nilai tambah yang didapat oleh bandar 20,49 persen dengan tingkat keuntungan 19,97 persen. Retail memperoleh rasio nilai tambah yaitu 65,03 persen dengan tingkat keuntungan sebesar 56,63 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa retail mendapat keuntungan paling tinggi dalam rantai pasokan brokoli. Tidak jauh berbeda dengan penelitian (Asril, Zikra. 2009), dalam penelitian (Suryani, Emilda. 2010) dimulai dari pemasok, kebun perusahaan, distributor perusahaan, dan pelanggan akhir. Namun untuk penelitian (Suryani, Emilda. 2010), memfokuskan pada pemilihan pemasok. Menurut (Suryani, Emilda. 2010) terdapat enam kriteria yang dipertimbangkan dalam memilih pemasok yaitu harga, kualitas, ketetapan waktu pengiriman, ketersediaan sayuran, reputasi pemasok, dan pelayanan. Untuk sub kriterianya yaitu kesesuaian harga, memberikan diskon, mekanisme pembayaran mudah, kesesuaian sayuran dengan spesifikasi, kualitas sayuran konsisten, mengirimkan pesanan tepat waktu, lead time singkat, mampu menangani masalah transportasi, mampu memenuhi pesanan, persediaan untuk pesanan mendadak, pemasok dan produknya dikenal, dipercaya perusahaan, mudah dihubungi, memberikan informasi yang jelas, kecepatan respon pesanan dan kecepatan dalam menyelesaikan keluhan pelanggan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapatkan tiga pemasok brokoli yaitu pemasok HSL, pemasok AGP, dan pemasok DD. Sedangkan analisis PHA menunjukkan kriteria yang menjadi prioritas utama adalah kualitas sayuran dengan bobot 0,353. Subkriteria yang menjadi prioritas utama adalah kesesuaian sayuran dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan dengan bobot 0,294. Sedangkan alternatif yang dipilih dan menjadi prioritas utama perusahaan adalah pemasok AGP dengan bobot 0,552.

Aliran rantai pasok dalam penelitian (Adinugroho, Brahmantyo. 2010), memiliki persamaan dengan penelitian (Suryani, Emilda. 2010) dan (Asril, Zikra. 2009), dimulai dari petani sayuran, PT Frida Agro dan supermarket. Namun dalam penelitian ini, masih terdapat masalah yang mengindikasi bahwa kinerja rantai pasokan masih belum efisien. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai dari hasil kesesuaian 12 atribut kinerja yang digunakan.

Sedangkan untuk desain indikator kinerja dalam penelitian (Asril, Zikra. 2009), dibangun dengan Model SCOR, terdiri dari tingkat 1 yaitu proses bisnis,


(30)

14 tingkat 2 terdiri parameter kinerja industri sayuran, tingkat 3 terdiri dari atribut kinerja dan tingkat 4 terdiri dari indikator kinerja. Proses bisnis terdiri dari perencanaan, pengadaan, budidaya, pengolahan, dan pengiriman. Faktor peningkatan kinerja terdiri dari nilai tambah, kualitas dan risiko. Atribut kinerja terdiri dari realibility, responsiveness, flexibility/quality, biaya, dan asset. Indikator kinerja terdiri dari kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan sempurna, siklus pemenuhan pesanan, lead time pemenuhan pesanan, flexibilitas pemenuhan pesanan, kesesuaian standar mutu, biaya transportasi optimal, cash to cash cycle, dan iventory days of supply. Berdasarkan perhitungan PHA, indikator yang menjadi pilihan berdasarkan atribut kinerja adalah kesesuaian standar mutu, kinerja pengiriman, biaya transportasi optimal, cash to cash cycle time, dan lead time pemenuhan pesanan. Pada penelitian (Adinugroho, Brahmantyo. 2010) menilai kinerja berdasarkan analisis kesesuaian atribut kemitraan. Hasil dari analisis tersebut, menunjukkan bahwa hanya dua atribut dari total 12 atribut kemitraan yang dianggap telah memiliki kinerja yang sesuai dengan keinginan seluruh pelaku rantai pasokan. Sedangkan untuk penelitian dari (Suryani, Emilda. 2010), tidak mengukur kinerja rantai pasokan.

Dari ketiga skripsi tersebut, peneliti mendapatkan informasi dan referensi untuk penelitian yang akan dilakukan penulis terkait penerapan Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik pada Studi Kasus PT Agro Lestari Cibogo Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dari skripsi (Adinugroho, Brahmantyo. 2010), penulis mendapatkan informasi mengenai penerapan FSCN di sebuah perusahaan distributor sayuran, namun pada skripsi (Adinugroho, Brahmantyo. 2010) tidak menggunakan pengukuran efisiensi kinerja dengan menggunakan analisis marjin pemasaran dan farmer’s share. Berdasarkan skripsi (Asril, Zikra. 2009), peneliti memperoleh informasi mengenai pola distribusi dalam Manajemen Rantai Pasokan yang dikaitkan dengan 12 atribut kemitraan sehingga peneliti mendapatkan referensi mengenai penggunaan atribut untuk menilai kinerja rantai pasok. Namun, dalam penelitian (Asril, Zikra. 2009), lebih membahas tentang pola distribusi dan performa distribusi dalam Manajemen Rantai Pasokan yang dijalankan. Sedangkan dalam penelitian ini, membahas performa dalam efisiensi kinerja dan kinerja kemitraan. Berdasakan skripsi (Suryani, Emilda. 2010),


(31)

15 mendapatkan informasi mengenai pemilihan pemasok, sehingga dapat dijadikan referensi bagi peneliti dalam memahami kriteria-kriteria pemasok yang baik dalam Manajemen Rantai Pasokan, namun dalam penelitian (Suryani, Emilda. 2010) tidak menghitung kinerja.


(32)

16

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management

Perubahan yang sangat cepat yang terjadi di dunia bisnis menyebabkan kompetisi di antara pemain-pemain bisnis menjadi semakin nyata. Peningkatan tingkat kompetisi tersebut ditandai dengan permintaan yang berfluktuasi, penurunan tingkat loyalitas konsumen, dan semakin singkatnya siklus hidup produk. Salah satu strategi yang dikembangkan dalam menghadapi permasalahan ketidakpastian tersebut adalah melalui strategi yang dikenal dengan Manajemen Rantai Pasokan. Di dalam strategi Manajemen Rantai Pasokan, setiap perusahaan merupakan pemasok sekaligus konsumen dari suatu sistem rantai pasokan tertentu. Aplikasi Manajemen Rantai Pasokan tersebut dapat memberikan dampak yang cukup berarti dalam peningkatan keunggulan kompetitif terhadap produk maupun pada sistem yang dibangun itu sendiri.

Kotler (2003)10 mengatakan bahwa Manajemen Rantai Pasokan adalah pendekatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah (proses budidaya), mentransformasikan bahan mentah tersebut (penanganan panen dan pascapanen) dan mengirimkan produk tersebut ke konsumen oleh pencari, pengumpul, dan pengecer melalui sistem distribusi. Konsep Manajemen Rantai Pasokan ini memiliki ruang lingkup yang sangat luas dimana pengelolaan rantai pasokan ini meliputi bagaimana mengelola proses mendapatkan bahan mentah, pengalokasian faktor produksi dari supplier, pengelolaan proses produksi itu sendiri, penggunaan teknologi di dalam proses produksi, mekanisme pengangkutan barang dan bahan baku, pemasaran melalui agen-agen distributor, pengelolaan modal, hutang dan piutang perusahaan, pengelolaan persediaan dalam gudang pemasaran melalui periklanan melalui media hingga barang tersebut dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen akhir. Secara umum konsep Manajemen Rantai Pasokan merupakan suatu konsep yang


(33)

17 dikembangkan untuk mengelola bagaimana entitas suatu bisnis atau organisasi bekerja secara bersamaan dan bagaimana pengelolan hubungan suatu bisnis dengan konsumen dan pemasoknya.

Kalakota (2000)11 mendefinisikan Manajemen Rantai Pasokan adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi.

1) Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan.

2) Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah.

3) Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman.

Rantai pasokan merupakan hal yang dinamis dan melibatkan aliran informasi yang konstan, produk, dan keuangan antar tingkat-tingkat yang berbeda. Pada kenyataannya, tujuan utama dari berbagai rantai pasokan adalah memenuhi kebutuhan pelanggan dan dalam proses akan menghasilkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Rantai pasokan menimbulkan gambaran atas pergerakan produk atau pasokan dari supplier kepada pembuat produk, distributor, pengecer, pelanggan sepanjang rantai. Gambar 1. dari tingkat-tingkat rantai pasokan:

11


(34)

18 Sumber : Ramalhinho ,2009

Gambar 1. Tingkat-Tingkat Rantai Pasokan

Tiap-tiap tingkat dari rantai pasokan dihubungkan melalui aliran produk, informasi, dan keuangan. Aliran ini biasanya terjadi secara langsung dan mungkin diatur oleh satu tingkat atau perantara. Tiap-tiap tingkat tidak ingin ditunjukkan dalam rantai pasokan. Rancangan rantai pasokan yang tepat tergantung pada kebutuhan pelanggan dan peran yang dijalankan oleh tiap-tiap tingkat yang terlibat.

Melihat definisi diatas, dapat dikatakan bahwa Manajemen Rantai Pasokan merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir. Dalam hubungan ini, ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama. terdapat pemain utama dalam Manajemen Rantai Pasokan 12. Berikut ini merupakan pemain utama yang yang terlibat dalam rantai pasok:

12 Dikutip dari Ramalhinho

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/supply-chain-management-scm-definisi.html [6 April 2009]

Supplier Manufacture Retailer

r

Distributor Customer

Supplier Manufacture Distributor Retialer Customer


(35)

19 1) Supplier (Chain 1)

Rantai pada supply chain dimulai dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai.

2) Supplier-Manufacturer (Chain 1-2)

Rantai pertama tadi dilanjutkan dengan rantai kedua, yaitu manufacture

yang merupakan tempat mengkonversi ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan.

3) Supplier-Manufacturer-Distribution (Chain 1-2-3)

Dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan disalurkan kepada pelanggan, dimana biasanya menggunakan jasa distributor atau wholesaler yang merupakan pedagang besar dalam jumlah besar.

4) Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail (Chain 1-2-3-4)

Dari pedagang besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer (retail outlets). Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada customer, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti di atas.

5) Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail-Customer (Chain 1-2-3-4-5).

Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chain

dalam konteks ini sebagai end-user.

Analisis rantai pasokan dapat dievaluasi dalam konteks jaringan rantai pasokan makanan yang kompleks, disebut juga sebagai Food Supply Chain Network (FSCN). Dalam FSCN, beberapa perusahaan yang berbeda berkolaborasi secara strategis dalam satu atau lebih area, sementara menjaga identitas dan otonominya sendiri (Lazzarini dalam Vorst, 2005). Ketika peneliti atau manajer mendiskusikan pengembangan jaringan dan rantai pasok yang potensial, dibutuhkan suatu kerangka kerja (framework) untuk mendeskripsikan rantai pasok, pelakunya, prosesnya, produk-produknya, sumberdaya, dan manajemen, hubungan antara pelaku rantai pasokan dan jenis atribut yang terkait, dalam upaya untuk memungkinkan pelaku rantai pasokan saling mengerti peranannya secara


(36)

20 jelas (Vorst, 2005). Empat elemen yang dapat digunakan untuk menjelaskan, menganalisis dan atau mengembangkan secara spesifik rantai pasokan dalam FSCN antara lain struktur rantai, manajemen rantai, proses bisnis rantai dan sumber daya rantai. Kerangka analisis Manajemen Rantai Pasokan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Sumber : Van Der Vorst, 2005

Gambar 2. Kerangka Analisis Manajemen Rantai Pasokan

Empat elemen yang digunakan untuk menjelaskan, menganalisis atau mengembangkan secara spesifik rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari dengan FSCN ini nantinya akan menghasilkan gambaran mengenai kondisi nyata yang terjadi dalam rantai pasokan tersebut. Untuk menjamin penerapan MRP optimal, faktor kunci yang harus diperhatikan adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit dan Djokopranoto, 2002).

Manajemen Rantai Pasokan merupakan sesuatu yang sangat kompleks sekali, dimana banyak hambatan yang dihadapi dalam implementasinya, sehingga dalam implementasinya memang membutuhkan tahapan mulai tahap perancangan

Siapa saja anggota rantai dan apa peranannya? Konfigurasi peraturannya?

Struktur Rantai Pasokan

Siapa pelaku bisnis dan proses apa dalam MRP ? Bagaimana tingkat integrasi

dari setiap proses?

Sasaran Rantai Manajemen Rantai Proses Bisnis Rantai Kinerja Rantai

Manajemen struktur apa yang digunakan?

Bagaimana kontraknya? Struktur Pengelolaannya?

Sumber Daya Rantai

Sumberdaya apa saja yang digunakan di setiap proses dalam rantai


(37)

21 sampai tahap evaluasi dan continuous improvement. Selain itu implementasi Manajemen Rantai Pasokan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak mulai dari internal dalam hal ini seluruh manajemen puncak dan eksternal, dalam hal ini seluruh partner yang ada. Berikut ini merupakan hambatan-hambatan yang akan dialami dalam implementasi Manajemen Rantai Pasokan yang semakin menguatkan argumen bahwa implementasi Manajemen Rantai Pasokan memang membutuhkan dukungan berbagai pihak seperti pada penjelasan Chopra & Meindl, 2007:

1. Incerasing Variety of Products

Sekarang konsumen seakan dimanjakan oleh produsen, hal ini kita lihat semakin beragamnya jenis produk yang ada di pasaran. Hal ini juga kita lihat strategi perusahan yang selalu berfokus pada konsumen (customer oriented). Jika dahulu produsen melakukan strategi dengan melakukan pembagian segment pada

customer, maka sekarang konsumen lebih dimanjakan lagi dengan pelemparan produk menurut keinginan setiap individu bukan menurut keinginan segment

tertentu. Banyaknya jenis produk dan jumlah dari yang tidak menentu dari masing-masing produk membuat produsen semakin kewalahan dalam memuaskan keinginan dari konsumen.

2. Decreasing Product Life Cycles

Menurunnya daur hidup sebuah produk membuat perusahan semakin kerepotan dalam mengatur strategi pasokan barang, karena untuk mengatur pasokan barang tertentu maka perusahaan membutuhkan waktu yang tertentu juga. Daur hidup produk diartikan sebagai umur produk tersebut dipasaran.

3. Increasingly Demand Customer

Supply chain management berusaha mengatur (manage) peningkatan permintaan secara cepat, karena sekarang customer semakin menuntut pemenuhan permintaan yang secara cepat walaupun permintaan itu sangat mendadak dan bukan produk yang standar (customize).


(38)

22

4. Fragmentation of Supply Chain Ownership

Hal ini menggambarkan supply chain itu melibatkan banyak pihak yang mempunyai masing-masing kepentingan, sehingga hal ini membuat Supply Chain Mangement semakin rumit dan kompleks.

5. Globalization

Globalisasi membuat supply chain semakin rumit dan kompleks karena pihak-pihak yang terlibat dalam supply chain tersebut mencakup pihak-pihak di berbagai negara yang mungkin mempunyai lokasi diberbagai pelosok dunia.

3.1.2 Kemitraan

Integrasi di dalam sebuah struktur rantai pasokan dilakukan dengan menjalin kerjasama dan koordinasi antar pelaku rantai pasokan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk membuat rantai pasokan lebih efektif serta efisien melalui penciptaan respon yang lebih cepat terhadap permintaan konsumen, meminimalisir biaya transaksi maupun inventori, serta keterbukaan informasi diantara pelaku rantai pasokan. Kerjasama dan koordinasi tersebut dapat dibangun melalui sebuah kemitraan diantara beberapa pihak dalam rantai pasokan.

Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak yang memiliki tingkat kemampuan berbeda namun memiliki tujuan yang sama yakni dalam upaya memperoleh pendapatan yang lebih baik. Kemitraan juga dapat didefinisikan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebihdalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Keberhasilan dari strategi bisnis tersebut sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara pihak yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis (Hafsah, 1999).

Kemitraan telah banyak dilakukan oleh berbagai perusahaan, termasuk di dalam sektor agribisnis. Beberapa unsur penting dalam kemitraan agribisnis antara lain adanya komitmen untuk menjadi mitra dan adanya transfer teknologi diantara kedua belah pihak, dimana hal ini ditunjukan untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk yang dihasilkan. Kerjasama kemitraan dapat dilihat sebagai integrasi vertikal atau koordinasi vertikal antara dua atau lebih perusahaan


(39)

23 berjalan pada tingkatan yang berbeda. Integrasi vertikal berarti kemitraan yang terjadi dalam proses produksi, pengolahan dan pemasaran yang masih bersatu di bawah satu manajemen atau kepemilikan, sedangakan dikatakan koordinasi vertikal jika kemitraan yang terjalin berupa kontrak produksi atau kontrak pemasaran dengan pihak di luar perusahaan.

Tujuan dari sebuah kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, adanya jaminan jumlah pasokan, peningkatan kualitas produksi, peningkatan kualitas kelompok mitra, peningkatan usaha serta penciptaan kemandirian kelompok mitra. Oleh karena itu, hubungan kemitraan yang dibangun antara kedua belah pihak haruslah saling menguntungkan, saling membutuhkan, dan saling memperkuat. Saling menguntungkan bukan berarti partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang lebih penting adalah adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk mendorong terciptanya integrasi yang lebih baik dalam suatu kerangka rantai pasokan.

Pelaksanaan kemitraan dalam rantai pasokan akan sangat menentukan terciptanya kolaborasi antara anggota rantai. Intensitas kolaborasi secara umum terbagi atas empat tingkatan yakni: 1) Transactional Collaboration, 2)

Cooperative Collaboration, 3) Coordinated Collaboration, 4) Synchronized Collaboration (Said et al, 2006). Hubungan yang terjadi dalam transactional collaboration adalah hubungan dagang biasa yang terbatas pada kegiatan jual beli suatu produk. Kolaborasi ini bersifat terbatas (limited collaboration) tapi meliputi banyak hubungan kerjasama. Kolaborasi tersebut juga mendasarkan pemilihan mitranya pada aspek harga dan tidak menganggap tukar menukar informasi menjadi hal yang penting.

Pada tingkatan cooperative collaboration, telah terdapat kegiatan saling memberi informasi walaupun sifatnya tidak mengikat dan sukarela. Informasi yang diberikan pada tingkatan kolaborasi tersebut misalnya mengenai perkiraan produksi dan kapasitas pengangkutan dari distributor. Tingkatan coordinated collaboration merupakan tingkatan yang lebih tinggi karena memiliki aturan khusus yang mengharuskan mitra dalam rantai pasokan untuk saling bertukar


(40)

24 informasi. Kesalahan atau keterlambatan informasi dari salah satu mitra dapat berdampak pada pemberian denda. Tingkatan tertinggi dari intensitas kolaborasi adalah synchronized collaboration atau sering juga disebut aliansi strategis. Pada tingkatan kolaborasi tersebut kedua belah pihak bahkan sudah berbagi risiko melalui investasi awal.

Rentang kedalaman hubungan dalam kolaborasi meliputi kolaborasi yang terbatas (limited collaboration) hingga kolaborasi yang intensif (extensive collaboration). Kedalaman hubungan kolaborasi tersebut dipengaruhi cakupan aspek kerjasama yang disepakati oleh pihak yang terkait kolaborasi. Frekuensi hubungan kolaborasi terdiri dari hubungan kerjasama yang banyak (many relationship) hingga hubungan kerjasama yang sedikit (few relationship). Frekuensi hubungan kerjasama dalam kolaborasi ditentukan oleh jumlah dan ragam transaksi yang dihasilkan terkait hubungan kolaborasi, dimana semakin banyak serta beragamnya transaksi antara pihak yang berkolaborasi maka hubungan kerjasama dalam kolaborasi tersebut dikategorikan manyrelationship.

Spektrum kolaborasi yang berada pada situasi few relationship dengan

limited collaboration tidak disarankan untuk membangun hubungan kolaborasi karena pada dasarnya hubungan ini tidak akan melibatkan transaksi dalam jumlah besar sehingga dampak dari hasil kolaborasi pun kecil. Pada situasi dimana kolaborasi yang sangat intensif (extensive collaboration) dengan hubungan kerjasama yang banyak (many relationship) juga tidak disarankan untuk melakukan kolaborasi karena akan sangat rumit dalam pengelolaannya. Gambar 3 menggambarkan spektrum kolaborasi dimana masing-masing tingkatan kolaborasi dipetakan dalam dua dimensi yakni tingkat kedalaman hubungan dan frekuensi berhubungan.


(41)

25

Not Viable Synchronized Collaboration

Coordinated Collaboration Cooperative Collaboration

Transactional Collaboration

Low Return

Sumber: Said et al (2006)

Gambar 3. Tingkatan dan Spektrum Kolaborasi 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Perubahan gaya hidup sehat dengan slogan Back to Nature telah menjadi

trend baru masyarakat meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan permintaan untuk produk khususnya sayuran organik. Salah satu produk sayuran organik yang memiliki permintaan yang terus meningkat yaitu komoditas brokoli organik. Di sisi lain, semakin kritisnya tuntutan konsumen yang diiringi dengan semakin kuatnya peranan konsumen dalam hal pemilihan kualitas produk. Mulai dari kesegaran brokoli organik saat sampai ke tangan konsumen, kebersihan, hingga kemasan produk. Hal tersebut, mengindikasikan bahwa adanya perubahan paradigma industri dan persaingan yang berorientasi pada pemenuhan kepuasan dan permintaan pasar (consumen driven).

Anggota rantai pasokan brokoli organik yang terdiri dari petani organik, PT Agro Lestari, dan PT X berupaya untuk dapat memanfaatkan potensi tersebut dengan memproduksi, mendistribusi, dan menjual brokoli organik sebagai salah satu kegiatan bisnisnya. Namun dalam kegiatan usahanya, rantai pasokan brokoli organik memiliki permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kegiatan pengelolaan rantai pasokan yang belum terorganisir dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, upaya yang diusulkan untuk dilakukan adalah melalui penetapan strategi-strategi guna menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut.

Extensive Collaboration

Limited Collaboration


(42)

26 Konsep Manajemen Rantai Pasokan (MRP) yang telah digunakan bertujuan untuk menciptakan kolaborasi serta kerjasama di antara pelaku rantai pasokan brokoli organik. Penerapan MRP brokoli organik tersebut bertujuan untuk menciptakan kepuasan anggota rantai pasokan melalui pembangunan komitmen yang transparan dan berkeadilan dalam jangka panjang. Namun, upaya penerapan MRP yang telah berjalan masih menghadapi berbagai kendala permasalahan terkait efisiensi rantai pasokan, komitmen anggota rantai pasokan, maupun perolehan nilai tambah produk yang berbeda pada beberapa pelaku rantai pasokan. Oleh karena itu, diperlukan suatu manajemen rantai pasokan yang komprehensif untuk mengetahui dan mengevaluasi pelaksanaan MRP brokoli organik di PT Agro Lestari. Setelah itu, diperlukan juga suatu analisis untuk merumuskan kebijakan bagi pengembangan maupun perbaikan dari manajemen rantai pasokan brokoli organik.

Pengkajian rantai pasokan pada produk brokoli organik membutuhkan penelusuran informasi dan investigasi yang menyeluruh. Metode analisis deskriptif penerapan MRP secara komprehensif yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada kerangka pengembangan rantai pasokan FSCN yang dimodifikasi oleh Van Der Vorst (2005). Metode pengembangan rantai pasokan tersebut mengkaji enam aspek yang terstruktur yakni sasaran rantai pasokan, struktur rantai pasokan, sumberdaya pasokan, manajemen rantai, proses bisnis rantai, dan kinerja rantai pasokan. Pembahasan atas enam aspek tersebut diharapkan dapat menghasilkan gambaran utuh mengenai penerapan manajemen rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari. Pembahasan secara spesifik mengenai performa rantai pasokan yang akan dibahas meliputi performa efisiensi dan performa kemitraan. Performa efisiensi dari rantai pasokan dianalisis berdasarkan konsep efisiensi tataniaga dengan menghitung margin tataniaga serta

farmer’s share yang terbentuk. Performa kemitraan akan dievaluasi secara deskriptif dengan beberapa atribut mengenai kinerja kemitraan.

Informasi mengenai kondisi efisiensi rantai pasokan, kinerja kemitraan dan integrasi rantai pasokan diharapkan dapat diketahui dari analisis yang dilakukan. Hal tersebut kemudian dapat dijadikan suatu input bagi perumusan alternatif kebijakan untuk mengembangkan rantai pasokan brokoli organik. Hasil


(43)

27 dari analisis tersebut diharapkan dapat menjadi rekomendasi alternatif pengembangkan manajemen rantai pasokan brokoli organik. Secara singkat kerangka pemikiran operasional penelitian dapat disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

Permintaan terhadap sayuran brokoli meningkat

Gaya hidup masyarakat yang mengakibatkan perubahan paradigma persaingan yang

berorientasi kepada consumer driven

Penerapan Manajemen Rantai Pasokan Brokoli Organik pada PT Agro Lestari

Kondisi dan Permasalahan Rantai Pasokan (MRP) brokoli organik pada PT Agro Lestari

Analisis Pengelolaan Rantai Pasokan Brokoli Organik secara komprehensif dengan metode FSCN dan penilaian kinerja

Analisis Deskriptif MRP : 1. Sasaran Rantai 2. Struktur Rantai 3. Sumberdaya Rantai 4. Manajemen Rantai 5. Proses Bisnis Rantai

Analisis Kinerja Rantai : 1. Kinerja Kemitraan

Kesesuaian Atribut 2. Kinerja Efisiensi

Kondisi Kinerja Penerapan MRP pada PT Agro Lestari


(44)

28

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di PT Agro Lestari, Jl. Raya Puncak, Jl. Diklat PLN No. 1, Cibogo Kabupaten Bogor dan kebun petani mitra yang berada di daerah Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) didasarkan pada kondisi wilayah tersebut yang baik untuk produksi brokoli organik dan adanya kerjasama dengan PT X sebagai pemasar produk organik yang telah memiliki sertifikat organik dan telah memiliki kerjasama kemitraan dengan pihak supermarket yang berada di daerah Jakarta. Penelitian mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik tersebut dilaksanakan mulai bulan Mei hingga Juni 2011.

4.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan langsung, kuesioner dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Jenis data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari observasi langsung, kuesioner dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen pihak yang terkait dan studi pustaka. Responden dalam penelitian ini adalah petani brokoli organik yang berada di Desa Cisarua, PT Agro Lestari, pihak PT X, dan Lotte Mart sebagai perwakilan dari pihak supermarket.

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Kajian manajemen rantai pasokan membutuhkan suatu pendekatan metode analisis yang mampu menjabarkan permasalahan secara komprehensif. Penjabaran permasalahan rantai pasokan meliputi beberapa hal antara lain mengenai rantai pasokan, kinerja rantai pasokan, hambatan yang dihadapi rantai pasokan serta alternatif kebijakan bagi pengembangan rantai pasokan. Oleh karena itu, dalam penelitian mengenai manajemen rantai pasokan brokoli organik pada PT Agro Lestari ini akan dilakukan kajian yang meliputi deskripsi model rantai pasokan brokoli organik yang terjadi saat ini. Analisis kinerja rantai pasokan dalam hal


(45)

29 kemitraan, serta alternatif kebijakan pengembangan rantai pasokan yang dapat dilakukan.

4.3.1 Model Rantai Pasokan Brokoli Organik pada Agro Lestari

Model rantai pasokan yang terjadi dibahas dengan analisis deskriptif menggunakan metode pengembangan yang mengikuti kerangka proses Food Supply Chain Networking (FSCN) dari Lambert dan Cooper (2000) yang kemudian dimodifikasi oleh Van Der Vorst (2005). Untuk melihat efisiensi kinerja, maka digunakan metode margin tataniaga serta farmer’s share dan melihat kinerja kemitraan yang telah ada dengan sebelas atribut kemitraan dan dijelaskan secara deskriptif.

4.3.1.1 Sasaran Rantai 1) Sasaran Pasar

Sasaran pasar memaparkan tentang bagaimana model suatu rantai pasokan berlangsung terhadap produk yang dipasarkan. Dalam hal ini, sasaran pasar dapat menjelaskan mengenai bagaimana berlangsungnya model suatu rantai pasokan terhadap brokoli organik yang dipasarkan. Tujuan pasar dideskripsikan dengan jelas, seperti siapa pelanggan produk brokoli organik, apa yang dibutuhkan dan diinginkan pelanggan. Sasaran pasar dalam FSCN dapat diklarifikasikan ke dalam upaya segmentasi pasar, kualitas yang terintegrasi, optimalisasi rantai, atau kombinasi diantara tiga hal tersebut.

2) Sasaran Pengembangan

Sasaran pengembangan menjelaskan target atau objek dalam rantai pasokan brokoli organik yang hendak dikembangkan oleh beberapa pihak yang terlibat di dalamnya. Sasaran pengembangan rantai pasokan brokoli organik dirancang bersama-sama oleh pelaku rantai yakni petani mitra, PT Agro Lestari dan PT X. Bentuk sasaran pengembangan dapat berupa penciptaan koordinasi, kolaborasi, atau pengembangan penggunaan teknologi informasi serta prasarana lain yang dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan.


(46)

30 4.3.1.2 Struktur Jaringan

Struktur jaringan menjabarkan mengenai anggota atau pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasokan beserta peranannya masing-masing. Aliran komoditas mulai dari hulu hingga hilir serta penyebarannya ke berbagai lokasi dijabarkan dan dikaitkan dengan keberadaan anggota rantai pasokan serta bentuk kerjasama yang terjadi diantara berbagai pihak.

4.3.1.3 Manajemen Rantai

Manajemen rantai menjelaskan konfigurasi hubungan yang terjadi dalam jaringan MRP yang memfasilitasi proses pengambilan keputusan secara cepat oleh pelaku rantai pasokan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki dalam rantai pasokan guna meningkatkan kinerja rantai pasokan. Tujuannya adalah untuk mengetahui pihak mana bertindak sebagai pengatur dan pelaku utama di dalam rantai pasokan. Pihak yang menjadi pelaku utama adalah pihak yang melakukan sebagian besar aktivitas di dalam rantai pasokan dan memiliki kepemilikan penuh terhadap asset yang dimilikinya. Terdapat beberapa aspek khusus yang harus dikelola dengan baik agar tidak menghambat kinerja MRP secara keseluruhan. Beberapa hal yang akan dikaji dalam manajemen rantai antara lain :

1) Pemilihan Mitra

Dijelaskan mengenai bagaimana proses kemitraan itu terbentuk, kriteria-kriteria apa saja yang digunakan untuk memilih mitra kerjasama dan bagaimana praktek di lapangan.

2) Kesepakatan Kontraktual dan Sistem Transaksi

Dijelaskan mengenai bentuk kesepakatan kontraktual yang disepakati dalam membangun hubungan kerjasama disertai dengan sistem transaksi yang dilakukan diantara berbagai pihak yang bekerjasama.


(47)

31 3) Kolaborasi Rantai

Dijelaskan mengenai koordinasi kerjasama dalam suatu rantai pasokan yang dipaparkan secara lengkap meliputi tindakan kolaboratif, perencanaan kolaboratif serta proses trust building.

4.3.1.4 Sumberdaya Rantai

Hal yang penting untuk mengetahui potensi-potensi yang dapat mendukung upaya pengembangan rantai pasokan yaitu meninjau sumberdaya yang dimiliki oleh anggota rantai pasokan. Beberapa komponen yang dapat dikategorikan sebagai sumberdaya rantai antara lain mencakup aspek sumberdaya fisik, sumberdaya manusia, teknologi, sistem informasi dan permodalan.

4.3.1.5 Proses Bisnis Rantai

Proses bisnis rantai menjelaskan proses-proses yang terjadi di dalam rantai pasokan untuk mengetahui apakah keseluruhan alur rantai pasokan yang mapan dan terintegrasi. Proses bisnis ditinjau berdasarkan aspek hubungan proses bisnis antara anggota rantai pasokan, pola distribusi (produk, modal, dan informasi), serta jaminan identitas merek.

4.3.2 Analisis Kinerja Rantai Pasokan

Setelah melakukan pengkajian dari aspek-aspek yang sebelumnya telah dijelaskan, kemudian menilai rantai pasokan berdasarkan kinerjanya dalam memenuhi permintaan konsumen serta memuaskan anggota rantai pasokan yang terkait. Pengukuran kinerja rantai pasokan brokoli organik menggunakan beberapa pendekatan yakni terkait kinerja efisiensi rantai pasokan serta kinerja kemitraan.

4.3.2.1 Kinerja Kemitraan

Kemitraan menjadi aspek yang sangat penting dalam kerangka pengembangan manajemen rantai pasokan suatu produk. Kemitraan yang terjalin akan sangat mendukung terjadinya koordinasi dan kolaborasi dari rantai pasokan


(1)

121 16. Bagaimana Anda menanggapi keluhan dari konsumen terhadap produk yang

Anda jual ?

... 17. Apakah Anda meneruskan keluhan yang datang dari konsumen kepada Parung

Farm ?


(2)

122 Analisis Tingkat Kepentingan (Harapan) Atribut Kemitraan

Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan harapan Anda mengenai tingkat kepentingan atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik.

No Atribut Kemitraan 1 2 3 4

1. Kontrak dalam kerjasama 2. Keterbukaan informasi 3. Tingkat keuntungan 4. Akses permodalan

5. Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran 6. Kualitas produk

7. Penerapan standar budidaya 8. Tingkat penjualan

9. Harga jual produk

10. Penanggungan risiko secara adil 11. Upaya peningkatan keterampilan

Keterangan :

1 = Sangat Tidak Penting 2 = Tidak Penting

3 = Penting


(3)

123 Analisis Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan

Beri tanda (v) pada kolom sesuai dengan pilihan Anda mengenai tingkat kinerja atribut dalam pelaksanaan kemitraan dalam bisnis Brokoli Organik.

No Atribut Kemitraan 1 2 3 4

1. Kontrak dalam kerjasama 2. Keterbukaan informasi 3. Tingkat keuntungan 4. Akses permodalan

5. Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran 6. Kualitas produk

7. Penerapan standar budidaya 8. Tingkat penjualan

9. Harga jual produk

10. Penanggungan risiko secara adil 11. Upaya peningkatan keterampilan

Keterangan :

1 = Sangat Tidak Penting 2 = Tidak Penting

3 = Penting


(4)

124 Indikator Kinerja Atribut Kemitraan dalam Rantai Pasokan Brokoli Organik .

A. Kontrak dalam kerjasama

SB : Pelaku rantai pasok sangat mematuhi aturan kerjasama yang disepakati B : Pelaku rantai pasok mematuhi aturan kerjasama yang disepakati

TB: Pelaku rantai pasok terkadang melanggar mematuhi aturan kerjasama yang disepakati

STB : Pelaku rantai pasok banyak melanggar mematuhi aturan kerjasama yang disepakati

B. Keterbukaan Informasi

SB : Informasi pasar sangat terbuka dan sangat mudah diakses pelaku rantai B : Informasi pasar terbuka dan sangat mudah diakses pelaku rantai

TB : Informasi pasar kurang terbuka dan sangat mudah diakses pelaku rantai STB : Informasi pasar tidak terbuka dan sangat mudah diakses pelaku rantai

C. Tingkat Keuntungan

SB : Pelaku rantai pasok memperoleh banyak keuntungan karena kemitraan B : Pelaku rantai pasok memperoleh keuntungan karena kemitraan

TB : Pelaku rantai pasok tidak memperoleh keuntungan karena kemitraan STB : Pelaku rantai pasok memperoleh kerugian karena kemitraan

D. Akses Permodalan

SB : Terdapat banyak bantuan modal dari pelaku rantai B : Terdapat bantuan modal dari pelaku rantai

TB : Terdapat sedikit bantuan modal dari pelaku rantai STB : Tidak terdapat bantuan modal dari pelaku rantai

E. Efisiensi biaya transaksi dan pemasaran

SB : Terdapat banyak komponen biaya transaksi dan pemasaran yang dapat diminimalisir

B : Terdapat beberapa komponen biaya transaksi dan pemasaran yang dapat diminimalisir

TB : Tidak terdapat banyak komponen biaya transaksi dan pemasaran yang dapat diminimalisir

STB : Biaya transaksi dan pemasaran semakin mahal


(5)

125 SB : Persentase produk bermutu banyak mengalami peningkatan

B : Persentase produk bermutu mengalami peningkatan

TB : Persentase produk bermutu tidak mengalami peningkatan STB : Persentase produk bermutu banyak mengalami penurunan

G. Penerapan standar budidaya

SB : Standarnya sangat baik dan sangat mudah dicapai B : Standarnya baik dan mudah dicapai

TB : Standarnya cukup sulit dicapai STB : Standarnya terlalu sulit dicapai

H. Tingkat penjualan

SB : Penjualan sayuran sangat meningkat dibandingkan sebelum bermitra B : Penjualan sayuran meningkat dibandingkan sebelum bermitra

TB : Penjualan sayuran tidak mengalami peningkatan dibandingkan sebelum bermitra

STB : Penjualan sayuran mengalami penurunan dibandingkan sebelum bermitra

I. Harga jual produk

SB : Harga jual sayuran jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum bermitra B : Harga jual sayuran lebih tinggi dibandingkan sebelum bermitra TB : Harga jual sayuran lebih rendah dibandingkan sebelum bermitra STB : Harga jual sayuran jauh lebih rendah dibandingkan sebelum bermitra

J. Penanggungan risiko secara adil

SB : Risiko pemasaran produk selalu ditanggung bersama B : Risiko pemasaran produk terkadang ditanggung bersama TB : Risiko pemasaran produk jarang ditanggung bersama

STB : Risiko pemasaran produk tidak pernah ditanggung bersama

K. Upaya peningkatan keterampilan

SB : Petani sangat sering mendapat bimbingan teknis (2 bulan sekali) B : Petani sering mendapat bimbingan teknis (4 bulan sekali)

TB : Petani jarang mendapat bimbingan teknis (6 bulan sekali)


(6)

126

Lampiran 3. Dokumentasi Lokasi Penelitian

Pemotongan brokoli dari pohon Pengangkutan brokoli organik

Brokoli yang telah dikemas Merek dagang Lotte Mart

Gudang penyimpanan Parung Farm Salah satu supermarket pelaku rantai