xl Besarnya revisi ini menunjukkan tingkat persistensi laba. Semakin
persisten laba akuntansi, semakin kuat hubungan laba akuntansi dengan abnormal return semakin besar koefisien respon laba.
2. P
REDIKTABILITAS
L
ABA
A
KUNTANSI
.
Prediktabilitas laba akuntansi merupakan kemampuan laba akuntansi di masa lalu untuk memprediksi laba akuntansi di masa yang akan datang,
dan ditunjukkan dalam variansi goncangan laba akuntansi variance of earnings shocks dalam laba akuntansi runtun waktu Lipe 1990.
Peningkatan kemampuan prediksi laba akuntansi menyebabkan informasi laba akuntansi berjalan menjadi lebih bermanfaat dalam memprediksi laba
akuntansi di masa mendatang sehingga investor menggunakan informasi laba sekarang dalam pengambilan keputusan investasinya dan lebih sensitif
terhadap informasi laba. Koefisien respon laba akuntansi akan meningkat, jika laba akuntansi di masa lalu mempunyai kemampuan untuk
memprediksi laba akuntansi di masa depan.
3. K
ESEMPATAN
B
ERTUMBUH
G
ROWTH
O
PPORTUNITIES
.
Penilaian pasar terhadap kemungkinan bertumbuh suatu perusahaan nampak dari harga saham yang terbentuk sebagai suatu nilai ekspektasi
terhadap manfaat masa depan yang akan diperolehnya. Pemegang saham akan memberi respon yang lebih besar kepada perusahaan dengan
kemungkinan bertumbuh yang tinggi. Hal ini terjadi karena perusahaan yang mempunyai kemungkinan bertumbuh yang tinggi akan memberikan
manfaat yang tinggi di masa depan bagi investor.
xli
4. U
KURAN
P
ERUSAHAAN
.
Collins dan Kothari 1989 menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel tambahan dalam regresinya, mendapatkan bukti bahwa ukuran
perusahaan tidak memberikan tambahan kekuatan penjelas atas perbedaan koefisien respon laba. Sementara Shevlin dan Shores 1990 dalam Cho
dan Jung 1991 memberikan penjelasan bahwa kemungkinan hal ini terjadi karena ukuran perusahaan memproksikan beberapa aspek sekaligus dalam
hubungan laba dan return.
5. R
ISIKO
K
EGAGALAN
P
ERUSAHAAN
D
EFAULT
R
ISK
.
Investor sebagai pemilik perusahaan akan bereaksi atas setiap informasi yang diterimanya yang berkaitan dengan perusahaan. Netralitas investor
terhadap risiko adalah asumsi yang beralasan saat kemungkinan pay off yang diterima kecil, namun pada banyak kasus penghindaran risiko
merupakan asumsi yang lebih realistis. Konsep penghindaran risiko risk aversion adalah penting bagi akuntan karena ini berarti investor
membutuhkan informasi yang berkaitan dengan risiko sebagaimana expected return Scott 2008. Perusahaan dengan risiko tinggi sekalipun
bisa menjanjikan return yang tinggi namun di sisi lain tingkat ketidakpastiannya juga tinggi. Hal ini menyebabkan investor akan berhati-
hati dalam mengambil keputusan sehubungan dengan perusahaan dengan risiko tinggi. Sikap hati-hati dapat menyebabkan investor akan lebih
lambat bahkan tidak sama sekali bereaksi atas informasi laba perusahaan.
xlii Akibatnya besaran hubungan laba dan return saham perusahaan juga
dipengaruhi oleh tingkat risiko yang dimiliki oleh perusahaan.
6. Risiko Sistematik Perusahaan.