Struktur terumbu karang yang kompleks menyediakan perlindungan dan tempat tinggal bagi banyak kelas ukuran biota terutama bagi invertebrata
berukuran kecil. Beberapa spesies ikan memanfaatkan invertebrata yang berada di koloni karang, tumpukan
rubble, serta di algal turf. Pola makan ini umumnya pada famili Labridae, ikan yang memiliki morfologi unik sebagai pemakan
crustacean di ekosistem terumbu karang Choat dan Bellwood, 1991. Nybakken 1993 menjelaskan bahwa interaksi yang terjadi antara ekosistem
terumbu dan ikan karang adalah : 1. Pemangsaan, hal ini dilakukan oleh kelompok ikan yang secara aktif
memakan koloni karang, seperti jenis dari ikan buntal Tetraodontidae dan ikan kepe-kepe Chaetodontidae. Kelompok lain yaitu beberapa omnivora
yang memindahkan polip karang untuk mendapatkan alga di dalam kerangka karang atau invertebrata yang hidup dalam lubang kerangka.
2. Grazing, hal ini dilakukan oleh kelompok ikan-ikan famili Siganidae, Pomacentridae, Acanthuridae, dan Scaridae yang merupakan herbivora
grazer pemakan alga sehingga pertumbuhan alga yang bersaing ruang hidup dengan karang dapat terkendali.
2.5. Transplantasi karang
Transplantasi merupakan suatu teknik penanaman dan penumbuhan koloni karang baru dengan metode fragmentasi, dimana benih karang diambil dari suatu
induk koloni tertentu. Transplantasi karang bertujuan untuk mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah mengalami kerusakan atau untuk
memperbaiki daerah terumbu karang yang rusak, terutama untuk meningkatkan keragaman dan persen penutupan Harriot dan Fisk, 1988
in Soedharma dan Arafat, 2007. Herianto 2007 menyatakan bahwa berbagai fungsi atau manfaat
transplantasi karang secara umum ditujukan untuk kepentingan rehabilitasi dan pemanfaatan. Fungsi atau manfaat tersebut antara lain:
1. Mempercepat regenerasi ekosistem karang yang telah rusak. 2. Membangun daerah ekosistem karang yang sebelumnya tidak ada.
3. Pengembangan populasi karang bernilai ekonomis tinggi dan atau langka. 4. Menambah jumlah karang dewasa ke dalam populasi sehingga produksi larva
di ekosistem karang yang rusak tersebut dapat ditingkatkan. Makkarette 2007 menyatakan secara umum gambaran langkah metode
transplantasi karang adalah sebagai berikut: 1. Pengambilan bibit koloni karang.
Pengambilan bibit koloni karang sebaiknya dilakukan di daerah lain yang memiliki kedalaman yang sama dengan lokasi transplantasi.
2. Pengikatan bibit koloni karang ke substrat. Substrat pengikatan karang dapat berupa gerabah atau semen.
3. Penenggelaman transplantasi karang dan rangka bila ada. 4. Perawatan.
Perawatan dilakukan untuk memantau tingkat stres dan kelangsungan hidup karang transplantasi.
2.6. Terumbu buatan
Terumbu buatan merupakan struktur yang sengaja dibuat oleh manusia untuk meniru karakteristik terumbu karang. Terumbu buatan tidak dimaksudkan
sebagai alternatif pengganti terumbu karang alami yang produktifitasnya tinggi, tetapi sebagai struktur yang dapat memberikan salah satu fungsinya. Fungsi
utama dari terumbu buatan menurut Chou 1997 adalah: 1. Tempat berkumpulnya organisme terutama ikan sehingga dapat menambah
efisiensi penangkapan.
2. Meningkatkan produktivitas alam dengan menyediakan habitat baru untuk organisme menempel yang berkontribusi pada rantai makanan.
3. Menyediakan habitat baru spesies target. 4. Melindungi organisme kecil atau
juvenile dan sebagai nursery ground. 5. Pelindung pantai dari gelombang serta sebagai tempat naungan organisme
dari arus yang kuat dan pemangsaan. 6. Meningkatkan kompleksitas habitat dasar.
Keuntungan dari terumbu buatan Hutomo, 1991 in Isnul, 2007 adalah
sebagai berikut : 1. Dapat dibangun sesuai dengan kebutuhan yang spesifik di lokasi yang
diinginkan dalam waktu singkat. 2. Dapat dibangun dari berbagai macam material.
3. Dapat meningkatkan sumberdaya hayati laut pada lokasi yang dikehendaki.
2.7. Biorock
Biorock merupakan teknik terumbu buatan melalui proses akresi mineral dengan menggunakan struktur kerangka kokoh yang dialiri oleh arus listrik
bertegangan rendah. Teknologi ini memanfaatkan proses elektrolisis dengan adanya anoda dan katoda sehingga menyebabkan mineral terlarut dalam air laut
membentuk endapan padatan mineral yang menempel pada struktur kerangka Hilbertz, 2005a. Hasil pengendapan ini adalah komposisi antara
limestone dan brucite dimana komposisi ini mirip dengan komposisi terumbu karang Hilbertz,
2005b; Isnul, 2007. Mineral padatan yang terbentuk merupakan hasil dari perubahan pH di daerah katoda selama proses elektrolisis air laut berlangsung
Lee, 2002 in Madduppa et al., 2007.
Biorock pertama kali dikembangkan oleh arsitek Wolf Hilbertz dan pakar biologi laut Thomas J. Goreau pada tahun 1988 untuk kepentingan rehabilitasi
terumbu dan perlindungan daerah pesisir melalui Global Coral Reef Alliance
Hilbertz, 2005a. Teknologi ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia di Pemuteran, Bali pada awal tahun 2000 oleh Wolf Hilbertz dan Thomas J.
Goreau. Beberapa keunggulan biorock sebagai terumbu buatan antara lain
mempercepat laju pertumbuhan karang yang ditransplantasikan pada kerangka, struktur terumbu
biorock dapat segera menyatu sebagai habitat alami untuk biota lain, sebagai substrat baru untuk penempelan alami larva karang, dan
penghalang gelombang bagi daerah pesisir Hilbertz, 2005b. Penerapan metode
biorock telah dilakukan di beberapa negara, antara lain di Maldive, Thailand, Meksiko, Papua New Guinea, dan Indonesia Hilbertz, 2005a.
Perkembangan metode ini dalam aplikasinya di Maldive cukup baik. Saat kenaikan suhu permukaan air laut yang tinggi telah menyebabkan banyak
kematian karang di Samudera Hindia pada tahun 1998. Hal ini mengakibatkan kerusakan parah pada terumbu karang di pulau Maldive, hingga hanya 1
sampai 5 karang terumbu bertahan. Pada tahun 1996 hingga 1998 di area ini Ihuru,Maldive telah diterapkan
biorock dan hasilnya adalah 50 – 80 karang transplantasi berhasil bertahan hidup Whorton, 2001. Foto penerapan
biorock di beberapa negara dapat dilihat di Gambar 1.
b
a c
Sumber: a Whorton 2001; b Carins 2007; c Hilbertz 2005a Gambar 1. Kerangka
Biorock di a Maldive,b Thailand, dan c Pemuteran, Bali
Biorock memiliki komponen fisik yaitu katoda dan anoda. Katoda didefinisikan sebagai elektroda dimana elektron memasuki sel karena proses
reduksi. Elektroda ini yang menjadi tempat terbentuk dan menempelnya ceament padatan mineral dan terlindung dari korosi karena yang terjadi
bukanlah oksidasi tetapi kebalikannya Lee, 2005 in Isnul, 2007. Katoda inilah
yang dihubungkan dengan terminal negatif power supply yang kemudian
menyuplai elektron kepada ion-ion didalam larutan untuk mendorong terjadinya reaksi kimia. Material katoda yang digunakan biasanya berupa besi. Pemilihan
besi ini lebih karena tujuan ekonomi dan pertimbangan kekuatan struktur. Bahan katoda dapat berupa berbagai macam bahan dengan konduktivitas tinggi Isnul,
2007. Anoda didefinisikan sebagai elektroda dimana elektron datang dari sel karena
proses oksidasi. Anoda dihubungkan dengan terminal positif power supply dan
merupakan terminal dimana elektron diambil dari ion-ion dalam larutan untuk memfasilitasi reaksi kimia. Pemberian arus yang terlalu tinggi maka anoda akan
terkorosi dengan cepat Lee, 2005a in Isnul, 2007. Material anoda yang
digunakan sebaiknya memiliki ketahanan tinggi terhadap proses korosi dan memiliki tingkat polaritas yang tinggi karena terjadinya reaksi oksidasi Isnul,
2007.
3. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan lokasi
Penelitian ini dilakukan di daerah Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten tepatnya di kawasan Beach Club, Tanjung Lesung Resort
Gambar 2. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2007, Januari 2007, Mei 2007, dan Agustus 2008. Pengambilan data tidak dapat dilakukan
pada Februari, Maret, dan April 2008 karena kondisi cuaca buruk, serta pada Juni dan Juli 2008 karena terputusnya aliran listrik pada sistem
biorock.
Gambar 2. Peta lokasi penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder dari penelitian Medriko Desistiano
dengan judul ”Perbandingan Kelimpahan Ikan Karang pada Terumbu Buatan Biorock dengan Transplantasi Karang di Tanjung Lesung, Banten”. Data
sekunder tersebut diambil pada September 2007 hingga November 2007 di lokasi pengamatan yang sama dengan penelitian ini, dimana transek permanen
digunakan sebagai stasiun pengamatan. Dua stasiun pengamatan pada penelitian ini yaitu stasiun
biorock dan stasiun transplantasi karang. Koordinat stasiun pengamatan yaitu 06
27’59,7” LS dan 105
39’57,9” BT untuk stasiun biorock dan 06
27’58,8” LS dan 105 39’59,3” BT
untuk stasiun transplantasi karang. Stasiun biorock ditandai dengan adanya
kerangka biorock atau proses akresi mineral dengan karang transplantasi,
sedangkan stasiun transplantasi karang ditandai adanya kerangka dengan karang transplantasi tanpa proses akresi mineral. Deskripsi masing-masing
stasiun pengamatan tampak pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi stasiun pengamatan
biorock dan transplantasi karang.
Parameter St. biorock
St. transplantasi karang
Model kerangka Trapesium
Trapesium Arus listrik
Ya Tidak
Jenis karang transplantasi
Acropora sp. dan Montipora sp.
Acropora sp. dan Montipora sp.
Transek sekeliling Ya 4
Ya 4 Luas transek
2x2 m
2
2x2 m
2
3.2. Alat dan bahan