Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 35
2. Karena kesempatan memperdalam pengetahuan dan ketrampilan sebagai dokter umum dibandingkan dengan dokter spesialis makin
kurang. 3. Karena makin buruknya kondisi kerja dokter umum dibandingkan
dengan dokter spesialis. Penyebab lain dari makin berkurangnya minat dan sekaligus
jumlah dokter umum, yang dikemukakan oleh Robert Haggery 1963
adalah : 1. Komisi penerimaan mahasiswa baru terdiri dari para dokter
spesialis, yang lebih mengutamakan calon mahasiswa yang lebih berorientasi pada keilmuan.
2. Tidak adanya bagian dokter keluarga departemen of familiy medicine di fakultas kedokteran.
3. Terbatasnya fasilitas yang berafiliasi dengan fakultas kedokteran yang dapat dipakai untuk menyelenggarakan pendidikan dokter
keluarga. 4. Makin meningkatnya proporsi mahasiswa yang langsung
mengikuti pendidikan dokter spesialis. 5. Perhatian terhadap dokter spesialis lebih baik daripada dokter
umum, misalnya pada wajib militer dan asuransi kesehatan. 6. Status dokter umum di rumah sakit lebih rendah daripada dokter
spesialis, serta jam kerja lebih lama daripada dokter spesialis. Demikianlah akibat makin berkurangnya jumlah dokter yang
menyelenggarakan pelayanan dokter umum, dan sementara itu jumlah dokter yang menyelenggarakan pelayanan dokter spesialis makin
bertambah, menyebabkan timbulnya berbagai masalah lainnya. Berbagai masalah yang dimaksud, jika diperinci menurut subsistem
kesehatan secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Sub-sistem Pelayanan Kesehatan
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 36
Masalah yang paling menonjol yang diketemukan pada sub-sistem pelayanan kesehatan ialah pelayanan kesehatan
tersebut menjadi terkotak - kotak fragmented health services, amat tergantung pada berbagai peralatan kedokteran canggih
serta cenderung mengorganisir pelayanan kesehatan yang lebih majemuk. Keadaan yang seperti ini tentu merugikan masyarakat,
karena masyarakat akan sulit mendapatkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh comprehensive health services.
Pasien akhirnya bagaikan berbelanja ke banyak toko. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tanpa tahu kegunaan
dan manfaatnya. Lebih lanjut lagi karena pelayanan yang terkotak - kotak ini, maka hubungan dokter-pasien doctor-patient
relationship menjadi renggang. Sering ditemukan perhatian dokter hanya terhadap belahan yang disampaikan, bukan terhadap
diri penderita secara keseluruhan. Sesungguhnyalah sebagaimana dikemukakan oleh Ward
Darley 1954 “barriers to the concept of continuing
comprehensive care because of pragmentation of patient care that has resulted from specialization, practice habits that limit
interest to the episodic care of illness, and efficiency measures that limit the amount of time a physician gives to the individual
patients.”
2. Sub-sistem Pembiayaan Kesehatan
Masalah yang paling menonjol yang ditemukan pada sub-sistem pembiayaan kesehatan ialah biaya kesehatan menjadi
meningkat. Peningkatan biaya kesehatan tersebut bukan saja karena telah dipergunakannya berbagai peralatan canggih, tetapi
juga karena pelayanan kesehatan tersebut telah terkotak-kotak. Akibatnya pemeriksaan kedokteran yang sama sering dilakukan
berulang - ulang, yang tentu saja akan memberatkan pasien.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 37
Lebih daripada itu, untuk para dokter yang tetap menyelenggarakan pelayanan dokter umum, ditemukan pula
masalah lainnya. Masalah tersebut ialah mutu pelayanan yang diselenggarakan ternyata jauh dari memuaskan. Penelitian yang
dilakukan oleh University of North Carolina and Rockefeller
Fondation yang
dilaksanakan pada
tahun 1953-1954
membuktikan keadaan
ini. Hasil
penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa 44 dari dokter umum yang diteliti menyelenggarakan
pelayanan yang
di bawah
standar. Penyebabnya adalah karena para dokter umum tersebut tidak
memiliki pengetahuan dan ketrampilan klinis serta tidak mengikuti perkernbangan ilmu dan teknologi kedokteran.
Adanya keadaan yang seperti ini tentu tidak membahagiakan semua pihak. Jalan keluar yang diajukan, secara umum dapat
dibedakan atas 4 macam, yakni Somers and Somer, 1970 : 1. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dokter umum
sehingga dapat mengejar berbagai ketinggalan yang dimilikinya. 2. Menggantikan dokter umum dengan dokter keluarga yang terdidik
secara khusus. 3. Melatih semua dokter termasuk spesialis dalam filosofi dan
teknik pelayanan kesehatan yang menyeluruh. 4. Menciptakan
keadaan lingkungan
yang dapat
memacu terselenggaranya pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan
terpadu. Jalan keluar yang pertama, di Amerika Serikat dimotori oleh The
American Academy of General Practice yang didirikan pada tahun
1947. Organisasi ini aktif menyelenggarakan berbagai program pendidikan tambahan untuk dokter umum. Lebih daripada itu,
organisasi ini juga serta mengusahakan adanya hubungan praktek dokter umum dengan rumah sakit. Hasil yang diperoleh cukup
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 38
menggembirakan karena secara bertahap berbagai ketinggalan yang dimiliki oleh dokter umum dapat diatasi.
Pada tahun 1959, dalam rangka lebih meningkatkan bobot dan nilai pelayanan kesehatan yang menyeluruh tersebut The American
Medical Association menyusun suatu rancangan pendidikan khusus
yang bersifat lebih formal. Rancangan ini pada tahun 1969 berhasil disahkan, dan sejak tahun 1969 tersebut, di Amerika Serikat, dokter
keluarga dipandang sebagai salah satu dokter spesialis. Demikianlah, sesuai dengan latar belakang yang seperti ini dan
juga berbagai peristiwa khusus yang terjadi di masing - masing negara, akhirnya gerakan dokter keluarga tersebut mulai bermunculan.
Ringkasan sejarah perkembangan yang dimaksud untuk beberapa negara, secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Inggris Kehendak untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga
di Inggris telah dimulai sejak tahun 1844, tetapi pada waktu itu banyak mendapat tantangan. Barulah kemudian pada tahun 1952,
praktek dokter keluarga ini mendapat pengakuan yakni dengan
berhasil didirikannya Royal College of General Practise.
2. Australia Kehendak untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga
di Australia telah dimulai sejak tahun 1958, yakni dengan didirikannya The College of General Practice yang pada waktu itu
aktif menyelenggarakan
program pendidikan
kedokteran berkelanjutan berikut ujiannya yang telah dimulai sejak tahun
1960. Kegiatan ini secara resmi diakui pada tahun 1973, yakni dengan mulai diselenggarakannya Family Medicine Program oleh
pemerintah federal. 3. Filipina
Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga di Filipina telah dimulai sejak tahun 1960 tetapi secara
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 39
melembaga baru dikenal sejak tahun 1972, yakni dengan didirikannya The Philipine Academy of Family Physicians.
Organisasi ini aktif menyelenggarakan pendidikan dokter keluarga, yang lulusan angkatan pertamanya dilantik tahun 1975.
4. Singapura Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga
di Singapura telah dimulai sejak tahun 1971, dan sejak tahun 1972 aktif menyelenggarakan program pendidikan. Sayang sekali
sampai saat ini program tersebut belum mendapat pengakuan resmi dari pemerintah.
5. Indonesia Kegiatan untuk mengembalikan pelayanan dokter keluarga
di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1981, yakni dengan didirikannya Kelompok Studi Dokter Keluarga. Pada tahun 1990,
melalui kongresnya yang kedua di Bogor, nama organisasi diubah menjadi Kolese Dokter Keluarga Indonesia. Sekalipun organisasi
ini sejak tahun 1988 telah menjadi anggota IDI, tetapi pelayanan dokter keluarga di Indonesia belum secara resmi mendapat
pengakuan, baik dari profesi kedokteran dan ataupun dari pemerintah.
Untuk lebih meningkatkan program kerja, terutama pada tingkat internasional, maka didirikanlah organisasi internasional dokter
keluarga pada tahun 1972, yang dikenal dengan nama World Organization of National College, Academic and Academic
Assiciation of General Practitioners Family Physician WONCA. Indonesia adalah anggota WONCA yang diwakili oleh Kolese Dokter
Keluarga Indonesia.
Arsita Eka Prasetyawati, dr., M.Kes Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Page 40
I. RUANG LINGKUP 1. Kegiatan yang Dilaksanakan
Ruang lingkup pertama dari pelayanan dokter keluarga adalah yang menyangkut kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan
yang dimaksudkan di sini adalah pelayanan yang diselenggarakan. Berbeda dengan pelayanan yang diselenggarakan oleh berbagai
spesialisasi kedokteran lainnya, pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus memenuhi satu syarat pokok. Syarat
pokok di sini adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh comprehensive medical services. Dokter keluarga yang
menyelenggarakan pelayanan kedokteran yang tidak menyeluruh bukanlah dokter keluarga yang baik. Dengan ruang lingkup yang
seperti ini jelaslah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang baik, perlulah dipahami dahulu apa yang
dimaksud dengan pelayanan kedokteran yang menyeluruh tersebut.
2. Sasaran Pelayanan