41
2. Fungsi Senyawa Cairan Pirolisis untuk Bahan Tambahan Makanan
Cairan hasil pirolisis pada suhu 250, 350, dan 450ºC yang telah di
GC-MS dan diketahui senyawa yang terkandung di dalamnya akan digolongkan berdasarkan fungsi dari senyawa tersebut sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu mengetahui kandungan senyawa cairan hasil pirolisis yang berfungsi sebagai bahan tambahan makanan. Bahan
tambahan makanan merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk pangan. Fungsi dari bahan
tambahan makanan yang diinginkan pada penelitian ini yaitu pengawet, antioksidan dan flavour. Grafik hubungan suhu dengan jumlah senyawa
yang berfungsi sebagai bahan tambahan makanan tanpa katalis seperti terlihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Grafik hubungan suhu dengan jumlah senyawa yang berfungsi sebagai bahan tambahan makanan tanpa katalis
Dari Gambar 17, pirolisis batang dan daun jagung tanpa katalis pada suhu 250ºC menghasilkan senyawa-senyawa yang dapat digunakan
sebagai pengawet, flavour dan herbisida. Senyawa yang dapat digunakan sebagai pengawet biasanya berasal dari golongan fenol dan golongan
asam. Menurut Mullen et al. 2009, pada daging asap, golongan fenoliks hasil pirolisis berfungsi sebagai pengawet yang membantu dalam
mencegah penjamuran. Senyawa yang berfungsi sebagai pengawet
42
diantaranya p-cresol, asam palmitat, asam oleat, asam hexanedioic, eicosane dan asam laurat. Senyawa ini ditemukan pada cairan hasil
pirolisis suhu 250ºC dan 350ºC. Antioksidan merupakan suatu zat yang dapat menghambat atau
memperlambat proses oksidasi lemak sehingga mencegah terjadinya ketengikan. Golongan antioksidan yang terkenal berasal dari senyawa
polifenol Anonim
c
, 2009. Senyawa yang dapat digunakan sebagai antioksidan adalah pyrocatechol yang merupakan senyawa golongan fenol.
Senyawa untuk antioksidan ditemukan pada cairan hasil pirolisis batang dan daun jagung tanpa katalis pada suhu 350ºC.
Dari hasil analisis fungsi cairan pirolisis batang dan daun jagung tanpa katalis diketahui senyawa yang berfungsi sebagai flavour semakin
meningkat seiring meningkatnya suhu dan paling banyak terdapat pada suhu 350ºC. Beberapa senyawa yang berfungsi sebagai flavour merupakan
golongan fenol. Golongan fenol ini hasil dekomposisi dari lignin dan jenis cyclopentenolones yang merupakan turunan dari selulosa. Lignin akan
menghasilkan syringol yang merupakan salah satu contoh flavour. Cairan hasil pirolisis tanpa katalis pada suhu 350ºC menghasilkan
senyawa-senyawa yang dapat digunakan sebagai flavour dengan jumlah lebih banyak jika dibandingkan dengan senyawa yang dihasilkan pada
suhu 250ºC, misalnya pyrocatechol methyl, dimethoxy phenol, syringaldehyde, asam benzenasetik, asam cinnamic dan lain-lain. Senyawa
p-cresol yang merupakan golongan fenol berfungsi sebagai pengawet dan herbisida. Jumlah cairan pirolisis menurun seiring peningkatan suhunya.
Demikian juga pada kandungan di dalam cairan tersebut. Pada cairan pirolisis pada suhu 450
o
C hanya terdapat beberapa senyawa yang berfungsi sebagai flavour yang berasal dari golongan fenol dan aldehid
yaitu p-ethylphenol, pyrocatechol methyl, p-vinylguaiacol, 2,6 dimethoxy phenol, vanillin, dan syringaldehyde.
Herbisida yang terdapat pada cairan hasil pirolisis merupakan senyawa yang berfungsi sebagai fungisida dan antibakteri, misalnya
chloronitropropane dan asam dodecanoic. Fungsi senyawa cairan hasil
43
pirolisis pada suhu 250, 350, dan 450
o
C disajikan pada Lampiran 4. Grafik hubungan suhu dengan jumlah senyawa yang berfungsi sebagai bahan
tambahan makanan dengan penambahan katalis seperti terlihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Grafik hubungan suhu dengan jumlah senyawa yang berfungsi sebagai bahan tambahan makanan dengan penambahan katalis
Dari Gambar 18 dapat diketahui senyawa yang terdapat pada cairan pirolisis batang dan daun jagung dapat digunakan sebagai pengawet,
flavour dan herbisida, tetapi tidak memiliki senyawa yang dapat digunakan sebagai antioksidan. Gambar 18 juga memperlihatkan bahwa peningkatan
suhu akan menurunkan jumlah senyawa yang berfungsi sebagai pengawet. Pengawet yang terdapat pada cairan pirolisis dengan katalis berasal dari
golongan asam. Misalnya asam azelaic, metil palmitat, metil oleat, hexadecane, eicosane dan p-hydroxybenzaldehyde. Senyawa-senyawa ini
ditemukan di semua cairan hasil pirolisis suhu 250, 350, dan 450ºC. Peningkatan suhu akan menurunkan jumlah senyawa yang dapat
digunakan sebagai pengawet. Senyawa yang berfungsi sebagai flavour semakin meningkat
seiiring meningkatnya suhu pirolisis. Pada suhu 250ºC terdapat tiga senyawa, kemudian meningkat menjadi 5 senyawa pada suhu 450ºC.
Senyawa yang berfungsi sebagai flavour misalnya nonaldehyde, asam
44
nonanoic, octadecane, vanillin, acetylguaiacol, syringaldehyde dan lain sebagainya. Senyawa yang berfungsi sebagai herbisida berasal dari
golongan fenol dan asam yaitu o-phenylphenol dan dichloroacetic acid- propyl ester. Senyawa ini hanya terdapat pada cairan suhu 250ºC. Fungsi
senyawa cairan hasil pirolisis batang dan daun jagung pada suhu 250, 350
dan 450ºC disajikan pada Lampiran 10.
45
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Peningkatan suhu pada pirolisis batang dan daun jagung menurunkan jumlah arang dan meningkatkan jumlah gas, sedangkan jumlah cairan akan
mencapai titik maksimum pada suhu 350ºC kemudian menurun seiring meningkatnya suhu. Penambahan katalis pada pirolisis batang dan daun
jagung meningkatkan jumlah gas dan menurunkan jumlah cairan dan arang. Analisis GC-MS menghasilkan senyawa dari golongan asam, ester,
fenol, hidrokarbon, dan aldehid yang dapat digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Cairan hasil pirolisis tanpa katalis lebih banyak
mengandung senyawa golongan fenol, sedangkan penambahan katalis akan meningkatkan kandungan asam dan menurunkan kandungan fenol.
Kandungan senyawa pada cairan hasil pirolisis suhu 350ºC tanpa katalis lebih banyak daripada cairan hasil pirolisis perlakuan lainnya. Jumlah cairan dan
kandungan senyawa yang dihasilkan dipengaruhi oleh karakteristik bahan baku dan suhu yang dicapai pada proses pirolisis.
B. SARAN
Diperlukan sistem kondensasi yang baik untuk meningkatkan rendemen cairan hasil pirolisis batang dan daun jagung. Selain itu juga perlu
penelitian penggunaan katalis yang lain untuk membandingkan jumlah cairan hasil pirolisis.