Nitrit sebagai N Pemodelan spasial untuk penentuan lokasi instalasi pengolahan air limbah (ipal) batik di Kota Pekalongan, Jawa Tengah

37 secara alami melalui peristiwa abrasi, erosi, pengikisan batuan ataupun dari atmosfer yang dibawa turun oleh air hujan. Namun, masuknya Cu secara alami berada dalam kadar yang dapat ditoleransi 0,05 mgL. Peningkatan kandungan Cu yang melebihi ambang batas lingkungan lebih disebabkan oleh aktivitas manusia terutama kegiatan industri. Industri galangan kapal di kecamatan Pekalongan Utara dan industri batik batik tulis,cap, printing dan sablon merupakan industri – industri penyumbang masukan tembaga di perairan. Dalam industri batik, penggunaan senyawa tembaga dalam industri batik terdapat pada proses pembatikan hingga pencelupan. Pada tahap pembatikan, masukan tembaga ke perairan terdapat pada sisa karat tembaga pada tahap pencapan malam ke kain serta pencucian canting yang terbuat dari tembaga dengan menggunakan soda api. Pada tahap pewarnaan, penggunaan senyawa Tembaga pthalocyanine dan serbuk tembaga menghasilkan hasil buangan berupa tembaga. Hasil buangan tersebut akan langsung masuk ke badan air melalui proses pencucian batik. Selain disebabkan oleh buangan limbah industri yang berada di Kota Pekalongan, cemaran Cu juga berasal dari industri – industri batik yang berada di sekitar kabupaten yang mengalir menuju Kota Pekalongan. Hal ini dimungkinkan terjadi dengan pertimbangan letak Kota Pekalongan yang berada di hilir DAS Sengkarang. Konsentrasi Cu yang mengalir di sungai – sungai di Kota Pekalongan telah mencapai kadar lebih dari 0,05 mgL. Kondisi ini bila berlangsung selama 96 jam, akan menyebabkan kematian biota yang tergolong dalam Mollusca di perairan Kota Pekalongan. Dengan demikian, diperlukan penanganan khusus terhadap cemaran logam berat di sungai – sungai Kota Pekalongan.

7. Klorin bebas

Serupa dengan kadar tembaga, nilai klorin bebas di sungai – sungai Kota Pekalongan melebihi kadar baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Keseluruhan sungai di Kota Pekalongan mengandung kadar klorin bebas lebih dari 0,3 mgL. dengan mempertimbangkan lokasi Kota Pekalongan yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa, sehingga dapat dipastikan bahwa adar klorin tersebut secara alami berasal dari kontribusi air laut. Bila meninjau debit air limbah yang dihasilkan dari pencucian batik 3.131 m 3 L pada penggunaan kaporit CaOCl 2 , kontribusi air limbah batik terhadap peningkatan klorin bebas tidak akan signifikan. Akan tetapi, bila meninjau dari sebaran industri batik di Kota Pekalongan, maka masih dimungkinkan kontribusi air limbah batik dalam meningkatkan kadar klorin di perairan. Pendugaan tersebut didasarkan pada aktivitas penggunaan senyawa klorida dalam proses pembuatan batik. Pada pembutan batik, klorin digunakan untuk memutihkan kain batik melalui kaporit CaOCl 2 . Penggunaan kaporit pada industri ini dimaksudkan untuk menghemat biaya produksi karena kaporit dinilai cukup murah. Selain penggunaan kaporit, senyawa asam kuat berupa HCl juga digunakan sebagai unsur saponifikasi bagi zat warna indigosol. Sumber lain penggunaan klorin adalah klorin dioksida ClO 2 dan natrium hipoklorit NaOCl pada proses pengelantangan untuk memutihkan kain sebelum proses pembatikan. Hasil samping dari penggunaan senyawa tersebut hanya 5 yang mengalami pengolahan melalui IPAL batik, selebihnya akan dibuang ke saluran – saluran drainase atau sungai – sungai di Kota Pekalongan. 38

8. Residu tersuspensi

Kandungan residu tersuspensi tertinggi terdapat di Sungai Bremi dan Kali Asem Binatur. Kandungan residu tersuspensi di Kali Bremi disebabkan oleh tingginya kandungan Nitrit sebagai N dan total Pospat yang memacu terjadinya eutrofikasi. Selain itu, terdapat beberapa sistem drainase Kota Pekalongan terhubung langsung ke kali ini sehingga memungkinkan masuknya bahan – bahan organik yang meningkatkan kekeruhan di Kali Bremi. Kondisi serupa terjadi pada Kali Asem Binatur. Nilai Nitrit sebagai N yang tinggi juga memacu peningkatan kesuburan badan air dan mengakibatkan terjadinya eutrofikasi di kali ini. Masukan zat organik ke kali ini juga disebabkan oleh kondisi kali yang berasal dari saluran drainase dan irigasi pada lahan persawahan. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan nilai residu tersuspensi di kali tersebut. Penentuan prioritas kriteria lokasi IPAL batik menggunakan AHP Upaya awal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas lingkungan akibat keberadaan industri batik dapat ditempuh dengan cara melakukan pengelolaan air limbah industri - industri batik. Dalam penentuan pengelolaan air limbah batik, diperlukan penentuan lokasi instalasi pengolahan air limbah batik yang tepat. Penentuan lokasi instalasi pengolahan air limbah batik ini meliputi; pemilihan parameter, penentuan parameter kunci, dan pengembangan model spasial penentuan lokasi IPAL batik serta analisis desentralisasi lokasi IPAL. Tahapan pemilihan paramater dan penentuan parameter kunci dilakukan dengan menggunakan salah satu metode pengambilan keputusan multi kriteria MCDM yaitu, AHP analytical hierarchy process. Sedangkan pada pengembangan model spasial penentuan lokasi IPAL batik serta analisis desentralisasi lokasi IPAL batik dilakukan dengan metode terpisah. Cara ini ditempuh untuk memudahkan dalam pembangunan program komputerisasi menggunakan ArcObject. Dalam pemilihan parameter dan penentuan prioritas parameter kunci, motode AHP dipilih karena metode ini dapat memadukan rancangan deduktif dan rancangan berbasis sistem dalam memcahkan persoalan kompleks dan memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud seperti kriteria – kriteria IPAL batik untuk mendapatkan prioritas. Selain itu, kelebihan model AHP dibandingkan dengan dan metode – metode MCDM lainnya seperti ELECTRE-3, promethee-2, Compromise Programming, Composite Programming, dan Multi-Attribute Utility Theory, adalah; 1 AHP memiliki struktur yang berhirarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam, 2 memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsisten berbagai kriteria dan alaternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan, 3 memperhitungkan daya tahan output analisis sensitifitas pengambilan keputusan. Model AHP juga mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-obyek dan multi-kriteria yang berdasar pada pertimbangan preferensi dari setiap elemen. Pemilihan parameter Identifikasi kriteria lokasi instalasi pengolahan limbah IPAL batik yang tepat di Kota Pekalongan ditentukan melalui studi literatur penelitian – penelitian yang terkait. Berdasarkan studi literatur tersebut, dalam penelitian ini kriteria lokasi IPAL yang digunakan adalah kriteria yang digunakan oleh Anagnostopoulos et al. 2006, Ibrahim